Candi Sukuh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib) k clean up |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(41 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Tambah referensi}}
[[Berkas:
'''Candi Sukuh''' adalah sebuah kompleks candi
== Sejarah singkat penemuan ==
Baris 8 ⟶ 7:
== Lokasi candi ==
Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki [[Gunung Lawu]] pada ketinggian kurang lebih 1.186 [[meter]] di atas permukaan laut pada koordinat 07<sup>o</sup>37, 38’ 85’’ Lintang Selatan dan 111<sup>o</sup>07,. 52’65’’ Bujur Barat. Candi ini terletak di Dukuh Sukuh, Desa [[Berjo, Ngargoyoso, Karanganyar|Berjo]], Kecamatan [[Ngargoyoso, Karanganyar|Ngargoyoso]], [[Karanganyar|Kabupaten Karanganyar]], [[Jawa Tengah]]. Candi ini berjarak kurang lebih 20 [[kilometer]] dari
== Struktur bangunan candi ==
Bangunan candi Sukuh memberikan kesan kesederhanaan yang mencolok pada para pengunjung. Kesan yang didapatkan dari candi ini sungguh berbeda dengan yang didapatkan dari candi-candi besar di [[Jawa Tengah]] lainnya yaitu [[Candi Borobudur]] dan [[Candi Prambanan]]. Bentuk bangunan candi Sukuh cenderung mirip dengan peninggalan budaya Maya di [[Meksiko]] atau peninggalan budaya Inca di [[Peru]]. Struktur ini juga mengingatkan para pengunjung akan bentuk-bentuk [[piramida]] di [[Mesir]].
Kesan kesederhanaan ini menarik perhatian arkeolog
Para pengunjung yang memasuki pintu utama lalu memasuki gapura terbesar akan melihat bentuk arsitektur khas bahwa ini tidak disusun tegak lurus namun agak miring, berbentuk trapesium dengan atap di atasnya.
Batu-batuan di candi ini berwarna agak kemerahan, sebab batu-batu yang dipakai adalah jenis [[andesit]]
== Teras pertama candi ==
[[Berkas:Sukuh gapura.jpg|
Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini ada sebuah ''[[sengkala]] memet'' dalam [[bahasa Jawa]] yang berbunyi ''gapura buta aban wong'' ("raksasa gapura memangsa manusia"), yang masing-masing memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 (Saka) ([[1437]] Masehi). Angka tahun ini sering dianggap sebagai tahun berdirinya candi ini, meskipun lebih mungkin adalah tahun selesainya dibangun gapura ini. Di sisi sebelahnya juga terdapat relief sengkala memet berwujud gajah bersorban yang menggigit ekor ular. Ini dianggap melambangkan bunyi ''gapura buta anahut buntut'' ("raksasa gapura menggigit ekor"), yang juga dapat ditafsirkan sebagai 1359 Saka.
=== Relief sengkala pada gapura ===▼
<gallery widths="200px" heights="200px">
▲===Relief sengkala pada gapura===
File:Candi Sukuh 2010 Bennylin 37.jpg|Sengkala memet (gambar) yang ditafsirkan sebagai ''gapura buta aban wong''.
File:Candi Sukuh 2010 Bennylin 35.jpg|Sengkala memet yang ditafsirkan sebagai ''gapura buta anahut buntut''.
</gallery>
== Teras kedua candi ==
Gapura pada teras kedua sudah rusak. Di kanan dan kiri gapura terdapat patung penjaga pintu atau dwarapala yang biasa ada,
== Teras ketiga candi ==
Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa panel be[[relief]] di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan.
[[Berkas:Candi Sukuh 2010 Bennylin 64.jpg|jmpl|Warga yang tengah bersembahyang]]
Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas [[kemenyan]], [[dupa]] dan [[hio]] yang dibakar, sehingga terlihat masih sering dipergunakan untuk bersembahyang.
Kemudian pada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian panel dengan relief yang menceritakan mitologi utama
=== Panel pertama ===
[[Berkas:Sukuh-relief01.jpg|thumb|170px|Panel pertama.]]▼
Di bagian kiri dilukiskan sang Sahadewa atau Sadewa, saudara kembar Nakula dan merupakan yang termuda dari para [[Pandawa|Pandawa Lima]]. Kedua-duanya adalah putra Prabu Pandu dari Dewi Madrim, istrinya yang kedua. Madrim meninggal dunia ketika Nakula dan Sadewa masih kecil dan keduanya diasuh oleh Dewi Kunti, istri utama Pandu. Dewi Kunti lalu mengasuh mereka bersama ketiga anaknya dari Pandu: [[Yudhistira]], [[Bima]] dan [[Arjuna]]. Relief ini menggambarkan Sadewa yang sedang berjongkok dan diikuti oleh seorang [[punakawan]] atau pengiring. Berhadapan dengan Sadewa terlihatlah seorang tokoh wanita yaitu Dewi Durga yang juga disertai seorang punakawan.
{{clr}}
=== Panel kedua ===
Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah berubah menjadi seorang raksasi (raksasa wanita) yang berwajah mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan; Kalantaka dan Kalañjaya menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam akan membunuh Sadewa. Kalantaka dan Kalañjaya adalah jelmaan bidadara yang dikutuk karena tidak menghormati Dewa sehingga harus terlahir sebagai para raksasa berwajah buruk. Sadewa terikat pada sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena tidak mau membebaskan Durga
▲Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah berubah menjadi seorang raksasi (raksasa wanita) yang berwajah mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan; Kalantaka dan Kalañjaya menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam akan membunuh Sadewa. Kalantaka dan Kalañjaya adalah jelmaan bidadara yang dikutuk karena tidak menghormati Dewa sehingga harus terlahir sebagai para raksasa berwajah buruk. Sadewa terikat pada sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena tidak mau membebaskan Durga. Di belakangnya terlihat antara lain ada Semar. Terlihat wujud hantu yang melayang-layang dan di atas pohon sebelah kanan ada dua ekor [[burung hantu]]. Lukisan mengerikan ini kelihatannya ini merupakan lukisan di hutan Setra Gandamayu (Gandamayit) tempat pembuangan para dewa yang diusir dari sorga karena pelanggaran.
=== Panel ketiga ===
[[Berkas:Sukuh-relief03.jpg|
Pada bagian ini digambarkan bagaimana Sadewa bersama punakawannya, [[Semar]] berhadapan dengan pertapa buta bernama Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa di pertapaan Prangalas. Sadewa akan menyembuhkannya dari kebutaannya.
Baris 59 ⟶ 52:
=== Panel keempat ===
[[Berkas:Sukuh-relief04.jpg|
Adegan di sebuah taman indah memperlihatkan sang Sadewa sedang bercengkerama dengan Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa serta seorang punakawan di pertapaan Prangalas. Tambrapetra berterima kasih dan memberikan putrinya kepada Sadewa untuk dinikahinya.
Baris 65 ⟶ 58:
=== Panel kelima ===
[[
Panel ini menggambarkan adegan adu kekuatan antara [[Bima]] dan kedua raksasa Kalantaka dan Kalañjaya. Relief hanya menunjukkan salah satu dari kedua raksasa. Bima dengan kekuatannya yang luar biasa sedang mengangkat raksasa tersebut untuk dibunuh dengan kuku pañcanakanya. Inskripsi bertulisan [[aksara Kawi]] ber[[bahasa Jawa
{{clr}}
=== Patung-patung sang Garuda ===
[[Berkas:Sukuh prasasti.jpg|
: '' menurut bacaan Darmosoetopo (1984). Pada intinya inskripsi ini merupakan [[sengkala|suryasengkala]] yang melambangkan tahun 1363 Saka (1441 M).<ref>Hartini & Mufida RR. [http://journal.unwidha.ac.id/index.php/proceeding/article/view/240 Cerita-cerita di Balik Candi Sukuh sebagai Pemerkaya Cerita Drama Tradisional] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160304121540/http://journal.unwidha.ac.id/index.php/proceeding/article/view/240 |date=2016-03-04 }}. Jurnal Unwidha Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian amerta tersebut di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan bumi dan penjelmaan Dewa [[Wisnu]]. Bentuk kura-kura ini menyerupai meja dan ada kemungkinan memang didesain sebagai tempat menaruh sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk lautan mencari tirta amerta.
Baris 83 ⟶ 78:
Lalu ada pula bangunan berelief tapal kuda dengan dua sosok manusia di dalamnya, di sebelah kiri dan kanan yang berhadapan satu sama lain. Ada yang berpendapat bahwa relief ini melambangkan rahim seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajikan. Namun hal ini belum begitu jelas.
Kemudian ada sebuah bangunan kecil di depan candi utama yang disebut candi pewara. Di bagian tengahnya, bangunan ini berlubang dan terdapat patung kecil tanpa kepala. Patung ini oleh beberapa kalangan masih dikeramatkan sebab
== Lihat pula ==▼
* [[Aksara Sukuh]]
* [[Candi Cetho]]▼
== Referensi ==
{{reflist}}▼
=== Bibliografi ===
* [[Poerbatjaraka|Prof. Dr. R.M. Ng. Poerbatjaraka]], [[1952]], ''Kapustakan Djawi''. [[Jakarta|Djakarta]]: Djambatan.
* Suwarno Asmadi (Pemandu Wisata) dan Haryono Soemadi, [[2004]], ''Candi Sukuh. Antara Situs Pemujaan dan Pendidikan Seks''. [[Kota Surakarta|Surakarta]]: C.V. Massa Baru.
* [[P.J. Zoetmulder]], [[1983]], ''Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang''. Jakarta: Djambatan.
==
▲{{reflist}}
▲== Lihat pula ==
{{commons}}
* {{id}} [http://teamtouring.net/candi-sukuh-candi-unik-nan-saru.html Candi Sukuh] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101130221412/http://teamtouring.net/candi-sukuh-candi-unik-nan-saru.html |date=2010-11-30 }} - TeamTouring
▲* [[Candi Cetho]]
{{Candi Hindu Indonesia}}
[[Kategori:Candi Hindu
[[Kategori:Candi di Jawa Tengah
|