Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Diospectre (bicara | kontrib) |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(240 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Sejarah Indonesia}}
[[Sejarah Nusantara]] pada Era Kerajaan Hindu Buddha berkembang karena hubungan dagang wilayah [[Nusantara]] dengan negara-negara dari luar, seperti [[India]], [[Tiongkok]], dan wilayah [[Timur Tengah]]. Agama Hindu masuk ke [[Indonesia]] pada periode tarikh Masehi. Ajaran [[Agama Hindu|Hindu]] yang berkembang di beberapa tempat di Nusantara disebut dengan aliran [[Waisnawa|Waiṣṇawa]], yaitu suatu ajaran yang memuja [[Wisnu|Dewa Wiṣṇu]] sebagai [[dewa]] utama. Ajaran ini dianut oleh kelompok-kelompok masyarakat di Situs [[Kota Kapur, Mendo Barat, Bangka|Kota Kapur]], Bangka, Situs [[Cibuaya, Karawang|Cibuaya]], [[Situs Karawang]] dan [[Situs Muarakaman]], [[Kutai]] (pada sekitar abad ke- 5-7 M). Bukti adanya Agama Hindu tampak pada prasasti Tuk Mas yang ditemukan di Desa [[Kabupaten Lebak|Lebak]], Kecamatan Grabag, [[Magelang]], Jawa Tengah, di lereng Gunung [[Gunung Merbabu|Merbabu]] yang diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-7
Dalam ajaran Buddha, diketahui dianut oleh kelompok masyarakat Nusantara tepatnya di Situs [[Batujaya, Karawang|Batujaya]], [[Situs Bukit Siguntang]] di [[Sumatera Selatan]], dan [[Situs Batu Pait]] di [[Kalimantan Barat]] pada sekitar abad ke-6-7 M.{{Sfn|Indradjaja|2014|p=30}} Proses penyebaran agama Buddha dilakukan oleh para [[Dharmaduta]] yang bertugas untuk menyebarkan [[Dharma]] atau ajaran Buddha ke seluruh dunia. Penyebaran agama Buddha di Indonesia dilakukan oleh [[bangsa Indonesia]] sendiri yang belajar di India dan menjadi [[Biksu|Bhiksu]] kemudian menyebarkan ajarannya di Nusantara. Untuk di daerah pulau [[Jawa]], agama Buddha datang pada Abad ke-5 yang disebarkan oleh [[pangeran Khasmir]] (bernama [[Gunadharma]]). Pada abad ke-9, penyebaran Agama Buddha dilakukan oleh pendeta-pendeta dari wilayah India yaitu [[Gaudidwipa]] ([[benggala]]) dan [[Gujaradesa]] ([[Gujarat]]). Bukti tertua adanya pengaruh Buddha India di Indonesia adalah dengan ditemukannya [[Arca]] Buddha dari perunggu di Sempaga, [[Sulawesi Selatan]]. Antara abad ke 4 hingga abad ke 16 di berbagai wilayah nusantara berdiri berbagai kerajaan yang bercorak agama Hindu dan Buddha.{{Sfn|Fauzi|2017|p=1731}}
Sejak masuknya agama Hindu dan Buddha, masyarakat prasejarah Nusantara yang sebelumnya memiliki kepercayaan [[animisme]] dan [[dinamisme]] beralih memeluk agama Hindu dan Buddha
== Eksistensi kerajaan Hindu-Buddha ==
Agama Buddha pertama kali masuk ke [[Nusantara]] sekitar pada abad ke-2 Masehi. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan patung Buddha dari perunggu di daerah Jember dan [[Sulawesi Barat]]. Pengenalan agama Buddha di Nusantara berasal dari laporan seorang pengelana [[Tiongkok|Cina]] bernama Fa Hsien pada awal abad ke 5 Masehi. {{Sfn|Sulistiawan et al|2019|p=27}} Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan [[Tarumanagara]].{{Sfn|Hannigan|2015|p=38-39|Ps=: "In 412 CE, Faxian the wandering monk whose story would inspire Yijing almost three centuries later stopped by on his return from India in a West Java state that seems to have been called Holotan. As a good Buddhist, Faxian was none too approving of the state of religious. Later another state this one called Tarumanagara grew up in the same place."}} Kemudian dilanjutkan dengan [[Kerajaan Sunda]] sampai abad ke-16. Selain Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda, masih banyak pula kerajaan lain bercorak Hindu-Buddha, seperti Kerajaan [[Medang|Mataram Kuno]].{{Sfn|Sari dan Wibowo|2017|p=83}}
Selanjutnya, muncul dua kerajaan besar, yakni Kedatuan Sriwijaya dan Kerajaan [[Majapahit]]. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha [[Sriwijaya]] berkembang pesat di Sumatra.<ref>{{Cite news|last=Widiyani|first=Rosmha|title=Fakta Kerajaan Terbesar di Nusantara dari Sriwijaya hingga Majapahit|url=https://travel.detik.com/domestic-destination/d-5071532/fakta-kerajaan-terbesar-di-nusantara-dari-sriwijaya-hingga-majapahit|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id|access-date=2020-08-25|date=2020-06-28}}</ref> Pada sekitar tahun 670 M, Penjelajah Tiongkok yang bernama [[I-Tsing]] mengunjungi ibu kota daerah [[Palembang]]. Pada puncak kejayaannya, kekuasaan Sriwijaya mencapai daerah [[Jawa Tengah]] dan [[Kamboja]]. Pada abad ke-14 terdapat satu kerajaan [[Hindu]] di [[Jawa Timur]] yang bernama Kerajaan [[Majapahit]]. Antara tahun 1331-1364, Patih Majapahit yang bernama [[Gajah Mada]] berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.
== Warisan kebudayaan Hindu-Buddha ==
Sebelum masuknya kebudayaan [[Hindu]]-[[Buddhisme|Buddha]], masyarakat prasejarah [[Nusantara]] telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Selanjutnya, warisan dari Kerajaan Hindu dan Buddha yang pernah ada di Nusantara membentuk berbagai inspirasi hasil karya budaya di Nusantara. Salah satu contohnya ialah karya sastra [[India]] yang dibawa ke Indonesia, yakni ''[[wiracarita]] [[Ramayana]],'' [[Mahabharata|Mahabarata]], dan karya sastra lainnya. Adanya kedua kitab itu juga memacu beberapa pujangga Nusantara untuk menghasilkan karyanya sendiri, seperti [[Mpu Dharmaja|Empu Dharmaja]] dari [[kerajaan Panjalu]] yang menyusun Kitab Smaradhahana, [[Empu Sedah]] dan [[Empu Panuluh]] dari kerajaan [[Kadiri]] yang menelurkan karya Kitab [[Bharatayuddha|Bharatayuda]], Empu Tanakung yang membuat Kirab Lubdaka, [[Empu Kanwa]] yang memiliki karya Kitab Arjunawiwaha, Empu Triguna dengan Kitab Kresnayana-nya, Empu Panuluh yang menulis Kitab Gatotkacasraya, Empu Tantular yang membuat Kitab Kitab Sotasoma, dan Empu Prapanca yang masyhur dengan magnum opusnya yang berjudul Kitab [[Kakawin Nagarakretagama|Negarakertagama]].{{Sfn|Mardiani et al|2019|p=336}}Dengan demikian, cerita dari karya sastra yang muncul pada masa Hindu Buddha ini menjadi sumber inspirasi bagi pewayangan Indonesia.
Selain karya sastra, sistem [[politik]] dan pemerintahan pun diperkenalkan oleh orang-orang India dan membuat masyarakat yang pada awalnya hidup dalam kelompok-kelompok kecil menjadi bersatu dan membentuk sebuah kekuasaan yang lebih besar dengan pemimpin tunggal berupa seorang [[raja]]. Karena pengaruh hal ini, beberapa kerajaan Hindu-Buddha seperti [[Kerajaan Sriwijaya|Kedatuan Sriwijaya]], Kerajaan Majapahit, Tarumanegara, dan Kutai akhirnya dapat muncul di Nusantara.{{Sfn|Mardiani et al|2019|p=335}}
Tidak hanya karya sastra dan sistem politik saja yang berkembang pada masa Hindu Buddha di Nusantara, banyak pula hasil karya manusia masa lalu yang menandakan sejarah berkembangnya Hindu-Buddha di Nusantara. Beberapa di antaranya ialah adanya alat-alat dan benda sarana ritual yang salah satunya berbentuk arca yang memiliki beberapa bentuk yang dapat dikenali dari beberapa tanda khusus (laksana), posisi atau sikap tertentu, dan wahana atau binatang yang dianggap menjadi kendaraan seorang [[dewa]].{{Sfn|Mansur|2014|p=113}}
== Runtuhnya era kerajaan Hindu-Buddha ==
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12 Masehi melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti [[Samudera Pasai]], Aceh, Jambu Lipo, dan Kepaksian Paksi Pak di [[Sumatra]] serta [[Kerajaan Demak]] di Jawa.<ref>{{Cite news|title=Perkembangan Islam di Indonesia|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/04/184500769/perkembangan-islam-di-indonesia|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2020-08-25|editor-last=Putri|editor-first=Arum Sutrisni|date=2020-03-04|first=Arum Sutrisni|last=Putri}}</ref> Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era Hindu-Buddha ini.
== Kronologi ==
{{tone}}
* 101 - Penempatan Lembah Bujang/[[Candi Lembah Bujang]] yang menggunakan aksara Sanskrit Pallava membuktikan hubungan Nusantara dengan India di Sungai Batu.<ref>[http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2010&dt=0409&pub=Utusan_Malaysia&sec=Sastera&pg=sa_01.htm Tamadun 1900 tahun di Merbuk, Oleh OPAT RATTANACHOT, Utusan Malaysia 9 April 2010.]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
* 300 - Kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara telah melakukan hubungan dagang dengan India. Hubungan dagang ini mulai intensif pada abad ke-2 M. Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran internasional misalnya: logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan. Dari sebelah timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus, cengkih. Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran [[Hindu]] dan [[Budha]], pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan.
* 300 - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok. Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta [[Budha]] yaitu [[Fa Shien]] dan [[Gunavarman]]. Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan, barang-barang yang diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil kerajinan.
* 400 - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah kerajaan-kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain [[prasasti]], [[candi]], patung dewa, seni ukir, barang-barang logam. Keberadaan kerajaan [[Tarumanagara]] diberitakan oleh orang Cina.
* 603 : [[Kerajaan Malayu]] berdiri di hilir [[Batang Hari]]. Kerajaan ini merupakan konfederasi dari para pedagang-pedagang yang berasal dari pedalaman [[Suku Minangkabau|Minangkabau]]. Tahun 683, Malayu runtuh oleh serangan Sriwijaya.
* 671 : Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama [[I-Tsing]] berangkat dari [[Kanton]] ke India. Ia singgah di [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]] untuk belajar tata bahasa [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]], kemudian ia singgah di Malayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.
* 685 - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk menterjemahkan [[Tripitaka|kitab suci Budha]] dari bahasa Sanskerta ke dalam [[bahasa Tionghoa]].
* 692 - Salah satu kerajaan Budha di Indonesia yaitu [[Sriwijaya]] tumbuh dan berkembang menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang [[Bangsa Arab|Arab]], [[Parsi]], dan [[Tiongkok]]. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Wilayah kekuasaannya meliputi [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya]], [[Kamboja]], dan [[Pulau Jawa|Jawa]]. Sriwijaya juga menguasai jalur perdagangan [[Selat Malaka]], [[Selat Sunda]], dan [[Laut China Selatan]]. Dengan penguasaan ini, Sriwijaya mengontrol lalu lintas perdagangan antara [[Tiongkok]] dan [[India]], sekaligus menciptakan kekayaan bagi kerajaan.
* 760: Kerajaan [[Kerajaan Kanjuruhan|Kanjuruhan]], kerajaan pertama di Jawa Timur berdiri di dekat daerah [[Kota Malang]] sekarang. Sumber sejarahnya didapatkan dari prasasti Dinoyo yang ditemukan di [[Kota Malang|Malang]]. Raja pertamanya bernama Dewashimha yang kemudian digantikan oleh puteranya, setelah meninggal bernama Limwa, atau yang lebih dikenal dengan nama Gajayana.<ref>{{Cite news|date=2021-05-05|title=Kerajaan Kanjuruhan: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/05/141141279/kerajaan-kanjuruhan-sejarah-masa-kejayaan-dan-keruntuhan|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2022-08-05|editor-last=Nailufar|editor-first=Nibras Nada|first=Widya Lestari|last=Ningsih}}</ref>
* 922 : Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah datang ke [[kerajaan Medang]] dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada kaisar Tiongkok.
* 932 - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui [[Prasasti Kebon Kopi II]] yang bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi.<ref>Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor, Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2007</ref>
* 1042 - [[Airlangga]] raja [[Kahuripan|Medang Kahuripan]] membelah wilayah kerajaannya menjadi [[Janggala]] dan [[Panjalu]] atau [[Kadiri]]
* 1135 - [[Jayabaya]] dari Kadiri berhasil mengalahkan [[kerajaan Jenggala]] dan menyatukannya kembali menjadi [[kerajaan Kadiri]]
* 1222 - [[Kertajaya]] raja terakhir Kadiri dikalahkan oleh [[Ken Arok]] yang kemudian mendirikan [[kerajaan Singhasari]]
* 1292 - Musafir [[Venesia]], [[Marco Polo]] singgah di bagian utara Sumatra dalam perjalanan pulangnya dari Tiongkok ke [[Persia]] melalui laut. Marco Polo berpendapat bahwa [[Perlak]] merupakan sebuah kota Islam.
* 1292 : [[Raden Wijaya]], atas izin [[Jayakatwang]], membuka hutan tarik menjadi permukiman yang disebut Majapahit. Nama ini berasal dari pohon Maja yang berbuah pahit di tempat ini.<ref name="A">"[http://sains.kompas.com/read/xml/2009/01/05/16502050/kronologi.kota.majapahit Kronologi Kota Majapahit]", ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]'', [[5 Januari]] [[2009]]</ref>
* 1293 - Raden Wijaya memanfaatkan tentara [[Kekaisaran Mongol|Mongol]] untuk menggulingkan Jayakatwang di [[Kadiri]]. Memukul mundur tentara Mongol, lalu ia naik takhta sebagai raja Majapahit pertama pada 12 November.<ref name="A"/>
* 1293 - 1478: Kota Majapahit menjadi pusat kemaharajaan yang pengaruhnya membentang dari Sumatra ke Papua, kecuali [[Kerajaan Sunda|Sunda]] dan [[Pulau Madura|Madura]]. Kawasan urban yang padat dihuni oleh populasi yang kosmopolitan dan menjalankan berbagai macam pekerjaan. Kitab Negarakertagama menggambarkan keluhuran budaya Majapahit dengan cita rasa yang halus dalam seni, sastra, dan ritual keagamaan.<ref name="A"/>
* 1345-1346 : Musafir [[Maroko]], [[Ibn Battuta]] melewati Samudra dalam perjalanannya ke dan dari Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal dagang dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta mendapati bahwa penguasa Samudra adalah seorang pengikut [[Mahzab Syafi'i]] salah satu ajaran dalam [[Islam]].
* 1350-1389 - Puncak kejayaan [[Majapahit]] dibawah pimpinan raja [[Hayam Wuruk]] dan patihnya [[Gajah Mada]]. Majapahit menguasai seluruh kepulauan di asia tenggara bahkan jazirah Malaya sesuai dengan "[[Sumpah Palapa]]" yang menyatakan bahwa Gajah Mada menginginkan [[Nusantara]] bersatu.
* 1478 Majapahit runtuh akibat serangan Demak. Kota ini berangsur-angsur ditinggalkan penduduknya, tertimbun tanah, dan menjadi hutan jati.<ref name="A"/>
* 1570 - [[Pakuan Pajajaran|Pajajaran]], ibu kota Kerajaan Hindu terakhir di [[pulau Jawa]] dihancurkan oleh [[Kesultanan Banten]].
==Kerajaan Hindu-Buddha==
===Kerajaan Hindu-Buddha di Pulau Kalimantan===
* [[Kerajaan Kutai]] merupakan kerajaan tertua bercorak Hindu di Indonesia.<ref>{{Cite web|last=Ciel|date=2020-06-11|title=√ 16 Kerajaan Hindu Budha di Indonesia (Penjelasan Lengkap) ...|url=https://saintif.com/kerajaan-hindu-budha-indonesia/|website=Saintif|language=en-US|access-date=2020-08-25}}</ref> Kerajaan ini terletak di Kalimanan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.
* Kerajaan Sribangun (bercorak Buddha)
* [[Kerajaan Wijayapura]]
* [[Kerajaan Bakulapura]]
* [[Kerajaan Brunei]] (bercorak Buddha)
* [[Kerajaan Kuripan]]
* [[Kerajaan Negara Dipa]]
* [[Kerajaan Negara Daha]]
===Kerajaan Hindu-Buddha di Pulau Sumatra===
* [[Kerajaan Sriwijaya|Kedatuan Sriwijaya]] (671-1025)
* [[Kerajaan Malayu Dharmasraya]] (1183-1347)
===Kerajaan Hindu-Buddha di Pulau Jawa===
* [[Kerajaan Tarumanagara]] (Abad ke-5–Abad ke-7)
* [[Kerajaan Kendan]] (Abad ke-6–Abad ke-7)
* [[Kerajaan Galuh]] (Abad ke-5–Abad ke-7)
* [[Kerajaan Sunda]] (932-1579)
* [[Kerajaan Kalingga]] (Abad ke-6–Abad ke-7)
* [[Kerajaan Kanjuruhan]] (Abad ke-7–Abad ke-8)
* [[Kerajaan Mataram Kuno]] (732-1016)
* [[Kerajaan Kahuripan|Kerajaan Medang Kahuripan]] (1019-1043)
* [[Kerajaan Janggala]] (1042-1135)
* [[Kerajaan Panjalu]] ([[Kadiri]]) (1042-1222)
* [[Kerajaan Singhasari]] (1222-1292)
* [[Kerajaan Majapahit]] (1293-1527)
== Referensi ==
{{reflist}}
== Daftar pustaka ==
* {{Cite journal|last=Cunino|first=M. A.|date=2018|title=Nasionalisme, Toleransi, dan Kepemimpinan pada Buku Teks Pembelajaran Sejarah SMA|url=https://ejournal.upi.edu/index.php/historia/article/download/12604/7956|journal=Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah|volume=2|issue=1|pages=51-60|doi=|issn=2615-7993|ref={{sfnref|Cunino|2018}}}}
* {{Cite journal|last=Fauzi|first=R.|date=2017|title=Hubungan Pemahaman Siswa Tentang Lahir dan Berkembangnya Agama Hindu-Budha di Indonesia dengan Muncul dan Berkembangnya Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia di Kelas XI SMK Negeri 3 Sibolga|url=http://journal.ipts.ac.id/index.php/IPS/article/download/33/4/|journal=JURNAL PENDIDIKAN IPS|volume=1|issue=2|pages=1727-1903|doi=|issn=2337-5922|ref={{sfnref|Fauzi|2017}}|access-date=2021-01-25|archive-date=2022-03-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20220328071849/http://journal.ipts.ac.id/index.php/IPS/article/download/33/4/|dead-url=yes}}
* {{cite book|title=A brief history of Indonesia : sultans, spices, and tsunamis : the incredible story of Southeast Asia's largest nation|url=https://archive.org/details/briefhistoryofin0000hann|last=Hannigan|first=Tim|publisher=TUTTLE Publishing|year=2015|isbn=9781462917167|location=Tokyo; Vermont: Singapore|ref={{sfnref|Hannigan|2015}}|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Indradjaja|first=A.|date=2014|title=Awal Pengaruh Hindu Buddha di Nusantara|url=https://jurnalarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/kalpataru/article/download/48/24|journal=Majalah Arkeologi|volume=23|issue=1|pages=17-33|doi=|issn=2550-0449|ref={{sfnref|Indradjaja|2014}}}}
* {{Cite journal|last=Mansur|first=M.|date=2014|title=Pengaruh Hindu pada Beberapa Wilayah di Jawa Barat Melalui Arca-Arca Koleksi Museum Sribaduga|url=http://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/etnohis/article/download/815/587|journal=Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Kesejarahan|volume=1|issue=2|pages=112-120|doi=|issn=2656-4084|ref={{sfnref|Mansur|2014}}}}
* {{Cite journal|last=Mardiani, N., Umasih, U., &|first=Winarsih, M|date=2019|title=Materi Sejarah Masa Hindu-Buddha dan Penggunaan Sumber Belajar Sejarah dalam Pembelajarannya di SMK.|url=https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/tamaddun/article/download/5501/2560|journal=Jurnal Tamaddun: Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Islam|volume=7|issue=2|pages=328-347|doi=|issn=2528-5882|ref={{sfnref|Mardiani et al|2019}}}}
* {{Cite journal|last=Nastiti|first=T. S.|date=2014|title=Jejak-jejak Peradaban Hindu-Buddha di Nusantara.|url=http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=915094&val=14352&title=Jejak-Jejak%20Peradaban%20Hindu-Buddha%20Di%20Nusantara|journal=Majalah Arkeologi|volume=23|issue=1|pages=35-49|doi=|issn=2550-0449|ref={{sfnref|Nastiti|2014}}}}{{Pranala mati|date=Desember 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* {{Cite journal|last=Sari W. I. D., &|first=Wibowo A. M.|date=2017|title=Prasasti Anjuk Ladang di Nganjuk Jawa Timur (Sejarah dan Potensinya sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah)|url=http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/download/1062/934|journal=JURNAL AGASTYA|volume=7|issue=1|pages=82-103|doi=|issn=2502-2857|ref={{sfnref|Sari dan Wibowo|2017}}}}
* {{Cite journal|last=Sulistiawan E., Jayusman &|first=Suharso R.|date=2019|title=Modul Peninggalan Sejarah Hindu-Buddha Sebagai Bahan Ajar Alternatif Bagi Siswa SMA Kabupaten Semarang|url=https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijhe/article/download/30475/13842|journal=Indonesian Journal of History Education|volume=7|issue=1|pages=22-32|doi=|issn=2549-0354|ref={{sfnref|Sulistiawan et al|2019}}}}
{{Topik Indonesia}}
[[Kategori:Sejarah Nusantara| 02]]
|