Danau Tempe: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan.
 
(39 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox lake
[[Berkas:Danau tempe.png|thumb|241x241px|Peta Danau Tempe|right]]
*| Kecamatanname = Tempe
'''Danau Tempe''' merupakan [[danau]] yang terletak di bagian Barat [[Kabupaten Wajo]], [[Sulawesi Selatan]], tepatnya di [[Kecamatan Tempe]], [[Kecamatan Belawa]], [[Kecamatan Tanah sitolo|Kecamatan Tanah Sitolo]], [[Kecamatan Maniangpajo]] dan [[Kecamatan sabbangparu]], letaknya sekitar 7 km dari [[Kota Sengkang]] menuju tepi [[Sungai Walanae]]. Danau Tempe yang luasnya sekitar 13.000 hektare ini memiliki spesies [[ikan]] air tawar yang jarang ditemui di tempat lain. Hal ini karena danau tersebut terletak di atas lempengan benua [[Australia]] dan [[Asia]].Danau ini merupakansalah satu danau tektonik di [[Indonesia|Indonesia.]]
[[Berkas:| image =Floating houses on Lake Tempe.jpg|thumb|Danau Tempe (2010)]]
| caption =
| location = [[Sulawesi Selatan]], Indonesia
| coords = {{Coord|4|6|20|S|119|56|49|E|type:waterbody_region:ID|display=inline,title}}
| type = Danau banjiran
| inflow =
| outflow =
| basin_countries = Indonesia
| area = {{convert|350|km2|abbr=on}}
| depth =
| max-depth = {{convert|5|m|abbr=on}}
| volume =
| residence_time =
| shore =
| elevation = {{convert|5|m|abbr=on}}
| islands =
| cities =
| reference =
| extra = <mapframe latitude="-4.13" longitude="119.96" zoom="11" width="300" height="300" text="Lokasi danau Tempe" align="center">{
"type": "FeatureCollection",
"features": [
{
"type": "Feature",
"properties": {"marker-symbol":"dam", "marker-color":"0050d0", "title":"Danau Tempe"},
"geometry": {
"type": "Point",
"coordinates": [ 119.96418, -4.134134 ]
}
}
]
}</mapframe>
|image_size=300px}}
'''Danau Tempe''' adalah [[danau]] tektonik yang membentang di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, di antaranya [[Kabupaten Wajo]], [[Kabupaten Sidenreng Rappang]], dan [[Kabupaten Soppeng]]. Danau ini dianggap sebagai danau purba karena terbentuknya danau ini bersamaan dengan terbentuknya daratan Sulawesi yang berada di atas lempeng benua Australia dan Asia. Luasnya sekitar 350&nbsp;km<sup>2</sup> dan menjadikannya sebagai danau terluas kedua di Sulawesi. Danau ini juga memiliki beragam spesies [[ikan]] air tawar yang jarang ditemui di tempat lain.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.mongabay.co.id/2016/03/26/danau-tempe-danau-purba-yang-mengalami-banyak-masalah-apa-saja-masalahnya/|title=Danau Tempe, Danau Purba yang Mengalami Banyak Masalah. Apa Saja?|date=2016-03-26|website=Mongabay Environmental News|language=en-US|access-date=2020-06-20}}</ref><ref name=":1">{{Cite journal|last=Ramadhan|first=Andrian|last2=Triyanti|first2=Riesti|last3=Koeshendrajana|first3=Sonny|date=2017-07-21|title=KARAKTERISTIK DAN NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN KOMPLEK DANAU TEMPE, SULAWESI SELATAN|url=http://dx.doi.org/10.15578/jsekp.v3i1.5845|journal=Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan|volume=3|issue=1|pages=89|doi=10.15578/jsekp.v3i1.5845|issn=2527-4805}}</ref>
== Ekosistem ==
Danau Tempe merupakan danau banjiran yang dapat berubah bentang alamnya menurut musim. Pada musim penghujan, akan terbentuk Kompleks Danau Tempe dapat mencapai luas 26 ribu hektar, bahkan bisa mencapai 47 ribu hektar jika terjadi hujan terus-menerus. Pada musim kemarau, Kompleks Danau Tempe akan terbagi menjadi tiga danau, yaitu Danau Tempe, [[Danau Sidenreng]], dan Danau Taparang Lapompaka (Danau Buaya).<ref name=":0" /><ref name=":1" />
 
Danau Tempe memperoleh pasokan air utama dari [[Sungai Bila, Sulawesi Selatan|Sungai Bila]] dan [[Sungai Walanae]] serta 28 anak sungai lainnya. Curah hujan dari hulu kedua sungai ini yang tinggi mempengaruhi debit air pada Danau Tempe. Curah hujan pada Sungai Bila berkisar antara 2.000 hingga 3.000&nbsp;mm, sedangkan Sungai Walanae berkisar 1.500 hingga 2.500&nbsp;mm. Selain itu, danau ini juga menjadi hulu bagi [[Sungai Bulucenrana|Sungai Cenranae]] yang mengalir ke laut. Pada saat kondisi hujan di hilir Sungai Cenranae (curah hujan rata-rata 2.000&nbsp;mm). Sehingga ketika curah hujan tinggi baik di hulu ataupun hilir, debit air Danau Tempe dapat meninggi hinga membanjiri daerah sekitar.<ref name=":1" />
== Sumber air ==
Danau Tempe memperoleh pasokan air dari [[Sungai Bila]] dan anak sungainya Bulu Cenrana. Selain memasok air, kedua sungai tersebut juga menyebabkan pendangkalan akibat tingginya [[erosi]] di bagian hulu.
[[Berkas:Floating houses on Lake Tempe.jpg|thumb|Danau Tempe (2010)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Vissers op het meer Senkang Zuid-Celebes TMnr 10013476.jpg|thumb|Nelayan di Danau Tempe (tahun 1948-1949)]]
 
Danau Tempe tidak memiliki kawasan hutan yang cukup di sekelilingnya. Hutan hanya dapat ditemui pada daratan antara Danau Tempe dan Danau Sidenreng yang berupa hutan rawang.<ref name=":1" />
== Festival tahunan ==
=== Permasalahan ekosistem ===
Setiap tanggal [[23 Agustus]] diadakan festival laut di Danau Tempe. Acara pesta ritual nelayan ini disebut Maccera Tappareng atau upacara menyucikan danau yang ditandai dengan pemotongan sapi yang dipimpin oleh seorang ketua nelayan yang diikuti berbagai atraksi wisata yang sangat menarik. Pada hari perayaan Festival Danau Tempe ini, semua peserta upacara Maccera Tappareng memakai [[baju bodo]] (pakaian adat orang Bugis). Acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi seperti lomba perahu tradisional, lomba perahu hias, lomba permainan rakyat (lomba layang-layang tradisional, pemilihan anak dara dan kallolona Tanah Wajo), lomba menabuh lesung (padendang), pergelaran musik tradisional dan tari [[bissu]] yang dibawakan oleh waria, dan berbagai pergelaran tradisional lainnya.
Danau Tempe setiap tahunnya mengalami masalah pendangkalan. Terjadi pendangkalan hingga 30&nbsp;cm tiap tahun. Hal ini akan terasa ketika musim hujan, air akan melimpah membanjiri kawasan pemukiman. Pendangkalan ini disebabkan karena [[sedimentasi]] tanah dan lumpur yang terbawa dari sungai dan anak sungai yang mengairi danau, sedangkan aliran keluarnya hanya satu sungai.<ref name=":0" />
Namun sekarang terjadi kepunahan beberapa spesies, hal ini disebabkan relung relung yang berada di danau tempe sudah di isi oleh spesies lain akibat restoling ikan mas yang berlebihan
 
Permasalahan lainnya adalah pertumbuhan [[eceng gondok]] yang sangat pesat dan ekspansif yang dapat merusak pemukiman warga sekitar danau. Untuk menghalaunya, Pemerintah Daerah setempat membangun tiang panjang dari kayu, berjejer sepanjang 100 meter.<ref name=":0" />
== Daerah terkait ==
* Kecamatan Tempe
* Kecamatan Belawa
* Kecamatan Tanah Sitolo
* Kecamatan Maniangpajo
* Kecamatan Sabbangparu
 
== Tokoh masyarakat adatPenduduk ==
Penduduk asli yang menghuni sekitar Danau Tempe adalah masyarakat beretnis [[Suku Bugis|Bugis]] dan beragama [[Islam]]. Dalam kesehariannya, sebagian besar penduduk bekerja sebagai nelayan sehingga lebih banyak menjalankan aktivitas di atas permukaan danau daripada di daratan. Mereka umumnya kembali ke daratan pada Kamis malam hingga Jumat siang saja. Karena hal ini, penduduk sekitar Danau Tempe memiliki dua rumah, satu rumah di daratan dan satu rumah apung di permukaan danau. Pada saat kondisi danau surut, masyarakat setempat akan kembali berprofesi sebagai petani dan kembali tinggal lebih lama di rumahnya di daratan.<ref name=":2">{{Cite journal|last=Naing|first=Naidah|last2=Santosa|first2=Happy Ratna|last3=Soemarno|first3=Ispurwono|date=2009|title=KEARIFAN LOKAL TRADISIONAL MASYARAKAT NELAYAN PADA PERMUKIMAN MENGAPUNG DI DANAU TEMPE SULAWESI SELATAN|url=http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/lw/article/view/1362|journal=Local Wisdom : Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal|language=en|volume=1|issue=1|pages=19–26|doi=10.26905/lw.v1i1.1362|issn=2615-4951}}</ref>
* La Mattemmu Daeng Maddaung, abad ke 19
 
* La Mapparessa Daeng Maddaung, abad ke 19 - 20
=== Adat ===
* La Temmanini, abad ke 20
Keterbutuhan penduduk sekitar dengan danau melahirkan aturan-aturan adat yang bertujuan untuk menjaga kelestarian danau. Pemimpin adat yang juga pemimpin para nelayan disebut sebagai ''macoa tappareng''. Aturan adat di Danau Tempe meliputi aturan pemanfaatan danau, larangan-larangan di sekitar danau, hingga upacara adat untuk tolak bala. Di antara larangan-larangan yang berlaku antara lain:<ref name=":2" />
* La Sinring Daeng Matemmu, abad ke 20
 
* La Salewangeng, abad ke 20
* Larangan menangkap ikan pada Kamis malam hingga Jumat siang
* H. Laude Daeng Mattemmu, abad 20 - 21
* Larangan menyeberangkan mayat di danau
* Larangan mencuci [[kelambu]] di tengah danau
* Larangan menangkap ikan tanpa penutup kepala
* Larangan menyanyi di tengah danau, kecuali nyanyian pemanggil ikan (''elong bale'')
* Larangan bermesraan dua orang muda-mudi<ref name=":2" />
 
Setiap penduduk yang melihat pelanggaran dapat melaporkannya pada ''macoa tappareng''. Lalu, ''macoa tappareng'' akan memberikan sangsi terhadap pelaku. Pelaku diwajibkan menyelenggarakan upacara adat yang dinamakan ''Maccerak Tappareng'' dan wajib menanggung sendiri beban biaya penyelanggaraannya''.<ref name=":2" />''
 
Upacara ''Maccerak Tappareng'' ini sebenarnya adalah festival tahunan untuk menyucikan Danau Tempe, sebagai wujud tolak bala serta rasa syukur atas hasil danau. Upacara ini diawali dengan penyembelihan kepala kerbau (ulu todong) dan makan bersama. Setelah itu, dilanjutkan dengan ''mappalari lopi'' (lomba dayung perahu), karnaval perahu, lomba permainan rakyat, pergelaran musik tradisional, dan tari [[bissu]].<ref name=":2" /><ref>{{Cite web |url=https://topikaktual.com/index.php/2017/03/06/danau-tempe-sulawesi/ |title="Danau Tempe, Sulawesi" |access-date=2018-08-17 |archive-date=2018-08-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180817194823/https://topikaktual.com/index.php/2017/03/06/danau-tempe-sulawesi/ |dead-url=yes }}</ref> Selain itu juga ada upacara lain yang dilaksanakan secara individu jika seorang penduduk memiliki mesin/perahu baru atau baru pertama kali turun ke danau.<ref name=":2" />
 
Upacara-upacara adat pada dasarnya dilakukan dengan menyerahkan sesaji pada area-area yang dianggap keramat. Area keramat tersebut ditandai dengan adanya bendera merah, kuning, atau putih. Hal ini dilakukan agar area keramat dapat terlihat dari kejauhan. Area ini menjadi penanda bagi para nelayan jika mereka telah berlayar sekitar satu kilometer menjauhi [[desa]]. Masyarakat setempat meyakini bahwa di tempat tersebut terdapat roh halus yang menjaga ekosistem danau, sehingga biasanya mereka mengucapkan bacaan tertentu, seperti "''assalamualaikum passalama'ka'lao sappai dalle' hallala'ku"'' (bahasa [[Bahasa Bugis|Bugis]]: ''wahai penunggu danau, selamatkan aku dalam mencari yang halal'').<ref name=":2" />
 
== Pemanfaatan ==
[[Berkas:Lake Tempe.jpg|jmpl|Rumah apung di Danau Tempe]]Danau Tempe dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar dalam berbagai bidang, seperti perikanan, pertanian, pariwisata, dan transportasi. Pola pemanfaatannya dapat berubah sesuai debit air. Pada kondisi debit air tinggi, semua bidang dapat memanfaatkan kecuali bidang pertanian. Sebaliknya pada debit air rendah, bidang transportasi tidak bisa memanfaatkan danau secara maksimal.<ref name=":0" /><ref name=":1" />
 
Pemanfaatan danau tidak terlepas dari pembagian area danau. Pembagian areal danau ditentukan melalui hukum adat dan hukum pemerintah.<ref name=":1" /><ref name=":2" /> Menurut aturan adat, ada 4 jenis area danau yang dapat dimanfaatkan untuk menangkap ikan, yaitu ''cappeang''/''balete'', ''palawang'', ''bungku'', dan ''makkaja' lalla'.''<ref name=":2" /> Selain itu, ada juga area ''tana koti''/''tana telleng,'' area ini merupakan area tepi danau yang ketika mengering dapat dialihfungsikan seperti untuk pertanian,<ref name=":1" /> beberapa lahan disewakan ke pihak swasta.<ref name=":0" /> Adapula, jenis area yang tidak boleh dipergunakan untuk menangkap ikan, seperti area ''reservaat'' dan area keramat.<ref name=":1" /><ref name=":2" />
 
''Cappeang/balete'' adalah daerah pesisir danau yang dapat dimanfaatkan beberapa kelompok nelayan untuk membuat penangkaran-penangkaran ikan. Kepemilikan area ini dapat berlangsung hingga tiga tahun melalui pelelangan. Masa berakhirnya ditandai dengan air yang telah surut hingga mencapai ketinggian tertentu pada sebuah bilah bambu yang ditancap jarak tertentu. Bilah bambu tersebut disebut dengan ''belle''.<ref name=":1" /><ref name=":2" />
 
Area setelah ''cappeang'' disebut dengan ''palawang''. Area ini dapat dimiliki perseorangan atau kelompok melalui sistem sewa (dapat mencapai tiga tahun). Area palawang ini dimulai dari batas belle hingga ke arah sedikit tengah danau. Area ''palawang'' umumnya dipanen ketika danau telah surut dan menghasilkan ikan yang lebih melimpah daripada area ''cappeang''.<ref name=":1" /><ref name=":2" />
[[Berkas:Near Sengkang, Danau Tempe (6969198411).jpg|kiri|jmpl|Area ''bungku'' yang ditandai dengan ''bungku toddo''']]
Bagi nelayan yang kurang mampu menyewa ''palawang'', dapat melakukan penangkapan ikan di area ''bungku''. Pada area ''bungku'', nelayan dapat berkelempok mengelola penangkaran ikan. Area ini letaknya agak ke tengah danau dan ditumbuhi banyak [[eceng gondok]]. Untuk menandai kepemilikan sebuah bungku, ditancapkan ''bungku toddo''' atau bambu tinggi pembatas ''bungku''. Pada area yang telah dipatok bungku toddo', nelayan biasanya membentangkan jaring sepanjang maksimal 500 meter. Panjang jaring merupakan aturan dari pemerintah untuk membatasi penangkapan ikan berlebihan. Selain itu, juga diatur jarak antar ''bungku'' kira-kira 150 meter. Selain memanfaatkan jaring, nelayan juga memanfaatkan alat tangkap lain seperti ja'bah. Ja'bah diletakan di dasar danau terutama di bawah rimbunan eceng gondok untuk menangkap biota dasar danau.<ref name=":0" /><ref name=":1" /><ref name=":2" />
 
Area penangkapan lain adalah ''makkaja' lalla'<nowiki/>''. Area ini adalah area penangkapan ikan bebas di luar ''cappeang, palawang, bungku, reservaat,'' dan area keramat. Nelayannya disebut sebagai ''pakkaja' lalla''' (bahasa [[Bugis]]: ''nelayan bebas''). Siapapun boleh menangkap ikan di area ini dengan syarat menggunakan alat tangkap yang tidak merusak lingkungan.<ref name=":1" /><ref name=":2" />
 
Area keramat dan area ''reservaat'' adalah area yang terlarang bagi nelayan untuk menangkap ikan. Area keramat telah ditentukan menurut adat dan letaknya sekitar satu kilometer ke arah tengah danau. Sementara area ''Reservaat'' atau ''Paco Balanda'' atau patok Belanda, adalah area yang telah ditandai oleh patok-patok sejak zaman [[Hindia-Belanda]]. Area ''reservaat'' ditujukan sebagai area konservasi ikan dan area tebar benih ikan.<ref name=":1" /><ref name=":2" />
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
{{commonscat-inline|Lake Tempe}}
{{Danau di Indonesia}}
{{indo-geo-stub}}
 
[[Kategori:Kabupaten Wajo]]
[[Kategori:Danau di Sulawesi Selatan|Tempe]]
[[Kategori:DAS Bila Walanae]]