Kerajaan Kalinyamat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(60 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country
| conventional_long_name = ''KesultananKerajaan Kalinyamat''
| common_name = KalinyamatJepara
|native_name religion = Kerajaan Kalinyamat = [[Islam]]
|continent p1 = moved from Category:Asia to= SoutheastKerajaan AsiaDemak
|region s1 = AsiaKesultanan TenggaraMataram
|image_map flag_s1 = Flag of the Sultanate of Mataram.svg
|image_map_alt year_start = 1527
| year_end = 1599
|image_map_caption = Mesjid Mantingan, yang dibangun dengan arsitektur tradisional Jawa.
|country event_start = IndonesiaMenjadi vasal dari Demak
|religion event_end = Penyerbuan oleh [[IslamKesultanan Mataram|Mataram]]
|image_flag capital = [[Kalinyamatan, Jepara|Kalinyamat]]
|image_coat common_languages = [[Bahasa Jawa|Jawa]]
|symbol_type government_type = [[Monarki]]
|p1 leader1 = Kerajaan[[Ratu MajapahitKalinyamat]]
|p2 year_leader1 = Kesultanan Demak1527–1536
| leader2 = [[Sultan Hadlirin|Pangeran Kalinyamat]]<br>Ratu Kalinyamat <small>(pendamping)</small>
|s1 = Kesultanan Mataram
|flag_p1 year_leader2 = Flag_of_Majapahit.png1536–1549
|flag_p2 leader3 = Id-siak1.GIF[[Ratu Kalinyamat]]
|flag_s1 year_leader3 = Flag_of_the_Sultanate_of_Mataram.svg1549–1579
|year_start leader4 = 1527[[Pangeran Arya Jepara]]
|year_end year_leader4 = 15991579–1599
|event_start GDP_PPP = Berdirinya kota pelabuhan Jepara =
|event_end HDI = Wafatnya Pangeran Arya= Jepara
|capital GDP_PPP_year = [[Kalinyamatan,= Jepara|Kalinyamat]]
| today = {{flag|Indonesia}}
|common_languages = [[Bahasa Jawa|Jawa]]
|government_type area_rank = Monarki
|title_leader area_km2 = ?
|leader1 demonym = [[Ratu= Kalinyamat]]
|year_leader1 HDI_year = 1527-1536 &sup1; =
|leader2 symbol_width = [[Sultan= Hadlirin]]130px
|year_leader2 event1 = 1536-1546Pengukuhan sebagai negara &sup1;merdeka
|leader3 date_event1 = [[Ratu= Kalinyamat]]1549
|year_leader3 event2 = 1546-1579Meninggalnya Ratu Kalinyamat
|leader4 date_event2 = [[Pangeran Arya Jepara]]1579
|year_leader4 image_map = 1579Selat Muria di abad ke-159916.svg
|footnotes map_width = &sup1; (1475-1478 sebagai bawahan [[Kesultanan= Demak]])320px
| map_caption = Pantai utara Jawa Tengah pada pertengahan abad ke-16. Kota Kalinyamat terletak di tenggara Jepara.
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
 
'''Kerajaan Kalinyamat''' (juga dikenal sebagai '''Kerajaan Jepara''') adalah sebuah kerajaan [[Jawa]] pada abad ke-16 yang berpusat di [[Kabupaten Jepara|Jepara]]. Baik Kalinyamat maupun Jepara awalnya adalah dua [[kadipaten]] terpisah yang tunduk pada [[Kerajaan Demak]]. Sepeninggal [[Trenggana|Pangeran Trenggana]], Kalinyamat mendapatkan Jepara, [[Kabupaten Pati|Pati]], [[Juwana, Pati|Juwana]], dan [[Kabupaten Rembang|Rembang]].{{Sfn|Hayati dkk.|2000|p=40}}
'''Kerajaan Kalinyamat''' merupakan sebuah kerajaan yang berasal terdapat di Jepara, Dahulunya [[Kalinyamatan, Jepara|Kalinyamat]] dan [[Jepara]] merupakan sebuah [[Kadipaten]] bawahan dari [[Kerajaan Demak]], tetapi karena ketika Kerajaan Demak yang saat itu di pimpin [[Sunan Prawoto ]] dan Arya Penangsang membunuh [[Sultan Hadlirin]], Maka Wilayah [[Kalinyamatan, Jepara|Kalinyamat]] dan [[Jepara]] mendirikan Kerajaan sendiri dengan wilayah kekuasaan Kerajaan Kalinyamat meliputi [[Jepara]], [[Kudus]], [[Pati]], [[Juwana, Pati|Juwana]], [[Rembang]], [[Mataram]]. Sedangkan [[Kabupaten Pati|Tanah Pati]] dan [[Alas Mentaok|Hutan Mentaok]] ([[Kerajaan Mataram|Mataram]]) di buat sayembara untuk siapa saja yang berhasil membunuh [[Arya Penangsang]]. Tembok bentengnya membentang di beberapa desa, meliputi [[Purwogondo, Kalinyamatan, Jepara|Purwogondo]], [[Margoyoso, Kalinyamatan, Jepara|Margoyoso]], [[Kriyan, Kalinyamatan, Jepara|Kriyan]], [[Bakalan, Kalinyamatan, Jepara|Bakalan]], [[Robayan, Kalinyamatan, Jepara|Robayan]] dan pusat Kraton / Siti Inggil di [[Kriyan, Kalinyamatan, Jepara|Kriyan]], kerajaan Kalinyamat terdapat di daerah [[Kalinyamatan, Jepara|Kalinyamatan]].
 
Puncak kejayaannya terjadi di pertengahan abad ke-16 ketika Kalinyamat dipimpin oleh [[Ratu Kalinyamat]]. Pada tahun 1551 dan 1574, Kalinyamat melakukan ekspedisi ke [[Melaka Portugis]] untuk mengusir [[Imperium Portugal|Portugal]] dari [[Hindia|Hindia Timur]] sementara meluaskan kekuasaannya ke luar Jawa, seperti [[Kalimantan Barat]] dan [[Pulau Bawean]].{{Sfn|Ricklefs|2008|p=41}}{{Sfn|Hayati dkk.|2000|p=31 dan 67}}
==Etimologi==
Ketika Retna Kencana dan Toyib sudah menduduki daerah Jepara, tiba-tiba ada orang yang melapor ke Retna Kencana kalau ada orang Majapahit yang meminta pajak dengan paksa dan ingin menguasai Jepara, maka Retna Kencana bersama Pangeran Toyib menemui orang tersebut dan bertemu di sungai (sungai tersebut sungai Bakalan), mereka terlibat dalam pertarungan sengit yang sama kuat hingga tidak ada yang menang dan kalah. Maka Orang Majapahit bertanya kepada Ratna Kencana dan Toyib tentang asal Retna Kencana dan Toyib, maka Retna Kencana menjawab bahwa ia dari Demak dan Toyib menjawab ia dari Campa. Sehingga orang majapahit memberi nama sungai tersebut '''Kali Kamat''' ''(singkatan dari: Demak, [[Campa]] dan [[Majapahit]])'', tapi Retna Kencana ia lebih menghendaki kalau nama sungai tersebut '''Kali Nyamat'''. Akhirnya orang majapahit mudur dan tempat dekat sungai tersebut dibuat Pagar tembok Benteng yang tinggi dan membangun keraton di dalam benteng.
(Tidak ada sumber sejarah yang mengatakan demikian)
 
== Sejarah ==
== Asal-Usul Pangeran dan Ratu Kalinyamat ==
===Awal Berdiri Kalinyamat===
[[Berkas:Demak locator-2.png|thumb|250px|Peta Masa Kerajaan Kalinyamat]]
Wilayah Kalinyamat terletak kira-kira 18 km ke arah pedalaman dari Jepara. Pada abad keenambelas wilayah tersebut menjadi lokasi pemerintahan kota pelabuhan Jepara. Menurut salah satu catatan naskah, Kalinyamat didirikan oleh seorang [[Nakhoda|nahkoda]] asal [[Tiongkok]] bernama (sesudah dijawakan) Wintang yang kapalnya kandas di tepi pantai Jepara. Sesampainya di Jepara (Jung Mara) dalam keadaan melarat, ia lalu dibantu dalam belajar bahasa setempat oleh orang sebangsanya yang telah lebih dulu masuk islam. Kemudian ia diislamkan oleh Sunan Kudus dan mengganti namnya menjadi Rakit. Beberapa waktu setelahnya, ia mendirikan [[Pedukuhan|pendukuhan]] di tepi jalan antara Kudus dan Jepara yang secara bertahap menjadi tempat yang maju dan berkembang pesat. Ia kemudian mengabdi kepada Sultan Trenggana dari Demak, dan mendapat salah seorang putri Sultan Trenggana sebagai istrinya. Menurut silsilah Kerajaan Demak, putri tersebut tercatat sebagai Ratu Aria Jepara atau yang dalam Babad Tanah Jawi ia disebut sebagai Ratu Kalinyamat.{{Sfn|de Graaf|2019|p=173-174}}
Nama asli Ratu Kalinyamat adalah '''Retna Kencana''', puteri Trenggana, raja Demak (1521-1546). Pada usia remaja ia dinikahkan dengan '''Pangeran Kalinyamat'''.
=== Kematian Sultan Hadlirin ===
Pada tahun 1549, keluarga [[Sunan Prawata]], sultan keempat Demak, dibunuh oleh Rangkut dan Gopta, suruhan [[Arya Penangsang]], bupati [[Kadipaten Jipang|Jipang Panolan]]. Ratu Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok milik [[Sunan Kudus]] menancap pada mayat kakaknya itu. Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke [[Kabupaten Kudus|Kudus]] minta penjelasan.
 
Menurut [[Babad Tanah Jawi]], Ratu Kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian kakaknya, tetapi [[Sunan Kudus]] mendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal Sultan Trenggana. Ia menjelaskan bahwa semasa muda, [[Sunan Prawata]] pernah membunuh Pangeran Sekar Seda ing Lepen, ayah [[Arya Penangsang]]. Jadi, Sunan Kudus melihatnya sebagai balasan yang setimpal.
Pangeran Kalinyamat berasal dari luar [[Jawa]]. Terdapat berbagai versi tentang asal-usulnya. Masyarakat Jepara menyebut nama aslinya adalah Win-tang, seorang [[saudagar]] dari [[Tiongkok]] yang mengalami kecelakaan di laut. Ia terdampar di pantai Jepara, dan kemudian berguru pada [[Sunan Kudus]].
 
Ratu Kalinyamat kecewa atas sikap [[Sunan Kudus]]. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka disergap anak buah [[Arya Penangsang]]. Pangeran Kalinyamat tewas. Konon, ia sempat merambat di tanah dengan sisa-sisa tenaga, sehingga oleh penduduk sekitar, daerah tempat meninggalnya Pangeran Kalinyamat disebut desa Prambatan.
Versi lain mengatakan, Win-tang berasal dari [[Aceh]]. Nama aslinya adalah Pangeran Toyib, putera [[Sultan Mughayat Syah]] raja [[Kesultanan Aceh]] (1514-1528). Toyib berkelana ke Tiongkok dan menjadi anak angkat seorang menteri bernama Tjie Hwio Gwan. Nama Win-tang adalah ejaan [[Jawa]] untuk Tjie Bin Thang, yaitu nama baru Toyib.
 
Selanjutnya, dengan membawa jenazah Pangeran Kalinyamat, Ratu Kalinyamat meneruskan perjalanan sampai pada sebuah sungai dan darah yang berasal dari jenazah Pangeran Kalinyamat menjadikan air sungai berwarna ungu, dan kemudian dikenal daerah tersebut dengan nama Kaliwungu. Semakin ke barat, dan dalam kondisi lelah, kemudian melewati [[Pringtulis, Nalumsari, Jepara|Pringtulis]]. Dan karena lelahnya dengan berjalan sempoyongan (moyang-moyong) di tempat yang sekarang dikenal dengan nama [[Mayong, Jepara|Mayong]]. Sesampainya di [[Pelang, Mayong, Jepara|Pelang]] karena hatinya melang-melang. Sesampainya di [[Purwogondo, Kalinyamatan, Jepara|Purwogondo]], disebut demikian karena di tempat inilah awal keluarnya bau dari jenazah yang dibawa Ratu Kalinyamat, dan kemudian melewati [[Pecangaan, Jepara|Pecangaan]] dan sampai di [[Mantingan, Tahunan, Jepara|Mantingan]].
Win-tang dan ayah angkatnya kemudian pindah ke [[Jawa]]. Di sana Win-tang mendirikan desa Kalinyamat yang saat ini berada di wilayah Kecamatan [[Kalinyamatan, Jepara|Kalinyamatan]], sehingga ia pun dikenal dengan nama Pangeran Kalinyamat. Ia berhasil menikahi Retna Kencana putri [[Sultan Trenggana]] (Raja Demak), sehingga istrinya itu kemudian dijuluki Ratu Kalinyamat. Sejak itu, Pangeran Kalinyamat menjadi anggota keluarga Kerajaan Demak dan memperoleh gelar Pangeran Hadiri.
 
Ratu Kalinyamat berhasil meloloskan diri dari peristiwa pembunuhan itu. Ia kemudian melakukan tapa "telanjang"{{NoteTag|Yang dimaksud dengan tapa telanjang disini adalah hanya berpakaian layaknya orang biasa sementara meninggalkan semua atribut singgasananya sebagai ratu.<ref>{{Cite web|last=Fardianto|first=Fariz|title=Menguak Kesaktian 'Tapa Tanpa Busana' Ratu Kalinyamat, Menuntut Balas!|url=https://jateng.idntimes.com/science/discovery/fariz-fardianto/menguak-kesaktian-itopo-wudoi-ratu-kalinyamat-saat-menuntut-balas-dendam|website=IDN Times|language=id|access-date=2020-11-23}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Hayati|first=Chusnul|date=2010|title=RATU KALINYAMAT: RATU JEPARA YANG PEMBERANI|url=http://eprints.undip.ac.id/3238/|journal=Citra Leka dan Sabda|quote=Dalam bahasa Jawa kata ''wuda'' (telanjang) tidak hanya berarti tanpa busana sama sekali, tetapi juga memiliki arti kiasan yaitu tidak memakai barang-barang perhiasan dan pakaian yang bagus (Suara Merdeka, 10 Desember 1973).}}</ref>}} di Gunung Danaraja, dengan sumpah tidak akan "berpakaian" sebelum berkeset kepala [[Arya Penangsang]]. Harapan terbesarnya adalah adik iparnya, yaitu [[Hadiwijaya]], bupati [[Pajang]], karena hanya ia yang setara kesaktiannya dengan bupati Jipang.
Pangeran dan Ratu Kalinyamat memerintah bersama di Jepara. Tjie Hwio Gwan, sang ayah angkat, dijadikan patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang juga mengajarkan seni ukir pada penduduk Jepara.
 
[[Hadiwijaya]] segan menghadapi [[Arya Penangsang]] secara langsung karena sama-sama anggota keluarga Demak. Ia pun mengadakan sayembara yang berhadiah tanah [[Mataram]] dan [[Pati]]. Sayembara itu dimenangi oleh [[Ki Ageng Pamanahan]] dan [[Ki Panjawi]]. [[Arya Penangsang]] tewas di tangan [[Sutawijaya]], putra Ki Ageng Pemanahan, berkat siasat dari [[Ki Juru Martani]].
== Pemimpin Kerajaan Kalinyamat ==
* '''Ratu Kalinyamat''' (1527-1536)
* '''Sultan Hadlirin''' (1536-1546)
* '''Raja Kalinyamat''' (1546-1579}
* '''Pangeran Arya Jepara''' (1579-1599)
 
=== Setelah Arya Penangsang ===
==Letak Kerajaan Kalinyamat==
Ratu Kalinyamat kembali naik tahta setelah kematian Arya Penangsang tahun 1549. Kemudian, Kalinyamat, [[Demak]], dan [[Jipang, Cepu, Blora|Jipang]] menjadi bawahan [[Kesultanan Pajang|Pajang]] yang dipimpin oleh Sultan [[Hadiwijaya]]. Meskipun demikian, Hadiwijaya tetap memperlakukan Ratu Kalinyamat sebagai tokoh senior yang dihormati, bahkan Hadiwijaya tidak berniat membawahi Kalinyamat. Begitu juga dengan Ratu Kalinyamat yang tidak memandang Pajang sebagai halangan.
[[Berkas:Letak Keraton Kalinyamat.jpg|thumb|250px|Peta Keraton Kalinyamat (Siti Inggil)]]
[[Berkas:Peta Letak Benteng Kerajaan Kalinyamat.jpg|thumb|250px|Peta Benteng Kalinyamat]]
Letak Kerajaan Kalinyamat menurut cerita keratonnya terdapat di dekat dengan laut itu terbukti dengan ditemukan Siti Inggil / Bekas Keratonnya di Desa Kriyan yang tidak jauh dari dua Desa yang dahulunya adalah laut/teluk yaitu Desa Teluk Kulon dan Desa Teluk Wetan. Meski kini tidak kelihatan bahwa Desa Teluk Kulon dan Desa Teluk Wetan bekas laut tetapi jika tanah kedua desa tersebut digali hingga 3 meter akan ditemukan batu karang, pasir laut, hingga kerang-kerang laut maka terbukti bahwa desa ini bekas laut/teluk. Hal itu terjadi kepada setiap warga Desa [[Telukwetan, Welahan, Jepara|Teluk Wetan]] dan Desa [[Bandungrejo, Kalinyamatan, Jepara|Teluk Kulon]] setiap membuat sumur pasti menemukan pasir laut, kerang-kerang laut, hingga batu karang laut.
 
Tercatat pedagang-pedagang [[Aceh]], [[Malaka|Melaka]], [[Banten]], [[Demak]], [[Semarang]], [[Tegal]], [[Bali]], [[Makassar]], [[Banjarmasin]], [[Tuban]] dan [[Gresik]] turut meramaikan [[Jepara]]. Dapat dikatakan Pelabuhan Jepara menjadi tempat transaksi perdagangan berskala internasional. Ratu Kalinyamat pun memungut cukai bagi setiap kapal yang bertransaksi di Pelabuhan Jepara. Hasil perdagangan beras dan cukai tersebut menjadikan Jepara sebagai Kerajaan yang makmur, kaya raya.
==Petilasan==
Petilasan Kerajaan Kalinyamat yang masih ada, yaitu:
* Bekas Kraton (Sekarang Bernama [[Siti Inggil Kriyan|Siti Inggil Keraton Kalinyamat]]), di [[Kriyan, Kalinyamatan, Jepara|Kriyan]]
* Bekas Pasar (Sekarang Bernama [[Kutha Bedah]]), di [[Robayan, Kalinyamatan, Jepara|Robayan]]
* Bekas Pertapaan (sekarang Bernama [[Pertapaan Sonder]]), di [[Tulakan, Keling, Jepara|Tulakan]]
* Tembok [[Benteng Kalinyamat]], di Makam Mbah Sacam [[Robayan, Kalinyamatan, Jepara|Robayan]]
 
Dengan kekayaannya, Ratu Kalinyamat membangun armada Laut yang sangat kuat untuk melindungi kerajaannya yang bercorak maritim. Sebagai Kerajaan Maritim yang bercorak Islam, Kerajaan Jepara sangat dihormati dan disegani oleh kerajaan-kerajaan Islam lainnya. Kekuatan armada laut Kerajaan Jepara sudah tersohor di seluruh Nusantara. Banyak kerajaan-kerajaan lain yang meminta bantuan armada laut Jepara untuk melindungi negerinya.
==Senjata Pusaka==
* Keris Tegalsambi
 
Saat itu Ratu Kalinyamat sangat berpengaruh di Pulau Jawa. Ia adalah Ratu yang memiliki posisi politik yang kuat dan kondisi ekonomi yang kaya raya. Ia menjalin hubungan diplomatik yang sangat baik dengan Kerajaan-kerajaan Maritim Islam lainnya. [[Jepara]] menjalin hubungan diplomatik dengan [[Johor|Kerajaan Johor]], [[Kesultanan Aceh]], [[Kesultanan Banten]], [[Kesultanan Cirebon]], [[Ambon]] dan [[Kesultanan Demak]].
==Artefak Fisik Kota==
Bentuk artefak sebagai peninggalan yang sifatnya fisik terkait dengan perkembangan sejarah Kerajaan Kalinyamat sebagai Kota Pelabuhan ada dua macam yaitu yang bersifat bangunan, maupun yang sifatnya toponim berupa pemukiman atau kelompok masyarakat. Artefak pada masa lampau yang sangat berhubungan dengan sejarah Jepara antara lain:
 
=== Ekspedisi untuk mengusir Portugal ===
* Kraton Kalinyamat
Ratu Kalinyamat sebagaimana bupati Jepara sebelumnya ([[Pati Unus]]), bersikap anti terhadap Portugis. Pada tahun 1550 ia mengirim 4.000 tentara [[Jepara]] dalam 40 buah kapal memenuhi permintaan sultan [[Johor]] untuk membebaskan [[Malaka|Melaka]] dari kekuasaan bangsa [[Eropa]] itu.
Kraton Kalinyamat merupakan tempat tinggal Ratu Kalinyamat yang dulunya terkenal sebagai tempat bertirakatnya para raja dan petinggi raja-raja Demak dan [[Sunan Kalijaga]]. Kraton ini sampai saat ini belum ditemukan reruntuhannya, namun berdasarkan informasi warga sekitar, ketika menggali pondasi bisa dipastikan menemukan batu bata sebagai reruntuhan kraton. Didalamnya juga diduga terdapat Siti Hinggil dan Taman Keraton.
* Taman Kraton Kalinyamat dan Siti inggil
Taman Keraton berada di dalam keraton dengan unsur air, kolam dan kura-kura serta Siti Hinggil sebagai tempat paseban. Konsep taman keraton ini sama dengan taman-taman keraton seperti di [[Keraton Jogja]] dengan Taman Sari-nya, [[Keraton Cirebon]] dengan Sunyaragi, yang disamping menambah keindahan juga berfungsi sebagai tempat persembunyian.
 
Pasukan Jepara itu kemudian bergabung dengan pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang. Pasukan gabungan tersebut menyerang dari utara dan berhasil merebut sebagian Melaka. Namun Portugis berhasil membalasnya. Pasukan Persekutuan Melayu dapat dipukul mundur, sementara pasukan Jepara masih bertahan.
* Benteng Keraton Kalinyamat
Di Keraton Kalinyamat dibangun juga benteng sepanjang kurang lebih 5-6 km seluas 4 km2 dengan batu bata 20/25 selebar 2,5 m sebagai jalur penjagaan. Batas benteng Jalan Jepara Kudus, Kali Bakalan, dan Kali Krecek (Kali Sesek).
 
Baru setelah pemimpinnya gugur, pasukan Jepara ditarik mundur. Pertempuran selanjutnya masih terjadi di pantai dan laut yang menewaskan 2.000 prajurit Jepara. Badai datang menerjang sehingga dua buah kapal Jepara terdampar kembali ke pantai [[Malaka|Melaka]], dan menjadi mangsa bangsa Portugis. Prajurit Jepara yang berhasil kembali ke Jawa tidak lebih dari setengah dari yang berhasil meninggalkan Melaka.
==Keraton==
Keraton merupakan tempat dimana pemerintahan di jalankan. Kerajaan Kalinyamat memiliki dua keraton, yaitu:
* '''Keraton Kalinyamat''', di Kriyan
Kanjeng Ratu Kalinyamat atau Retno Kencono, lahir rabu pahing, bulan [[Ramadhan]] 1514. Putri dari Kanjeng [[Sultan Trenggono]],Sultan Demak (1504-1546) dengan Roro Purbayan. Retno Kencono diberi kekuasaan memimpin Jepara pada Tanggal 10 April 1527 dan bergelar TrusKaryo Tataning Bumi karena diberi amanat oleh [[Fatahilah]] yang akan pergi menyerang Portugis di [[Sunda Kelapa]] yang akhirnya menjadi Sultan disana 22 Juni 1527. Retno Kencono juga resmi disahkan oleh Kanjeng [[Sultan Trenggono]], ayahnya. Sehingga pada 1 Juni 1527 dimulai pembuatan Keraton di [[Kalinyamatan, Jepara]]. Pada 12 Agustus 1527 Retno Kencono melantik Pejabat Keratonnya.
Tahun 1528 Kanjeng Ratu Kalinyamat pergi ke [[Cirebon]]. Disana ia bertemu dengan perempuan yang sangat sakti dengan aliran Tauhid Hakikat ‘’Manunggaling Kawulo Gusti’’. Perempuan asal Aceh keturunan Mesir, yang bernama [[Nur Hasnah]], berjuluk [[Syekh Siti Jenar]], dengan rambut bersanggul di atas kepala dan berkerudung warna kuning Emas banyak disangka sebagai rambut jenggot seorang laki-laki.
Keraton Kalinyamat menghadap ke timur dengan 3 Pintu Gerbang, yaitu:
# Pintu gerbang pertama saat ini berada di perbatasan Jepara Kudus, berupa hutan sampai ke pintu kedua.
# Pintu gerbang kedua berupa dua pohon pisang kembar yang saat ini berada di DesaGedangan, berupa tanah lapang sampai pintu Gerbang ketiga. Disitu hanya tersedia 2 kursi tamu, dan seekor macan Klawuk.
# Pintu gerbang ketiga, saat ini berada di Desa Kriyan Langsung menuju [[Siti Inggil Kriyan]] saat ini berada di belakang [[SMP Islam Sultan Agung 3 Kalinyamatan]], sebagai tempat penerimaan tamu. Di bagian belakang istana digunakan sebagai tempat berdakwah Kanjeng [[Syekh Siti Jenar]] dalam menyebarkan Tauhid Hakikat. Dan Kanjeng Ratu Kalinyamat adalah murid kesayangan [[Syekh Siti Jenar]]. Kanjeng Ratu Kalinyamat sangat menyukai kerudung warna merah.
Sebagai seorang yang beraliran Tauhid Hakikat. Kanjeng Ratu Kalinyamat mejadikan Istananya hanya dihuni perempuan. Patih yang bernama Sri Rahayu Anjani. Panglima Perang, Sri Rekso Arum. Juru masak, Sri Anjani Kerto Rahayu. Algojo, Sri Endang Lesmono. Telik Sandi, Rinjani. Dayang Retno Dumilah, Roro Sumangkin. Guru spiritual, [[Syekh Siti Jenar]]. Cuma telik Sandi Panji Lanang, satu-satunya pria. Namun kerjanya di luar Gerbang Keraton. Hewan-hewan peliaraan keraton hampir semuanya jantan. Ada harimau tunggangan bernama Penggolo. Burung Garuda Emas, Kera Surya kencono, Tikus Piti, Kidang Kencana, Naga Kencana, Kerang Cangkang Wojo, Keong Buntet, dan ditambah lagi Bunga Kenanga Putih kesukaan Kanjeng [[Ratu Kalinyamat]]. Kedelapan hewan dan ditambah satu Bunga [[Kenanga]] Putih, dilambangkan dengan adanya Tundan Songo. Tundan Songo saat ini adalah tangga masuk menuju Astana Mantingan.
 
Pada tahun [[1564]], [[Sultan Ali Riayat Syah]] dari [[Kesultanan Aceh]] meminta bantuan Demak untuk menyerang Portugis di [[Malaka|Melaka]]. Saat itu Demak dipimpin seorang bupati yang mudah curiga, bernama [[Arya Pangiri]], putra Sunan Prawata. Utusan Aceh dibunuhnya. Akhirnya, Aceh tetap menyerang Melaka tahun [[1567]] meskipun tanpa bantuan Jawa. Serangan itu gagal.
* '''Keraton Mantingan''', di Mantingan
Sultan Trenggono memberikan tanah dan biaya untuk mendirikan Keraton Islam di Mantingan kepada Sunan Hadlirin dan [[Wali Songo]]. Sunan Hadlirin juga ditunjuk Sebagai Sultannya. Dan diberi gelar “Sultan Hadlirin”. Persaingan penyebaran Agama sangat ketat antara [[Wali Songo]] yang berpadepokan di Kasultanan Mantingan dengan Tauhid Hakikat yang bermarkas di Keraton Kalinyamat.
Selama tiga tahun para Wali mendirikan Keraton. Di depan keraton ada pagar yang dihuni 10 ekor Kerbau. Dikandang kerbau juga terdapat genangan air yang disebut Belik yang tidak pernah kering. Sehingga pada masa itu, Keraton Mantingan disebut Keraton Kandang Kerbau. Kanjeng [[Ratu Kalinyamat]] penasaran dengan [[Sultan Hadlirin]] yang diberi kekuasaan baru oleh ayahnya. Kanjeng Ratu Kalinyamat sering berpura-pura menyerang Kesultanan Mantingan dengan alasan urusan perbedaan agama, agar bisa bertemu dengan Raden Toyib. Setelah bertemu, Kanjeng Ratu Kalinyamat dan Sultan Hadlirin sama-sama jatuh hati. Setelah Sunan Hadirin menikah dengan Ratu Kalinyamat maka Kesultanan Mantingan dan Kerajaan Kalinyamat melebur menjadi Kesultanan Kalinyamat dan pusat pemerintahan dipindahkan ke Keraton Astana Mantingan. Abdul Jalil, Kerabat Kanjeng Sunan Hadlirin, dijadikan Telik sandi Keraton Jepara bagian utara. Telik sandi bagian selatan dipercayakan pada seorang permpuan bernama Sanjang yang saat ini Makamnya di desa [[Petekeyan, Tahunan, Jepara]].
 
Pada tahun [[1573]], Sultan Ali Riayat Syah meminta bantuan lagi kepada Ratu Kalinyamat untuk menyerang Melaka kembali. Ratu mengirimkan 300 kapal berisi 15.000 prajurit Jepara. Pasukan yang dipimpin oleh Ki Demang Laksamana itu baru tiba di Melaka bulan Oktober [[1574]]. Padahal saat itu pasukan Aceh sudah dipukul mundur oleh Portugis.
==Hewan Keraton==
Ratu Kalinyamat terkenal tegas tetapi Ratu Kalinyamat memiliki hati yang lembut, karena Ratu Kalinyamat memiliki beberapa hewan peliharaannya, Hewan-hewan peliaraan Keraton Kalinyamat hampir semuanya jantan, yaitu:
* Harimau Penggolo (Harimau Tunggangan Ratu Kalinyamat, juga tunggangan Sultan Hadlirin)
* Macan Klawuk
* Burung Garuda Emas
* Kera Surya Kencono
* Tikus Piti
* Kidang Kencana
* Naga Kencana
* Kerang Cangkang Wojo
* Keong Buntet
* Kuda Kencono Putih
* Kuda Kencono Wangi
 
Pasukan Jepara yang terlambat datang itu langsung menembaki Melaka dari [[Selat Malaka|Selat Melaka]]. Esoknya, mereka mendarat dan membangun pertahanan. Tapi akhirnya, pertahanan itu dapat ditembus pihak [[Portugis]]. Sebanyak 30 buah kapal Jepara terbakar. Pihak Jepara mulai terdesak, namun tetap menolak perundingan damai karena terlalu menguntungkan Portugis. Sementara itu, sebanyak enam kapal perbekalan yang dikirim Ratu Kalinyamat direbut Portugis. Pihak Jepara semakin lemah dan memutuskan pulang. Dari jumlah awal yang dikirim Ratu Kalinyamat, hanya sekitar sepertiga saja yang tiba di Jawa.
== Masa Keemasan ==
[[Berkas:Diogo de Couto - Panorama 1837.jpg|jmpl|237x237px|Diogo do Couto]]
Kebesaran Ratu Kalinyamat pernah dilukiskan oleh penulis Portugis Diego de Couto, sebagai (Rainha de Japara, senhora paderosa e rica) yang berarti Ratu Jepara, seorang wanita kaya dan sangat berkuasa. Selama 30 tahun kekuasaannya (1549-1579), ia berhasil membawa Jepara ke puncak kejayaannya. Meski pada hakikatnya Jepara merupakan bagian dari Kesultanan Demak, tapi secara de facto Jepara memiliki kekuasaan dan kewibawaan paling tinggi. Pada waktu itu [[Kesultanan Demak]] dipimpin oleh Pangeran Pangiri, putra bungsu [[Sultan Trenggana]]. Tapi pengaruh [[Demak]] tidaklah sehebat pengaruh Jepara. Hal ini disebabkan karena Jepara sangat kuat dalam bidang ekonomi dan militer.
Kebesaran dan keberanian Ratu Kalinyamat diakui oleh sejarawan Portugis {{Interlanguage link|Diogo do Couto|en}} dalam ''Da Asia de João de Barros'' dengan sebuah ungkapan ''Rainha de Japara, senhora poderosa, e rica'' (yang artinya "ratu Jepara, seorang wanita yang berkuasa dan kaya").{{Sfn|Hayati dkk.|2000|p=44}}<ref>{{Cite book|last=De Couto|first=Diogo|date=1778|url=https://archive.org/details/daasiadejoodeb09barr/page/122/mode/1up?q=rainha+de+Japara%2C+senhora+poderosa+e+rica|title=Da Asia de Diogo de Couto dos Feitos, que os Portuguezes Fizeram na Conquista, e Descubrimento das Terras, e Mares do Oriente|location=Lisboa|publisher=Regia Officina Typografica|isbn=|pages=122 (langsung merujuk pada ungkapan aslinya)|url-status=live}}</ref>
 
=== Hubungan dengan Maluku ===
Ratu Kalinyamat berhasil menghidupkan kembali perekonomian Jepara yang telah porak poranda akibat perang saudara yang berkepanjangan. Ia menjadikan pelabuhan Jepara sebagai pelabuhan transit bagi perdagangan nusantara. Saat itu Pelabuhan Jepara sangat ramai oleh pedagang-pedagang dari Ambon yang membawa rempah-rempah. [[Jepara]], [[Banten]], [[Semarang]] mernjual beras bagi para pedagang Ambon. Sedangkan [[Ambon]] menjadi produsen rempah-rempah bagi seluruh kerajaan di Jawa. Tercatat pedagang-pedagang [[Aceh]], [[Malaka]], [[Banten]], [[Demak]], [[Semarang]], [[Tegal]], [[Bali]], [[Makassar]], [[Banjarmasin]], [[Tuban]] dan [[Gresik]] turut meramaikan pelabuhan [[Jepara]] . Dapat dikatakan Pelabuhan Jepara menjadi tempat transaksi perdagangan berskala internasional. Ratu Kalinyamat pun memungut cukai bagi setiap kapal yang bertransaksi di Pelabuhan Jepara. Hasil perdagangan beras dan cukai tersebut menjadikan Jepara sebagai Kerajaan yang makmur, kaya raya.
Sumber Portugal melaporkan bahwa [[Kerajaan Tanah Hitu]] berkali-kali meminta bantuan Kalinyamat untuk melawan orang Portugis dan suku lain yang masih seketurunannya, yaitu Suku Hative. Bantuan pertama kali dikirim pada tahun 1565. Perlawanan ini menghasilkan efek pada Portugis 10 tahun kemudian yang perlahan-lahan meninggalkan Maluku.<ref>{{Cite web|last=Raditya|first=Iswara N.|title=Kerajaan Tanah Hitu dan Jurang Dua Agama di Maluku|url=https://tirto.id/kerajaan-tanah-hitu-dan-jurang-dua-agama-di-maluku-cyfc|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-11-21}}</ref>
== Kemunduran ==
Setelah meninggal pada tahun 1579, Ratu Kalinyamat digantikan oleh anak angkatnya, [[Pangeran Arya Jepara]]. Meskipun tidak sekuat bibinya, kekuasannya di laut masih dihormati.{{Sfn|Hayati dkk.|2000|p=67}} Pada 1580, [[Maulana Yusuf dari Banten|Maulana Yusuf,]] Raja Banten dan pahlawan yang merebut Pajajaran, meninggal dunia. Ia hanya meninggalkan seorang anak laki-laki yang masih kecil. Menurut para penulis sejarah di Banten, pangeran Jepara yang masih saudara Maulana Yusuf, menuntut haknya atas takhta [[Kesultanan Banten]]. Ia bersama panglima armada Demang Laksamana, pergi dari Jepara ke Banten. Tetapi sesampainya disana, Demang Laksamana terbunuh dalam pertempuran melawan Perdana Menteri Banten, sehingga Pangean Jepara terpaksa pulang. Sejak peristiwa tersebut berakhirlah pengaruh pemerintahan Jepara di Jawa Barat.{{Sfn|de Graaf|2019|p=180}}
 
Di masa pemerintahan Pangeran Arya Jepara, [[Kesultanan Mataram]] yang dipimpin oleh [[Sutawijaya]] beberapa kali mencoba menaklukkan Kalinyamat, tetapi gagal karena Kota Jepara dilindungi oleh benteng melingkar yang menghadap ke pedalaman dan dijaga ketat oleh pasukannya. Menurut pelaut-pelaut asal [[Belanda]] (''Eerste Schipvaert'' I: 103), pada abad keenam belas kebanyakan kota pelabuhan di Jawa dikelilingi tembok batu atau kayu pada sisi yang menghadap ke daerah pedalaman.{{Sfn|de Graaf|2019|p=181}} Baru pada tahun 1599, Mataram berhasil menaklukkan Kalinyamat dengan [[Invasi|serbuan]] yang menghancurkan Kota Jepara, baik secara fisik, [[politik]], maupun [[ekonomi]].{{Sfn|Hayati dkk.|2000|p=67}}{{Sfn|Supriyono|2013|p=35}} Dalam suatu surat berbahasa Belanda pada 1615 (Colenbrander, Coen VII: 45), terdapat kata-kata tentang ''destructie'' (penghancuran) Kota Jepara. Serangan Kesultanan Mataram dari pedalaman ke kota-kota pelabuhan pesisir mengakibatkan kerusakan yang berat, dan kemungkinan termasuk Kerajaan kalinyamat menjadi salah satu bagian dari korban serangan tersebut.{{Sfn|de Graaf|2019|p=181}} Sebuah sumber tradisional menyebut peristiwa ini sebagai ''bedhahe Kalinyamat'', yang artinya "jatuhnya Kalinyamat".<ref>{{Cite book|last=Panitia Penyusunan Hari Jadi Jepara, Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Jepara|first=|date=1988|url=https://books.google.co.id/books?hl=id&id=3glAAAAAMAAJ&dq=bedhahe+kalinyamat&focus=searchwithinvolume&q=tahun+1599+Masehi|title=Sejarah dan Hari Jadi Jepara|location=|publisher=|isbn=|pages=50|quote=Pada tahun yang sama - tahun 1521 Jawa atau tahun 1599 Masehi - naskah Babad Sengkala memberitahukan mengenai 'bedhahe Kalinyamat', artinya 'Jatuhnya Kalinyamat'|url-status=live}}</ref>
Dengan kekayaannya, Ratu Kalinyamat membangun armada Laut yang sangat kuat untuk melindungi kerajaannya yang bercorak maritim.
Sebagai Kerajaan Maritim yang bercorak Islam, Kerajaan Jepara sangat dihormati dan disegani oleh kerajaan-kerajaan Islam lainnya. Kekuatan armada laut Kerajaan Jepara sudah tersohor di seluruh nusantara. Banyak kerajaan-kerajaan lain yang meminta bantuan armada laut Jepara untuk melindungi negerinya. Saat itu Ratu Kalinyamat sangat berpengaruh di Pulau Jawa. Ia adalah Ratu yang memiliki posisi politik yang kuat dan kondisi ekonomi yang kaya raya. Ia menjalin hubungan diplomatik yang sangat baik dengan Kerajaan-kerajaan Maritim Islam lainnya. [[Jepara]] menjalin hubungan diplomatik dengan [[Johor|Kerajaan Johor]], [[Kesultanan Aceh]], [[Kesultanan Banten]], [[Kesultanan Cirebon]], [[Ambon]] dan [[Kesultanan Demak]].
 
== Masa KemunduranPeninggalan ==
Beberapa peninggalan Kalinyamat yang masih ada yaitu Kawasan Siti Inggil Kalinyamat di [[Kriyan, Kalinyamatan, Jepara|Kriyan]], [[Pertapaan Sonder]] di [[Tulakan, Keling, Jepara|Tulakan]], dan Benteng Kalinyamat di [[Robayan, Kalinyamatan, Jepara|Robayan]].
Ratu Kalinyamat tidak mempunyai anak oleh karena itu kemenakannya, yang dijadikan anak angkat, bernama Pangeran Jepara (anak Sultan [[Maulana Hasanudin]] dari [[Kesultanan Banten]]), menggantikannya sebagai penguasa Jepara. Pangeran, yang diberitakan pernah berusaha menduduki tahta Banten dan berhasil menduduki Bawean ini, berkuasa sampai tahun 1599. Kekuasaannya berakhir karena pasukan [[Panembahan Senopati]] dari Mataram datang menyerbu. Jepara diduduki dan kota Kalinyamat dihancurkan. Tidak ada kabar mengenai nasib keluarga penguasa dan orang-orang penting Jepara waktu itu. Sejak saat itu pula Jepara dipimpin oleh pejabat setingkat bupati yang ditunjuk oleh [[Kesultanan Mataram]].
== Catatan ==
<references group="note"/>
== Referensi ==
 
=== Catatan kaki ===
== Kematian Pangeran Kalinyamat ==
{{reflist|3}}
Pada tahun 1549 [[Sunan Prawata]] raja keempat Demak mati dibunuh utusan [[Arya Penangsang]], sepupunya yang menjadi bupati Jipang. Ratu Kalinyamat menemukan keris Kyai Betok milik [[Sunan Kudus]] menancap pada mayat kakaknya itu. Maka, Pangeran dan Ratu Kalinyamat pun berangkat ke [[Kudus]] minta penjelasan.
 
=== Daftar pustaka ===
[[Sunan Kudus]] adalah pendukung Arya Penangsang dalam konflik perebutan takhta sepeninggal raja Trenggana (1546). Ratu Kalinyamat datang menuntut keadilan atas kematian kakaknya. Sunan Kudus menjelaskan semasa muda [[Sunan Prawata]] pernah membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen ayah [[Arya Penangsang]], jadi wajar kalau ia sekarang mendapat balasan setimpal.
*{{Cite book|last=Hayati|date=2000|url=|title=Peranan Ratu Kalinyamat di Jepara Pada Abad XVI|location=Jakarta|publisher=Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional|isbn=|pages=|url-status=live|first=Chusnul|ref={{harvid|Hayati dkk.|2000}}}}
*{{Cite book|last=Olthof|first=Willem Lodewijk|date=2008|url=|title=Babad Tanah Jawi|location=Yogyakarta|publisher=Narasi|isbn=|pages=|translator-last=Soemarsono|translator-first=H. R.|url-status=live}}
*{{Cite book|last=[[M.C. Ricklefs|Ricklefs]]|first=[[M.C. Ricklefs|Merle Calvin]]|date=2008|url=https://books.google.co.id/books?id=HPEnBQAAQBAJ|title=A History of Modern Indonesia since c.1200|location=|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=9781137149183|pages=|url-status=live|edition=4}}
*{{Cite book|last=[[M.C. Ricklefs|Ricklefs]]|first=[[M.C. Ricklefs|Merle Calvin]]|date=2008|url=https://archive.org/details/m.-c.-ricklefs-a-history-of-modern-indonesia-since-c.-1200-red-globe-press-2008/page/4/mode/2up|title=A History of Modern Indonesia since c. 1200 Fourth Edition (E-Book version)|location=New York|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=|pages=|url-status=live|edition=4}}
*{{Cite book|last=de Graff|first=H.J.|last2=Pigeaud|first2=TH. G. TH.|date=2019|title=Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI, cetakan V edisi revisi|location=Yogyakarta|publisher=MataBangsa|isbn=9789799471239|pages=|url-status=live}}
*{{Cite journal|last=Sofiana|first=Anas|date=2017|title=Ratu Kalinyamat Penguasa Wanita Jepara Tahun 1549-1579.|url=https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/21467|journal=Avatara|volume=5|issue=3|pages=|doi=|issn=2354-5569|ref=harv|access-date=2020-11-21|archive-date=2021-01-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20210108232814/https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/21467|dead-url=yes}}
*{{Cite journal|last=Supriyono|first=Agustinus|date=2013|title=Tinjauan Historis Jepara Sebagai Kerajaan Maritim dan Kota Pelabuhan|url=https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article/view/2494|journal=Paramita|volume=23|issue=1|pages=|doi=10.15294/paramita.v23i1.2494|issn=2407-5825|ref=harv}}
*{{Cite thesis|last=Qomariyah|title=Peranan Kerajaan Kalinyamat dalam Pengembangan Islam di Jepara (1527-1599 M)|date=2016|degree=Undergraduate|publisher=UIN Sunan Ampel Surabaya|url=http://digilib.uinsby.ac.id/9172/|doi=|first=Lailatul|ref=harv}}
 
{{Kerajaan di Jawa}}
Ratu Kalinyamat kecewa atas sikap [[Sunan Kudus]]. Ia dan suaminya memilih pulang ke Jepara. Di tengah jalan, mereka dikeroyok anak buah [[Arya Penangsang]]. Pangeran Kalinyamat tewas. Konon, ia sempat merambat di tanah dengan sisa-sisa tenaga, sehingga oleh penduduk sekitar, daerah tempat meninggalnya Pangeran Kalinyamat disebut desa Prambatan.
 
Menurut cerita. Selanjutnya dengan membawa jenazah Pangeran Kalinyamat, Ratu Kalinyamat meneruskan perjalanan sampai pada sebuah sungai dan darah yang berasal dari jenazah Pangeran Kalinyamat menjadikan air sungai berwarna ungu, dan kemudian dikenal daerah tersebut dengan nama Kaliwungu. Semakin ke barat, dan dalam kondisi lelah, kemudia melewati [[Pringtulis, Nalumsari, Jepara|Pringtulis]]. Dan karena lelahnya dengan berjalan sempoyongan (moyang-moyong) di tempat yang sekarang dikenal dengan nama [[Mayong, Jepara|Mayong]]. Sesampainya di [[Purwogondo, Kalinyamatan, Jepara|Purwogondo]], disebut demikian karena di tempat inilah awal keluarnya bau dari jenazah yang dibawa Ratu Kalinyamat, dan kemudia melewati [[Pecangaan, Jepara|Pecangaan]] dan sampai di [[Mantingan, Tahunan, Jepara|Mantingan]].
 
== Ratu Kalinyamat Bertapa ==
Ratu Kalinyamat berhasil meloloskan diri dari peristiwa pembunuhan itu. Ia kemudian bertapa telanjang di [[Gunung Danaraja]], dengan sumpah tidak akan berpakaian sebelum berkeset kepala [[Arya Penangsang]]. Harapan terbesarnya adalah adik iparnya, yaitu [[Hadiwijaya]] alias [[Jaka Tingkir]], bupati [[Pajang]], karena hanya ia yang setara kesaktiannya dengan bupati Jipang.
 
[[Hadiwijaya]] segan menghadapi [[Arya Penangsang]] secara langsung karena sama-sama anggota keluarga Demak. Ia pun mengadakan sayembara yang berhadiah tanah [[Mataram]] dan [[Pati]]. Sayembara itu dimenangi oleh [[Ki Ageng Pemanahan]] dan [[Ki Penjawi]]. [[Arya Penangsang]] tewas di tangan [[Sutawijaya]] putra [[Ki Ageng Pemanahan]], berkat siasat cerdik [[Ki Juru Martani]].
 
== Serangan Pertama Ratu Kalinyamat ke Malaka pada Portugis ==
Ratu Kalinyamat kembali menjadi bupati Jepara. Setelah kematian Arya Penangsang tahun 1549, wilayah [[Demak]], [[Jepara]], dan [[Jipang]] menjadi bawahan [[Pajang]] yang dipimpin raja [[Hadiwijaya]]. Meskipun demikian, Hadiwijaya tetap memperlakukan Ratu Kalinyamat sebagai tokoh senior yang dihormati.
 
Ratu Kalinyamat sebagaimana bupati Jepara sebelumnya ([[Pati Unus]]), bersikap anti terhadap Portugis. Pada tahun 1550 ia mengirim 4.000 tentara [[Jepara]] dalam 40 buah kapal memenuhi permintaan sultan [[Johor]] untuk membebaskan [[Malaka]] dari kekuasaan bangsa [[Eropa]] itu.
 
Pasukan Jepara itu kemudian bergabung dengan pasukan Persekutuan Melayu hingga mencapai 200 kapal perang. Pasukan gabungan tersebut menyerang dari utara dan berhasil merebut sebagian Malaka. Namun Portugis berhasil membalasnya. Pasukan Persekutuan Melayu dapat dipukul mundur, sementara pasukan Jepara masih bertahan.
 
Baru setelah pemimpinnya gugur, pasukan Jepara ditarik mundur. Pertempuran selanjutnya masih terjadi di pantai dan laut yang menewaskan 2.000 prajurit Jepara. Badai datang menerjang sehingga dua buah kapal Jepara terdampar kembali ke pantai [[Malaka]], dan menjadi mangsa bangsa Portugis. Prajurit Jepara yang berhasil kembali ke Jawa tidak lebih dari setengah dari yang berhasil meninggalkan Malaka.
 
== Serangan Kedua Ratu Kalinyamat ke Malaka pada Portugis ==
Pada tahun [[1564]], [[Sultan Ali Riayat Syah]] dari [[Kesultanan Aceh]] meminta bantuan Demak untuk menyerang Portugis di [[Malaka]]. Saat itu Demak dipimpin seorang bupati yang mudah curiga, bernama [[Arya Pangiri]], putra Sunan Prawata. Utusan Aceh dibunuhnya. Akhirnya, Aceh tetap menyerang Malaka tahun [[1567]] meskipun tanpa bantuan Jawa. Serangan itu gagal.
 
Pada tahun [[1573]], sultan Aceh meminta bantuan Ratu Kalinyamat untuk menyerang Malaka kembali. Ratu mengirimkan 300 kapal berisi 15.000 prajurit Jepara. Pasukan yang dipimpin oleh Ki Demang Laksamana itu baru tiba di Malaka bulan [[Oktober]] [[1574]]. Padahal saat itu pasukan Aceh sudah dipukul mundur oleh Portugis.
 
Pasukan Jepara yang terlambat datang itu langsung menembaki Malaka dari [[Selat Malaka]]. Esoknya, mereka mendarat dan membangun pertahanan. Tapi akhirnya, pertahanan itu dapat ditembus pihak [[Portugis]]. Sebanyak 30 buah kapal Jepara terbakar. Pihak Jepara mulai terdesak, namun tetap menolak perundingan damai karena terlalu menguntungkan Portugis. Sementara itu, sebanyak enam kapal perbekalan yang dikirim Ratu Kalinyamat direbut Portugis. Pihak Jepara semakin lemah dan memutuskan pulang. Dari jumlah awal yang dikirim Ratu Kalinyamat, hanya sekitar sepertiga saja yang tiba di Jawa.
 
Meskipun dua kali mengalami kekalahan, namun Ratu Kalinyamat telah menunjukkan bahwa dirinya seorang wanita yang gagah berani. Bahkan Portugis mencatatnya sebagai ''rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame'', yang berarti "Ratu Jepara seorang wanita yang kaya dan berkuasa, seorang perempuan pemberani".
 
== Serangan Ratu Kalinyamat ke Ambon pada Portugis ==
Ratu Kalinyamat tidak pernah jera. Pada tahun [[1565]] ia memenuhi permintaan orang-orang [[Hitu]] di [[Ambon]] untuk menghadapi gangguan bangsa [[Portugis]] dan kaum [[Hative]].
 
== Anak Angkat Ratu Kalinyamat ==
Ratu Kalinyamat meninggal dunia sekitar tahun 1579. Ia dimakamkan di dekat makam Pangeran Kalinyamat di desa Mantingan.Semasa hidupnya, Ratu Kalinyamat membesarkan tiga orang pemuda, yaitu:
* Pangeran Timur Rangga Jumena
Yang pertama adalah adiknya, yaitu Pangeran Timur Rangga Jumena putera bungsu Trenggana yang kemudian menjadi bupati [[Kabupaten Madiun|Madiun]].
* Arya Pangiri
Yang kedua adalah keponakannya, yaitu Arya Pangiri, putra Sunan Prawata yang kemudian menjadi bupati [[Kabupaten Demak|Demak]].
* Pangeran Arya Jepara
Sedangkan yang ketiga adalah sepupunya, yaitu Pangeran Arya Jepara putra Ratu Ayu Kirana (adik [[Sultan Trenggono]]).
 
==Keruntuhan==
Ayah [[Pangeran Arya Jepara]] adalah [[Maulana Hasanuddin]] raja pertama [[Banten]]. Ketika [[Maulana Yusuf]] raja kedua [[Banten]] meninggal dunia tahun 1580, putra mahkotanya masih kecil. Pangeran Arya Jepara berniat merebut takhta. Pertempuran terjadi di [[Banten]]. Pangeran Jepara terpaksa mundur setelah ki Demang Laksamana, panglimanya, gugur di tangan patih Mangkubumi [[Kesultanan Banten]].
 
pada masa pemerintahan Pangerang Jepara ini terjadi pemberontakan di [[Pajang, Laweyan, Surakarta|Pajang]] oleh Mataram yang berakhir dengan kekalahan pihak Pajang. Sehinnga pemberontakan<ref>nadaekanovaatasya.blogspot.com/2013/03/sejarah-dan-asal-usul-ratu-kalinyamat.html</ref> ini terjadi pada tahun 1578 mengakibatkan keruntuhan [[Kesultanan Pajang]].
 
Dua belas tahun kemudian, tiba giliran Jepara di serang bala tentara Mataram. Agaknya kali ini Jepara keteteran membendung serangan Mataram yang dahsyat. Karena Pangeran Arya Jepara sendiri meninggalkan Jepara untuk membesuk ayahnya yaitu [[Maulana Hasanuddin]]. Maka tak ayal lagi, [[Kalinyamatan, Jepara|Kalinyamat]] yang merupakan ibukota Kerajaan Jepara bernasib serupa dengan ibukota [[Kesultanan Pajang]] yang berada di [[Pajang, Laweyan, Surakarta|Pajang]]. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1599 M yang meruntuhkan kekuasaan [[Kerajaan Kalinyamat]] yang di kenal dengan sebutan Bedhahe Kalinyamat.
 
== Kepustakaan ==
* ''[[Babad Tanah Jawi]]''. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
* De Graaf HJ, [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud|Pigeaud ThGT]]. [[2001]]. ''Kerajaan Islam Pertama di Jawa''. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
* Hayati dkk. 2000. ''Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI''. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional.
 
==Referensi==
{{reflist}}
 
{{Kerajaan di Jawa}}
{{Sejarah-indo-stub}}
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Kerajaan Islam]]
[[Kategori:Kerajaan di Jawa Tengah]]
 
[[en:Kalinyamat Sultanate]]