Ni Ketut Arini: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k minor cosmetic change |
k Bot: +{{Authority control}} |
||
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Orphan|date=Mei 2016}}
'''Ni Ketut Arini''' ({{lahirmati|[[Denpasar]], [[Bali]]|15|3|1943}}) adalah [[seniman]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Namanya dikenal melalui sejumlah karyanya berupa koreografi tari yang dipentaskan di berbagai panggung pertunjukan. Arini merupakan salah satu [[maestro]] tari [[Bali]] yang kerap menjalani misi kebudayaan ke berbagai negara.<ref>[http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/arini.html Situs resmi Taman Ismail Marzuki], diakses 6 Mei 2015</ref><ref>[http://www.langitperempuan.com/ni-ketut-arini-legendaris-di-masa-hidupnya/ Langit Perempuan: Ni Ketut Arini: Menari Adalah Pengabdian], diakses 6 Mei 2015</ref>▼
▲'''Ni Ketut Arini''' ({{lahirmati|[[Denpasar]], [[Bali]]|15|3|1943}}) adalah [[seniman]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Namanya dikenal melalui sejumlah karyanya berupa koreografi tari yang dipentaskan di berbagai panggung pertunjukan. Arini merupakan salah satu [[maestro]] tari [[Bali]] yang kerap menjalani misi kebudayaan ke berbagai negara.<ref>[http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/arini.html Situs resmi Taman Ismail Marzuki]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 6 Mei 2015</ref><ref>[http://www.langitperempuan.com/ni-ketut-arini-legendaris-di-masa-hidupnya/ Langit Perempuan: Ni Ketut Arini: Menari Adalah Pengabdian] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130917211410/http://www.langitperempuan.com/ni-ketut-arini-legendaris-di-masa-hidupnya/ |date=2013-09-17 }}, diakses 6 Mei 2015</ref>
== Latar belakang ==
Ni Ketut Arini lahir di Denpasar, Bali, 15 Maret 1943. Sejak usia muda, dia sudah mendalami dunia kesenian, utamanya seni tari dari pamannya. Meskipun awalnya, keluarganya tidak mengizinkan dia menari karena postur tubuh dan kulitnya dianggap kurang menarik, namun itu justru membuatnya bersemangat untuk terus belajar menari. Minatnya itu kemudian diperdalam dengan melanjutkan pendidikan di Sekolah Konservatori Kerawitan Indonesia Jurusan Bali (KOKAR BALI) dan [[Institut Seni Indonesia|Sekolah Tinggi Seni Indonesia]] [[Denpasar]]. Di sekolah ini, ia mempelajari teknik tari Bali secara teori dan praktik sebagai disiplin studi dan ekspresi seni, sehingga pemikiran-pemikiran mengenai tari Bali semakin berkembang. Ia juga belajar menari kepada [[Mario]] di [[Tabanan]], [[Lokasabha]] di [[Gianyar]], dan [[Biang Sengok]], khusus untuk tari ''Legong'' gaya Peliatan.<ref>[http://www.balitaksu.com/legong-arini Balitaksu: Legong Pelayon from Ibu Arini on Bali Arts Festival 2013], diakses 6 Mei 2015</ref><ref>[http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/8/11/po1.html Balipost: Ni Ketut Arini, SST., Penari: Tak Ada Kata Tua untuk Menari]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, diakses 6 Mei 2015</ref>
Tahun [[1957]], ia resmi menjadi penari [[Bali]] saat terpilih menjadi Sang Hyang Dedari di Banjar Pande, Desa Sumerta Kaja (Denpasar-Bali). Hal ini merupakan kebanggaan bagi dirinya, karena penari pada waktu itu sangat dihormati dan dianggap sakral pada saat akan menari. Di usia 14 tahun ia sudah mengajar tari di berbagai sanggar tari. Pada perkembangannya, Ni Ketut Arini kemudian dikenal sebagai maestro tari ''Condong'', yang mengisahkan tokoh pembantu putri raja. Tokoh pembantu ini selalu ditampilkan pada drama tari Bali sesuai perkembangan zamannya, mulai tari ''Gambuh'' (drama tari dengan dialog), tari ''Arja'' (drama tari dengan nyanyian), dan ''Legong'' (tari yang diiringi gamelan pelegongan).
Selain Condong, ia juga menghidupkan kembali tari ''Legong Klasik'' yang nyaris ditinggalkan penerusnya. Di [[Bali]], ada 14 gaya tari ''Legong Klasik'', dan ia menguasai enam di antaranya, yaitu ''Legong Pelayon, Lasem, Kuntul, Kuntir, Jobog'', dan ''Semarandhana''. Keenam tarian itu ia ajarkan di sanggarnya, Warini. Muridnya tak hanya datang dari sekitar sanggar, tetapi juga dari negara lain seperti [[Jepang]], [[Amerika Serikat]], dan [[Swiss]]. Di sanggar yang dirikan tahun 1973, ini setiap tahun meluluskan sekitar 100 siswa tari. Ia mempunyai cara agar tari klasik Bali tetap dipelajari generasi muda, yaitu menggunakan gamelan dan gong sebagai pengiring gerakan. Ia tak memakai hitungan untuk setiap gerakan yang dilakukan, Dengan iringan gamelan, anak-anak merasa sudah menari dan itu membuat mereka bersemangat.<ref>[http://travel.kompas.com/read/2015/03/14/103500027/Ni.Ketut.Arini.Kesetiaan.untuk.Tari.Bali Travel Kompas: Ni Ketut Arini, Kesetiaan untuk Tari Bali], diakses 6 Mei 2015</ref>
Sejak tahun [[1965]] Ni Ketut Arini menjalani misi kebudayaan ke berbagai negara. Bersama salah seorang muridnya dari [[Amerika Serikat]], Rucina Balinger, pada tahun 2004, bekerja sama mengangkat kembali karya gurunya, I Nyoman Kaler, antara lain tari ''Panji Semirang, Mregapati, Wiranata, Demang Miring, Candrametu, Puspawarna, Bayan Nginte, Kupu-kupu Tarum'', dan ''Legong Kebyar''. ''Legong Kebyar'' sendiri pernah terkenal di Bali, lalu hilang karena tak ada yang menarikannya. Keberadaan tarian itu hanya diceritakan di buku-buku. Mereka kemudian menggali lagi karya Kaler lewat simposium dan pementasan yang ditarikan tiga penari lanjut usia, dewasa, dan remaja. Tahun [[2010]], mendokumentasikan enam tari ''Legong'' yang dikuasainya untuk arsip [[Institut Seni Indonesia|Sekolah Tinggi Seni Indonesia]] (STSI) [[Denpasar]] dan menjadi bahan ajar bagi mahasiswa tari.
== Karya ==
Baris 22 ⟶ 24:
{{reflist}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Seniman Indonesia]]
[[Kategori:Penari Indonesia]]
|