Kerajaan Kalinyamat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(60 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name =
| common_name =
|
|
|
|
|
| year_end = 1599
|
|
|
|
|
|
|
| leader2 = [[Sultan Hadlirin|Pangeran Kalinyamat]]<br>Ratu Kalinyamat <small>(pendamping)</small>
|
|
|
|
|
|
|
|
| today = {{flag|Indonesia}}
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| map_caption = Pantai utara Jawa Tengah pada pertengahan abad ke-16. Kota Kalinyamat terletak di tenggara Jepara.
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
'''Kerajaan Kalinyamat''' (juga dikenal sebagai '''Kerajaan Jepara''') adalah sebuah kerajaan [[Jawa]] pada abad ke-16 yang berpusat di [[Kabupaten Jepara|Jepara]]. Baik Kalinyamat maupun Jepara awalnya adalah dua [[kadipaten]] terpisah yang tunduk pada [[Kerajaan Demak]]. Sepeninggal [[Trenggana|Pangeran Trenggana]], Kalinyamat mendapatkan Jepara, [[Kabupaten Pati|Pati]], [[Juwana, Pati|Juwana]], dan [[Kabupaten Rembang|Rembang]].{{Sfn|Hayati dkk.|2000|p=40}}
Puncak kejayaannya terjadi di pertengahan abad ke-16 ketika Kalinyamat dipimpin oleh [[Ratu Kalinyamat]]. Pada tahun 1551 dan 1574, Kalinyamat melakukan ekspedisi ke [[Melaka Portugis]] untuk mengusir [[Imperium Portugal|Portugal]] dari [[Hindia|Hindia Timur]] sementara meluaskan kekuasaannya ke luar Jawa, seperti [[Kalimantan Barat]] dan [[Pulau Bawean]].{{Sfn|Ricklefs|2008|p=41}}{{Sfn|Hayati dkk.|2000|p=31 dan 67}}
== Sejarah ==
===Awal Berdiri Kalinyamat===
Wilayah Kalinyamat terletak kira-kira 18 km ke arah pedalaman dari Jepara. Pada abad keenambelas wilayah tersebut menjadi lokasi pemerintahan kota pelabuhan Jepara. Menurut salah satu catatan naskah, Kalinyamat didirikan oleh seorang [[Nakhoda|nahkoda]] asal [[Tiongkok]] bernama (sesudah dijawakan) Wintang yang kapalnya kandas di tepi pantai Jepara. Sesampainya di Jepara (Jung Mara) dalam keadaan melarat, ia lalu dibantu dalam belajar bahasa setempat oleh orang sebangsanya yang telah lebih dulu masuk islam. Kemudian ia diislamkan oleh Sunan Kudus dan mengganti namnya menjadi Rakit. Beberapa waktu setelahnya, ia mendirikan [[Pedukuhan|pendukuhan]] di tepi jalan antara Kudus dan Jepara yang secara bertahap menjadi tempat yang maju dan berkembang pesat. Ia kemudian mengabdi kepada Sultan Trenggana dari Demak, dan mendapat salah seorang putri Sultan Trenggana sebagai istrinya. Menurut silsilah Kerajaan Demak, putri tersebut tercatat sebagai Ratu Aria Jepara atau yang dalam Babad Tanah Jawi ia disebut sebagai Ratu Kalinyamat.{{Sfn|de Graaf|2019|p=173-174}}
=== Kematian Sultan Hadlirin ===
Pada tahun 1549, keluarga [[Sunan Prawata]], sultan keempat Demak, dibunuh oleh Rangkut dan Gopta, suruhan [[Arya Penangsang]], bupati [[Kadipaten Jipang|Jipang Panolan]]. Ratu Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok milik [[Sunan Kudus]] menancap pada mayat kakaknya itu. Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke [[Kabupaten Kudus|Kudus]] minta penjelasan.
Menurut [[Babad Tanah Jawi]], Ratu Kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian kakaknya, tetapi [[Sunan Kudus]] mendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal Sultan Trenggana. Ia menjelaskan bahwa semasa muda, [[Sunan Prawata]] pernah membunuh Pangeran Sekar Seda ing Lepen, ayah [[Arya Penangsang]]. Jadi, Sunan Kudus melihatnya sebagai balasan yang setimpal.
Ratu Kalinyamat kecewa atas sikap [[Sunan Kudus]]. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka disergap anak buah [[Arya Penangsang]]. Pangeran Kalinyamat tewas. Konon, ia sempat merambat di tanah dengan sisa-sisa tenaga, sehingga oleh penduduk sekitar, daerah tempat meninggalnya Pangeran Kalinyamat disebut desa Prambatan.
Selanjutnya, dengan membawa jenazah Pangeran Kalinyamat, Ratu Kalinyamat meneruskan perjalanan sampai pada sebuah sungai dan darah yang berasal dari jenazah Pangeran Kalinyamat menjadikan air sungai berwarna ungu, dan kemudian dikenal daerah tersebut dengan nama Kaliwungu. Semakin ke barat, dan dalam kondisi lelah, kemudian melewati [[Pringtulis, Nalumsari, Jepara|Pringtulis]]. Dan karena lelahnya dengan berjalan sempoyongan (moyang-moyong) di tempat yang sekarang dikenal dengan nama [[Mayong, Jepara|Mayong]]. Sesampainya di [[Pelang, Mayong, Jepara|Pelang]] karena hatinya melang-melang. Sesampainya di [[Purwogondo, Kalinyamatan, Jepara|Purwogondo]], disebut demikian karena di tempat inilah awal keluarnya bau dari jenazah yang dibawa Ratu Kalinyamat, dan kemudian melewati [[Pecangaan, Jepara|Pecangaan]] dan sampai di [[Mantingan, Tahunan, Jepara|Mantingan]].
Ratu Kalinyamat berhasil meloloskan diri dari peristiwa pembunuhan itu. Ia kemudian melakukan tapa "telanjang"{{NoteTag|Yang dimaksud dengan tapa telanjang disini adalah hanya berpakaian layaknya orang biasa sementara meninggalkan semua atribut singgasananya sebagai ratu.<ref>{{Cite web|last=Fardianto|first=Fariz|title=Menguak Kesaktian 'Tapa Tanpa Busana' Ratu Kalinyamat, Menuntut Balas!|url=https://jateng.idntimes.com/science/discovery/fariz-fardianto/menguak-kesaktian-itopo-wudoi-ratu-kalinyamat-saat-menuntut-balas-dendam|website=IDN Times|language=id|access-date=2020-11-23}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Hayati|first=Chusnul|date=2010|title=RATU KALINYAMAT: RATU JEPARA YANG PEMBERANI|url=http://eprints.undip.ac.id/3238/|journal=Citra Leka dan Sabda|quote=Dalam bahasa Jawa kata ''wuda'' (telanjang) tidak hanya berarti tanpa busana sama sekali, tetapi juga memiliki arti kiasan yaitu tidak memakai barang-barang perhiasan dan pakaian yang bagus (Suara Merdeka, 10 Desember 1973).}}</ref>}} di Gunung Danaraja, dengan sumpah tidak akan "berpakaian" sebelum berkeset kepala [[Arya Penangsang]]. Harapan terbesarnya adalah adik iparnya, yaitu [[Hadiwijaya]], bupati [[Pajang]], karena hanya ia yang setara kesaktiannya dengan bupati Jipang.
[[Hadiwijaya]] segan menghadapi [[Arya Penangsang]] secara langsung karena sama-sama anggota keluarga Demak. Ia pun mengadakan sayembara yang berhadiah tanah [[Mataram]] dan [[Pati]]. Sayembara itu dimenangi oleh [[Ki Ageng Pamanahan]] dan [[Ki Panjawi]]. [[Arya Penangsang]] tewas di tangan [[Sutawijaya]], putra Ki Ageng Pemanahan, berkat siasat dari [[Ki Juru Martani]].
=== Setelah Arya Penangsang ===
Ratu Kalinyamat kembali naik tahta setelah kematian Arya Penangsang tahun 1549. Kemudian, Kalinyamat, [[Demak]], dan [[Jipang, Cepu, Blora|Jipang]] menjadi bawahan [[Kesultanan Pajang|Pajang]] yang dipimpin oleh Sultan [[Hadiwijaya]]. Meskipun demikian, Hadiwijaya tetap memperlakukan Ratu Kalinyamat sebagai tokoh senior yang dihormati, bahkan Hadiwijaya tidak berniat membawahi Kalinyamat. Begitu juga dengan Ratu Kalinyamat yang tidak memandang Pajang sebagai halangan.
Tercatat pedagang-pedagang [[Aceh]], [[Malaka|Melaka]], [[Banten]], [[Demak]], [[Semarang]], [[Tegal]], [[Bali]], [[Makassar]], [[Banjarmasin]], [[Tuban]] dan [[Gresik]] turut meramaikan [[Jepara]]. Dapat dikatakan Pelabuhan Jepara menjadi tempat transaksi perdagangan berskala internasional. Ratu Kalinyamat pun memungut cukai bagi setiap kapal yang bertransaksi di Pelabuhan Jepara. Hasil perdagangan beras dan cukai tersebut menjadikan Jepara sebagai Kerajaan yang makmur, kaya raya.
Dengan kekayaannya, Ratu Kalinyamat membangun armada Laut yang sangat kuat untuk melindungi kerajaannya yang bercorak maritim. Sebagai Kerajaan Maritim yang bercorak Islam, Kerajaan Jepara sangat dihormati dan disegani oleh kerajaan-kerajaan Islam lainnya. Kekuatan armada laut Kerajaan Jepara sudah tersohor di seluruh Nusantara. Banyak kerajaan-kerajaan lain yang meminta bantuan armada laut Jepara untuk melindungi negerinya.
Saat itu Ratu Kalinyamat sangat berpengaruh di Pulau Jawa. Ia adalah Ratu yang memiliki posisi politik yang kuat dan kondisi ekonomi yang kaya raya. Ia menjalin hubungan diplomatik yang sangat baik dengan Kerajaan-kerajaan Maritim Islam lainnya. [[Jepara]] menjalin hubungan diplomatik dengan [[Johor|Kerajaan Johor]], [[Kesultanan Aceh]], [[Kesultanan Banten]], [[Kesultanan Cirebon]], [[Ambon]] dan [[Kesultanan Demak]].
=== Ekspedisi untuk mengusir Portugal ===
Ratu Kalinyamat sebagaimana bupati Jepara sebelumnya ([[Pati Unus]]), bersikap anti terhadap Portugis. Pada tahun 1550 ia mengirim 4.000 tentara [[Jepara]] dalam 40 buah kapal memenuhi permintaan sultan [[Johor]] untuk membebaskan [[Malaka|Melaka]] dari kekuasaan bangsa [[Eropa]] itu.
Pasukan Jepara itu kemudian bergabung dengan pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang. Pasukan gabungan tersebut menyerang dari utara dan berhasil merebut sebagian Melaka. Namun Portugis berhasil membalasnya. Pasukan Persekutuan Melayu dapat dipukul mundur, sementara pasukan Jepara masih bertahan.
Baru setelah pemimpinnya gugur, pasukan Jepara ditarik mundur. Pertempuran selanjutnya masih terjadi di pantai dan laut yang menewaskan 2.000 prajurit Jepara. Badai datang menerjang sehingga dua buah kapal Jepara terdampar kembali ke pantai [[Malaka|Melaka]], dan menjadi mangsa bangsa Portugis. Prajurit Jepara yang berhasil kembali ke Jawa tidak lebih dari setengah dari yang berhasil meninggalkan Melaka.
Pada tahun [[1564]], [[Sultan Ali Riayat Syah]] dari [[Kesultanan Aceh]] meminta bantuan Demak untuk menyerang Portugis di [[Malaka|Melaka]]. Saat itu Demak dipimpin seorang bupati yang mudah curiga, bernama [[Arya Pangiri]], putra Sunan Prawata. Utusan Aceh dibunuhnya. Akhirnya, Aceh tetap menyerang Melaka tahun [[1567]] meskipun tanpa bantuan Jawa. Serangan itu gagal.
Pada tahun [[1573]], Sultan Ali Riayat Syah meminta bantuan lagi kepada Ratu Kalinyamat untuk menyerang Melaka kembali. Ratu mengirimkan 300 kapal berisi 15.000 prajurit Jepara. Pasukan yang dipimpin oleh Ki Demang Laksamana itu baru tiba di Melaka bulan Oktober [[1574]]. Padahal saat itu pasukan Aceh sudah dipukul mundur oleh Portugis.
Pasukan Jepara yang terlambat datang itu langsung menembaki Melaka dari [[Selat Malaka|Selat Melaka]]. Esoknya, mereka mendarat dan membangun pertahanan. Tapi akhirnya, pertahanan itu dapat ditembus pihak [[Portugis]]. Sebanyak 30 buah kapal Jepara terbakar. Pihak Jepara mulai terdesak, namun tetap menolak perundingan damai karena terlalu menguntungkan Portugis. Sementara itu, sebanyak enam kapal perbekalan yang dikirim Ratu Kalinyamat direbut Portugis. Pihak Jepara semakin lemah dan memutuskan pulang. Dari jumlah awal yang dikirim Ratu Kalinyamat, hanya sekitar sepertiga saja yang tiba di Jawa.
[[Berkas:Diogo de Couto - Panorama 1837.jpg|jmpl|237x237px|Diogo do Couto]]
Kebesaran dan keberanian Ratu Kalinyamat diakui oleh sejarawan Portugis {{Interlanguage link|Diogo do Couto|en}} dalam ''Da Asia de João de Barros'' dengan sebuah ungkapan ''Rainha de Japara, senhora poderosa, e rica'' (yang artinya "ratu Jepara, seorang wanita yang berkuasa dan kaya").{{Sfn|Hayati dkk.|2000|p=44}}<ref>{{Cite book|last=De Couto|first=Diogo|date=1778|url=https://archive.org/details/daasiadejoodeb09barr/page/122/mode/1up?q=rainha+de+Japara%2C+senhora+poderosa+e+rica|title=Da Asia de Diogo de Couto dos Feitos, que os Portuguezes Fizeram na Conquista, e Descubrimento das Terras, e Mares do Oriente|location=Lisboa|publisher=Regia Officina Typografica|isbn=|pages=122 (langsung merujuk pada ungkapan aslinya)|url-status=live}}</ref>
=== Hubungan dengan Maluku ===
Sumber Portugal melaporkan bahwa [[Kerajaan Tanah Hitu]] berkali-kali meminta bantuan Kalinyamat untuk melawan orang Portugis dan suku lain yang masih seketurunannya, yaitu Suku Hative. Bantuan pertama kali dikirim pada tahun 1565. Perlawanan ini menghasilkan efek pada Portugis 10 tahun kemudian yang perlahan-lahan meninggalkan Maluku.<ref>{{Cite web|last=Raditya|first=Iswara N.|title=Kerajaan Tanah Hitu dan Jurang Dua Agama di Maluku|url=https://tirto.id/kerajaan-tanah-hitu-dan-jurang-dua-agama-di-maluku-cyfc|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-11-21}}</ref>
== Kemunduran ==
Setelah meninggal pada tahun 1579, Ratu Kalinyamat digantikan oleh anak angkatnya, [[Pangeran Arya Jepara]]. Meskipun tidak sekuat bibinya, kekuasannya di laut masih dihormati.{{Sfn|Hayati dkk.|2000|p=67}} Pada 1580, [[Maulana Yusuf dari Banten|Maulana Yusuf,]] Raja Banten dan pahlawan yang merebut Pajajaran, meninggal dunia. Ia hanya meninggalkan seorang anak laki-laki yang masih kecil. Menurut para penulis sejarah di Banten, pangeran Jepara yang masih saudara Maulana Yusuf, menuntut haknya atas takhta [[Kesultanan Banten]]. Ia bersama panglima armada Demang Laksamana, pergi dari Jepara ke Banten. Tetapi sesampainya disana, Demang Laksamana terbunuh dalam pertempuran melawan Perdana Menteri Banten, sehingga Pangean Jepara terpaksa pulang. Sejak peristiwa tersebut berakhirlah pengaruh pemerintahan Jepara di Jawa Barat.{{Sfn|de Graaf|2019|p=180}}
Di masa pemerintahan Pangeran Arya Jepara, [[Kesultanan Mataram]] yang dipimpin oleh [[Sutawijaya]] beberapa kali mencoba menaklukkan Kalinyamat, tetapi gagal karena Kota Jepara dilindungi oleh benteng melingkar yang menghadap ke pedalaman dan dijaga ketat oleh pasukannya. Menurut pelaut-pelaut asal [[Belanda]] (''Eerste Schipvaert'' I: 103), pada abad keenam belas kebanyakan kota pelabuhan di Jawa dikelilingi tembok batu atau kayu pada sisi yang menghadap ke daerah pedalaman.{{Sfn|de Graaf|2019|p=181}} Baru pada tahun 1599, Mataram berhasil menaklukkan Kalinyamat dengan [[Invasi|serbuan]] yang menghancurkan Kota Jepara, baik secara fisik, [[politik]], maupun [[ekonomi]].{{Sfn|Hayati dkk.|2000|p=67}}{{Sfn|Supriyono|2013|p=35}} Dalam suatu surat berbahasa Belanda pada 1615 (Colenbrander, Coen VII: 45), terdapat kata-kata tentang ''destructie'' (penghancuran) Kota Jepara. Serangan Kesultanan Mataram dari pedalaman ke kota-kota pelabuhan pesisir mengakibatkan kerusakan yang berat, dan kemungkinan termasuk Kerajaan kalinyamat menjadi salah satu bagian dari korban serangan tersebut.{{Sfn|de Graaf|2019|p=181}} Sebuah sumber tradisional menyebut peristiwa ini sebagai ''bedhahe Kalinyamat'', yang artinya "jatuhnya Kalinyamat".<ref>{{Cite book|last=Panitia Penyusunan Hari Jadi Jepara, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara|first=|date=1988|url=https://books.google.co.id/books?hl=id&id=3glAAAAAMAAJ&dq=bedhahe+kalinyamat&focus=searchwithinvolume&q=tahun+1599+Masehi|title=Sejarah dan Hari Jadi Jepara|location=|publisher=|isbn=|pages=50|quote=Pada tahun yang sama - tahun 1521 Jawa atau tahun 1599 Masehi - naskah Babad Sengkala memberitahukan mengenai 'bedhahe Kalinyamat', artinya 'Jatuhnya Kalinyamat'|url-status=live}}</ref>
==
Beberapa peninggalan Kalinyamat yang masih ada yaitu Kawasan Siti Inggil Kalinyamat di [[Kriyan, Kalinyamatan, Jepara|Kriyan]], [[Pertapaan Sonder]] di [[Tulakan, Keling, Jepara|Tulakan]], dan Benteng Kalinyamat di [[Robayan, Kalinyamatan, Jepara|Robayan]].
== Catatan ==
<references group="note"/>
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
{{reflist|3}}
=== Daftar pustaka ===
*{{Cite book|last=Hayati|date=2000|url=|title=Peranan Ratu Kalinyamat di Jepara Pada Abad XVI|location=Jakarta|publisher=Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional|isbn=|pages=|url-status=live|first=Chusnul|ref={{harvid|Hayati dkk.|2000}}}}
*{{Cite book|last=Olthof|first=Willem Lodewijk|date=2008|url=|title=Babad Tanah Jawi|location=Yogyakarta|publisher=Narasi|isbn=|pages=|translator-last=Soemarsono|translator-first=H. R.|url-status=live}}
*{{Cite book|last=[[M.C. Ricklefs|Ricklefs]]|first=[[M.C. Ricklefs|Merle Calvin]]|date=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=HPEnBQAAQBAJ|title=A History of Modern Indonesia since c.1200|location=|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=9781137149183|pages=|url-status=live|edition=4}}
*{{Cite book|last=[[M.C. Ricklefs|Ricklefs]]|first=[[M.C. Ricklefs|Merle Calvin]]|date=2008|url=https://archive.org/details/m.-c.-ricklefs-a-history-of-modern-indonesia-since-c.-1200-red-globe-press-2008/page/4/mode/2up|title=A History of Modern Indonesia since c. 1200 Fourth Edition (E-Book version)|location=New York|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=|pages=|url-status=live|edition=4}}
*{{Cite book|last=de Graff|first=H.J.|last2=Pigeaud|first2=TH. G. TH.|date=2019|title=Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI, cetakan V edisi revisi|location=Yogyakarta|publisher=MataBangsa|isbn=9789799471239|pages=|url-status=live}}
*{{Cite journal|last=Sofiana|first=Anas|date=2017|title=Ratu Kalinyamat Penguasa Wanita Jepara Tahun 1549-1579.|url=https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/21467|journal=Avatara|volume=5|issue=3|pages=|doi=|issn=2354-5569|ref=harv|access-date=2020-11-21|archive-date=2021-01-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210108232814/https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/21467|dead-url=yes}}
*{{Cite journal|last=Supriyono|first=Agustinus|date=2013|title=Tinjauan Historis Jepara Sebagai Kerajaan Maritim dan Kota Pelabuhan|url=https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article/view/2494|journal=Paramita|volume=23|issue=1|pages=|doi=10.15294/paramita.v23i1.2494|issn=2407-5825|ref=harv}}
*{{Cite thesis|last=Qomariyah|title=Peranan Kerajaan Kalinyamat dalam Pengembangan Islam di Jepara (1527-1599 M)|date=2016|degree=Undergraduate|publisher=UIN Sunan Ampel Surabaya|url=http://digilib.uinsby.ac.id/9172/|doi=|first=Lailatul|ref=harv}}
{{Kerajaan di Jawa}}
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Kerajaan Islam]]
[[Kategori:Kerajaan di Jawa Tengah]]
|