Penyatuan Jerman: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Natsuikomin (bicara | kontrib) k Tidak jelas kenapa diberi tanda kurung, vandal? |
|||
(48 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{about|penyatuan tahun 1871|penyatuan [[Jerman Barat]] dan [[Jerman Timur|Timur]] tahun 1990|Penyatuan kembali Jerman}}
[[Berkas:Deutsches Reich 1871-1918.png|
[[Berkas:Wernerprokla.jpg|
'''Penyatuan [[Jerman]]''' menjadi sebuah [[negara bangsa]] yang
Penyatuan ini menimbulkan ketegangan akibat perbedaan religius, linguistik, sosial, dan budaya penduduk Kekaisaran Jerman, sehingga peristiwa tahun 1871 hanya merupakan satu momen dalam serangkaian proses penyatuan yang lebih besar. Sebelumnya, [[Kaisar Romawi Suci]]
Kekaisaran Romawi Suci, yang meliputi lebih 500 negara merdeka, secara resmi dibubarkan ketika Kaisar [[Franz II, Kaisar Romawi Suci|Franz II]] turun dari tahta (6 Agustus 1806) selama [[Perang Koalisi Ketiga]]. Walaupun pembubaran Kekaisaran mengakibatkan gangguan hukum, administratif, dan politik, penduduk wilayah berbahasa Jerman di Kekaisaran tersebut memiliki bahasa, budaya, dan tradisi hukum bersama yang semakin diperkuat oleh pengalaman bersama selama [[Perang Revolusi
[[Lingkup pengaruh]] diplomatik yang ditetapkan oleh [[Kongres Wina]] pada tahun 1814–15 setelah Peperangan Napoleon mendukung dominasi [[Kekaisaran Austria|Austria]] di Eropa Tengah. Namun, negosiator di Wina tidak mempertimbangkan pertumbuhan kekuatan Prusia dan tidak memperkirakan bahwa Prusia akan bangkit dan menantang kepemimpinan Austria atas negara-negara [[bangsa Jerman|Jerman]]. Akibat [[dualisme Jerman]] ini, terdapat dua solusi untuk masalah penyatuan: ''[[Kleindeutsche Lösung]]'', solusi Jerman kecil (Jerman tanpa Austria), dan ''[[Großdeutsche Lösung]]'', solusi Jerman Raya (Jerman dengan Austria).
Sejarawan memperdebatkan apakah [[Otto von Bismarck]] — [[Presiden Menteri Prusia]] — memiliki rencana untuk menyatukan negara-negara Jerman dengan [[Konfederasi Jerman Utara]] menjadi satu negara atau hanya ingin memperkuat [[Kerajaan Prusia]]. Mereka menyimpulkan bahwa kekuatan ''[[Realpolitik]]'' Bismarck dan faktor-faktor lain memicu reorganisasi politik, ekonomi, militer, dan diplomatik negara-negara Jerman pada abad ke-19. Tanggapan terhadap [[nasionalisme]] Denmark dan
== Rentang waktu ==
* 1801: [[Napoleon Bonaparte]], kaisar
* 1804: Pembubaran [[Kekaisaran Romawi Suci]]. Franz I dari Austria mendeklarasikan kekaisaran baru, [[Kekaisaran Austria]].
* 1815: Setelah kekalahan Napoleon, [[Kongres Wina]] menyatukan negara-negara Jermanik dalam [[Konfederasi Jerman]] di bawah kepemimpinan [[Kekaisaran Austria]].
* 1819: [[Dekret Carlsbad]] menekan gerakan-gerakan pan-Jermanik yang berusaha menciptakan sebuah 'negara Jerman'; namun demikian, [[Kerajaan Prusia]] berhasil mendirikan serikat dengan negara-negara Konfederasi lainnya.
* 1834: Serikat yang dipimpin Prusia tersebut kemudian berkembang menjadi [[Zollverein]] yang mencakup seluruh negara Konfederasi kecuali [[Kekaisaran Austria]].
* 1848: Revolusi terjadi di wilayah-wilayah [[Konfederasi Jerman]], seperti [[Berlin]], [[Dresden]], dan [[Frankfurt]], dan memaksa Raja Prusia
* 1861: Raja Wilhelm I menjadi Raja Prusia dan menunjuk [[Otto von Bismarck]] sebagai Kanselir. Otto von Bismarck condong pada pendekatan 'darah-dan-besi', yaitu pendekatan lewat perang dan kekerasan, untuk menciptakan negara Jerman bersatu di bawah kepemimpinan [[Kerajaan Prusia|Prusia]].
* 1864: Perang antara bangsa Denmark dan Prusia terjadi karena Denmark memasukkan [[Schleswig]] sebagai bagian dari [[Kerajaan Denmark]]. [[Kekaisaran Austria]] terlibat dalam perang atas dorongan [[Otto von Bismarck]]. Pasukan gabungan Austria dan Prusia berhasil memenangkan pertempuran dan mendapatkan wilayah [[Schleswig]] yang berada di Utara dan [[Holstein]] yang berada di Selatan. Dua wilayah ini kemudian dibagi dua, Prusia mendapatkan [[Schleswig]] sementara Austria mendapatkan [[Holstein]] dalam [[Perjanjian Wina (1864)]].
* 1866: Bismarck menuduh [[Kekaisaran Austria]] berada di balik kekacauan yang terjadi di [[Schleswig]]. Tentara Prusia kemudian merangsek masuk ke wilayah Holstein dan mengambil alih kekuasaan di sana. Austria marah dan mendeklarasikan perang terhadap Prusia,
* 1870: Ketika
* 1871: [[Perang
== Eropa Tengah berbahasa Jerman pada awal abad ke-19 ==
{{Details|Kekaisaran Romawi Suci}}
[[Berkas:Philipp Veit 008.jpg|
[[Berkas:Wappen Deutscher Bund.svg|
Sebelum tahun 1806, terdapat lebih dari 300 entitas politik di wilayah Eropa Tengah yang berbahasa Jerman. Sebagian besar merupakan bagian dari [[Kekaisaran Romawi Suci]] atau dominion [[Wangsa Habsburg]]. Luas entitas-entitas tersebut bervariasi dari yang kecil dan kompleks (seperti wilayah keluarga [[Hohenlohe]]) hingga yang besar seperti [[Kerajaan Bayern]] dan [[Kerajaan Prusia|Prusia]]. Sistem pemerintahan entitas-entitas tersebut juga bermacam-macam. Beberapa merupakan [[kota kekaisaran
Dalam [[Perang Koalisi Kedua]] (1799–1802), [[Napoleon Bonaparte]] berhasil mengalahkan tentara kekaisaran. [[Traktat Lunéville]] (1801) dan [[Traktat Amiens|Amiens]] (1802) serta [[Mediatisasi Jerman|Mediatisasi 1803]] menyerahkan banyak
=== Kebangkitan nasionalisme Jerman di bawah sistem Napoleonik ===
{{Details|Peperangan era Napoleon}}
Di bawah [[hegemoni]] [[Kekaisaran
<blockquote>
Baris 56 ⟶ 57:
</blockquote>
Bahasa bersama dipandang sebagai dasar suatu bangsa, namun menurut sejarawan dibutuhkan lebih dari kesamaan bahasa untuk menyatukan ratusan entitas berbahasa Jerman.<ref>James Sheehan, ''German History, 1780–1866'', Oxford, 1989, hlm. 434.</ref> Pengalaman Eropa Tengah yang berbahasa Jerman selama periode hegemoni
[[Berkas:Battle Of The Nations-Monument.jpg|
Kegagalan
{{clr}}
=== Reorganisasi Eropa Tengah dan kemunculan dualisme Jerman ===
{{Details|Kongres Wina}}
[[Berkas:HRR 1789 EN.png|
Setelah kekalahan Napoleon, [[Kongres Wina]] menetapkan sistem politik-diplomatik baru di Eropa berdasarkan [[keseimbangan kekuasaan]]. Sistem ini mereorganisasi Eropa menjadi [[lingkup pengaruh]], yang kadang-kadang mengabaikan aspirasi beberapa bangsa, seperti bangsa Jerman dan Italia.<ref>Sheehan, hlm. 398–410; Hamish Scott, ''The Birth of a Great Power System, 1740–1815'', US, 2006, hlm. 329–361.</ref> Secara umum, Prusia yang menjadi lebih besar setelah perang dan 38 negara Jerman lain tergabung dalam suatu konfederasi yang berada di bawah lingkup pengaruh [[Kekaisaran Austria]]. Konfederasi tersebut dinamai [[Konfederasi Jerman]] (1815–1866), yang dikepalai oleh Austria, dengan "Dewan Federal" (''Bundestag'' atau ''[[Bundesversammlung (Konfederasi Jerman)|Bundesversammlung]]'') yang berkumpul di kota [[Frankfurt am Main]] dan terdiri dari para pemimpin negara-negara anggota berdaulat. Sebagai pengakuan akan posisi kekaisaran yang sebelumnya dipegang oleh Wangsa Habsburg, kaisar-kaisar Austria memegang gelar "presiden" di dewan tersebut. Namun, dominasi Austria yang ditetapkan oleh Kongres Wina gagal mempertimbangkan kebangkitan Prusia dalam politik Kekaisaran Romawi Suci pada abad ke-18. Semenjak [[elektor-pangeran]] [[Brandenburg]] menjadikan dirinya raja di Prusia pada awal abad tersebut, wilayah mereka terus meluas melalui perang dan pewarisan. Kekuatan Prusia semakin tampak dalam [[Perang Penerus Austria]] dan [[Perang Tujuh Tahun]] di bawah kepemimpinan [[Friedrich yang Agung]].<ref>Sheehan, hlm. 398–410.</ref> Ketika [[Maria Theresa]] dan [[Joseph II, Kaisar Romawi Suci|Joseph]] mencoba mengembalikan hegemoni Habsburg di Kekaisaran Romawi Suci, Friedrich menandinginya dengan mendirikan ''[[Fürstenbund]]'' (Perserikatan Pangeran-Pangeran) pada tahun 1785. [[Dualisme Jerman|Dualisme Austria-Prusia]] telah mengakar di politik Kekaisaran Romawi Suci. Salah satu contoh persaingan tersebut adalah meletusnya [[Perang Penerus Bayern]] atau "Perang Kentang". Bahkan setelah Kekaisaran Romawi Suci dibubarkan, kompetisi ini masih memengaruhi perkembangan pergerakan nasionalis Jerman pada abad ke-19.<ref>Jean Berenger. ''A History of the Habsburg Empire 1700–1918.'' C. Simpson, Trans. New York: Longman, 1997, ISBN 0-582-09007-5. hlm. 96–97.</ref>
=== Masalah reorganisasi ===
[[Berkas:01Europe blank map with Germany Region (detail).png|
Meskipun disebut "Dewan", institusi ini tidak sama dengan perwakilan umum dalam konsep modern. Banyak negara-negara Jerman yang tidak memiliki konstitusi, dan negara dengan konstitusi (seperti [[Kadipaten Agung Baden|Kadipaten Baden]]) mendasarkan hak suara pada kepemilikan, sehingga membatasi hak suara pada sejumlah laki-laki.<ref>Lloyd Lee, ''Politics of Harmony: Civil Service, Liberalism, and Social Reform in Baden, 1800–1850'', Cranbury, New Jersey, 1980.</ref> Selain itu, solusi ini tidak melambangkan status baru Prusia. Meskipun angkatan bersenjata Prusia dikalahkan dalam [[Pertempuran Jena-Auerstedt]] pada tahun 1806, Prusia kembali menunjukkan kemampuan tentaranya di Waterloo. Akibatnya, pemimpin Prusia berharap akan memainkan peran penting dalam politik Jerman.<ref>Adam Zamoyski, ''Rites of Peace: The Fall of Napoleon and the Congress of Vienna'', New York, 2007, hlm. 98–115, 239–40.</ref>
[[Berkas:Map-GermanConfederation.svg|
Kebangkitan [[nasionalisme]] Jerman, yang didorong oleh pengalaman bersama pada periode dominasi Napoleon, mengubah hubungan politik, sosial, dan budaya negara-negara Jerman.<ref>L.B. Namier, (1952) ''Avenues of History.'' London, ONT, 1952, hlm. 34.</ref><ref>Nipperdey, hlm. 1–3.</ref> Organisasi siswa ''[[Burschenschaft]]'' dan demonstrasi umum (seperti yang diadakan di Istana [[Wartburg]] pada Oktober 1817) membantu menimbulkan rasa kesatuan di antara penutur bahasa Jerman di Eropa Tengah. Selain itu, janji implisit (dan kadang-kadang eksplisit) selama [[Perang Koalisi Keenam|Perang Pembebasan]] memunculkan harapan akan [[kedaulatan rakyat]] dan partisipasi publik dalam proses politik, meskipun janji ini tidak dipenuhi setelah perang dimenangkan. Pergolakan organisasi siswa menimbulkan ketakutan di antara pemimpin konservatif (seperti [[Klemens Wenzel, Pangeran von Metternich]]) akan kemunculan sentimen nasional; pembunuhan penulis drama Jerman [[August von Kotzebue]] pada Maret 1819 oleh siswa radikal yang menginginkan penyatuan diikuti oleh proklamasi [[Dekret Carlsbad]] pada 20 September 1819 yang menghambat kepemimpinan intelektual pergerakan nasionalis Jerman.<ref>Sheehan, hlm. 407–408, 444.</ref>
Baris 84 ⟶ 85:
=== Jalan dan kereta api ===
[[Berkas:Wartburg demonstration 1817.jpg|
Pada awal abad ke-19, kualitas jalan di Jerman sangat buruk. Pengelana asing dan lokal mengeluhkan keadaan ''Heerstraßen'', jalan militer yang sebelumnya dipelihara untuk memudahkan pergerakan pasukan. Namun, karena negara-negara Jerman tidak lagi menjadi persimpangan militer, kualitas jalan mulai membaik; panjang jalan dengan permukaan keras di Prusia meningkat dari 3.800 kilometer pada tahun 1816 menjadi 16.600 kilometer pada tahun 1852, yang terbantu oleh penemuan [[macadam]]. Pada tahun 1835, [[Heinrich von Gagern]] menulis bahwa jalan-jalan merupakan "pembuluh darah badan politik..." dan memprediksi bahwa jalan-jalan akan mendorong kebebasan, kemerdekaan, dan kesejahteraan.<ref>Sheehan, hlm. 465.</ref> Berkat kemudahan pergerakan, orang-orang Jerman saling berinteraksi di berbagai tempat, seperti di kereta, hotel, restoran, atau bahkan resort terkenal seperti spa di [[Kurhaus (Baden-Baden)|Baden-Baden]]. Transportasi air juga membaik. Blokade di sungai Rhein sudah dicabut atas perintah Napoleon. Pada tahun 1820-an, dengan ditemukannya mesin uap, manusia dan hewan tidak harus lagi menarik kapal untuk melawan arus. Pada tahun 1846, 180 kapal uap mengarungi sungai-sungai di Jerman dan [[Danau Konstanz]]. Selain itu, jaringan kanal terbentang di [[Sungai Donau]], [[Weser]], dan [[Elbe]].<ref>Sheehan, hlm. 466.</ref>
Baris 90 ⟶ 91:
Meskipun kemajuan-kemajuan tersebut penting, jalur kereta api memiliki dampak yang paling besar. Ekonom Jerman [[Friedrich List]] menyatakan bahwa jalur kereta api dan uni pabean adalah "kembar siam".<ref>Sheehan, hlm. 467–468.</ref> Ia tidak sendiri: penyair [[August Heinrich Hoffmann von Fallersleben]] menulis puisi yang memuji ''Zollverein'' yang dimulai dengan daftar komoditas yang mendorong kesatuan Jerman.<ref>Sheehan, hlm. 502.</ref> Sejarawan [[Reich Kedua]] nantinya menganggap jalur kereta api sebagai indikator pertama negara yang telah bersatu; novelis patriotik [[Wilhelm Raabe]] menulis: "Kekaisaran Jerman didirikan saat pembangunan jalur kereta api pertama..."<ref>Sheehan, hlm. 469.</ref> Namun, tidak semua orang menyambut sang "monster besi" dengan antusiasme. Raja Prusia [[Friedrich Wilhelm III]] tidak melihat manfaat perjalanan dari Berlin ke [[Potsdam]] yang lebih cepat, dan Metternich bahkan menolak naik kereta api. Ada pula yang merasa jalur kereta api adalah "kejahatan" yang mengancam lanskap Jerman: puisi [[Nikolaus Lenau]] tahun 1838 ''An den Frühling'' (''Untuk Musim Semi'') meratapi bagaimana kereta api menghancurkan ketenangan hutan-hutan Jerman.<ref>Sheehan, hlm. 458.</ref>
[[Jalur Kereta Api Ludwig Bayern]], yang merupakan jalur kereta penumpang atau kargo pertama di Jerman, menghubungkan [[Nürnberg]] dengan [[Fürth]] pada tahun 1835. Meskipun panjang jalurnya hanya 6 kilometer dan keretanya hanya beroperasi pada siang hari, jalur tersebut terbukti menguntungkan dan populer. Dalam waktu tiga tahun, 141 kilometer jalur kereta api telah dibangun, pada tahun 1840 462 kilometer, dan pada tahun 1860 11.157 kilometer. Jalur kereta api tersebut dibangun dalam jaringan yang menghubungkan kota-kota dan pasar-pasar di suatu wilayah, lalu wilayah dengan wilayah lain. Dengan meluasnya jalur kereta api, biaya pengangkutan barang pun berkurang: pada tahun 1840 biaya pengangkutan tercatat sebesar 18 ''[[Pfennig]]'' per ton per kilometer, sementara pada tahun 1870 menjadi lima ''Pfennig''. Pengaruh jalur kereta api dapat dirasakan langsung.<!-- Misalnya, bahan baku dapat dikirim tanpa perlu dibongkar dan dimuat kembali.--> Jalur kereta api mendorong aktivitas ekonomi dengan menciptakan permintaan komoditas dan memfasilitasi perdagangan. Pada tahun 1850, jumlah barang yang diangkut kapal ke pedalaman tiga kali lebih besar daripada muatan kereta api; pada tahun 1870, kereta api mengangkut empat kali lebih banyak. Perjalanan kereta api mengubah penampilan kota dan cara orang berkelana. Dampaknya mencapai seluruh tatanan sosial, baik yang berstatus tinggi maupun rendah. Meskipun beberapa provinsi terpencil Jerman tidak terhubung oleh jalur kereta api hingga tahun 1890-an, sebagian besar penduduk dan pusat produksi telah terhubung oleh jalur kereta api pada tahun 1865.<ref>Sheehan, hlm. 466–467.</ref> [[Berkas:1834customstarrifs.jpg|
=== Geografi, patriotisme, dan bahasa ===
Karena perjalanan menjadi lebih murah, cepat, dan mudah, orang-orang Jerman mulai melihat faktor penyatu lain selain bahasa. [[
Penyair Jerman [[August Heinrich Hoffmann von Fallersleben]] tidak hanya mengekspresikan kesatuan linguistik bangsa Jerman, tetapi juga kesatuan geografisnya. Dalam karyanya ''Deutschland, Deutschland über Alles'' (yang secara resmi disebut ''[[Das Lied der Deutschen]]'', "''Lagu Bangsa Jerman''"), Fallersleben menyerukan kepada penguasa-penguasa negara-negara Jerman untuk mengakui karakteristik penyatu bangsa Jerman.<ref>{{de icon}} Peter Rühmkorf, Heinz Ludwig Arnold, ''Das Lied der Deutschen'' Göttingen: Wallstein, 2001, ISBN 3-89244-463-3, hlm. 11–14.</ref> Lagu-lagu patriotik lain seperti "[[Die Wacht am Rhein]]" ("Penjaga di Rhein") oleh [[Max Schneckenburger]] mulai memusatkan perhatian pada ruang geografis, dan tidak membatasi "kejermanan" pada bahasa bersama. Schneckenburger menulis "Penjaga di Rhein" sebagai tanggapan patriotik khusus terhadap pernyataan
== ''Vormärz'' dan liberalisme abad ke-19 ==
Baris 103 ⟶ 104:
=== Festival Hambach: nasionalisme liberal dan tanggapan konservatif ===
[[Berkas:Zug-zum-hambacher-schloss 1-1200x825.jpg|
Meskipun menghadapi reaksi dari kaum konservatif, pendukung gagasan kesatuan bergabung dengan pendukung gagasan kedaulatan rakyat di wilayah berbahasa Jerman. [[Festival Hambach]] pada Mei 1832 dihadiri oleh lebih dari 30.000 orang.<ref name="Sheehan, pp. 610–613">Sheehan, hlm. 610–613.</ref> Festival tersebut dipromosikan sebagai pekan raya daerah<ref>Sheehan, hlm. 610.</ref> dan hadirinnya merayakan persaudaraan, kebebasan, dan kesatuan nasional. Para hadirin berkumpul di kota di bawah bukit dan berjalan ke reruntuhan [[Istana Hambach]] di atas bukit dekat kota Hambach, provinsi [[Pfalz]], [[Bayern]]. Dengan membawa bendera, menghentakkan drum, dan bernyanyi, para hadirin menghabiskan pagi dan siang hari berjalan ke istana, dan begitu sampai mereka mendengarkan pidato para orator nasionalis, baik yang konservatif maupun radikal. Isinya secara keseluruhan menunjukkan perbedaan antara nasionalisme Jerman pada tahun 1830-an dan nasionalisme
[[Berkas:Bildarchiv Preußischer Kulturbesitz.jpg|
Seperti yang ia lakukan setelah pembunuhan [[August von Kotzebue|Kotzebue]] pada tahun 1819, Metternich menggunakan demonstrasi di Hambach untuk mendorong kebijakan sosial yang konservatif. "Enam Pasal" pada 28 Juni 1832 menegaskan kembali asas otoritas raja. Pada 5 Juli, Dewan Frankfurt menambah 10 pasal yang mengulang peraturan yang ada mengenai penyensoran, organisasi politik yang dilarang, dan pembatasan aktivitas umum lainnya. Selain itu, negara anggota sepakat untuk mengirim bantuan kepada pemerintahan yang terancam oleh pemberontakan.<ref>Sheehan, hlm. 613.</ref> [[Karl Philipp von Wrede|Pangeran Wrede]] memimpin setengah angkatan bersenjata Bayern ke Pfalz untuk "menundukkan" provinsi tersebut. Beberapa pembicara di Hambach ditangkap, diadili, dan dipenjara; salah satu dari mereka, yaitu mahasiswa hukum dan perwakilan ''Burschenschaft'' rahasia Karl Heinrich Brüggemann (1810–1887), dikirim ke Prusia, dan di situ ia didakwa hukuman mati, tetapi kemudian diampuni.<ref name="Sheehan, pp. 610–613"/>
=== Liberalisme dan tanggapan terhadap masalah ekonomi ===
Beberapa faktor lain mempersulit kebangkitan [[nasionalisme]] di negara-negara Jerman. Faktor buatan manusia meliputi persaingan politik antar anggota konfederasi Jerman, terutama antara Austria dan Prusia, dan persaingan sosial-ekonomi antar kepentingan komersial, pedagang, aristokratik, dan pemilik tanah lama. Faktor alami meliputi kekeringan besar pada awal tahun 1830-an, dan lagi pada tahun 1840-an, dan krisis makanan pada tahun 1840-an. Kesulitan lain muncul akibat industrialisasi: ketika orang mencari pekerjaan, mereka meninggalkan desa dan kota kecil untuk bekerja di kota, dan hanya kembali selama satu setengah hari pada akhir pekan.<ref>David Blackbourn, ''Marpingen: apparitions of the Virgin Mary in nineteenth-century Germany.'' New York, 1994.</ref>
Dislokasi ekonomi, sosial, dan budaya rakyat jelata, kesulitan ekonomi yang sedang bertransisi, dan tekanan dari bencana meteorologis mengakibatkan tumbuhnya masalah di Eropa Tengah.<ref>Sperber, ''Rhineland radicals.'' hlm. 3.</ref> Kegagalan sebagian besar pemerintahan
== Upaya pertama penyatuan ==
Baris 125:
[[Revolusi 1848|Revolusi 1848-1849]] di Jerman menginginkan penyatuan Jerman di bawah satu konstitusi. Para pendukung revolusi menekan pemerintahan berbagai negara, terutama di [[Rheinland]], untuk mendirikan dewan parlementer yang bertanggung jawab untuk membuat naskah konstitusi. Pada akhirnya, banyak pendukung revolusi sayap kiri yang mengharapkan agar konstitusi ini akan menetapkan hak suara untuk semua laki-laki, mendirikan parlemen nasional permanen, dan menyatukan Jerman, kemungkinan di bawah kepemimpinan raja Prusia. Hal ini tampak sebagai pilihan yang paling masuk akal karena Prusia adalah negara Jerman terkuat, dan juga yang terbesar. Sementara itu, secara umum, para pendukung revolusi berhaluan tengah-kanan menginginkan perluasan hak suara di negara mereka dan kemungkinan penyatuan dengan sistem yang longgar. Akibat tekanan dari mereka, diadakan berbagai pemilihan umum berdasarkan kualifikasi pemilihan yang berbeda, seperti [[hak pilih tiga kelas Prusia]], yang memberikan lebih banyak kekuasaan perwakilan kepada beberapa kelompok - terutama yang kaya dan berkepemilikan.<ref>Blackbourn, ''Long Century'', pp. 138–164.</ref>
[[Berkas:Parliament Frankfurt Pauls Church 1848.jpg|
Pada 27 Maret 1849, [[Parlemen Frankfurt]] menetapkan [[Paulskirchenverfassung]] (Konstitusi Gereja Santo Paulus) dan menawarkan gelar ''Kaiser'' (Kaisar) kepada Raja Prusia [[Friedrich Wilhelm IV]] pada bulan berikutnya. Namun, ia menolak untuk mengambil "mahkota dari selokan" karena beberapa alasan. Di muka umum, ia menyatakan tidak dapat menerima mahkota tanpa persetujuan negara-negara Jerman lainnya. Secara pribadi, ia takut menghadapi perlawanan dari penguasa-penguasa negara-negara Jerman lainnya dan tidak ingin terjadi intervensi militer dari Austria atau Rusia. Ia juga tidak suka menerima mahkota dari parlemen yang dipilih oleh rakyat: ia tidak akan menerima mahkota dari "tanah liat".<ref>Jonathan Sperber, ''Revolutionary Europe, 1780–1850'', New York, 2000.</ref> Pada akhirnya, Parlemen Frankfurt berhasil merumuskan konstitusi dan menyepakati solusi ''kleindeutsch''. Meskipun kaum liberal gagal melakukan penyatuan, mereka berhasil bekerja sama dengan penguasa-penguasa Jerman dalam hal konstitusi dan reformasi.<ref>Blackbourn, ''Long Century'', hlm. 176–179.</ref>
=== 1848 dan Parlemen Frankfurt berdasarkan tinjauan sejarah ===
Ahli sejarah Jerman telah memperdebatkan bagaimana keberhasilan dan kegagalan Parlemen Frankfurt memengaruhi pembentukan bangsa Jerman. Menurut salah satu mazhab yang muncul setelah [[Perang Dunia I]] dan banyak diikuti setelah [[Perang Dunia II]], kegagalan kaum liberal Jerman di Parlemen Frankfurt menciptakan kompromi antara kelas [[borjuis]] dengan konservatif (terutama pemilik tanah [[Junker]] konservatif), yang kemudian mengarahkan Jerman pada ''[[Sonderweg]]'', atau jalan yang berbeda dari bangsa lain.<ref>Contoh-contoh argumen ini muncul dalam: Ralf Dahrendorf, ''German History'', (1968), hlm. 25–32; {{de icon}} Hans Ulrich Wehler, ''Das Deutsche Kaiserreich, 1871–1918'', Göttingen, 1973, hlm. 10–14; Leonard Krieger, ''The German Idea of Freedom'', Chicago, 1957; Raymond Grew, ''Crises of Political Development in Europe and the United States'', Princeton, 1978, hlm. 312–345; Jürgen Kocka and Allan Mitchell. ''Bourgeois society in nineteenth-century Europe.'' Oxford, 1993; Jürgen Kocka, "German History before Hitler: The Debate about the German Sonderweg." ''Journal of Contemporary History'', Vol. 23, No. 1 (January, 1988), hlm. 3–16; Volker Berghahn, ''Modern Germany. Society, Economy and Politics in the Twentieth Century.'' Cambridge, 1982.</ref> Menurut argumen ini, kegagalan penyatuan pada tahun 1848 mengakibatkan pembentukan negara-bangsa Jerman yang terlambat pada tahun 1871, sehingga memperlambat perkembangan nilai-nilai nasional positif. Hitler
Para ahli saat ini cenderung menolak gagasan tersebut, dan mengklaim bahwa Jerman tidak memiliki "jalan yang berbeda" dari bangsa lain.<ref>Blackbourn and Eley. ''Peculiarities'', Part I.</ref> Malahan, sejarawan modern mengklaim bahwa pada tahun 1848 politikus liberal telah berhasil mencapai beberapa hal. Banyak gagasan dan program mereka yang nantinya dimasukkan ke dalam program sosial Bismarck (seperti asuransi sosial, program pendidikan, dan definisi hak suara yang lebih luas). Selain itu, gagasan jalan yang berbeda bergantung pada asumsi bahwa jalan negara lain (dalam kasus ini, Britania Raya) adalah jalan yang patut diterima.<ref>Blackbourn and Eley, ''Peculiarities'', Chapter 2.</ref> Argumen ini juga menentang model perkembangan yang berpusat pada Britania: penelitian perkembangan nasional Britania dan negara "normal" lainnya (seperti
[[Berkas:Image Germania (painting).jpg|
=== Masalah lingkup pengaruh: Uni Erfurt dan Punktasi Olmütz ===
Baris 142:
<blockquote>
Kita tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa seluruh [[
</blockquote>
Penyatuan di bawah kondisi tersebut memicu permasalahan diplomatik yang mendasar. Kemungkinan penyatuan Jerman (atau [[penyatuan Italia|Italia]]) akan mengubah sistem [[lingkup pengaruh]] yang didirikan pada tahun 1815 oleh Kongres Wina. Perancang utama konvensi tersebut, [[Klemens Wenzel, Pangeran von Metternich|Metternich]], [[Robert Stewart, Viscount Castlereagh|Castlereagh]], dan [[Alexander I dari Rusia|Tsar Alexander]] (dengan sekretaris luar negerinya [[Karl Nesselrode]]), telah mengorganisasi Eropa berdasarkan keseimbangan di antara empat "[[kekuatan besar
Sistem lingkup pengaruh ini bergantung pada perpecahan Jerman dan Italia. Akibatnya, Jerman yang bersatu memicu permasalahan baru. Pada saat itu belum ada definisi yang dapat memastikan siapa itu orang Jerman dan seberapa luas wilayahnya. Selain itu, masih belum pasti siapa yang dapat memimpin dan mempertahankan "Jerman". Berbagai kelompok mengusulkan solusi yang berbeda. Dalam solusi ''[[Kleindeutschland]]'' ("Jerman Kecil"), negara-negara Jerman akan disatukan di bawah kepemimpinan [[Wangsa Hohenzollern|Hohenzollern Prusia]], sementara usulan ''[[Kleindeutschland dan Großdeutschland|Grossdeutschland]]'' ("Jerman Raya") menginginkan agar negara-negara Jerman bersatu di bawah kepemimpinan [[Monarki Habsburg|Habsburg Austria]]. Kontroversi ini, yang merupakan fase akhir perdebatan [[dualisme Jerman]] yang mendominasi politik negara-negara Jerman dan diplomasi Austria-Prusia semenjak pendirian [[Kerajaan Prusia]] pada tahun 1701, akan semakin memanas dalam dua puluh tahun berikutnya.<ref>Blackbourn, ''The long nineteenth century'', hlm. 160–175.</ref>
Baris 153:
Penyatuan Jerman juga dianggap sebagai pendahulu pendirian federasi Eropa, yang didukung oleh [[Giuseppe Mazzini]] dan patriot Eropa lainnya selama tiga dasawarsa:
<blockquote>Pada musim semi tahun 1834, saat berada di [[Berne]], Mazzini dan selusin pengungsi dari Italia, Polandia, dan Jerman mendirikan asosiasi baru dengan nama besar [[Eropa Muda]]. Gagasan dasar yang juga besar seperti namanya adalah bahwa seperti Revolusi
=== Menguatnya Prusia: ''Realpolitik'' ===
[[Berkas:BismarckRoonMoltke.jpg|
Raja [[Friedrich Wilhelm IV]] menderita [[
[[Perang Krimea]] pada tahun 1854–55 dan [[Perang Kemerdekaan Italia Kedua|Perang Italia 1859]] mengacaukan hubungan antara Britania Raya,
Bismarck menjelaskan inti dari ''Realpolitik'' dalam [[Darah dan Besi (pidato)|pidato "Darah dan Besi"nya]] pada 30 September 1862, segera setelah ia menjadi Presiden Menteri: "
== Mendirikan negara bersatu ==
Baris 168:
<center><small> – artikel dari ''[[The New York Times]]'' yang diterbitkan pada 1 Juli 1866<ref>''[http://query.nytimes.com/mem/archive-free/pdf?res=F10F10F73D551A7493C3A9178CD85F428684F9 The Situation of Germany.]'' ([[Portable Document Format|PDF]]) - [[The New York Times]], 1 Juli 1866.</ref></center></small>
Kebutuhan akan besi ''dan'' darah tampak semakin mencuat. Pada tahun 1862, saat Bismarck mengutarakan pidatonya, gagasan sebuah bangsa-negara Jerman dalam jiwa [[Pan-Jermanisme]] yang damai telah bergeser dari karakter yang liberal dan demokratik pada tahun 1848 menjadi karakter yang mengakomodasi ''Realpolitik'' Bismarck yang lebih konservatif. Sebagai seorang pragmatis, Bismarck paham akan kemungkinan, hambatan, dan keuntungan sebuah negara yang bersatu. Ia juga memahami kepentingan mengaitkan negara tersebut dengan dinasti Hohenzollern, yang dianggap beberapa sejarawan sebagai kontribusi utama Bismarck terhadap pendirian [[Kekaisaran Jerman]] pada tahun 1871.<ref>Michael Eliot Howard, ''The Franco-Prussian War: the German invasion of France, 1870–1871.'' New York, MacMillan, 1961, hlm. 40.</ref>
[[Berkas:Jutland Peninsula map.PNG|
Terdapat tiga peristiwa yang berperan penting dalam penyatuan politik dan administratif Jerman. Peristiwa pertama adalah kematian [[Frederik VII dari Denmark]] tanpa penerus laki-laki, sehingga mengakibatkan [[Perang Schleswig Kedua]] pada tahun 1864. Kemudian, [[penyatuan Italia]] memberikan sekutu baru bagi Prusia untuk berperang melawan Austria dalam [[Perang Austria-Prusia]] pada tahun 1866. Yang terakhir,
===
{{main|Perang Schleswig Kedua}}
Episode pertama dalam kisah penyatuan Jerman oleh Bismarck disebabkan oleh [[
{{clr}}
=== Perang Austria-Prusia 1866 ===
{{main|Perang Austria-Prusia}}
[[Berkas:Map-AustroPrussianWar.svg|
{{legend|#0000FF |Prusia}}
{{legend|#FF0000 |Austria}}
Baris 187:
{{legend|#00FF00|Netral}}
{{legend|#FFFF00|Di bawah pemerintahan gabungan (Schleswig-Holstein)}}]]
Episode kedua dalam upaya penyatuan oleh Bismarck berlangsung pada tahun 1866. Bersamaandengan [[penyatuan Italia|Italia yang baru dibentuk]], Bismarck menciptakan keadaan diplomatik yang membuat Austria menyatakan perang pada Prusia. Sebelum perang meletus, di Frankfurt kedua negara mengklaim sebagai perwakilan semua negara-negara Jerman di parlemen. Pada April 1866, perwakilan Prusia di [[Firenze]] menandatangani perjanjian rahasia dengan pemerintah Italia. Mereka berjanji untuk membantu satu sama lain dalam perang melawan Austria. Pada hari berikutnya, perwakilan Prusia di dewan Frankfurt mempresentasikan rencana yang menyerukan pembuatan konstitusi nasional, dewan nasional yang dipilih secara langsung, dan [[hak pilih universal]]. Kaum liberal Jerman meragukan rencana ini karena telah menyaksikan hubungan Bismarck yang ambigu dan sulit dengan ''Landtag'' Prusia (Parlemen Negara): Bismarck
==== Mendukung Austria atau Prusia ====
Perdebatan mengenai usulan konstitusi nasional menjadi buntu setelah berita pergerakan tentara Italia di [[
Di dewan legislatif di Frankfurt, sekelompok negara-negara berukuran sedang yang disebut ''Mittelstaaten'' ([[Bayern]], [[Württemberg]], [[Kadipaten Agung Baden|Baden]], [[Kadipaten Agung Hesse|Hesse]], [[Sachsen–Weimar]], [[Sachsen–Meiningen]], [[Sachsen–Coburg]], dan [[Nassau, Jerman|Nassau]]), mendukung demobilisasi penuh dalam konfederasi. Masing-masing pemerintahan negara-negara ini menolak janji dan ancaman Bismarck dalam upayanya untuk mengajak mereka melawan Habsburg. [[Kabinet perang]] Prusia sadar bahwa hanya ada dua negara-negara Jerman yang mendukung Prusia melawan Habsburg, yaitu [[Kadipaten Agung Mecklenburg-Schwerin|Mecklenburg-Schwerin]] dan [[Kadipaten Agung Mecklenburg-Strelitz|Mecklenburg-Strelitz]], dan keduanya tidak memiliki kekuatan militer atau politik yang berarti. Mereka juga tahu bahwa satu-satunya sekutu Prusia di luar negeri adalah Italia.<ref>Sheehan, hlm. 905–906.</ref>
Perlawanan terhadap taktik kekuatan fisik Prusia bermunculan di berbagai kelompok sosial dan politik. Di negara-negara Jerman, dewan kota, anggota parlemen liberal yang mendukung negara bersatu, dan kamar dagang - yang akan memperoleh keuntungan besar dari penyatuan - menentang perang antara Prusia dan Austria. Mereka yakin bahwa konflik tersebut hanya memenuhi kepentingan dinasti-dinasti kerajaan. Kepentingan mereka, yang dianggap oleh mereka sebagai kepentingan "sipil" atau "borjuis", seolah menjadi tidak relevan. Pendapat publik juga menentang dominasi Prusia. Penduduk Katolik di sepanjang sungai [[Rhein]] - terutama di wilayah kosmopolitan seperti [[Köln]] dan wilayah padat di Lembah [[Ruhr]] - terus mendukung Austria. Pada akhir musim semi, negara-negara Jerman yang paling penting menentang upaya Berlin untuk mereorganisasi negara-negara Jerman dengan paksa. Kabinet Prusia memandang kesatuan Jerman sebagai permasalahan kekuatan dan pertanyaan mengenai siapa yang memiliki kekuatan dan kemauan untuk memegang kekuatan tersebut. Sementara itu, kaum liberal di dewan Frankfurt menganggap kesatuan Jerman sebagai proses negosiasi yang akan mengarah pada pembagian kekuasaan oleh berbagai pihak.<ref>Sheehan, hlm. 909.</ref>
[[Berkas:1866 prinz-friedrich-karl-bei-koeniggraetz 1b-640x428.jpg|
==== Austria terisolasi ====
Walaupun beberapa negara Jerman awalnya mendukung Austria, mereka memilih untuk bertahan dan gagal melancarkan serangan yang efektif terhadap tentara Prusia. Akibatnya, tentara Austria menghadapi tentara Prusia yang memiliki teknologi yang lebih unggul dengan dukungan dari [[Sachsen]] saja.
=== ''Realpolitik'' dan Konfederasi Jerman Utara ===
Baris 205:
Perjanjian perdamaian perlu segera ditandatangani agar Rusia tidak campur tangan untuk membantu Austria.<ref>Taylor, ''Bismarck'', hlm. 87–88.</ref> Prusia mencaplok [[Kerajaan Hannover|Hannover]], [[Elektorat Hesse|Hesse-Kassel]], [[Kadipaten Nassau|Nassau]], dan [[Kota Bebas Frankfurt|Frankfurt]]. [[Kadipaten Agung Hesse|Hesse Darmstadt]] kehilangan sebagian wilayahnya, tetapi kedaulatannya masih tetap ada. Negara-negara di sebelah selatan sungai [[Main (sungai)|Main]] (Baden, Württemberg, dan Bayern) menandatangani perjanjian terpisah yang mengharuskan mereka membayar ganti rugi dan membentuk persekutuan dengan Prusia, sehingga memasukkan mereka ke dalam lingkup pengaruh Prusia. Austria dan sebagian besar sekutunya dikecualikan dari [[Konfederasi Jerman Utara]].<ref>Sheehan, hlm. 910.</ref>
Berakhirnya dominasi Austria atas negara-negara Jerman mengalihkan perhatian Austria ke wilayah [[Balkan]]. Pada tahun 1867, kaisar Austria [[Franz Joseph I dari Austria|Franz Joseph]] menerima penetapan ([[Kompromi Austria-
Kekalahan Austria mengakibatkan peninjauan kembali divisi internal, otonomi lokal, dan liberalisme.<ref>Sheehan, hlm. 909–910; Wawro, Chapter 11.</ref> Konfederasi Jerman Utara yang baru memiliki konstitusi, bendera, dan struktur pemerintahan dan administratifnya sendiri. Melalui kemenangan militer, Prusia di bawah pengaruh Bismarck telah mengalahkan perlawanan Austria terhadap gagasan penyatuan Jerman. Pengaruh Austria terhadap negara-negara Jerman telah dihancurkan, tetapi perang ini juga memecah semangat persatuan pan-Jerman: sebagian besar negara-negara Jerman tidak menyukai politik kekuatan Prusia.<ref>Blackbourn, ''Long Century'', Chapter V: ''From Reaction to Unification'', hlm. 225–269.</ref>
== Perang melawan
{{Details|Perang
Pada tahun 1870, Perang Austria-Prusia telah memberikan tiga pelajaran penting. Pelajaran pertama adalah bahwa melalui kekuatan senjata, suatu negara yang kuat dapat menantang persekutuan dan lingkup pengaruh lama yang ditetapkan pada tahun 1815. Kedua, melalui manuver diplomatik, seorang pemimpin yang cakap dapat membuat suatu keadaan
=== Keruntuhan lingkup pengaruh di Spanyol ===
Di Kongres Wina pada tahun 1815, Metternich dan sekutu-sekutu konservatifnya mendirikan kembali monarki Spanyol di bawah kepemimpinan [[Raja Ferdinand VII dari Spanyol|Raja Ferdinand VII]]. Dalam waktu empat puluh tahun, kekuatan-kekuatan besar masih mendukung monarki Spanyol, tetapi peristiwa pada tahun 1868 menguji sistem lama. Revolusi di Spanyol menjatuhkan [[Isabella II dari Spanyol|Ratu Isabella II]], dan tahta kerajaan tetap kosong sementara Isabella hidup dalam pengasingan di Paris. Bangsa Spanyol yang sedang mencari penerus Katolik yang tepat menawarkan jabatan raja kepada tiga pangeran Eropa, namun semuanya ditolak oleh [[Napoleon III]] sebagai tokoh berpengaruh kuat di tingkatan regional. Akhirnya, pada tahun 1870 mahkota ditawarkan kepada [[Leopold, Pangeran Hohenzollern|Leopold]] dari [[Hohenzollern-Sigmaringen]], pangeran Katolik dari garis keturunan Hohenzollern.<ref>Howard, hlm. 50–57.</ref>
Dalam beberapa minggu, tawaran Spanyol menjadi topik perbincangan di Eropa. Bismarck mendorong Leopold agar menerima tawaran tersebut.<ref>Howard, hlm. 55–56.</ref> Apabila seseorang dari wangsa Hohenzollern-Sigmaringen diangkat menjadi raja Spanyol, di kedua sisi perbatasan
=== Operasi militer ===
Napoleon III mencoba memperoleh kompensasi wilayah dari kedua belah pihak sebelum dan sesudah Perang Austria-Prusia. Namun, meskipun berperan sebagai mediator dalam negosiasi perdamaian, ia tidak
=== Proklamasi Kekaisaran Jerman ===
Penangkapan kaisar
▲[[Berkas:Wernerprokla.jpg|thumb|upright=1.67|18 Januari 1871: Proklamasi [[Kekaisaran Jerman]] di [[Balai Cermin (Istana Versailles)|Balai Cermin]] [[Istana Versailles]]. [[Otto von Bismarck|Bismarck]] berpakaian putih. Adipati Agung Baden berdiri di samping Wilhelm. Putra Mahkota Friedrich, nantinya menjadi [[Frederick III, Kaisar Jerman|Friedrich III]], berdiri di sebelah kanan ayahnya. Lukisan dibuat oleh [[Anton von Werner]].]]
=== Kepentingan dalam proses penyatuan ===
Kemenangan Prusia atas
== Penyatuan politik dan administratif ==
Baris 237 ⟶ 236:
Walaupun sering dikategorikan sebagai federasi monarki, Kekaisaran Jerman sesungguhnya merupakan federasi 25 negara, dengan tiga di antaranya merupakan republik.<ref>Richard J. Evans, ''Death in Hamburg: Society and Politics in the Cholera Years, 1830–1910.'' New York, 2005, hlm. 1.</ref>
[[Berkas:Map-DR-Prussia.svg|
{{Table of states in the German Empire}}
Baris 247 ⟶ 246:
=== Argumen sejarah dan anatomi sosial kekaisaran ===
[[Berkas:Niederwald memorial 1.JPG|
Hipotesis ''Sonderweg'' mengaitkan keadaan Jerman pada abad ke-20 yang sulit dengan dasar politik, hukum, dan ekonomi kekaisaran baru yang lemah. Kaum elit Prusia yang disebut ''[[Junker]]'' masih memiliki kekuatan politik di Jerman yang baru dibentuk. Hipotesis ''Sonderweg'' mengaitkan kekuatan mereka dengan ketiadaan revolusi yang dikobarkan oleh kelas menengah atau petani bersamaan dengan pekerja kota pada tahun 1848 dan 1871. Penelitian terkini mengenai peran Borjuis Agung - yang meliputi bankir, pedagang, industrialis, dan wiraswasta - dalam pembentukan negara Jerman yang baru telah membantah klaim dominasi politik dan ekonomi ''Junker'' sebagai kelompok sosial. Ilmu yang baru ini menunjukkan pentingnya kelas pedagang dari [[Liga Hanza|kota-kota Hanza]] dan pemimpin industri (terutama di Rheinland) dalam pembangunan Kekaisaran Jerman.<ref>David Blackbourn and Geoff Eley. ''The peculiarities of German history: bourgeois society and politics in nineteenth-century Germany.'' Oxford [Oxfordshire] and New York, Oxford University Press, 1984. Peter Blickle, ''Heimat: a critical theory of the German idea of homeland'', Studies in German literature, linguistics and culture. Columbia, South Carolina, Camden House; Boydell & Brewer, 2004. Robert W. Scribner, Sheilagh C. Ogilvie, ''Germany: a new social and economic history.'' London and New York, Arnold and St. Martin's Press, 1996.</ref>
Baris 253 ⟶ 252:
== Di luar mekanisme politik: pembentukan bangsa ==
[[Berkas:Koblenz im Buga-Jahr 2011 - Deutsches Eck 01.jpg|
Apabila reli Wartburg dan Hambach tidak memiliki konstitusi dan aparatur administratif, masalah tersebut diselesaikan pada tahun 1867 dan 1871. Namun, pidato besar, bendera, penonton yang antusias, konstitusi, reorganisasi pollitik, superstruktur kekaisaran, dan perubahan pada uni pabean pada tahun 1867-68 masih belum menghasilkan suatu [[bangsa]].<ref>Blackbourn, ''Long Century'', hlm. 240–290.</ref>
Salah satu unsur penting dalam suatu negara-bangsa adalah budaya nasional, yang
=== ''Kulturkampf'' ===
{{main|Kulturkampf}}
Bagi beberapa orang Jerman, definisi ''bangsa'' tidak meliputi [[pluralisme]], dan agama [[Katolik Roma|Katolik]] berada di bawah pengawasan; beberapa orang Jerman, terutama Bismarck, takut bahwa keterkaitan Katolik dengan [[kepausan]] akan membuat mereka kurang setia kepada bangsa. Sebagai kanselir, Bismarck mencoba membatasi pengaruh [[Gereja Katolik Roma]] dan partainya, [[Partai Tengah Katolik]], melalui kebijakan sekolah, pendidikan, dan bahasa. Namun, upaya ini tidak berhasil. Partai Tengah Katolik masih tetap kuat di wilayah-wilayah Katolik seperti Bayern dan Baden selatan, dan di wilayah perkotaan yang dihuni oleh banyak penduduk desa yang mencari kerja di bidang industri. Partai ini tidak hanya mencoba melindungi hak-hak orang Katolik, tetapi juga minoritas, seperti minoritas
Sementara itu, berdasarkan Hukum Mei 1873, pengangkatan pendeta dan pendidikannya berada di bawah kendali negara. Akibatnya, banyak seminari yang ditutup, dan terjadi kekurangan pendeta. Selain itu, Hukum Kongregasi 1875 membubarkan ordo-ordo religius, mengakhiri subsidi negara untuk Gereja Katolik, dan menghapuskan perlindungan agama dari konstitusi Prusia.<ref>Sperber, Jonathan. ''Popular Catholicism in nineteenth-century Germany'', Princeton, N.J., 1984.</ref>
=== Integrasi komunitas Yahudi ===
[[Berkas:GermanJews1.jpg|
[[Yahudi Ashkenazi]] merupakan salah satu minoritas yang rentan di Jerman. Semenjak tahun 1780, setelah diberlakukannya emansipasi oleh Kaisar Romawi Suci [[Joseph II, Kaisar Romawi Suci|Joseph II]], Yahudi di bekas wilayah Habsburg menikmati hak istimewa dalam bidang ekonomi dan hukum: misalnya, mereka boleh memiliki tanah, dan mereka tidak harus tinggal di daerah Yahudi (juga disebut ''[[Ghetto|Judengasse]]''). Mereka juga dapat masuk universitas dan berprofesi. Selama era Napoleon, pembatas antara orang-orang Yahudi dan Kristen mulai sirna. Napoleon memerintahkan [[emansipasi Yahudi]] di wilayah yang dikuasai oleh
Pada saat penyatuan, Yahudi Jerman berperan penting dalam dasar intelektual Jerman. Pengusiran orang Yahudi dari Rusia pada tahun 1880-an dan 1890-an mempersulit integrasi ke ruang publik Jerman. Ribuan Yahudi Rusia tersebut tiba di kota-kota Jerman utara; mereka dianggap kurang berpendidikan dan kurang makmur, dan kemiskinan mereka
=== Proses penulisan sejarah ===
{{Details|Historiografi dan nasionalisme}}
Karena dirasa perlu dalam membangun sebuah bangsa, proses penulisan sejarah bangsa Jerman dilakukan secara serius oleh beberapa sejarawan nasionalis Jerman, termasuk [[Friedrich Christoph Dahlmann|Friedrich Dahlmann]] (1785-1860) beserta muridnya, [[Heinrich von Treitschke]] (1834-1896), [[Theodor Mommsen]] (1817-1903), dan [[Heinrich von Sybel]] (1817-1895). Dahlmann sendiri meninggal sebelum penyatuan selesai, namun ia berjasa membangun dasar-dasar penulisan sejarah Jerman lewat karya sejarahnya tentang Revolusi Inggris dan Revolusi
Buku ''Sejarah Jerman pada Abad Kesembilan Belas'' karya Heinrich von Treitschke yang diterbitkan pada tahun 1879 memiliki konten yang mungkin menyesatkan: von Treitschke mengkhususkan sejarah Prusia dibanding sejarah negara-negara Jerman lainnya, dan buku tersebut berkisah tentang orang-orang Jerman dan takdir Prusia untuk menyatukan mereka. Mitos yang disebut [[mitos Borussia|mitos ''Borussia'']] ini (''Borussia'' adalah nama latin Prusia) menggambarkan Prusia sebagai penyelamat Jerman.<ref>Karin Friedrich, ''The other Prussia: royal Prussia, Poland and liberty, 1569–1772'', New York, 2000, hlm. 5.</ref> Prusia dianggap berperan penting dalam menyatukan negara-negara Jerman; hanya Prusia yang dianggap dapat melindungi kebebasan Jerman dari ancaman
Sementara itu, kontribusi Mommsen dalam ''[[Monumenta Germaniae Historica]]'' menjadi dasar keilmuan yang mempelajari bangsa Jerman, dan memperluas definisi "Jerman" dengan memasukkan wilayah di luar Prusia ke dalamnya. Sebagai seorang profesor, sejarawan, dan teolog yang liberal, Mommsen menjadi anggota Dewan Perwakilan Prusia dari tahun 1863–1866 dan 1873–1879; ia juga menjadi anggota ''Reichstag'' dari tahun 1881–1884 untuk [[Partai Kemajuan Jerman]] (''Deutsche Fortschrittspartei'') yang liberal, dan nantinya untuk [[Partai Liberal Nasional (Jerman)|Partai Liberal Nasional]]. Ia menentang program-program [[antisemitisme|antisemit]] dalam ''Kulturkampf'' Bismarck dan teks pedas yang digunakan Treitschke dalam karyanya ''Studien über die Judenfrage'' (''Studi
== Referensi ==
Baris 372 ⟶ 371:
* [http://www.fordham.edu/halsall/mod/germanunification.html Dokumen Penyatuan Jerman]
{{artikel pilihan}}
{{Penyatuan Jerman}}{{Topik Jerman}}
{{DEFAULTSORT:Penyatuan Jerman}}
[[Kategori:Konflik dalam tahun 1866]]
[[Kategori:Konflik dalam tahun 1871]]
[[Kategori:Jerman
[[Kategori:Kekaisaran Romawi Suci]]
[[Kategori:Penyatuan bangsa|Jerman]]
[[Kategori:Revolusi tahun 1848]]
[[Kategori:Nasionalisme Jerman]]
|