Ilyas Ruhiat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Added {{tone}} tag to article (Twinkle)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(23 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}}
{{tone|date=Maret 2016}}
{{Infobox Officeholder
{{noref}}
|honorific_prefix =
{{Infobox Person
|name notability = KH. Muhammad Ilyas Ruhiat
<!-- ----------- -->
|image = pak-kiai-ilyas.jpg
|image = Ilyas Ruhiat.jpg
|imagesize =
|caption =
<!-- ----------- -->
|birth_date = {{birth date|1934|01|31}}
|jalur_ayah =
|birth_place = {{negara|Belanda}} [[Cipasung]], [[Tasikmalaya]], [[Masa Penjajahan Hindia Belanda]]
|jalur_ibu =
|death_date = {{death date and age|2007|12|18|1934|01|31}}
|nasab =
|death_place = {{negara|indonesia}} [[Bandung]]
<!-- ----------- -->
|other_names = Ajengan Ilyas
|tgl_lahir_h =
|spouse = [[Hj. Dedeh Tsamrotul Fuadah]]
|tgl_lahir_m = 31
|children = Drs. H. [[Acep Zamzam Noor]] <br /> [[Dra. Hj. Neng Ida Nurhalida, M.Pd.]] <br /> [[Dra. Hj. Enung Nursaidah Rahayu, M.Pd.]]
|known_forbln_lahir_h =
|bln_lahir_m = Januari
|Parents = K.H. [[Ruhiat]] <br /> [[Hj. Aisyah]]
|thn_lahir_h =
|occupation = Pimpinan [[Pesantren]] <br /> Rais 'Aam [[PBNU]] (1992 - 1999)
|thn_lahir_m = 1934
|nationality = [[Indonesia]]
|religiontempat_lahir = [[Islam]]Cipasung
|negara_dilahirkan = Cipasung, [[Cipakat, Singaparna, Tasikmalaya]], [[Hindia Belanda]] {{negara|Belanda}}
}}
|nama_ayah = K.H. [[Ruhiat]] <br />
|nama_ibu = [[Hj. Aisyah]]
|nama_lahir =
|hari_lahir =
<!-- ----------- -->
|glr_islam_dpn =
|gelar_aka_dpn =
|glr_tengah = [[Kiai]] [[Haji]]
|gelar_aka_akhir =
|gelar_bangsawan =
|gelar_adat =
|gelar_lainnya1 =
|gelar_lainnya2 =
|gelar_lainnya3 =
<!-- ---------------- -->
|kunya =
|name = Muhammad Ilyas Ruhiat
|nama_arabic =
|nisbah =
|nama_lainnya = Ajengan Ilyas
<!-- ---------------- -->
|etnis = [[Sunda]]
|nationality = [[Indonesia]]
|marga =
|negara1 = [[Indonesia]] {{negara|indonesia}}
|negara2 =
|negara3 =
<!-- ---------------- -->
|istri1 = Hj. Dedeh Tsamrotul Fuadah
|anak1_istri1 = 1. Drs. H. [[Acep Zamzam Noor]]
|anak2_istri1 = 2. Dra. Hj. Neng Ida Nurhalida, M.Pd.
|anak3_istri1 = 3. Dra. Hj. Enung Nursaidah Rahayu, M.Pd.
|relations = [[Acep Adang Ruhiat]] (Adik)
 
|judul1 = Rais 'Aam
'''KH. Muhammad Ilyas Ruhiat''' (lahir [[Cipasung]], Jawa Barat, [[31 Januari]] [[1934]] meninggal [[Tasikmalaya]], [[18 Desember]] [[2007]]) adalah seorang ulama besar [[Nahdhatul Ulama]], dan pernah menjabat sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (1992-1999).
|sub1 = [[PBNU]]
|mulai1 = 1992
|selesai1 = 1999
|pendahulu1 = [[Ali Yafie]]
|pengganti1 = [[Sahal Mahfudz]]
 
|judul2 = Pimpinan
== Kelahiran ==
|sub2 = [[Pesantren]]
|mulai2 =
|selesai2 =
|pendahulu2 =
|pengganti2 =
<!-- ---kewafatan------ -->
|status_hidup_wafat = WAFAT
|sebab_wafat = Diabetes dan Stroke
|tempat_wafat = Bandung
|hari_wafat =
|tgl_wafat_h =
|tgl_wafat_m = 18
|bln_wafat_h =
|bln_wafat_m = Desember
|thn_wafat_h =
|thn_wafat_m = 2007
|hari_dimakamkan =
|tempat_makam = Kompleks Pondok Pesantren Cipasung
|negara_makam = [[Tasikmalaya]], [[Jawa Barat]], {{negara|Indonesia}}
|ethnicity=Sunda|children=1. Drs. H. Acep Zamzam Noor
2. Dra. Hj. Neng Ida Nurhalida, M.Pd.
3. Dra. Hj. Enung Nursaidah Rahayu, M.Pd.|spouse=Hj. Dedeh Tsamrotul Fuadah|parents=K.H. [[Ruhiat]] <br /> [[Hj. Aisyah]]|office1=Rais 'Aam Nahdlatul Ulama|successor1=KH. [[Sahal Mahfudz]]|predecessor1=KH. [[Ahmad Shiddiq]]}}
 
'''[[Kiai]] [[Haji]] Muhammad Ilyas Ruhiat''' ({{lahirmati|Cipasung, [[Cipakat, Singaparna, Tasikmalaya]], [[Jawa Barat]]|31|1|1934|[[Tasikmalaya]], [[Jawa Barat]]|18|12|2007}}) adalah seorang ulama besar [[Nahdhatul Ulama]] dan pernah menjabat sebagai Rais Aam [[Nahdlatul Ulama|Pengurus Besar Nahdhatul Ulama]] (1992-1999) dan [[lima ulama kharismatik Jawa Barat]] kelahiran Cipasung, Tasikmalaya
KH. Muhammad Ilyas Ruhiat, dilahirkan di Cipasung pada 31 Januari 1934, ayahnya adalah ulama besar di kabupaten tersebut, K.H. [[Ruhiat]] dan ibunya Hj. Aisyah.
 
== PendidikanRiwayat Hidup ==
 
=== Pendidikan ===
Sebagai ulama yang cukup berpengaruh di kalangan NU, Ilyas hanya mengecap pendidikan formal selama 3 tahun di sekolah rakyat.
 
Baris 44 ⟶ 105:
Saat itu pun ia merangkap sebagai Ketua [[Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama]] (IPNU) Jawa barat. Kemudian pada tahun 1985-1989 ia terpilih sebagai Wakil Rois Syuriah NU Jawa Barat.
 
Pada tahun 1989, saat muktamar NU di [[Panggungharjo, Sewon, Bantul|Krapyak]], Ilyas menjadi salah seorang Rois Syuriah Pengurus Besar (PB) NU. Puncaknya, pada tahun 1994, pada muktamar ke-29 NU yang berlangsung di pesantren[[Pondok Pesantren Cipasung|Pesantren Cipasung, Tasikmalaya]], Ilyas terpilih sebagai Rois Am PB NU, mendampingi KH [[Abdurrahman Wahid]] alias Gus Dur sebagai Ketua Umum PB NU.
 
Pada saat muktamar NU di Krapyak KH Ilyas menjadi salah satu anggota Rois Syuriah PBNU. Kemudian sejak Munas dan konferensi besar NU di Bandar Lampung tahun 1992, Ilyas ditunjuk sebagai pelaksana Rois Aam Syuriah NU menggantikan Rois Aam K.H. [[Ahmad Shiddiq]] yang wafat. Kemudian K.H. Ilyas kembali menjadi Rois Aam untuk periode berikutnya 1994-1999.
 
=== Teladan Ajengan Ilyas ===
Dalam sejarah tatar Sunda, daerah Tasikmalaya dulu dikenal dengan Kebataraan Galunggung (Tempat pembinaan para calon raja atau kesatria). Dalam khazanah budaya Sunda, dikenal adanya tiga pembagian kekuasaan yang setara dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Ketiga lembaga kekuasaan itu menyatu dan saling mendukung. Kekuasaan yang dihormati adalah ''kekuasaan rohaniah'' yang disebut '''resi'''. Kekuasaan kedua disebut '''ratu''', yakni pihak eksekutif yang memerintah ketiga kampung kekuasaan. Dalam bahasa yang lebih primordinal disebut negara. Dan alamat ketiga adalah '''rama''' yang tak lain adalah rakyat, yang lembaganya mengurusi keamanan dan pertahanan ketiga kesatuan tripartit kampung. Dengan demikian, ketiga lembaga memiliki pucuk pimpinan atau jawaranya sendiri-sendiri, yakni ''jawara rohaniah, jawara eksekutif, dan jawara silat''.
 
Sosok kharismatik ajengan Cipasung [[Tasikmalaya]] adalah sosok resi yang telah mensenyawakan dirinya dan mentalitas spiritualitas Islam secara natural dengan mentalitas budaya Sundanya di Cipasung. Dia bernama KH Moh Iyas Ruhiat. Dilahirkjan hari Ahad, 12 Rabiul Awwal 1352 H/31 Januari 1934. Namanya sebagai tafa’ul terhadap tokoh muda pesantren yang tengah naik daun saat itu, KH Muhammad Ilyas, yang pernah menjabat Menteri Agama dalam tiga periode (h. 37). Sejak kecil sampai dewasa, Endang Ilyas (anak kiai diseputar Tasikmalaya lazim dipanggil Endang), dididk oleh orang tuanya sendiri. Ajengan Ruhiat, bapak Endang Ilyas, adalah perintis pesantren Cipasung. Ajengan Ruhiat termasuk pelopor masyarakat Tasimalaya dalam menghadang imperialisme penjajahan Belanda, sehingga pada 17 November 1941 dia ditangkap dan ditahan bersama ulama terkemuka, [[Zainal Mustafa|KH Zainal Musthofa]] di [[Sukamiskin, Arcamanik, Bandung|Penjara Sukamiskin]] dan dibebaskan pada tanggal 10 Januari 1942 (h. 29). Kegigihan sang ayah, sekaligus guru yang paling disegani Endang Ilyas, inilah yang menjadi spirit Ilyas untuk terus belajar secara tekun dan selalu bersikap tegar yang nantinya mampu menjadi modal memperjuangkan masyarakat Cipasung.
Dalam sejarah tatar Sunda, daerah Tasikmalaya dulu dikenal dengan Kebataraan Galunggung (Tempat pembinaan para calon raja atau ksatria). Dalam khazanah budaya Sunda, dikenal adanya tiga pembagian kekuasaan yang setara dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Ketiga lembaga kekuasaan itu menyatu dan saling mendukung. Kekuasaan yang dihormati adalah ''kekuasaan rohaniah'' yang disebut '''resi'''. Kekuasaan kedua disebut '''ratu''', yakni pihak eksekutif yang memerintah ketiga kampung kekuasaan. Dalam bahasa yang lebih primordinal disebut negara. Dan alamat ketiga adalah '''rama''' yang tak lain adalah rakyat, yang lembaganya mengurusi keamanan dan pertahanan ketiga kesatuan tripartit kampung. Dengan demikian, ketiga lembaga memiliki pucuk pimpinan atau jawaranya sendiri-sendiri, yakni ''jawara rohaniah, jawara eksekutif, dan jawara silat''.
 
Kecerdasan dan ketegarannya membuat orang tuanya bangga, sehingga ketika sang Ayah merasa sakitnya parah, Endang Ilyas langsung dibai’at oleh ayahanda sebagai penerus kepemimpinan pesantren Cipasung. Ditangan Moh Ilyas, Cipasung sejak tahun 1980-an sampai sekarang menjadi pesantren besar yang penuh prestasi. Terlebih ketika Ajengan Ilyas terpilih sebagai pelaksana harian Rais Aam PBNU yang ditinggalkan KH Ahmad Siddiq dalam Munas Lampung tahun 1992. Dan kemudian dia terpilih kembali sebagai Rais Aam PBNU dalam Muktamar XXIX tahun 1994 di pesantrennya sendiri, Cipasung. Kesuksesan Ajengan Ilyas menjadi Rais Aam PBNU membuktikan akan teguhnya dia sebagai seorang resi. Dan dia sampai saat ini, adalah satu-satunya orang Sunda yang pernah menduduki posisi Rais Aam. Karena dalam kepemimpinan NU, jabatan Rais Aam selalu diisi orang Jawa. Dan perlu dicatat, Rais Aam bukanlah sekadar jabatan. Yang terpilih (bukan dipilih) adalah mereka yang kharismatik dan benar-benar menjadi panutan ummat. Sebut saja mislanya K.H. [[Hasjim Asy'ari]], K.H. [[Abdul Wahab Hasbullah]], dan K.H. [[Bisri Syansuri]].
Sosok kharismatik ajengan Cipasung [[Tasikmalaya]] adalah sosok resi yang telah mensenyawakan dirinya dan mentalitas spiritualitas Islam secara natural dengan mentalitas budaya Sundanya di Cipasung. Dia bernama KH Moh Iyas Ruhiat. Dilahirkjan hari Ahad, 12 Rabiul Awwal 1352 H/31 Januari 1934. Namanya sebagai tafa’ul terhadap tokoh muda pesantren yang tengah naik daun saat itu, KH Muhammad Ilyas, yang pernah menjabat Menteri Agama dalam tiga periode (h. 37). Sejak kecil sampai dewasa, Endang Ilyas (anak kiai diseputar Tasikmalaya lazim dipanggil Endang), dididk oleh orang tuanya sendiri. Ajengan Ruhiat, bapak Endang Ilyas, adalah perintis pesantren Cipasung. Ajengan Ruhiat termasuk pelopor masyarakat Tasimalaya dalam menghadang imperialisme penjajahan Belanda, sehingga pada 17 November 1941 beliau ditangkap dan ditahan bersama ulama terkemuka, KH Zainal Musthofa di Penjara Sukamiskin dan dibebaskan 10 Januari 1942 (h. 29). Kegigihan sang ayah, sekaligus guru yang paling disegani Endang Ilyas, inilah yang menjadi spirit Ilyas untuk terus belajar secara tekun dan selalu bersikap tegar yang nantinya mampu menjadi modal memperjuangkan masyarakat Cipasung.
 
Sosok resi yang melekat dalam diri Ajengan Ilyas sangat dirasakan oleh seluruh warga NU dan pesantren. Dialah yang menjadi siger tengah (tokoh moderat) dalam konflik elite NU di Munas Lampung 1992. Waktu itu, Gus Dur berseteru dengan pamannya sendiri, K.H. [[Yusuf Hasyim]], dan K.H. [[Ali Yafie]]. Pada Muktamar Cipasung tahun 1994, ketika Gus Dur dan Abu Hasan berseteru, bahkan karena tidak terpilih, Abu Hasan akhirnya mendirikan NU tandingan bernama KPPNU, Ajengan Ilyas tampil lagi sebagai siger tengah yang mengembalikan keutuhan jam’iyyah dan jama’ah NU. Ketika warga NU digegerkan oleh Naga Hijau dan Ninja yang membantai warga Banyuwangi, dia bersama Gus Dur tampil dengan santun menyelesaikan konflik tersebut dengan damai. Dan ketika warga NU sedang bergairah era reformasi, dia juga merestui lahirnya PKB yang kemudian mengantarkan Gus Dur sebagai Presiden ke-4 RI. Sampai sekarang, walaupun kondisi fisik dia sudah sangat lemah, ketika warga NU diterpa godaan politik yang menggoyahkan Khittah 1926, dia tetap bersungguh-sungguh mempertahankan Khittah yang diwariskan para sesepuh NU.
Kecerdasan dan ketegarannya membuat orang tuanya bangga, sehingga ketika sang Ayah merasa sakitnya parah, Endang Ilyas langsung dibai’at oleh ayahanda sebagai penerus kepemimpinan pesantren Cipasung. Ditangan Moh Ilyas, Cipasung sejak tahun 1980-an sampai sekarang menjadi pesantren besar yang penuh prestasi. Terlebih ketika Ajengan Ilyas terpilih sebagai pelaksana harian Rais Aam PBNU yang ditinggalkan KH Ahmad Siddiq dalam Munas Lampung tahun 1992. Dan kemudian beliau terpilih kembali sebagai Rais Aam PBNU dalam Muktamar XXIX tahun 1994 di pesantrennya sendiri, Cipasung. Kesuksesan Ajengan Ilyas menjadi Rais Aam PBNU membuktikan akan teguhnya beliau sebagai seorang resi. Dan beliau sampai saat ini, adalah satu-satunya orang Sunda yang pernah menduduki posisi Rais Aam. Karena dalam kepemimpinan NU, jabatan Rais Aam selalu diisi orang Jawa. Dan perlu dicatat, Rais Aam bukanlah sekedar jabatan. Yang terpilih (bukan dipilih) adalah mereka yang kharismatik dan benar-benar menjadi panutan ummat. Sebut saja mislanya K.H. [[Hasjim Asy'ari]], K.H. [[Abdul Wahab Hasbullah]], dan K.H. [[Bisri Syansuri]].
 
Totalitas perjuangan Ajengan Ilyas dalam NU sangatlah besar dan dikagumi warga NU. Tidak hanya warga NU, tetapi seluruh bangsa. Karena di Jawa Barat dia juga sering memelopori dialog lintas agama dan linta sektoral. Dia selalu menggandeng Muhammadiyah dalam persoalan umat Islam. Dalam pluralitas keberagamaan, dia selalu menggendeng para pemuka agama Indonesia, termasuk ikut masuk dan berceramah di pesantrennya. Walaupun demikian, dia tetap santun dan rendah diri. Menduduki posisi tertinggi di NU, dia tetap tinggal di Cipasung. Karena baginya, Ilyas dan Cipasung bagai biji yang tumbuh ditanahnya sendiri.<ref>http://www.nu.or.id/post/read/8077/ajengan-cipasung-biografi-kh-moh-ilyas-ruhiat</ref>
Sosok resi yang melekat dalam diri Ajengan Ilyas sangat dirasakan oleh seluruh warga NU dan pesantren. Beliaulah yang menjadi siger tengah (tokoh moderat) dalam konflik elite NU di Munas Lampung 1992. Waktu itu, Gus Dur berseteru dengan pamannya sendiri, K.H. [[Yusuf Hasyim]], dan K.H. [[Ali Yafie]]. Pada Muktamar Cipasung tahun 1994, ketika Gus Dur dan Abu Hasan berseteru, bahkan karena tidak terpilih, Abu Hasan akhirnya mendirikan NU tandingan bernama KPPNU, Ajengan Ilyas tampil lagi sebagai siger tengah yang mengembalikan keutuhan jam’iyyah dan jama’ah NU. Ketika warga NU digegerkan oleh Naga Hijau dan Ninja yang membantai warga Banyuwangi, beliau bersama Gus Dur tampil dengan santun menyelesaikan konflik tersebut dengan damai. Dan ketika warga NU sedang bergairah era reformasi, beliau juga merestui lahirnya PKB yang kemudian mengantarkan Gus Dur sebagai Presiden ke-4 RI. Sampai sekarang, walaupun kondisi fisik beliau sudah sangat lemah, ketika warga NU diterpa godaan politik yang menggoyahkan Khittah 1926, beliau tetap bersungguh-sungguh mempertahankan Khittah yang diwariskan para sesepuh NU.
== Kehidupan Pribadi ==
 
Ayahnya adalah ulama besar di Kabupaten Tasikmalaya, K.H. [[Ruhiat]] dan ibunya Hj. Aisyah.
Totalitas perjuangan Ajengan Ilyas dalam NU sangatlah besar dan dikagumi warga NU. Tidak hanya warga NU, tetapi seluruh bangsa. Karena di Jawa Barat beliau juga sering memelopori dialog lintas agama dan linta sektoral. Beliau selalu menggandeng Muhammadiyah dalam persoalan umat Islam. Dalam pluralitas keberagamaan, beliau selalu menggendeng para pemuka agama Indonesia, termasuk ikut masuk dan berceramah di pesantrennya. Walaupun demikian, beliau tetap santun dan rendah diri. Menduduki posisi tertinggi di NU, beliau tetap tinggal di Cipasung. Karena baginya, Ilyas dan Cipasung bagai biji yang tumbuh ditanahnya sendiri. <ref>http://www.nu.or.id/post/read/8077/ajengan-cipasung-biografi-kh-moh-ilyas-ruhiat</ref>
 
=== Pernikahan ===
K.H. Ilyas menikah dengan Hj. Dedeh Fuadah, sang istri melukiskan kenangan pernikahannya bahwa hal yang mengharukan, selama menikah tidak pernah Ilyas memarahi istrinya. "Selama 50 tahun hidup bersama, Apih (sebutan Ayah) ini tidak pernah membentak, atau memaki saya. Apih sayang sekali kepada kita, sabar serta penuh perhatian kepada kami atau kepada anak-anak. Selalu menghargai sikap saya, juga mengayomi, " ujarnya <ref>http://www.gusmus.net/gusmus/page.php?mod=dinamis&sub=5&id=431{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> dan memiliki tiga orang anak yaitu [[Acep Zamzam Noor]], seorang sastrawan terkenal, Ida Nurhalida meraih master di UPI Bandung, dan si bungsu Enung Nursaidah Rahayu juga master pendidikan biologi.
 
K.H. Ilyas menikah dengan Hj. Dedeh Fuadah, sang istri melukiskan kenangan pernikahannya bahwa hal yang mengharukan, selama menikah tidak pernah Ilyas memarahi istrinya. "Selama 50 tahun hidup bersama, Apih (sebutan Ayah) ini tidak pernah membentak, atau memaki saya. Apih sayang sekali kepada kita, sabar serta penuh perhatian kepada kami atau kepada anak-anak. Selalu menghargai sikap saya, juga mengayomi, " ujarnya <ref>http://www.gusmus.net/gusmus/page.php?mod=dinamis&sub=5&id=431</ref> dan memiliki tiga orang anak yaitu Acep Zamzam Noor, seorang sastrawan terkenal, Ida Nurhalida meraih master di UPI Bandung, dan si bungsu Enung Nursaidah Rahayu juga master pendidikan biologi.
 
== Meninggal ==
 
Ia meninggal diusia [[Rumah Sakit Hasan Sadikin]]73 ('''RSHS''')tahun dan dimakamnkandimakamkan di Kediamannya di Kompleks [[Pondok Pesantren Cipasung]], [[Tasikmalaya]] pada tanggal [[18 Desember]] [[2007]] setelah menderita penyakit [[diabetes]] dan beberapa kali didera [[stroke]]. Tepat enam bulan setelah wafat isterinya Hj. Dedeh Fuadah pada bulan Juni 2007 lalu.<ref>http://news.okezone.com/read/2007/12/18/1/69226/kh-moh-ilyas-ruhiat-dimakamkan-rabu-pkl-08-00-wib</ref>
 
== Referensi ==
=== Catatan Kaki ===
{{reflist}}
{{reflist|30em}}
 
== Pranala luar ==
* [http://www.gusmus.net/page.php?mod=dinamis&sub=5&id=431 Pernikahan dan Keluarga KH Ilyas Ruhiyat] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101202192457/http://gusmus.net/page.php?mod=dinamis&sub=5&id=431 |date=2010-12-02 }}
* [http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11104 KH Ilyas Ruhiyat meninggal dunia]
* {{en}} [http://catalogue.nla.gov.au/Record/4474912 Katalog Buku: Ajengan Cipasung]
Baris 83 ⟶ 146:
{{lifetime|1934|2007|Ruhiat, Ilyas}}
 
{{Authority control}}
[[Kategori:Tokoh dari Tasikmalaya]]
[[Kategori:RaisTokoh Aam Syuriyah PBNUSunda]]
[[Kategori:Tokoh dari Tasikmalaya|Ruhiat]]
[[Kategori:Tokoh Nahdlatul Ulama]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Rais Aam Syuriyah PBNU|Ruhiat]]
[[Kategori:Ulama Jawa Barat|Ruhiat]]
[[Kategori:Ulama Sunda|Ruhiat]]