Anusapati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jayrangkoto (bicara | kontrib)
Membatalkan 1 suntingan by 114.10.117.245 (bicara): Penghapusan tanpa alasan (TW)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(61 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox royalty
'''Bhatara Anusapati''' adalah raja kedua [[Kerajaan Tumapel]] (atau kemudian terkenal dengan nama [[Singhasari]]), yang memerintah pada tahun [[1227]] - [[1248]] (versi ''[[Nagarakretagama]]''), atau [[1247]] - [[1249]] (versi ''[[Pararaton]]'').
| name = Anusapati
| image =
| title = Sri Bathara Anusapati<br/>{{smaller|(ꦧꦡꦫꦄꦤꦸꦱꦥꦠꦶ)}}
| succession = [[Singasari|Raja Singhasari]] ke 2
| moretext =
| reign = 1227-1248
| coronation =
| predecessor = [[Ken Angrok]]
| successor = [[Wisnuwardhana]]
| spouses =
| issue = [[Wisnuwardhana]]
| issue-link = #Pernikahan dan keturunan
| issue-pipe = (dan lain-lain)
| house = [[Wangsa Rajasa|Rajasa]]
| father = [[Tunggul Ametung]] (versi Pararaton)<br>[[Ken Arok|Sri Rajasa]] (Versi Nagarakretagama)
| mother = [[Ken Dedes]]
| birth_date =
| birth_place = Istana Tumapel
| death_date = 1248
| death_place = Istana Tumapel
| burial_place = [[Candi Kidal]], [[Tumpang, Malang|Tumpang]], [[Kabupaten Malang|Malang]]
| signature =
| religion = [[Hindu]]-[[Buddha]]
| birth_name = Panji Pragiwaksono
}}
'''BhataraAnusapati''' atau disebut '''Panji Anusapati''' adalah raja kedua dari [[Kerajaan Tumapel]] (atau yang kemudian terkenal dengan nama [[Singhasari]]), dengan bergelar nama '''Sri Bathara Anusapati''' yang memerintah pada tahun [[1227]] - [[1248]] (versi ''[[Nagarakretagama]]''), atau [[1247]] - [[1249]] menurut (versi ''[[Pararaton]]'').
 
== Versi Pararaton ==
Menurut ''[[Pararaton]]'', Anusapati atau disebut juga '''Panji Anusapati''' adalah putra pasangan [[Tunggul Ametung]] dan [[Ken Dedes]]. Ayahnya dibunuh oleh [[Ken Arok]] sewaktu dirinya masih berada di dalam kandungan. [[Ken Arok]] kemudian menikahi [[Ken Dedes]] dan mengambil alih jabatan [[Tunggul Ametung]] sebagai ''akuwu'' [[Tumapel]]. Kemudian pada tahun [[1222]] [[Ken Arok]] mengumumkan berdirinya [[Kerajaan Tumapel]] yang terlepas dari kekuasaan [[Panjalu]]. Ia bahkan berhasil meruntuhkan [[Kerajaan Kadiri]] di bawah pemerintahan raja [[Kertajaya]].
 
Ketika Ken Arok mengangkat [[Mahisa Wong Ateleng]] sebagai penguasa Kadiri. Hal ini menyebabkan Anusapati yangmerasa telahheran pada sikap Ken Arok, padahal ia adalah putra tertua Ken Arok. tumbuhIa dewasajuga merasa kurang disayangi oleh [[Ken Arok]] dibanding saudara-saudaranya yang lain. Setelah mendesak ibunya ([[Ken Dedes]]), akhirnya ia pun mengetahui bahwa sesungguhnya ia merupakan anak kandung [[Tunggul Ametung]] yang mati dibunuh [[Ken Arok]].
 
Anusapati juga berhasil mendapatkan keris buatan [[Mpu Gandring]] yang dulu digunakan [[oleh Ken Arok]] untuk membunuh ayahnya. Dengan menggunakan keris itu, pembantu Anusapati yang berasal dari Desa Batil berhasil membunuh [[Ken Arok]] saat sedang makan malam, pada tahun saka 1168 (tahun [[1247]] M). Anusapati ganti membunuh pembantunya tersebut untuk menghilangkan jejak. Kepada semua orang ia mengumumkan bahwa pembantunya telah gila dan mengamuk hingga menewaskan raja.
 
Sepeninggal [[Ken Arok]], Anusapati naik takhta pada tahun saka 1170 (tahun [[1248]] M). Pemerintahannya dilanda kegelisahan karena cemas akan ancaman balas dendam anak-anak [[Ken Arok]]. Puri tempat tinggal Anusapati pun diberi pengawalan ketat, bahkan dikelilingi oleh parit dalam.
 
Meskipun demikian, [[Tohjaya|Panji Tohjaya]] putra [[Ken Arok]] dari selir bernama [[Ken Umang]] tidak kekurangan akal. Suatu hari ia mengajak Anusapati keluar mengadu ayam. Anusapati menurut tanpa curiga karena hal itu memang menjadi kegemarannya. Saat Anusapati asyik menyaksikan ayam bertarung, tiba-tiba [[Tohjaya]] menusuknya dengan menggunakan keris [[Mpu Gandring]]. Anusapati pun tewas seketika. Peristiwa itu terjadi pada tahun saka 1171 (tahun [[1249]] M).
 
Sepeninggal Anusapati, [[Tohjaya]] naik takhta. Namun pemerintahannya hanya berlangsung singkat karena ia kemudian tewas pada tahun saka 1172 (tahun [[1250]] M) akibat pemberontakan [[Ranggawuni]] putra Anusapati dan [[Mahisa Campaka]] putra [[Mahisa Wong Ateleng]].<ref>[{{Cite web |url=http://ki-demang.com/index.php?option=com_content&view=article&id=456:04-pararaton-bagian-04&catid=53:isi-pararaton&Itemid=598 |title=Terjemahan Pararaton di Ki-Demang.com] |access-date=2012-06-06 |archive-date=2011-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20111025000521/http://ki-demang.com/index.php?option=com_content&view=article&id=456:04-pararaton-bagian-04&catid=53:isi-pararaton&Itemid=598 |dead-url=yes }}</ref>
 
== Versi Nagarakretagama ==
Menurut ''[[Nagarakretagama]]'', Anusapati yang bergelar '''Bhatara Anusapati''' adalah putra dari "Sri Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra", yaitu nama pendiri [[Kerajaan Tumapel]]. Dengan kata lain, ia adalah putra [[Ken Arok]], karena ''[[Nagarakretagama]]'' tidak pernah menyebut adanya tokoh [[Tunggul Ametung]].
 
Dikisahkan pula bahwa Bhatara Anusapati memerintah sejak tahun [[1227]] menggantikan ayahnya. Pemerintahannya berjalan tenang. Seluruh tanah [[Jawa]] aman dan tunduk kepadanya. Anusapati akhirnya meninggal tahun [[1248]] dan digantikan putranya yang bernama [[Wisnuwardhana]] (alias [[Ranggawuni]]).
 
Untuk menghormati arwah Anusapati didirikan [[candiCandi Kidal]] di Desa [[Kidal]], Kecamatan [[Tumpang]], sekitar 20 km sebelah timur Kota [[Malang]] - [[Jawa Timur]], di mana ia dipuja sebagai [[Siwa]].
 
Penggalan [[pupuh]] dalam kitab [[Nagarakretagama]], sebuah [[kakawin]] kaya raya informasi tentang kerajaan [[Majapahit]] dan [[Kerajaan Singhasari|Singosari]], menceritakan hal yang berkaitan dengan raja Singosari ke-2, Anusapati, beserta tempat pendharmaannya di candi Kidal.
 
:''Bathara Anusapati menjadi raja''
:''Selama pemerintahannya tanah Jawa kokoh sentosa''
:''Tahun caka Persian Gunung Sambu (1170 C - 1248 M) dia berpulang ke Siwabudaloka''
:''Cahaya dia diujudkan arca Siwa gemilang di candi Kidal''
::(Nagarakretagama: pupuh 41 / bait 1, Slamet Mulyono)
 
== Misteri Kematian Anusapati ==
Baris 34 ⟶ 68:
Dalam prasasti itu tokoh [[Tohjaya]] disebutkan menjadi raja [[Kadiri]] menggantikan adiknya yang bernama [[Guningbhaya]]. Jadi, pemberitaan ''[[Pararaton]]'' bahwa [[Tohjaya]] adalah raja [[Tumapel]] atau [[Singhasari]] adalah keliru.
 
Berdasarkan prasasti tersebut, tokoh [[Tohjaya]] mungkin memang tidak pernah membunuh Anusapati sesuai pemberitaan ''[[NagarakretagamaPararaton]]''. Jika [[Tohjaya]] benar-benar melakukan kudeta disertai pembunuhan, maka sasarannya pasti bukan terhadap Anusapati, melainkan terhadap [[Guningbhaya]], adik tirinya.
 
== Referensi ==
Baris 43 ⟶ 77:
* R.M. Mangkudimedja. 1979. ''Serat Pararaton Jilid 2''. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
* [[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara
 
 
{{kotak mulai}}
{{s-reg}}
{{kotak suksesi|jabatan=Raja Singhasari</br />versi ''Nagarakretagama''|tahun=[[1227]] — [[1248]]|pendahulu=[[Ken Arok]]|pengganti=[[Wisnuwardhana]]}}
{{kotak selesai}}
 
[[Kategori:Kematian 1248]]
[[Kategori:Tokoh dari Malang]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Tumpang]]
[[Kategori:Raja Singhasari]]
[[Kategori:Kerajaan Singhasari]]
[[Kategori:Pembunuh]]
[[Kategori:Tokoh yang dibunuh di Nusantara]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Dinasti Rajasa]]