Daeng Soetigna: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(21 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{refimprove}}
{{Infobox person
| name = Daeng Soetigna
| image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de muziekpedagoog Daeng Sutigna TMnr 20000362.jpg
| image =
| alt =
| caption = Daeng Soetigna di Tahun 1971
| birth_name =
| birth_date = [[13 Mei]] [[1908]]
| birth_place = {{flagicon|Indonesia}} = [[Garut]], [[IndonesiaHindia Belanda]]
| death_date = {{Death date and age|1984|04|08|1908|05|13}}
| death_place = {{flagicon|Indonesia}} = [[Bandung]], [[Indonesia]]
| nationality = Indonesia
| other_names =
| known_for = Pencipta [[angklung]] diatonis
| occupation = Pemusik, pemain angklung
}}
'''Daeng Soetigna''' ({{lahirmati|[[Garut]], [[Indonesia]]|13|5|1908|[[Bandung]], [[Jawa Barat]]|8|4|1984}}) adalah seorang guru yang lebih terkenal sebagai pencipta [[angklung]] [[Tangga nada diatonik|diatonis]]. Karya dia inilah yang berhasil mendobrak tradisi, membuat alat musik tradisional Indonesia mampu memainkan musik-musik Internasional. Ia juga aktif dalam pementasan orkes [[angklung]] di berbagai wilayah di [[Indonesia]].<ref>Cahyanto, Malatu Budi; Yuliastuti, Rima; Asih, Lestari (2012). ''Seni Musik''. '''1'''. [[Solo]]:Tiga Serangkai. ISBN 978-979-084-767-5.</ref>
 
Daeng secara umum adalah nama yang berasal dari Sulawesi Selatan, tapi sebetulnya kedua Orangtua Daeng Soetigna asli [[Menak|Bangsawan Sunda]], Ayahanda beliau memiliki seorang Sahabat yang cerdas dan mengagumi Sahabatnya tersebut yang berasal [[Sulawesi Selatan]] sehingga beliau ingin anaknya cerdas seperti Sahabatnya tersebut sehingga diberi nama “Daeng Soetigna”.
 
== Biografi ==
=== Masa Kanak-kanak ===
Pak Daeng Soetigna Lahir di Garut pada tanggal 13 Mei 1908. Karena kedua orang tuanya termasuk bangsawan Sunda, Pak Daeng beruntung dapat menikmati pendidikan zaman Belanda yang saat itu masih sangat terbatas bagi pribumi. Sekolah yang sempat dia enyam adalah:<ref name="Sumarsono2009">Tatang Sumarsono, Erna Ganarsih Pirous, Membela Kehormatan Angklung: Sebuah Biografi dan Bunga Rampai Daeng Soetigna, Yayasan Serambi Pirous, 2009.</ref>
* HIS Garut (tahun 1915 - 1921), sebagai murid angkatan kedua (2).
* Sekolah Raja (''Kweekschool'') Bandung (tahun 1922). Tahun 1923 Kweekscholl diubah namanya menjadi HIK (''Hollands Islandsche Kweekschool''). Daeng akhirnya lulus tahun 1928.
 
Baris 29 ⟶ 31:
=== Keluarga ===
Pak Daeng Soetigna menikah dua kali:
# Istri pertama adalah Ugih Supadmi (menikah tahun 1930, bercerai tahun ...), dan dikaruniai tiga orang anak yaitu: Aam Amalia, Tedja Komala dan Emma
# Istri kedua adalah Masjoeti (menikah tahun 1938), mendapat empat orang anak: Iwan Suwargana, Erna Ganarsih, Itin Gantinah, dan Utut Gartini.
 
Baris 35 ⟶ 37:
Setelah tamat dari HIK, Pak Daeng Soetigna menjadi guru.
# Tahun 1928, menjadi guru di ''Schakelschool'' Cianjur
# Tahun 1931 , menjadi guru HIS di Kuningan
# Tahun 1942, seiring kedatangan Jepang, HIS diubah menjadi SR (Sekolah Rakyat), dan Pak Daeng diangkat menjadi kepala sekolah
# Tahun 1945, setelah proklamasi berdirilah SMP Kuningan I di mana sebagian gurunya diambil dari SR, termasuk Pak Daeng.
Baris 42 ⟶ 44:
# Tahun 1956, sepulang dari Australia Pak Daeng diangkat menjadi konsultan pengajaran seni suara di SGA 2 Bandung, SGA Kristen Jakarta, SGA 1 Jogjakarta, SGA Balige dan SGA Ambon.
# Tahun 1957, menjabat sebagai Kepala Jawatan Kebudayaan Jawa Barat.
# Tahun 1960, diangkat sebagai Kepala [[SMK Negeri 10 Bandung|Konservatori Karawitan, (KOKAR) Bandung]].
# Tahun 1964, Pak Daeng pensiun dari pengabdiannya sebagai pegawai negeri sipil.
 
=== Masa Tua ===
Pak Daeng pensiun sebagai pegawai negari sipil pada tahun 1964 (saat berumur 56 tahun). Dengan bebasnya dia dari tugas rutin sebagai pegawai pemerintah, maka Pak Daeng aktif mengembangkan angklung. Dia melatih di berbagai kelompok angklung seperti SD Soka, SD Santo Yusup, dan SD Priangan. Demikian pula perkumpulan ibu-ibu Militer maupun suster di gereja [[Rumah Sakit Santo Borromeus|RS Santo Borromeus]]. Atas jasa-jasanya, pada masa tuanya inilah Pak Daeng mulai memperoleh berbagai penghargaan, termasuk SATYA[[Satyalancana LENCANAKebudayaan|SATYALANCANA KEBUDAYAAN]] dari Presiden RI.
 
Setelah pengabdiannya yang panjang dalam mengangkat musik angklung dari kelas pengemis ke kelas konser, Pak Daeng Soetigna wafat pada tanggal 8 April 1984, dan dikebumikan di Cikutra, Bandung.
Baris 55 ⟶ 57:
=== Guru ===
Dalam menciptakan angklung Padaeng, Daeng Soetigna berguru kepada:<ref name="Sumarsono2009" />
* Pengemis tua (tidak tercatat namanya) yang memainkan lagu "Cis kacang Buncis" dengan angklung tradisionil. Pak Daeng kemudian membeli peralatan angklung tersebut, dan lmendapatmendapat inspirasi untuk memakai angklung sebagai alat mengajar seni musik, menggantikan alat seperti mandolin dan biola yang saat itu sangat mahal.
* Pak Djaja adalah seorang empu pembuat angklung yang saat itu sudah sepuh. Pak Djaja dengan senang hati menerima ide Pak Daeng untuk membuat angklung diatonis, dan menurunkan pengalaman puluhan tahunnya, sehingga angklung dengan tangga nada diatonis itu berhasil terwujud.
* Pak Wangsa adalah petani yang memberi tahu bahwa bambu akan awet jika di potong pada saat uir-uir berbunyi. Itu adalah tanda musim kemarau sudah mulai dan bambu berada pada keadaan kering.
Baris 62 ⟶ 64:
== Penghargaan ==
Penghargaan yang diberikan kepada Pak Daeng di antaranya:
# Piagam Penghargaan, atas Jasanya Dalam Bidang KesenianKhususnyaKesenian Khususnya dan Kebudayaan Pada Umumnya, dari Gubernur Jawa Barat Brigjed [[Mashudi]], 28 Februari 1968.<ref name="Sumarsono2009" />
# Piagam Penghargaan, dalam rangka mendorong pertumbuhan, pemekaran dan pengembangan keseniang angklung di ibukotaibu kota, dari Gubernur DKI Jakarta, [[Ali Sadikin]], 10 September 1968.<ref name="Sumarsono2009" />
# Tanda Kehormatan Satya Lencana Kebudayaan, dari Presiden Republik Indonesia, Jend. Soeharto, 15 Oktober 1968.<ref name="Sumarsono2009" />
# Piagam Penghargaan, atas jasa dalam pembinaan dan pengembangan seni daerah, khususnya seni Angklung, dari Gubernur Jawa Barat H.A. Kunaefi, 17 Agustus 1979.<ref name="Sumarsono2009" />
Baris 74 ⟶ 76:
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{Reflist}}
 
{{lifetime|1908|1984}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:MusisiSeniman Indonesia]]
[[Kategori:Seniman Sunda]]
[[Kategori:Pemusik Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Barat]]
[[Kategori:Tokoh dari Garut]]
[[Kategori:Penerima Satyalancana Kebudayaan]]
[[Kategori:Penerima Bintang Budaya Parama Dharma]]