Candi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
+{{Hindu}} Tag: pranala ke halaman disambiguasi |
||
(538 revisi perantara oleh 96 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{disambiginfo}}
[[Berkas:Prambanan Complex 1.jpg|jmpl|300px|Kompleks candi Prambanan, candi Hindu terbesar di Indonesia.]]
{{Hindu}}
{{Buddhisme|sangha}}
'''Candi''' adalah istilah dalam [[Bahasa Indonesia]] yang merujuk kepada sebuah [[kuil|bangunan keagamaan tempat ibadah]] peninggalan [[purbakala]] yang berasal dari [[peradaban]] [[Hindu]]-[[Agama Buddha|Buddha]].<ref name="Candi Sewu">Jacques Dumarçay, "Candi Sewu: dan arsitektur bangunan agama buda di Jawa Tengah: and buddhist architecture of Central Java", Kepustakaan Populer Gramedia, 2007, [tel:9799100887 9799100887], 9789799100887.</ref> Bangunan ini digunakan sebagai tempat [[ritual]] [[ibadah]], pemujaan [[dewa|dewa-dewi]], [[Penghormatan orang yang telah meninggal|penghormatan]] [[leluhur]] ataupun memuliakan Sang [[Buddha]]. Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha [[Indonesia]] klasik, baik sebagai [[istana]] ([[kraton]]), pemandian (petirtaan), [[gapura]], dan sebagainya, disebut dengan istilah candi.
Candi merupakan [[bangunan]] replika tempat tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu [[Gunung Mahameru]].<ref name="Sejarah">Nana Supriatna, "Sejarah", PT Grafindo Media Pratama, [tel:9797586006 9797586006], 9789797586003.</ref> Oleh karena itu, seni [[arsitektur]]nya dihias dengan berbagai macam [[ukiran]] dan pahatan berupa [[pola]] hias yang disesuaikan dengan [[alam]] Gunung Mahameru.<ref name="Sejarah"/> Candi-candi dan [[pesan]] yang disampaikan lewat [[arsitektur]], [[relief]], serta [[Arca|arca-arcanya]] tak pernah lepas dari unsur [[spiritualitas]], [[daya cipta]], dan [[keterampilan]] para pembuatnya.<ref>Thomas Wendoris, "Mengenal Candi-candi Nusantara", Pustaka Widyatama, [tel:9796102366 9796102366], 9789796102365.</ref>
Beberapa candi, seperti [[Candi Borobudur]] dan [[Prambanan]] dibangun amat megah, detail, kaya akan hiasan yang mewah, bercitarasa [[Estetika Jawa|estetika]] yang luhur, dengan menggunakan [[teknologi]] [[arsitektur]] yang maju pada zamannya. [[Bangunan|Bangunan-bangunan]] ini hingga kini menjadi bukti betapa tingginya [[kebudayaan]] dan [[peradaban]] [[nenek moyang]] [[Bangsa Indonesia|bangsa]] [[Nusantara|Indonesia]].<ref>F. X. Gabriel, "Api nan Apik", BPK Gunung Mulia, 2000, [tel:9799290007 9799290007], 9789799290007.</ref>
==
<blockquote class="toccolours" style="text-align:justify; width:45%; float:right; padding: 10px; display:table; margin-left:10px;">"Antara abad ke-7 dan ke-15 masehi, ratusan bangunan keagamaan dibangun dari bahan bata merah atau batu andesit di pulau Jawa, Sumatra, dan Bali. Bangunan ini disebut candi. Istilah ini juga merujuk kepada berbagai bangunan pra-Islam termasuk gerbang, dan bahkan pemandian, akan tetapi manifestasi utamanya tetap adalah bangunan suci keagamaan." <p style="text-align: right;">— Soekmono, R. "Candi:Symbol of the Universe".
<ref>Soekmono, R. "Candi:Symbol of the Universe", pp.58-59 in Miksic, John, ed. ''Ancient History'' Volume 1 of [[Indonesian Heritage Series]] Archipelago Press, Singapore (1996) ISBN 978-981-3018-26-6</ref>
</blockquote>
Istilah "Candi" diduga berasal dari kata ''“Candika”'' yang berarti nama salah satu perwujudan [[Dewi]] [[Durga]] sebagai dewi kematian.<ref>{{cite book|last =Soekmono|first =Dr R.|title =Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2|publisher =Penerbit Kanisius|year =1973|location =Yogyakarta, Indonesia|pages =81|url =|doi =|isbn = 979-413-290-X}}</ref> Candi selalu dihubungkan dengan monumen tempat pedharmaan untuk memuliakan raja anumerta (yang sudah meninggal) contohnya [[candi Kidal]] untuk memuliakan Raja [[Anusapati]].
Penafsiran yang berkembang di luar negeri — terutama di antara penutur bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya — adalah; istilah ''candi'' hanya merujuk kepada bangunan peninggalan era Hindu-Buddha di [[Indonesia]], sedangkan dalam [[bahasa Melayu]] disebut dengan istilah [[kuil]]. Sama halnya dengan istilah ''wat'' yang dikaitkan dengan candi di Kamboja dan Thailand. Akan tetapi dari sudut pandang Bahasa Indonesia, istilah 'candi' juga merujuk kepada semua bangunan bersejarah Hindu-Buddha di seluruh dunia; tidak hanya di Nusantara, tetapi juga [[Kamboja]], [[Myanmar]], [[Thailand]], [[Laos]], [[Vietnam]], [[Sri Lanka]], [[India]], dan [[Nepal]]; seperti candi [[Angkor Wat]] di Kamboja dan candi [[Khajuraho]] di India. Istilah candi juga terdengar mirip dengan istilah ''chedi'' dalam bahasa Thailand yang berarti '[[stupa]]'.
== Candi di Indonesia ==
{{lihatpula|Daftar candi di Indonesia}}
[[Berkas:Borobudur-Nothwest-view.jpg|jmpl|360px|[[Candi Borobudur]] merupakan monumen Buddha terbesar di dunia]]
[[Berkas:Candi Indonesia id.svg|jmpl|ka|360px|Sebaran candi Hindu dan Buddha di Indonesia.]]
Di Indonesia, candi dapat ditemukan di pulau [[Jawa]], [[Bali]], [[Sumatra]], dan [[Kalimantan]], akan tetapi candi paling banyak ditemukan di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebanyakan orang Indonesia mengetahui adanya candi-candi di Indonesia yang termasyhur seperti [[Borobudur]], [[Prambanan]], dan [[Mendut]].<ref>Curriculum Corporation (Australia), "Suara siswa, Jilid 3", Curriculum Corporation, 1993, [tel:1863661352 1863661352], 9781863661355.</ref>
Pada suatu era dalam sejarah Indonesia, yaitu dalam kurun abad ke-8 hingga ke-10 tercatat sebagai masa paling produktif dalam pembangunan candi. Pada kurun [[kerajaan Medang|kerajaan Medang Mataram]] ini candi-candi besar dan kecil memenuhi [[dataran Kedu]] dan [[dataran Kewu]] di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Hanya peradaban yang cukup makmur dan terpenuhi kebutuhan sandang dan pangannya sajalah yang mampu menciptakan karya cipta arsitektur bernilai seni tinggi seperti ini. Beberapa candi yang bercorak Hindu di Indonesia adalah Candi Prambanan, Candi Jajaghu ([[Candi Jago]]), [[Candi Gedongsongo]], [[Candi Dieng]], [[Candi Panataran]], [[Candi Angin]], [[Candi Selogrio]], [[Candi Pringapus]], [[Candi Singhasari]], dan [[Candi Kidal]].<ref name="IPS">Sri Pujiastuti, Dkk, "IPS TERPADU: - Jilid 1B", ESIS, [tel:9797346943 9797346943], 9789797346942.</ref> Candi yang bercorak Buddha antara lain Candi Borobudur dan [[Candi Sewu]].<ref name="IPS"/> Candi Prambanan di Jawa Tengah adalah salah satu candi Hindu-Siwa yang paling indah.<ref name="Kenali Lingkungan">Nana Supriatna, "Kenali Lingkungan Sosialmu", PT Grafindo Media Pratama, [tel:9799281253 9799281253], 9789799281258.</ref> Candi itu didirikan pada abad ke-9 Masehi pada masa [[Kerajaan Medang|Kerajaan Mataram Kuno]].<ref name="Kenali Lingkungan"/>
===
Kebanyakan candi-candi yang ditemukan di Indonesia tidak diketahui nama aslinya. Kesepakatan di dunia [[arkeologi]] adalah menamai candi itu berdasarkan nama desa tempat ditemukannya candi tersebut. Candi-candi yang sudah diketahui masyarakat sejak dulu, kadang kala juga disertai dengan legenda yang terkait dengannya. Ditambah lagi dengan temuan prasasti atau mungkin disebut dalam naskah kuno yang diduga merujuk kepada candi tersebut. Akibatnya nama candi dapat bermacam-macam, misalnya candi Prambanan, candi Rara Jonggrang, dan candi Siwagrha merujuk kepada kompleks candi yang sama. Prambanan adalah nama desa tempat candi itu berdiri. [[Rara Jonggrang]] adalah legenda rakyat setempat yang terkait candi tersebut. Sedangkan Siwagrha (Sanskerta: "rumah Siwa") adalah nama bangunan suci yang dipersembahkan untuk Siwa yang disebut dalam [[Prasasti Siwagrha]] dan merujuk kepada candi yang sama. Berikut adalah sebagian kecil candi-candi yang dapat diketahui kemungkinan nama aslinya:
{| class="wikitable sortable" border="1" width="60%"
!width="70px"|Nama Candi
!width="70px"|Dusun dan Desa
!width="70px"|Nama Asli
!width="70px"|Nama Lain
|-
|[[Candi Angin|Angin]]
|[[Tempur, Keling, Jepara]]
|''Bayu'' (?) (berdasarkan warga)
|
|-
|[[Candi Gunung Wukir|Gunung Wukir]] (Jawa: "gunung berukir")
|[[Kadiluwih, Salam, Magelang|Canggal, Kadiluwih]]
|''Siwalingga'' (?) (berdasarkan [[prasasti Canggal]])
|
|-
|[[Borobudur]]
|[[Borobudur, Borobudur, Magelang|Bumisegoro, Borobudur]]
|''Bhumisambharabudhara'' (Sanskerta:"sepuluh tingkatan kebajikan bodhisatwa", berdasarkan [[prasasti Tri Tepusan]])
|''Jinalaya'' (berdasarkan [[prasasti Karangtengah]]), ''Budur'' (berdasarkan [[Nagarakretagama]])
|-
|[[Candi Mendut|Mendut]]
|[[Mendut, Mungkid, Magelang|Mendut, Mungkid]]
|''Venuvana'' (Sanskerta: "hutan bambu" berdasarkan [[prasasti Karangtengah]])
|
|-
|[[Candi Pawon|Pawon]] (Jawa: "dapur" atau "pa-awu-an", tempat abu)
|[[Wanurejo, Borobudur, Magelang|Brojonalan, Wanurejo]]
|''Vajranala'' (?) (Sanskerta: "api halilintar" berdasarkan nama desa)
|
|-
|[[Prambanan]]
|[[Bokoharjo, Prambanan, Sleman|Bokoharjo, Prambanan]]
|''Shivagrha'' (Sanskerta:"rumah Siwa", berdasarkan [[prasasti Siwagrha]])
|''[[Rara Jonggrang]]'' (legenda setempat)
|-
|[[Candi Sewu|Sewu]] (Jawa: "seribu", terkait legenda [[Rara Jonggrang]])
|[[Bugisan, Prambanan, Klaten|Bener, Bugisan]]
|''Manjusrigrha'' (Sanskerta:"rumah Manjusri", berdasarkan [[prasasti Kelurak]] dan [[prasasti Manjusrigrha]])
|
|-
|[[Ratu Boko]] (Jawa: "raja Boko", terkait legenda [[Rara Jonggrang]])
|[[Bokoharjo, Prambanan, Sleman|Gatak, Bokoharjo]] <!--Sambirejo?-->
|''Abhayagiri'' (Sanskerta:"gunung yang aman dari bahaya", [[prasasti Abhayagiri Wihara]])
|
|-
|[[Candi Kalasan|Kalasan]]
|[[Tirtomartani, Kalasan, Sleman|Kalibening, Tirtomartani]]
| ''Tārābhavanaṃ'' (Sanskerta: "Buana Tara", berdasarkan [[prasasti Kalasan]] candi ini dipersembahkan untuk [[Tara (Bodhisattva)|dewi Tara]])
| ''Kalaça'' (nama desa berdasarkan [[prasasti Kalasan]])
|-
|[[Candi Penataran|Penataran]]
|[[Penataran, Nglegok, Blitar|Penataran, Nglegok]]
|''Palah'' ([[Nagarakretagama]])
|
|-
|[[Candi Jawi|Jawi]]
|[[Candi Wates, Prigen, Pasuruan|Jawi, Candi Wates]]
|''Jajawa'' ([[Nagarakretagama]])
|
|-
|[[Candi Jago|Jago]]
|[[Tumpang, Tumpang, Malang|Jago, Tumpang]]
|''Jajaghu'' ([[Nagarakretagama]])
|
|-
|[[Gapura Bajang Ratu|Bajang Ratu]] (Jawa:"raja cacat")
|[[Temon, Trowulan, Mojokerto|Temon, Trowulan]]
|''Çrenggapura'' atau ''Sri Ranggapura'' (Sanskerta:"Istana Sri Rangga", berdasarkan [[Nagarakretagama]], pedharmaan raja [[Jayanegara]])
|
|-
|[[Candi Jabung|Jabung]]
|[[Jabung Candi, Paiton, Probolinggo|Jabung Candi, Paiton]]
|''Vajrajinaparamitapura'' (Sanskerta:"Istana Wajra Jina (Buddha) Paramita", berdasarkan [[Nagarakretagama]])
|''Sajabung'' ([[Pararaton]])
|-
|}
Selebihnya, nama candi-candi lain biasanya dinamakan berdasarkan nama desanya.
== Jenis dan fungsi ==
=== Jenis berdasarkan agama ===
[[Berkas:Candi Jawi A.JPG|jmpl|ka|Candi Jawi yang bersifat paduan Siwa-Buddha tempat pedharmaan raja [[Kertanegara]].]]
Berdasarkan latar belakang keagamaannya, candi dapat dibedakan menjadi candi Hindu, candi Buddha, paduan sinkretis Siwa-Buddha, atau bangunan yang tidak jelas sifat keagamaanya dan mungkin bukan bangunan keagamaan.
# '''Candi Hindu''', yaitu candi untuk memuliakan dewa-dewa Hindu seperti Siwa atau Wisnu, contoh: candi Prambanan, candi Gebang, kelompok candi Dieng, [[candi Gedong Songo]], [[candi Panataran]], dan [[candi Cangkuang]].
# '''Candi Buddha''', candi yang berfungsi untuk pemuliaan Buddha atau keperluan biksu sanggha, contoh candi Borobudur, candi Sewu, [[candi Kalasan]], candi Sari, candi Plaosan, [[candi Banyunibo]], [[candi Sumberawan]], [[candi Jabung]], kelompok [[candi Muaro Jambi]], [[candi Muara Takus]], dan candi Biaro Bahal.
# '''Candi Siwa-Buddha''', candi sinkretis perpaduan Siwa dan Buddha, contoh: [[candi Jawi]].
# '''Candi non-religius''', candi sekuler atau tidak jelas sifat atau tujuan keagamaan-nya, contoh: [[candi Ratu Boko]], [[Candi Angin]], gapura Bajang Ratu, candi Tikus, candi Wringin Lawang.
=== Jenis berdasarkan hierarki dan ukuran ===
Dari ukuran, kerumitan, dan kemegahannya candi terbagi atas beberapa hierarki, dari candi terpenting yang biasanya sangat megah, hingga candi sederhana. Dari tingkat skala kepentingannya atau peruntukannya, candi terbagi menjadi:
# '''Candi Kerajaan''', yaitu candi yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan, tempat digelarnya upacara-upacara keagamaan penting kerajaan. Candi kerajaan biasanya dibangun mewah, besar, dan luas. Contoh: [[Candi Borobudur]], [[Candi Prambanan]], [[Candi Sewu]], dan [[Candi Panataran]].
# '''Candi Wanua atau Watak''', yaitu candi yang digunakan oleh masyarakat pada daerah atau desa tertentu pada suatu kerajaan. Candi ini biasanya kecil dan hanya bangunan tunggal yang tidak berkelompok. Contoh: candi yang berasal dari masa [[Majapahit]], [[Candi Sanggrahan]] di Tulung Agung, [[Candi Gebang]] di Yogyakarta, dan [[Candi Pringapus]].
# '''Candi Pribadi''', yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh, dapat dikatakan memiliki fungsi mirip makam. Contoh: [[Candi Kidal]] (pendharmaan Anusapati, raja Singhasari), [[Candi Jago|candi Jajaghu]] (Pendharmaan Wisnuwardhana, raja Singhasari), [[Candi Rimbi]] (pendharmaan [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]], ibu [[Hayam Wuruk]]), [[Candi Tegowangi]] (pendharmaan Bhre Matahun), dan [[Candi Surawana]] (pendharmaan Bhre Wengker).
=== Fungsi ===
[[Berkas:RA 3210019.JPG|jmpl|ka|Candi Jalatunda yang berfungsi sebagai petirtaan.]]
Candi dapat berfungsi sebagai berikut.
# '''Candi Pemujaan''': candi Hindu yang paling umum, dibangun untuk memuja dewa, dewi, atau bodhisatwa tertentu, contoh: candi Prambanan, [[candi Canggal]], [[candi Sambisari]], dan [[candi Ijo]] yang menyimpan lingga dan dipersembahkan utamanya untuk [[Siwa]], [[candi Kalasan]] dibangun untuk memuliakan [[Dewi Tara]], sedangkan [[candi Sewu]] untuk memuja [[Manjusri]].
# '''Candi [[Stupa]]''': didirikan sebagai lambang Budha atau menyimpan relik buddhis, atau sarana ziarah agama Buddha. Secara tradisional stupa digunakan untuk menyimpan relikui buddhis seperti abu jenazah, kerangka, potongan kuku, rambut, atau gigi yang dipercaya milik Buddha Gautama, atau biksu Buddha terkemuka, atau keluarga kerajaan penganut Buddha. Beberapa stupa lainnya dibangun sebagai sarana ziarah dan ritual, contoh: candi [[Borobudur]], [[candi Sumberawan]], dan [[candi Muara Takus]].
# '''Candi Pedharmaan''': sama dengan kategori candi pribadi, yakni candi yang dibangun untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang telah meninggal. Candi ini kadang berfungsi sebagai candi pemujaan juga karena arwah raja yang telah meninggal sering kali dianggap bersatu dengan dewa perwujudannya, contoh: candi [[Petirtaan Belahan|Belahan]] tempat [[Airlangga]] dicandikan, arca perwujudannya adalah sebagai Wishnu menunggang Garuda. Candi Simping di Blitar, tempat [[Raden Wijaya]] didharmakan sebagai dewa Harihara.
# '''Candi Pertapaan''': didirikan di lereng-lereng gunung tempat bertapa, contoh: candi-candi di lereng [[Gunung Penanggungan]], kelompok candi Dieng dan [[candi Gedong Songo]], serta [[Candi Liyangan]] di lereng timur [[Gunung Sundoro]], diduga selain berfungsi sebagai pemujaan, juga merupakan tempat pertapaan sekaligus situs permukiman.
# '''Candi [[Wihara]]''': didirikan untuk tempat para biksu atau pendeta tinggal dan bersemadi, candi seperti ini memiliki fungsi sebagai permukiman atau asrama, contoh: [[candi Sari]] dan Plaosan
# '''Candi [[Gerbang]]''': didirikan sebagai gapura atau pintu masuk, contoh: gerbang di kompleks [[Ratu Boko]], [[Bajang Ratu]], [[Wringin Lawang]], dan candi Plumbangan.
# '''Candi Petirtaan''': didirikan didekat sumber air atau di tengah kolam dan fungsinya sebagai pemandian, contoh: [[Petirtaan Belahan]], Jalatunda, dan [[candi Tikus]]
Beberapa bangunan purbakala, seperti batur-batur landasan [[pendopo]] berumpak, tembok dan gerbang, dan bangunan lain yang sesungguhnya bukan merupakan candi, sering kali secara keliru disebut pula sebagai candi. Bangunan seperti ini banyak ditemukan di situs [[Trowulan]], ataupun paseban atau pendopo di kompleks [[Ratu Boko]] yang bukan merupakan bangunan keagamaan.
== Arsitektur ==
[[Berkas:Prambanan Plain en.svg|jmpl|ka|Sebaran candi Hindu dan Buddha di [[dataran Kewu]], sekitar Prambanan.]]
Pembangunan candi dibuat berdasarkan beberapa ketentuan yang terdapat dalam suatu kitab '''Vastusastra''' atau '''Silpasastra''' yang dikerjakan oleh ''silpin,'' yaitu seniman yang membuat candi (arsitek zaman dahulu). Salah satu bagian dari kitab Vastusastra adalah Manasara yang berasal dari India Selatan, yang tidak hanya berisi pedoman-pedoman membuat kuil beserta seluruh komponennya saja, melainkan juga arsitektur profan, bentuk kota, desa, benteng, penempatan kuil-kuil di kompleks kota dan desa.
=== Lokasi ===
Kitab-kitab ini juga memberikan pedoman mengenai pemilihan lokasi tempat candi akan dibangun. Hal ini terkait dengan pembiayaan candi, karena biasanya untuk pemeliharaan candi maka ditentukanlah tanah sima, yaitu tanah swatantra bebas pajak yang penghasilan panen berasnya diperuntukkan bagi pembangunan dan pemeliharaan candi. Beberapa [[prasasti]] menyebutkan hubungan antara bangunan suci dengan tanah sima ini. Selain itu pembangunan tata letak candi juga sering kali memperhitungkan letak astronomi (perbintangan).
Beberapa ketentuan dari kitab selain Manasara namun sangat penting di Indonesia adalah syarat bahwa bangunan suci sebaiknya didirikan di dekat air, baik air sungai, terutama di dekat pertemuan dua buah sungai, danau, laut, bahkan kalau tidak ada harus dibuat kolam buatan atau meletakkan sebuah jambangan berisi air di dekat pintu masuk bangunan suci tersebut. Selain di dekat air, tempat terbaik mendirikan sebuah candi, yaitu di puncak bukit, di lereng gunung, di hutan, atau di lembah. Seperti kita ketahui, candi-candi pada umumnya didirikan di dekat sungai, bahkan candi Borobudur terletak di dekat pertemuan sungai Elo dan sungai Progo. Sedangkan candi Prambanan terletak di dekat sungai Opak. Sebaran candi-candi di Jawa Tengah banyak tersebar di kawasan subur [[dataran Kedu]] dan [[dataran Kewu]].
=== Struktur ===
[[Berkas:Prambanan Cross Section Shiva.svg|jmpl|ka|Kaki, tubuh, dan atap candi Prambanan.]]
Kebanyakan bentuk bangunan candi meniru tempat tinggal para [[dewa]] yang sesungguhnya, yaitu [[Gunung Mahameru]]. Oleh karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola yang menggambarkan alam Gunung Mahameru.<ref name="Sejarah"/>
Peninggalan-peninggalan purbakala, seperti bangunan-bangunan candi, patung-patung, [[prasasti]]-prasasti, dan ukiran-ukiran pada umumnya menunjukkan sifat kebudayaan Indonesia yang dilapisi oleh unsur-unsur Hindu-Budha.<ref>Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, "Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia", PT Balai Pustaka, 1992, [tel:9794074098 9794074098], 9789794074091.</ref> Pada hakikatnya, bentuk candi-candi di Indonesia adalah [[punden berundak]], di mana punden berundak sendiri merupakan unsur asli Indonesia.<ref>"Sejarah 2", Yudhistira Ghalia Indonesia, [tel:9797469069 9797469069], 9789797469061.</ref>
Berdasarkan bagian-bagiannya, bangunan candi terdiri atas tiga bagian penting, antara lain, kaki, tubuh, dan atap.<ref>"Seri IPS SEJARAH", Yudhistira Ghalia Indonesia, [tel:9797468003 9797468003], 9789797468002.</ref>
# '''Kaki candi''' merupakan bagian bawah candi. Bagian ini melambangkan dunia bawah atau ''bhurloka''. Pada konsep Buddha disebut ''kamadhatu,'' yaitu menggambarkan dunia hewan, alam makhluk halus seperti iblis, raksasa dan asura, serta tempat manusia biasa yang masih terikat nafsu rendah. Bentuknya berupa bujur sangkar yang dilengkapi dengan jenjang pada salah satu sisinya. Bagian dasar candi ini sekaligus membentuk denahnya, dapat berbentuk persegi empat atau bujur sangkar. Tangga masuk candi terletak pada bagian ini, pada candi kecil tangga masuk hanya terdapat pada bagian depan, pada candi besar tangga masuk terdapat di empat penjuru mata angin. Biasanya pada kiri-kanan tangga masuk dihiasi ukiran [[makara]]. Pada dinding kaki candi biasanya dihiasi relief flora dan fauna berupa sulur-sulur tumbuhan, atau pada candi tertentu dihiasi figur penjaga seperti [[dwarapala]]. Pada bagian tengah alas candi, tepat di bawah ruang utama biasanya terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (peti batu). Sumur ini biasanya diisi sisa hewan kurban yang dikremasi, lalu diatasnya diletakkan pripih. Di dalam pripih ini biasanya terdapat abu jenazah raja serta relik benda-benda suci seperti lembaran emas bertuliskan mantra, kepingan uang kuno, permata, kaca, potongan emas, lembaran perak, dan cangkang kerang.
# '''Tubuh candi''' adalah bagian tengah candi yang berbentuk [[kubus]] yang dianggap sebagai dunia antara atau '''bhuwarloka'''. Pada konsep Buddha disebut ''rupadhatu,'' yaitu menggambarkan dunia tempat manusia suci yang berupaya mencapai pencerahan dan kesempurnaan batiniah. Pada bagian depan terdapat gawang pintu menuju ruangan dalam candi. Gawang pintu candi ini biasanya dihiasi ukiran kepala [[kala]] tepat di atas-tengah pintu dan diapit pola [[makara]] di kiri dan kanan pintu. Tubuh candi terdiri dari ''garbagriha'', yaitu sebuah bilik (kamar) yang ditengahnya berisi [[arca]] utama, misalnya arca dewa-dewi, bodhisatwa, atau Buddha yang dipuja di candi itu. Di bagian luar dinding di ketiga penjuru lainnya biasanya diberi relung-relung yang berukir relief atau diisi arca. Pada candi besar, relung keliling ini diperluas menjadi ruangan tersendiri selain ruangan utama di tengah. Terdapat jalan selasar keliling untuk menghubungkan ruang-ruang ini sekaligus untuk melakukan ritual yang disebut ''pradakshina''. Pada lorong keliling ini dipasangi pagar langkan, dan pada galeri dinding tubuh candi maupun dinding pagar langkan biasanya dihiasi relief, baik yang bersifat naratif (berkisah) ataupun dekoratif (hiasan).
# '''Atap candi''' adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas atau '''swarloka'''. Pada konsep Buddha disebut arupadhatu, yaitu menggambarkan ranah [[surga]]wi tempat para dewa dan jiwa yang telah mencapai kesempurnaan bersemayam. Pada umumnya, atap candi terdiri dari tiga tingkatan yang semakin atas semakin kecil ukurannya. Sedangkan atap langgam Jawa Timur terdiri atas banyak tingkatan yang membentuk kurva limas yang menimbulkan efek ilusi perspektif yang mengesankan bangunan terlihat lebih tinggi. Pada puncak atap dimahkotai ''[[stupa]]'', ''[[ratna]]'', ''[[wajra]]'', atau [[lingga]] semu. Pada candi-candi langgam Jawa Timur, kemuncak atau mastakanya berbentuk kubus atau silinder dagoba. Pada bagian sudut dan tengah atap biasanya dihiasi ornamen antefiks, yaitu ornamen dengan tiga bagian runcing penghias sudut. Kebanyakan dinding bagian atap dibiarkan polos, akan tetapi pada candi-candi besar, atap candi ada yang dihiasi berbagai ukiran, seperti relung berisi kepala dewa-dewa, relief dewa atau bodhisatwa, pola hias berbentuk permata atau kala, atau sulur-sulur untaian roncean bunga.
=== Tata letak ===
[[Berkas:Sewu Aerial view.jpg|jmpl|ka|Tata letak [[Candi Sewu]] yang konsentris memperlihatkan bentuk [[mandala]] wajradhatu.]]
Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang berkelompok. Ada dua sistem dalam pengelompokan atau tata letak kompleks candi, yaitu:
# '''Sistem konsentris''', sistem gugusan terpusat; yaitu posisi candi induk berada di tengah–tengah anak candi (candi perwara). Candi perwara disusun rapi berbaris mengelilingi candi induk. Sistem ini dipengaruhi tata letak denah [[mandala]] dari India. Contohnya kelompok [[Candi Prambanan]] dan Candi Sewu.
# '''Sistem berurutan''', sistem gugusan linear berurutan; yaitu posisi candi perwara berada di depan candi induk. Ada yang disusun berurutan simetris, ada yang asimetris. Urutan pengunjung memasuki kawasan yang dianggap kurang suci berupa gerbang dan bangunan tambahan, sebelum memasuki kawasan tersuci tempat candi induk berdiri. Sistem ini merupakan sistem tata letak asli Nusantara yang memuliakan tempat yang tinggi, sehingga bangunan induk atau tersuci diletakkan paling tinggi di belakang mengikuti topografi alami ketinggian tanah tempat candi dibangun. Contohnya [[Candi Penataran]] dan Candi Sukuh. Sistem ini kemudian dilanjutkan dalam tata letak [[Pura]] Bali.
=== Bahan bangunan ===
[[Berkas:Borobudur 34.jpg|jmpl|ka|Tumpukan susunan balok batu andesit di Borobudur yang rapi dan saling kunci menyerupai balok permainan lego.]]
[[Berkas:Candi Blandongan.JPG|jmpl|ka|Candi Blandongan di kompleks [[percandian Batujaya]], Karawang, Jawa Barat, berbahan bata merah.]]
Bahan material bangunan pembuat candi bergantung kepada lokasi dan ketersediaan bahan serta teknologi arsitektur masyarakat pendukungnya. Candi-candi di Jawa Tengah menggunakan batu andesit, sedangkan candi-candi pada masa Majapahit di Jawa Timur banyak menggunakan bata merah. Demikian pula candi-candi di Sumatra seperti Biaro Bahal, Muaro Jambi, dan Muara Takus yang berbahan bata merah.
Bahan-bahan untuk membuat candi antara lain:
# '''Batu [[andesit]]''', batu bekuan vulkanik yang ditatah membentuk kotak-kotak yang saling kunci. Batu andesit bahan candi harus dibedakan dari batu kali. Batu kali meskipun mirip andesit tetapi keras dan mudah pecah jika ditatah (sukar dibentuk). Batu andesit yang cocok untuk candi adalah yang terpendam di dalam tanah sehingga harus ditambang di tebing bukit.
# '''Batu putih''' (''tuff''), batu endapan piroklastik berwarna putih, digunakan di Candi Pembakaran di kompleks [[Ratu Boko]]. Bahan batu putih ini juga ditemukan dijadikan sebagai bahan isi candi, di mana bagian luarnya dilapis batu andesit.
# '''Bata merah''', dicetak dari lempung tanah merah yang dikeringkan dan dibakar. Candi Majapahit dan Sumatra banyak menggunakan bata merah.
# '''Stuko''' (''stucco''), yaitu bahan semacam beton dari tumbukan batu dan pasir. Bahan stuko ditemukan di percandian Batu Jaya.
# '''Bajralepa''' (''vajralepa''), yaitu bahan lepa pelapis dinding candi semacam plaster putih kekuningan untuk memperhalus dan memperindah sekaligus untuk melindungi dinding dari kerusakan. Bajralepa dibuat dari campuran pasir vulkanik dan kapur halus. Konon campuran bahan lain juga digunakan seperti getah tumbuhan, putih telur, dan lain-lain. Bekas-bekas bajralepa ditemukan di candi Sari dan candi Kalasan. Kini pelapis bajralepa telah banyak yang mengelupas.
# '''Kayu''', beberapa candi diduga terbuat dari kayu atau memiliki komponen kayu. Candi kayu serupa dengan Pura Bali yang ditemukan kini. Beberapa candi tertinggal hanya batu umpak atau batur landasannya saja yang terbuat dari batu andesit atau bata, sedangkan atasnya yang terbuat dari bahan organik kayu telah lama musnah. Beberapa dasar batur di Trowulan Majapahit disebut candi, meskipun sesungguhnya merupakan landasan pendopo yang bertiang kayu. [[Candi Sambisari]] dan candi [[Pustakasala|Kimpulan]] memiliki umpak yang diduga candi induknya dinaungi bangunan atap kayu. Beberapa candi seperti [[Candi Sari]] dan [[Candi Plaosan]] memiliki komponen kayu karena pada struktur batu ditemukan bekas lubang-lubang untuk meletakkan kayu gelagar penyangga lantai atas, serta lubang untuk menyisipkan daun pintu dan jeruji jendela.
== Gaya arsitektur ==
[[Berkas:Pawon.jpg|jmpl|ka|[[Candi Pawon]] dekat Borobudur, contoh Langgam Jawa Tengah.]]
[[Berkas:Bajang Ratu Gate Trowulan.jpg|jmpl|ka|Gerbang Bajang Ratu di [[Trowulan]], contoh Langgam Jawa Timur.]]
[[Berkas:Candi Bahal 1.JPG|jmpl|ka|[[Candi Bahal|Candi Biaro Bahal]], di Padang Lawas, Sumatera Utara.]]
[[Soekmono]], seorang arkeolog terkemuka di Indonesia, mengidentifikasi perbedaan gaya arsitektur (langgam) antara candi Jawa tengah dengan candi Jawa Timur. Langgam Jawa Tengahan umumnya adalah candi yang berasal dari sebelum tahun 1000 masehi, sedangkan langgam Jawa Timuran umumnya adalah candi yang berasal dari sesudah tahun 1000 masehi. Candi-candi di Sumatra dan Bali karena kemiripannya dikelompokkan ke dalam langgam Jawa Timur.<ref name="Sejarah"/><ref>{{cite book|last =Soekmono|first =Dr R.|title =Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2|publisher =Penerbit Kanisius|date =1973|location =Yogyakarta, Indonesia|pages =86|url =|doi =|isbn = 979-413-290-X}}</ref><ref>Dedi Nurhadiat, "Pend Seni Rupa SMA Kls 2 (K-04)", Grasindo, 979732740X, 9789797327408.</ref>
{| class="wikitable sortable" border="1" width="60%"
!width="70px"|Bagian dari Candi
!width="140px"|Langgam Jawa Tengah
!width="140px"|Langgam Jawa Timur
|-
|'''Bentuk bangunan'''
|Cenderung tambun
|Cenderung tinggi dan ramping
|-
|'''Atap'''
|Jelas menunjukkan undakan, umumnya terdiri atas 3 tingkatan
|Atapnya merupakan kesatuan tingkatan. Undakan-undakan kecil yang sangat banyak membentuk kesatuan atap yang melengkung halus. Atap ini menimbulkan ilusi perspektif sehingga bangunan berkesan lebih tinggi
|-
|'''Kemuncak atau mastaka'''
|Stupa (candi Buddha), Ratna, Wajra, atau Lingga Semu (candi Hindu)
|Kubus (kebanyakan candi Hindu), terkadang Dagoba yang berbentuk tabung (candi Buddha)
|-
|'''Gawang pintu dan hiasan relung'''
|Gaya Kala-Makara; kepala Kala dengan mulut menganga tanpa rahang bawah terletak di atas pintu, terhubung dengan Makara ganda di masing-masing sisi pintu
|Hanya kepala Kala tengah menyeringai lengkap dengan rahang bawah terletak di atas pintu, Makara tidak ada
|-
|'''Relief'''
|Ukiran lebih tinggi dan menonjol dengan gambar bergaya naturalis
|Ukiran lebih rendah (tipis) dan kurang menonjol, gambar bergaya seperti wayang Bali
|-
|'''Kaki'''
|Undakan jelas, biasanya terdiri atas satu bagian kaki kecil dan satu bagian kaki lebih besar. Peralihan antara kaki dan tubuh jelas membentuk selasar keliling tubuh candi
|Undakan kaki lebih banyak, terdiri atas beberapa bagian batur-batur yang membentuk kaki candi yang mengesankan ilusi perspektif agar bangunan terlihat lebih tinggi. Peralihan antara kaki dan tubuh lebih halus dengan selasar keliling tubuh candi lebih sempit
|-
|'''Tata letak dan lokasi candi utama'''
|Mandala konsentris, simetris, formal; dengan candi utama terletak tepat di tengah halaman kompleks candi, dikelilingi jajaran candi-candi ''perwara'' yang lebih kecil dalam barisan yang rapi
|Linear, asimetris, mengikuti topografi (penampang ketinggian) lokasi; dengan candi utama terletak di belakang, paling jauh dari pintu masuk, dan sering kali terletak di tanah yang paling tinggi dalam kompleks candi, candi ''perwara'' terletak di depan candi utama
|-
|'''Arah hadap bangunan'''
|Kebanyakan menghadap ke timur
|Kebanyakan menghadap ke barat
|-
|'''Bahan bangunan'''
|Kebanyakan batu andesit
|Kebanyakan bata merah
|-
|}
Meskipun demikian terdapat beberapa pengecualian dalam pengelompokkan langgam candi ini. Sebagai contoh candi Penataran, Jawi, Jago, Kidal, dan candi Singhasari jelas masuk dalam kelompok langgam Jawa Timur, akan tetapi bahan bangunannya adalah batu andesit, sama dengan ciri candi langgam Jawa Tengah; dikontraskan dengan reruntuhan [[Trowulan]] seperti [[candi Brahu]], serta candi Majapahit lainnya seperti [[candi Jabung]] dan [[candi Pari]] yang berbahan bata merah. Bentuk candi Prambanan adalah ramping serupa candi Jawa Timur, tetapi susunan dan bentuk atapnya adalah langgam Jawa Tengahan. Lokasi candi juga tidak menjamin kelompok langgamnya, misalnya [[candi Badut]] terletak di Malang, Jawa Timur, akan tetapi candi ini berlanggam Jawa Tengah yang berasal dari kurun waktu yang lebih tua pada abad ke-8 masehi.
Bahkan dalam kelompok langgam Jawa Tengahan terdapat perbedaan tersendiri dan terbagi lebih lanjut antara langgam Jawa Tengah Utara (misalnya kelompok Candi Dieng) dengan Jawa Tengah Selatan (misalnya kelompok Candi Sewu). Candi Jawa Tengah Utara ukirannya lebih sederhana, bangunannya lebih kecil, dan kelompok candinya lebih sedikit; sedangkan langgam candi Jawa Tengah Selatan ukirannya lebih raya dan mewah, bangunannya lebih megah, serta candi dalam kompleksnya lebih banyak dengan tata letak yang teratur.
Pada kurun akhir Majapahit, gaya arsitektur candi ditandai dengan kembalinya unsur-unsur langgam asli Nusantara bangsa Austronesia, seperti kembalinya bentuk ''punden berundak''. Bentuk bangunan seperti ini tampak jelas pada [[candi Sukuh]] dan [[candi Cetho]] di lereng gunung Lawu, selain itu beberapa bangunan suci di lereng [[Gunung Penanggungan]] juga menampilkan ciri-ciri piramida berundak mirip bangunan piramida Amerika Tengah.
== Lihat pula ==
* [[Kuil]]
* [[Mandir]]
* [[Stupa]]
* [[Angkor Wat]]
* [[Daftar candi di Indonesia]]
== Galeri ==
<gallery>
File:001 View of Borobudur.jpg|[[Candi Borobudur]], monumen Buddha terbesar di dunia
File:Mendut Temple Afternoon.jpg|[[Candi Mendut]] dekat Borobudur
File:Pawon.jpg|[[Candi Pawon]] antara Borobudur dan Mendut
File:Main shrine of Prambanan temples.JPG|[[Candi Prambanan]], candi Hindu terbesar di Indonesia
File:Lunbung09 4.jpg|[[Candi Lumbung]] dekat Prambanan
File:Sewu09 4.jpg|[[Candi Sewu]], candi Buddha terbesar kedua setelah Borobudur
File:Kalasan Temple from the north-east, 23 November 2013.jpg|[[Candi Kalasan]]
File:Sari09 4.jpg|[[Candi Sari]]
File:Plaosan lor09 4.jpg|[[Candi Plaosan]] Lor
File:Plao kidul09 4.jpg|Candi Plaosan Kidul
File:Sambisari09 4.jpg|[[Candi Sambisari]]
File:Banyunibo09 4.jpg|[[Candi Banyunibo]]
File:Candi Bima Dieng Plateau.jpg|[[Candi Bima]], Dieng
File:Candi Puntadewa front view.jpg|[[Candi Puntadewa]], Dieng
File:Candi Arjuna front view.jpg|[[Candi Arjuna]], Dieng
File:Candi Srikandi side view.jpg|[[Candi Srikandi]], Dieng
File:Candi Gatotkaca.jpg|[[Candi Gatotkaca]], Dieng
File:Candi Semar.jpg|[[Candi Semar]], Dieng
File:Gedong songo.jpg|[[Candi Gedong Songo]], Ungaran
File:Gebang Temple.jpg|[[Candi Gebang]], Yogyakarta
File:Candi cangkuang.jpg|[[Candi Cangkuang]], Garut, Jawa Barat
File:Candi Sukuh.jpg|[[Candi Sukuh]]
File:RA 3420014.JPG|[[Candi Penataran]]
File:Candi Jawi A.JPG|[[Candi Jawi]]
File:Candi Kidal A.JPG|[[Candi Kidal]]
File:Candi Singosari B.JPG|[[Candi Singhasari]]
File:Candi Jago C.JPG|[[Candi Jago]]
File:Candi Sumberawan A.JPG|[[Candi Sumberawan]]
File:Gunung Kawi temple.jpg|[[Candi Padas]] Gunung Kawi, Bali
File:Candi Tikus.jpg|[[Candi Tikus]], Trowulan
File:Wringin Lawang, Trowulan.jpg|[[Gapura Wringin Lawang]], Trowulan
File:Brahu Temple Trowulan.jpg|[[Candi Brahu]], Trowulan
File:Candi Jabung B.JPG|[[Candi Jabung]]
File:Candi Gumpung Muarojambi.jpg|[[Candi Gumpung]], Muaro Jambi, Jambi
File:Muara Takus temple.jpg|[[Candi Muara Takus]], Riau
</gallery>
== Pranala luar ==
{{commonscat|Temples in Indonesia}}
* [http://candi.pnri.go.id/pengantar/index.htm Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} Basis data mengenai Candi dari Perpusnas RI
* [http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/candi/ Yogyes.com] Menjelajahi Candi-Candi Kuno di Yogyakarta
* [http://www.borobudur.tv/ Borobudur TV] Basis data dan galeri mengenai Candi-candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta
== Referensi ==
{{reflist}}
{{Candi Buddha Indonesia}}
{{Candi Hindu Indonesia}}
{{Arsitektur Indonesia}}
[[
[[Kategori:Tempat suci Hindu]]
[[Kategori:Arsitektur Hindu]]
[[Kategori:Arsitektur Buddha]]
|