Wikipedia:Artikel Pilihan/14 2016: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(4 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{HU/Tepigambar|Sumatran Rhino 2RyoanJi-Kane.jpg|150125|Dua Badak SumateraBonshō|{{{selular|}}}}}
'''''[[Bonshō]]''''' adalah [[lonceng]] besar yang ditemukan di [[kuil Buddha di Jepang|kuil-kuil Buddha di seluruh Jepang]], yang digunakan untuk memanggil para biksu untuk berdoa dan menandai batas periode waktu. ''Bonshō (contoh gambar di [[Ryōan-ji]])'' dibunyikan dengan cara dipukul di bagian luar menggunakan pemukul yang digenggam atau digantung pada tali. Lonceng tersebut biasanya terbuat dari perunggu, menggunakan salah satu metode pengecoran dengan cetakan sekali pakai. Lonceng ditambahkan dan dihiasi dengan berbagai bentuk tonjolan, pita, dan inskripsi. ''Bonshō'' tertua di Jepang diperkirakan berasal dari tahun 600 M. Desainnya yang umum mirip dengan lonceng Tiongkok dan menampilkan fitur-fitur seperti yang terlihat pada lonceng-lonceng Tiongkok kuno. Bunyi ''bonshō'' dapat terdengar hingga jarak yang cukup jauh, sehingga digunakan sebagai penanda, penunjuk waktu, dan alarm. Selain itu, suara lonceng tersebut memiliki karakter supranatural, antara lain suara tersebut dipercaya dapat didengar di [[Diyu|dunia bawah tanah]]. ''Bonshō'' berperan penting dalam upacara-upacara Buddhis, khususnya festival [[Tahun Baru Jepang|tahun baru]] dan [[Obon]]. Sepanjang sejarah Jepang, lonceng tersebut dikaitkan dengan cerita-cerita dan legenda-legenda, baik fiksi, seperti lonceng Benkei dari [[Mii-dera]], maupun sejarah, seperti lonceng [[Hōkō-ji (Kyoto)|Hōkō-ji]]. Pada masa modern, ''bonshō'' menjadi lambang [[perdamaian dunia]]. '''([[Bonshō|Selengkapnya...]])'''
'''[[Badak sumatera]]''' adalah badak terkecil dari lima spesies [[badak]] yang masih ada. Spesies ini pernah menghuni [[hutan hujan]], [[rawa]], dan [[hutan pegunungan]] di [[India]], [[Bhutan]], [[Bangladesh]], [[Myanmar]], [[Laos]], [[Thailand]], [[Malaysia]], [[Indonesia]], dan [[Tiongkok]]. Mereka sekarang [[Kritis (konservasi)|terancam punah]], dengan hanya enam populasi yang cukup besar di alam liar: empat di [[Sumatera]], satu di [[Kalimantan (pulau)|Kalimantan]], dan satu di [[Semenanjung Malaysia]]. Jumlah badak sumatera sulit ditentukan karena mereka adalah hewan penyendiri yang tersebar secara luas, tetapi dapat diperkirakan kalau jumlahnya kurang dari 100 ekor. Cula badak pernah diyakini penggunaannya secara luas sebagai [[afrodisiak]]; walaupun pada kenyataannya [[pengobatan tradisional Tionghoa]] tidak pernah menggunakannya untuk tujuan ini. Layaknya spesies Afrika, badak ini memiliki dua cula. Yang ukurannya lebih besar adalah cula hidung, biasanya hanya sepanjang 15–25 cm, namun ada spesimen yang tercatat berukuran 81 cm. Rambutnya dapat saja lebat ataupun jarang, dan biasanya berwarna coklat kemerahan. Mereka merupakan spesies badak yang paling vokal dan juga berkomunikasi dengan cara menandai [[tanah]] dengan kakinya, memelintir [[pohon]] kecil hingga membentuk pola, dan meninggalkan kotorannya. '''([[Badak sumatera|Selengkapnya...]])'''
 
{{TFAfooter|SangBadak Penarisumatera|Ba Cụt|Adolf Hitler}}