Sejarah Mesir Kuno: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambahkan pranala dalam |
|||
(36 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Sejarah Mesir}}
'''Sejarah [[Mesir Kuno]]''' meliputi kurun waktu
== Kronologi ==
{{Main|Kronologi Mesir}}
Sejarah Mesir Kuno dibagi-bagi menjadi beberapa
* [[Prasejarah Mesir|
* [[Naqada III|
* [[Periode Dinasti Awal Mesir|
* [[Kerajaan Lama Mesir|Zaman Kerajaan Lama]] (zaman wangsa ke-3 sampai zaman wangsa ke-6)
* [[Periode Menengah Pertama Mesir|
* [[Kerajaan Pertengahan Mesir|Zaman Kerajaan Pertengahan]] (zaman wangsa ke-12 sampai zaman wangsa ke-13)
* [[Periode Menengah Kedua Mesir|
* [[Kerajaan Baru Mesir|Zaman Kerajaan Baru]] (zaman wangsa ke-18 sampai zaman wangsa ke-20)
* [[Periode Menengah Ketiga Mesir|
* [[Periode Akhir Mesir Kuno|
== Zaman
===
[[Sungai Nil]] telah menjadi urat nadi peradaban Mesir
===
{{Main|Prasejarah Mesir}}
{{Further|Naqada}}
[[
Daerah Lembah Sungai Nil di Mesir pada hakikatnya tidak dapat didiami sebelum dimulainya kegiatan
Antara 5500
== Zaman Wangsa ==
{{Daftar Dinasti Mesir Kuno}}
===
{{Main|Periode Dinasti Awal Mesir}}
[[
Catatan-catatan sejarah Mesir Kuno diawali dengan menyebut Mesir sebagai suatu negara kesatuan yang terwujud sekitar 3150 SM. Menurut tradisi Mesir, [[Menes]], yang diyakini sebagai tokoh pemersatu Mesir Hulu dan Mesir Hilir, adalah raja Mesir yang pertama. Budaya, adat-istiadat,
[[Kronologi Mesir]], yang memuat tahun-tahun pemerintahan raja-raja, berawal pada
Sebelum penyatuan Mesir, wilayah negeri ini terbagi-bagi
Menurut [[Manetho]], [[Firaun|raja]] Mesir yang pertama adalah [[Menes]],
Tata-cara pemakaman golongan elit menghasilkan pembangunan makam-makam [[mastaba]], yang kelak menjadi contoh bagi
=== Zaman Kerajaan Lama ===
{{Main|Kerajaan Lama Mesir}}
[[
Zaman Kerajaan Lama lazimnya dianggap sebagai kurun waktu semenjak Mesir diperintah oleh [[Dinasti ketiga Mesir|Wangsa Ketiga]] sampai [[Dinasti keenam Mesir|Wangsa Keenam]] (2686–2181 SM).
Pada
Zaman Kerajaan Lama dan kekuasaan raja-
[[Dinasti kelima Mesir|Wangsa Kelima]] bermula dengan pemerintahan [[Userkaf]] sekitar 2495 SM, dan ditandai dengan
Makin besarnya minat bangsa Mesir akan barang-barang dagangan semisal [[kayu hitam]], wewangian seperti [[mur]] dan [[Kemenyan arab|kemenyan]], emas, tembaga dan bermacam-macam logam
Pada masa
===
{{Main|Periode Menengah Pertama Mesir}}
[[
Setelah keruntuhan Kerajaan Lama, tibalah kurun waktu sekitar 200 tahun yang dikenal sebagai
Sebagian besar firaun-firaun ini adalah raja-raja daerah yang
Sangat mungkin pula pada
Menjelang 2160 SM sebuah rentetan baru para firaun dari ([[Dinasti kesembilan Mesir|Wangsa Kesembilan]] dan [[Dinasti kesepuluh Mesir|Wangsa Kesepuluh]]) mempersatukan dan memerintah atas [[Mesir Hilir]]
=== Zaman Kerajaan Pertengahan ===
{{Main|Kerajaan Pertengahan Mesir}}
[[
Zaman Kerajaan Pertengahan adalah
Firaun-firaun
Peperangan berlanjut antara Wangsa Thebes dan Wangsa Herakleopolis sampai pada tahun ke-39 pemerintahan Nebhetepra [[Mentuhotep II]], pengganti kedua dari Intef II. Pada titik
Mentuhotep II digantikan oleh puteranya, [[Mentuhotep III]], yang mengatur sebuah ekspedisi
Amenemhet I mendirikan sebuah
[[Senusret III]] (1878–1839 SM) adalah seorang raja yang gemar berperang. Ia memimpin bala tentara Mesir
Populasi Mesir mulai melebihi tingkat produksi pangan pada masa pemerintahan Amenemhat III, yang oleh karena itu memerintahkan eksploitasi atas [[Fayyum]] dan peningkatan
===
{{Main|Periode Menengah Kedua Mesir|Hyksos}}
[[
Periode
Wangsa Ketiga Belas terbukti tidak mampu mempertahankan keutuhan wilayah Mesir yang begitu luas,
Jika Wangsa Keempat Belas berkebangsaan Kanaan, maka bangsa Hyksos pertama kali muncul dalam sejarah Mesir sekitar 1650 SM tatkala mereka mengambil alih kendali atas kota [[Avaris]] dan bergegas ke selatan menuju [[Memphis, Mesir|Memphis]], dan dengan demikian mengakhiri masa kekuasaan Wangsa Ketiga Belas dan Wangsa Keempat Belas.
Rangkuman riwayat-riwayat tradisional mengenai "invasi" bangsa Hyksos atas Mesir terdapat dalam ''Aegyptiaca'' karya [[Manetho]], yang menulis bahwa pada masa itu bangsa Hyksos menguasai Mesir di bawah pimpinan [[Salitis]], pendiri Wangsa Kelima Belas. Meskipun demikian, sekarang ini telah muncul teori baru yang mendapat banyak dukungan bahwa sesungguhnya yang terjadi hanyalah migrasi sederhana yang melibatkan sedikit atau tanpa kekerasan sama sekali.<ref>Booth, Charlotte. <cite>The Hyksos Period in Egypt</cite>. p.10. Shire Egyptology. 2005. ISBN 0-7478-0638-1</ref> Menurut teori ini, para penguasa Mesir dari Wangsa Ketiga Belas dan Wangsa Keempat Belas tidak sanggup membendung
Para penguasa dan petinggi yang berkebangsaan Hyksos berkuasa di daerah muara timur Sungai Nil bersama-sama dengan para bawahan mereka yang berkebangsaan Mesir. Para penguasa Hyksos dari Wangsa Kelima Belas menetapkan [[Memphis, Mesir|Memphis]] sebagai
Kerajaan bangsa Hyksos ini berpusat di bagian timur [[Delta Nil]] dan di [[Kerajaan Pertengahan Mesir|Mesir tengah]] tetapi dengan gigih mereka menerobos ke selatan untuk merebut kendali atas wilayah tengah dan wilayah hulu negeri Mesir. Kira-kira bersamaan waktunya dengan kejatuhan Memphis ke tangan bangsa Hyksos, keluarga Mesir yang menguasai [[Thebes, Mesir|Thebes]] menyatakan kemerdekaannya dan menjadikan dirinya sebagai [[Dinasti keenam belas Mesir|Wangsa Keenam Belas]]. Ada pula keluarga penguasa lain di Mesir tengah yang melakukan hal yang sama, yakni memanfaatkan kekosongan pemerintahan akibat keruntuhan Wangsa Ketiga Belas untuk membentuk wangsa baru. Wangsa yang berumur pendek ini dikenal sebagai [[Dinasti Abydos|Wangsa Abydos]].<ref name="ryholt">[[Kim Ryholt]]: ''The Political Situation in Egypt during the Second Intermediate Period'', Museum Tusculanum Press, (1997)</ref>
Sekitar 1600 SM bangsa Hyksos sudah berhasil bergerak ke selatan memasuki Mesir tengah, menyingkirkan Wangsa Abydos, dan secara langsung menentang Wangsa Keenam Belas. Wangsa ini terbukti tidak mampu bertahan dan Thebes pun jatuh ke tangan bangsa Hyksos untuk suatu masa yang singkat sekitar 1580 SM.<ref name="ryholt"/> Bangsa Hyksos bergegas mundur ke utara sehingga Thebes kembali menikmati sedikit kemerdekaan di bawah kepemimpinan [[Dinasti ketujuh belas Mesir|Wangsa Ketujuh Belas]]. Semenjak itu, tampaknya hubungan-hubungan bangsa Hyksos dengan kawasan selatan sebagian besar bersifat komersial, meskipun tampaknya para penguasa Thebes mengakui kekuasaan raja-raja Hyksos dan
Wangsa Ketujuh Belas memperjuangkan kemerdekaan Mesir dan kelak memimpin perang
=== Zaman Kerajaan Baru ===
{{Main|Kerajaan Baru Mesir}}
Besar kemungkinan sebagai akibat dari penjajahan bangsa [[Hyksos]] selama Periode Menengah Kedua,
==== Wangsa Kedelapan Belas ====
[[
Pada zaman inilah Mesir mengalami kemakmuran dan kekuasaaan yang besar. Beberapa firaun yang paling penting dan ternama
==== Wangsa Kesembilan Belas ====
[[
[[
[[Ramesses I]] memerintah selama dua tahun dan digantikan oleh puteranya, [[Seti I]].
Boleh dikata kekuatan Mesir Kuno sebagai sebuah negara-bangsa mencapai puncaknya pada masa pemerintahan [[Ramesses II]] ("yang Agung") dari Wangsa Kesembilan Belas. Ia memerintah selama 67 tahun sejak berusia 18 tahun, melanjutkan usaha pendahulunya, dan mendirikan lebih banyak lagi kuil megah, seperti kuil [[Abu Simbel]] di perbatasan dengan Nubia. Ia mencoba merebut kembali wilayah-wilayah di [[Levant]] yang pernah dikuasai Wangsa Kedelapan Belas. Perang-perang penaklukan kembali yang dilancarkannya mencapai puncaknya dalam [[Pertempuran Kadesh]] pada 1274 SM, tatkala ia memimpin bala tentara Mesir menghadapi pasukan Raja Het [[Muwatalli II]]. Catatan riwayat pertempuran ini kelak terkenal sebagai catatan pertama dalam sejarah mengenai serangan militer. Ramesses II termasyhur karena menjadi ayah dari banyak anak yang dilahirkan isteri-isteri dan [[pergundikan|selir-selirnya]];
Para penggantinya meneruskan serangan-serangan militer, meskipun kalangan istana yang semakin resah membuat segala macam urusan bertambah rumit. Ramesses II digantikan oleh puteranya [[Merneptah]] yang kemudian digantikan putera Merneptah, [[Seti II]]. Kedudukan Seti II tampaknya dipermasalahkan oleh saudara tirinya [[Amenmesse]], yang mungkin saja pernah memerintah untuk sementara waktu dari Thebes. Begitu Seti II mangkat, puteranya [[Siptah]], yang mungkin pernah dijangkiti [[polio]] semasa hidupnya, ditetapkan sebagai pewaris tahta oleh [[Mangkubumi Bay]], wazir dari kalangan rakyat jelata berkebangsaan Asia yang memegang kendali di balik layar.
==== Wangsa Kedua Puluh ====
Menurut anggapan banyak pihak, firaun "agung" terakhir dari zaman Kerajaan Baru adalah [[Ramses III|Ramesses III]], putera Setnakhte, yang memerintah tiga dasawarsa sesudah masa pemerintahan [[Ramesses II]]. Pada tahun ke-8 masa pemerintahannya, [[Bangsa Laut|Orang Laut]] menginvasi Mesir melalui jalan darat dan laut. Ramesses III mengalahkan mereka dalam dua pertempuran besar di darat dan laut. Ia menyatakan telah menjadikan mereka bangsa taklukan serta menempatkan mereka di Kanaan Selatan, meskipun ada bukti bahwa mereka memasuki Kanaan dengan kekuatan senjata. Kehadiran mereka di Kanaan boleh jadi turut berkontribusi atas pembentukan negara-negara baru di kawasan ini seperti Filistia seusai runtuhnya Kekaisaran Mesir. Ramesses III harus pula melawan invasi suku-suku Libya dalam dua kali peperangan di kawasan barat muara Sungai Nil, yakni pada tahun ke-6 dan tahun ke-11 masa pemerintahannya.<ref>Nicolas Grimal, A History of Ancient Egypt, Blackwell Books, 1992. p.271</ref>
Besarnya pembiayaan pertempuran-pertempuran ini terus menguras perbendaharaan Mesir dan ikut menjadi penyebab kemerosotan perlahan
Segera setelah Ramesses III mangkat, timbul pertikaian
===
{{Main|Periode Menengah Ketiga Mesir}}
[[
[[
Setelah [[Ramesses XI]] mangkat, penggantinya [[Smendes]] memerintah dari kota [[Tanis, Mesir|Tanis]] di utara, sementara [[Imam Besar Dewa Amun di Thebes]] secara efektif berkuasa di selatan meskipun masih mengakui Smendes sebagai Raja.<ref>Cerny, p.645</ref> Pada kenyataannya, terbelahnya kekuasaan ini tidaklah seberapa penting karena baik imam besar maupun firaun berasal dari satu keluarga yang sama. [[Piankh]], memegang kendali atas Mesir Hulu, memerintah dari [[Thebes, Mesir|Thebes]], dengan batas utara daerah kekuasaan yang berakhir di [[Al-Hibah]]. (Imam Besar [[Herihor]] meninggal dunia mendahului Ramesses XI, namun semasa hidupnya ia adalah seorang
Hubungan Mesir dengan [[Libya]] sudah lama terjalin, dan raja pertama wangsa baru ini, [[Shoshenq I]], adalah orang Libya dari puak [[Meshwesh]], yang
Mesir dipersatukan kembali oleh Wangsa Kedua Puluh Dua yang didirikan oleh [[Shoshenq I]] pada 945 SM (atau 943 SM),
Setelah Mesir undur dari [[Nubia]] pada akhir Zaman Kerajaan Baru, sebuah wangsa pribumi mengambil alih kendali atas Nubia. Di bawah kekuasaan Raja [[Piye]], orang Nubia pendiri [[Dinasti kedua puluh lima Mesir|Wangsa Kedua Puluh Lima]], bangsa Nubia menyerbu ke utara dengan maksud menghancurkan lawan-lawan Libya mereka yang memerintah di daerah muara. Piye berhasil merebut kekuasaan sejauh [[Memphis, Mesir|Memphis]]. Lawannya [[Tefnakht]] akhirnya bertekuk lutut namun diizinkan tetap berkuasa di Mesir Hilir dan mendirikan [[Dinasti kedua puluh empat Mesir|Wangsa Kedua Puluh Empat]] yang berumur pendek di [[Sais, Mesir|Sais]]. Kerajaan [[Kerajaan Kush|bangsa Kusy]] di selatan memanfaatkan keterpecahan Mesir dan kekacauan politik dan mengalahkan gabungan kekuatan beberapa pemimpin Mesir seperti [[Peftjaubast]], [[Osorkon IV]] dari Tanis, dan [[Tefnakht]] dari Sais. Piye mendirikan [[Dinasti kedua puluh lima Mesir|Wangsa Kedua Puluh Lima]] yang berkebangsaan Libya dan menjadikan para pemimpin taklukan sebagai kepala-kepala pemerintahan daerah. Ia pertama-tama digantikan oleh saudaranya, [[Shabaka]], dan kemudian oleh kedua puteranya [[Shebitku]] dan [[Taharqa]]. [[Taharqa]] mempersatukan kembali "Dua Negeri " di utara dan selatan Mesir serta menciptakan suatu kekaisaran yang sama besarnya dengan keadaannya dulu pada zaman [[Kerajaan Baru Mesir|Kerajaan Baru]]. [[Dinasti kedua puluh lima Mesir|Wangsa Kedua Puluh Lima]] menghadirkan suatu zaman pencerahan bagi Mesir Kuno.<ref>{{cite book|last=Diop|first=Cheikh Anta|title=The African Origin of Civilization|url=https://archive.org/details/africanoriginciv00diop|year=1974|publisher=Lawrence Hill Books|location=Chicago, Illinois|isbn=1-55652-072-7|pages=[https://archive.org/details/africanoriginciv00diop/page/n252 219]–221}}</ref> Agama, seni rupa, dan rancang bangun dipulihkan kembali kejayaannya seperti sediakala yakni sebagaimana adanya pada zaman Kerajaan Lama, Kerajaan Pertengahan, dan Kerajaan Baru. Para firaun, seperti Taharqa, membangun atau memugar kuil-kuil dan monumen-monumen di seantero lembah Sungai Nil, termasuk di Memphis, Karnak, Kawa, [[Jebel Barkal]], dan lain-lain.<ref>{{cite book|last=Bonnet|first=Charles|title=The Nubian Pharaohs|url=https://archive.org/details/nubianpharaohsbl00unse|year=2006|publisher=The American University in Cairo Press|location=New York|isbn=978-977-416-010-3|pages=[https://archive.org/details/nubianpharaohsbl00unse/page/142 142]–154}}</ref> Pada masa kekuasaan Wangsa Kedua Puluh Lima inilah, untuk pertama kalinya sejak zaman Kerajaan Pertengahan, Mesir menyaksikan pembangunan [[Piramida Nubia|piramida-piramida (sebagian besar terdapat di wilayah Sudan sekarang ini)]] secara besar-besaran.<ref>{{cite book|last=Mokhtar|first=G.|title=General History of Africa|year=1990|publisher=University of California Press|location=California, USA|isbn=0-520-06697-9|pages=161–163}}</ref><ref>{{cite book|last=Emberling|first=Geoff|title=Nubia: Ancient Kingdoms of Africa|year=2011|publisher=Institute for the Study of the Ancient World|location=New York|isbn=978-0-615-48102-9 |pages=9–11}}</ref><ref>{{cite book|last=Silverman|first=David|title=Ancient Egypt|url=https://archive.org/details/ancientegypt00davi_0|year=1997|publisher=Oxford University Press|location=New York|isbn=0-19-521270-3|pages=[https://archive.org/details/ancientegypt00davi_0/page/36 36]–37}}</ref>
▲Hubungan Mesir dengan [[Libya]] sudah lama terjalin, dan raja pertama wangsa baru ini, [[Shoshenq I]], adalah orang Libya dari puak [[Meshwesh]], yang mengabdi sebagai panglima bala tentara Mesir pada masa pemerintahan pemimpin terakhir dari Wangsa Kedua Puluh Satu, [[Psusennes II]]. Ia mempersatukan Mesir, mengendalikan para [[rohaniwan]] Dewa Amun dengan cara menjadikan puteranya sendiri sebagai pemangku jabatan Imam Besar Dewa Amun yang sebelumnya diwariskan turun-temurun. Sedikit dan tidak lengkapnya keterangan yang terdapat dalam peninggalan-peninggalan tertulis dari zaman ini menimbulkan dugaan bahwa periode ini dipenuhi gejolak. Tampaknya ada banyak kelompok pembangkang yang pada akhirnya menciptakan [[Dinasti kedua puluh tiga Mesir|Wangsa Kedua Puluh Tiga]] yang memerintah pada waktu yang sama dengan raja-raja terakhir Wangsa Kedua Puluh Dua.
▲Mesir dipersatukan kembali oleh Wangsa Kedua Puluh Dua yang didirikan oleh [[Shoshenq I]] pada 945 SM (atau 943 SM), yang adalah keturunan para pendatang [[Meshwesh]] dari [[Libya Kuno]]. Penyatuan kembali Mesir menjadikan negeri ini tenteram selama satu abad. Setelah berakhirnya masa pemerintahan [[Osorkon II]], Mesir kembali terbagi dua dengan [[Shoshenq III]] dari Wangsa Kedua Puluh Dua memegang kendali atas Mesir Hilir sekitar 818 SM sementara [[Takelot II]] dan puteranya (kelak menjadi [[Osorkon III]]) memerintah Mesir tengah dan Mesir Hulu.
Wibawa Mesir di mata bangsa-bangsa lain merosot tajam pada zaman ini. Sekutu-sekutu asing Mesir telah jatuh ke dalam lingkup pengaruh [[Asyur]] dan sejak sekitar 700 SM pertanyaannya bukan lagi “bagaimana jika”, melainkan “bilamana” kedua negeri itu saling berperang. Masa pemerintahan [[Taharqa]] dan penggantinya, [[Tantamani]], dipenuhi pententangan terus-menerus dengan bangsa Asyur yang banyak kali dimenangi pihak Mesir, namun pada akhirnya Thebes diduduki dan [[Memphis, Mesir|Memphis]] dijarah rayah oleh bangsa Asyur.
===
{{Main|Periode Akhir Mesir Kuno}}
Sejak 671 SM sampai seterusnya, Memphis dan kawasan muara menjadi sasaran penyerbuan-penyerbuan bangsa [[Asyur]]
Menjelang
=== Ketuanan Persia ===
Mesir di bawah kekuasaan [[Akhemeniyah]] dapat dibagi menjadi tiga
Raja Persia [[Kambisus II|Kambisus]] menggelari dirinya dengan gelar resmi firaun, Mesuti-Re ("Re telah melahirkan"), dan mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa Mesir. Ia mendirikan [[Dinasti kedua puluh tujuh Mesir|Wangsa Kedua Puluh Tujuh]]. [[Mesir]] kemudian digabungkan dengan [[Siprus]] dan [[Bangsa Fenisia|Fenisia]] menjadi [[satrap|daerah pemerintahan]] keenam dalam [[Kekaisaran Akhemeniyah]].
Baris 165 ⟶ 168:
Pengganti Kambisus, [[Darius I Agung]] dan [[Ahasyweros I dari Persia|Ahasyweros]] menerapkan kebijakan yang sama, berkunjung ke Mesir, dan menghalau sebuah serangan dari orang-orang [[Athena (kota)|Athena]]. Ada kemungkinan bahwa [[Artahsasta I dari Persia|Artahsasta I]] dan [[Darius II dari Persia|Darius II]] juga berkunjung ke Mesir, walaupun tidak disebut dalam sumber-sumber yang digunakan dalam artikel ini, dan tidak pula mampu mencegah merebaknya rasa tidak senang di kalangan rakyat Mesir.
Selama perang suksesi seusai masa pemerintahan Darius II, yang pecah pada 404 SM, bangsa Mesir memberontak di bawah pimpinan [[Amyrtaeus]] dan berhasil merebut kembali kemerdekaannya. Satu-satunya pemimpin dari [[Dinasti
[[Artahsasta III dari Persia|Artahsasta III]] (358–338 SM) menaklukkan kembali lembah Sungai Nil untuk jangka waktu yang singkat (343–332 SM).
Pada 332 SM Mazakes menyerahkan Mesir kepada [[Aleksander Agung]] tanpa perang. Kekaisaran Akhemenia
=== Wangsa Ptolemaios ===
{{Main|Dinasti Ptolemaik }}
Pada 332 SM [[Aleksander Agung|Aleksander III]] dari [[Kekaisaran Makedonia|Makedonia]] menaklukkan Mesir tanpa perlawanan berarti dari pihak [[Kekaisaran Akhemeniyah|Persia]]. Ia disambut [[Bangsa Mesir|rakyat
Setelah Aleksander mangkat di [[Babilon]] pada 323 SM, timbul [[Diadokhoi|krisis suksesi]] di antara para panglimanya. Mula-mula [[Perdikkas]] memerintah Kekaisaran Makedonia selaku wali dari saudara tiri Aleksander [[Arridaios]], yang kelak menjadi [[Filipus III dari Makedonia]], dan kemudian selaku wali dari Philip III dan putera Aleksander yang masih bayi [[Aleksander IV dari Makedonia]], yang belum lahir tatkala ayahnya mangkat. Perdikkas menunjuk [[Ptolemaios I Soter
Anak-cucu Ptolemaios di kemudian hari mengikuti tradisi Mesir dengan menikahi saudara kandung mereka, memerintahkan gambar diri mereka ditatahkan pada
== Referensi ==
{{Reflist|30em}}
[[Kategori:Mesir Kuno|*]]
[[Kategori:Sejarah Afrika|Mesir kuno]]
|