Alex Kawilarang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(94 revisi perantara oleh 46 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Nama Minahasa|[[Marga Minahasa#K|Kawilarang]]}}
{{Infobox Officeholder
| name = Alex Evert Kawilarang
| image = Col Kawilarang, Kenang-Kenangan Pada Panglima Besar Letnan Djenderal Soedirman, p27.jpg
| caption = Alex Evert Kawilarang
| nickname =
| office = Komando Daerah Militer III/Siliwangi#Pejabat Pangdam{{!}}Panglima Tentara dan Teritorium III/Siliwangi
| order = ke-5
| term_start = 10 November 1951
| term_end = 14 Agustus 1956
| predecessor = Sadikin
| successor = [[Dadang Suprayogi]]
| office2 = Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan#Pejabat Pangdam{{!}}Panglima Tentara dan Teritorium I/Bukit Barisan
| order2 = ke-1
| term_start2 = 28 Desember 1949
| term_end2 = 19 April 1950
| predecessor2 = ''tidak ada, jabatan baru''
| successor2 = [[Maludin Simbolon]]
<!----- T.T.L. dan kehidupan pribadi ---->
| birth_date = {{birth date|1920|2|23}}
| birth_place = [[Jatinegara, Jakarta Timur|Meester Cornelis]], [[Batavia]], [[Hindia Belanda]]
| children = [[A. Edwin Kawilarang]]
| death_date = {{death date and age|2000|6|6|1920|2|23}}
| death_place = [[Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo|R.S.C.M.]], [[Kenari, Senen, Jakarta Pusat]]
| resting_place = [[Taman Makam Pahlawan Cikutra]]
| allegiance = [[Indonesia]]
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
| serviceyears = 1945–1961
| rank = [[File:19-TNI Army-BG.svg|25px| ]] [[Brigadir Jenderal]] [[TNI]]{{br}}Panglima Besar ([[Permesta]])
| unit = [[KNIL]] (1941–1942)<br />[[Kodam III/Siliwangi|TT III/Siliwangi]] (1946–1948 & 1951–1956)<br />[[Kodam I/Bukit Barisan|TT I/Bukit Barisan]] (1948–1950)<br />[[Kodam XIV/Hasanuddin|TT VII/Wirabuana]] (1950–1951)<br />Permesta (1958–1961)
| commands = TT I/Bukit Barisan (TNI)<br />TT III/Siliwangi (TNI)<br />TT VII/Wirabuana (TNI)<br />Permesta
| battles =
| awards =
| relations =
| laterwork =
}}
[[Brigjen|Brigadir Jenderal]] [[Infanteri|TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) '''
==
Kawilarang mengikuti sistem pendidikan Eropa yang komprehensif. Ia menempuh pendidikan dasarnya di sebuah [[Europeesche Lagere School]] (ELS), mula-mula di [[Candi, Candisari, Semarang|Tjandi]], [[Kota Semarang|Semarang]] dan kemudian di [[Kota Cimahi|Tjimahi]], [[Jawa Barat]].<ref name="Ramadhan KH 1988 p. 13"/> Selesai dari situ, ia melanjutkan ke ''[[Hoogere Burgerschool te Bandoeng]]'' ([[HBS]] [[Bandung]], sekarang ditempati [[SMA Negeri 3 Bandung]] dan [[SMA Negeri 5 Bandung]]), setara dengan [[SMP]]/[[SMA]] yang lamanya 5 tahun.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 14.</ref>
Selesai dari pendidikan menengahnya,
Selama [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|pendudukan Jepang]], orang-orang [[Manado]], [[Ambon]], dan [[Orang Indo|Indo]] sering ditangkap secara acak karena kedekatan mereka dengan [[Belanda]]. Banyak yang disiksa dengan kejam oleh polisi militer Jepang (''[[Kempeitai]]''). Kawilarang disiksa beberapa kali oleh pasukan [[Jepang]] pada tahun 1943 dan 1944. Dia selamat, tetapi menderita cacat seumur hidup di lengan kanannya dan banyak bekas luka.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 25.</ref> Pada tahun 1944, ayah Kawilarang diduga tewas ketika ia menjadi seorang tawanan di kapal kargo Jepang ''[[Tragedi Junyo Maru|Junyo Maru]]'' (lihat kartu tahanan ayahnya di situs [https://www.openarch.nl/show.php?archive=ghn&identifier=7ee75cc2-b9a7-4400-b72f-dbc4fa35c808&lang=en Arsip Nasional Belanda]). Kapal itu membawa 3.000 tawanan Manado, Ambon, Indo-Eropa, Belanda, [[Inggris]], [[Australia]], dan [[Amerika Serikat]], dan juga lebih dari 3.500 [[Romusha]] ketika kapal itu ditenggelamkan oleh sebuah kapal selam Inggris bernama HMS Tradewind.<ref name="Simatupang 1972 p. 126"/>
Untuk sisa masa perang, Kawilarang bekerja di [[Sumatra]], yang terakhir adalah sebagai kepala pabrik karet di Tanjung Karang (sekarang [[Kota Bandar Lampung|Bandar Lampung]]) di [[Sumatera Selatan]].<ref name="Simatupang 1972 p. 126"/><ref>[[#Anderson1972|Anderson (1972)]], p. 425.</ref>
== Revolusi Nasional Indonesia ==
[[Berkas:Alex Kawilarang Transfer of Sovereignty in Tapanuli 1949.jpg|jmpl|200px|Kawilarang (kedua dari kiri) menerima transfer kedaulatan di [[Tapanuli]]]]
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]] pada tanggal 11 Desember 1945 Kawilarang menjadi perwira penghubung dengan pasukan [[Inggris]] di Jakarta dengan pangkat [[mayor]].{{cn}} Pada bulan Oktober 1945, ia ditugaskan sebagai staf Komandemen I [[Jawa Barat]] di [[Purwakarta]].<ref>[[#Anwar2004|Anwar (2004)]], p. 253.</ref> Pada bulan Januari 1946, ia menjadi Kepala Staf Resimen Infanteri Bogor Divisi II Jawa Barat dengan pangkat [[letnan kolonel]].<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 61.</ref> Pada bulan Agustus 1946, ia menjadi komandan Brigade II/Surya Kencana yang meliputi [[Kota Sukabumi|Sukabumi]], [[Kota Bogor|Bogor]], dan [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]]. Brigade ini termasuk dalam [[Divisi Siliwangi]] yang baru terbentuk.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 93.</ref><ref>[[#Gayantari2007|Gayantari (2007)]], p. 30.</ref> Ia memimpin brigade ini selama [[Agresi Militer Belanda I]]. Dia juga sempat memimpin secara singkat Brigade I/Tirtayasa ketika brigade tersebut dipindahkan ke [[Yogyakarta]].<ref name="Simatupang 1972 p. 126"/>
Pada pertengahan tahun 1948, Kawilarang termasuk dalam kontingen pemerintah dan pejabat militer ke [[Bukittinggi]] di [[Sumatera Barat]]. Langkah ini untuk mengantisipasi agresi militer Belanda yang kedua dan untuk mempersiapkan pembentukan pemerintah darurat Indonesia di luar Jawa. Pada tanggal 28 November 1948 Kawilarang menjabat sebagai Komandan Sub Teritorium VII/[[Keresidenan Tapanuli|Tapanuli]], [[Sumatra Timur]] bagian selatan. Salah satu tugasnya adalah menghentikan pertikaian antar kelompok tentara di daerah itu.<ref>[[#Abin2016|Abin (2016)]], pp. 149, 150.</ref> Pada tanggal pada 1 Januari 1949 pada masa [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]], Kawilarang juga ditunjuk sebagai Wakil Gubernur Militer PDRI untuk wilayah yang sama dengan [[Ferdinand Lumban Tobing]] ditunjuk sebagai Gubernur.<ref>[[#Simatupang1972|Simatupang (1972)]], p. 238.</ref><ref>[[#Suprayitno2011|Suprayitno (2011)]], p. 96.</ref>
Pada 28 Desember 1949 ia menjabat sebagai Gubernur Militer wilayah [[Aceh]] dan [[Sumatera Utara]] merangkap Wakil Koordinator Keamanan dengan pangkat [[kolonel]]. Pada 21 Februari 1950, ia mendapatkan kepercayaan tambahan sebagai Panglima [[Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan|Tentara dan Territorium (TT) I/Bukit Barisan]] yang berkedudukan di [[Medan]] untuk mengantisipasi pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia setelah [[Konferensi Meja Bundar]].<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 176.</ref> Selama kariernya, Kawilarang juga pernah menjadi panglima teritorial di dua komando daerah penting lainnya: Tentara dan Territorium VII/Indonesia Timur (sekarang [[Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin|Kodam XIV/Hasanuddin]]) pada bulan 15 April 1950 dan Tentara dan Territorium III/Siliwangi (sekarang [[Komando Daerah Militer III/Siliwangi|Kodam III/Siliwangi]]) pada bulan 10 November 1951.<ref>[[#Indonesia1983|Indonesia (April 1983)]], pp. 114, 118.</ref> Pada tanggal 17 Oktober 1952, Kawilarang bersama-sama dengan sejumlah tokoh militer lainnya (antara lain AH Nasution dan TB Simatupang) terlibat dalam apa yang dikenal sebagai [[Peristiwa 17 Oktober]], yang menentang campur tangan pemerintah dalam urusan militer.{{cn}}
== Pasukan Ekspedisi ke Indonesia Timur ==
[[Berkas:Kawilarang and Suharto.jpg|jmpl|200px|Kawilarang (tengah) dengan [[Soeharto]] (kanan)]]
[[Berkas:Kawilarang and Rijadi Harian Umum 27 November 1950 p1.jpg|jmpl|200px|Kawilarang (kiri) dengan [[Slamet Rijadi]] di [[Ambon]]]]
Dalam usia yang baru menginjak 30 tahun, Kawilarang diangkat sebagai Panglima Operasi Pasukan Ekspedisi pada tanggal 15 April 1950.<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], p. 8.</ref> Ia ditugaskan untuk menumpas pemberontakan dari mantan pasukan [[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger|KNIL]] yang termasuk di antaranya [[Andi Azis]] di [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]]. Pasukan ekspedisi ini terdiri dari beberapa brigade, termasuk yang dipimpin oleh [[Suharto]] dan [[Joop Warouw]].<ref>[[#vanDijk1981|van Dijk (1981)]], p. 165.</ref> Pada tanggal 8 Agustus 1950, pertempuran berhenti setelah terjadi negosiasi antara Kawilarang dan Jenderal Belanda bernama Scheffelaar.<ref>[[#RIIA1950|RIIA (1950)]], p. 538.</ref>
Pada waktu yang sama, Kawilarang juga mengorganisikan kekuatan melawan pemberontakan [[Kahar Muzakkar]] dan gerakan separatis [[Republik Maluku Selatan]] (RMS). Pertempuran di [[Maluku]] lebih sengit karena lawannya adalah mantan tentara KNIL asal Maluku yang tergabung dalam pasukan ''Green Caps''.<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], pp. 6, 9.</ref> Pada akhirnya perlawanan dapat ditumpas pada bulan November 1950. Kolonel [[Slamet Riyadi]] merupakan salah satu komandan pasukan di bawah Kawilarang yang tewas pada hari terakhir kampanye militer tersebut.<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], p. 10.</ref>
==
Pada waktu menjabat sebagai Panglima TT VII/Indonesia Timur, Kawilarang baru saja melapor kepada Presiden [[Soekarno]] bahwa keadaan di [[Kota Makassar|Makassar]] sudah aman. Namun Soekarno malah menyodorkan sebuah [[radiogram]] yang baru saja diterimanya yang melaporkan bahwa pasukan KNIL Belanda sudah menduduki Makassar. Ternyata Brigade Mataram, pasukan yang seharusnya mempertahankan kota Makassar, telah melarikan diri ke [[Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin|Lapangan Udara Mandai]]. Kawilarang marah besar dan segera kembali ke Makassar. Setibanya di lapangan udara ia langsung memarahi komandan Brigade Mataram, Letkol Soeharto, sambil menempelengnya. Dalam satu wawancara, Kawilarang membantah bahwa ia menyerang Soeharto, tetapi ia mengakui bahwa dia harus menegurnya pada waktu itu.<ref>[[#Jenkins1984|Jenkins (1984)]], p. 200.</ref>
== Kopassus ==
Pengalaman pertempuran di Maluku mendorong Kawilarang untuk membentuk pasukan yang menjadi cikal bakal Komando Pasukan Khusus (Kopassus).<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], p. 16.</ref> Beberapa sumber mencatat bahwa ide pasukan khusus ini adalah gagasan Kawilarang dan [[Slamet Rijadi|Riyadi]].<ref>[[#TEMPO2002|TEMPO (2002)]], p. 20.</ref><ref>[[#Sebastian2006|Sebastian (2006)]], p. 172.</ref> Pada 15 April 1952, Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III (Kesko TT) di [[Batujajar, Bandung Barat|Batujajar]], [[Jawa Barat]], ketika ia menjadi Panglima TT III/Siliwangi.<ref>[[#Kingsbury2003|Kingsbury (2003)]], p. 94.</ref> Dia meminta [[Idjon Djanbi|Moch. Idjon Djanbi]], seorang mantan komando KNIL, untuk melatih unit tersebut.<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], p. 19.</ref> Pada tahun 1999, setahun sebelum kematiannya, Kawilarang menjadi anggota kehormatan Kopassus dan menerima baret merah dalam upacara memperingati ulang tahun ke-47 Kopassus.<ref>[[#Kompas2000|Kompas (8 Juni 2000)]].</ref>
== Atase Militer di Amerika Serikat ==
Pada bulan Agustus 1956, Mayjen Nasution sebagai [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]] menunjuk Kawilarang sebagai Atase Militer Indonesia di Amerika Serikat dengan pangkat [[brigadir jenderal]].<ref name="Vey 1971 p. 161">[[#Vey1971|Vey (April 1971)]], p. 161.</ref> Terdapat sumber yang mengatakan bahwa tujuan pengangkatan Kawilarang sebagai atase militer adalah menghilangkan pengaruhnya sebagai Panglima TT III/Siliwangi di Jawa Barat sehingga kedudukan panglima bisa dipegang oleh seorang perwira yang tidak akan mengancam Nasution atau bahkan seorang yang pro-Nasution.<ref name="Vey 1971 p. 161"/><ref>[[#Kahin1995|Kahin (1995)]], p. 51.</ref><ref>[[#Hill2010|Hill (2010)]], pp. 47, 49</ref> Langkah serupa dilakukan Nasution dengan mengganti Panglima TT VII/Indonesia Timur dari [[Joop Warouw]] ke [[Ventje Sumual]].<ref>[[#Vey1971|Vey (April 1971)]], p. 160.</ref><ref>[[#Morrison1999|Morrison (1999)]], p. 9.</ref> Hanya sehari sebelum upacara serah-terima jabatan, Kawilarang memerintahkan penangkapan [[Menteri Luar Negeri]] [[Ruslan Abdulgani]] karena kegiatannya yang diduga korupsi.<ref name="Kroef 1957 p. 49">[[#vanderKroef1957|van der Kroef (April 1957)]], p. 49.</ref> Langkah ini didukung oleh [[Zulkifli Lubis]] yang merupakan lawan dari Nasution.<ref>[[#Hill2010|Hill (2010)]], p. 47</ref> Nasution akhirnya membatalkan perintah Kawilarang dan Abdulgani dibebaskan.<ref>[[#Vey1971|Vey (April 1971)]], p. 162.</ref> Mengenai penunjukan ke Washington, Kawilarang sendiri menyatakan bahwa posisi itu ditawarkan oleh Nasution dan ia menerimanya karena Kawilarang ingin memperoleh lebih banyak pengetahuan militer di luar negeri.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 285.</ref>
==
{{utama|Permesta}}
Karena adanya ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat karena (di antaranya) kurangnya otonomi daerah, maka pada tanggal 2 Maret 1957, Ventje Sumual mendeklarasikan Piagam Perjuangan Semesta dan gerakan [[Permesta]].<ref>[[#Harvey2009|Harvey (2009)]], p. 15.</ref> Pusat gerakan tersebut adalah di Manado dan [[Minahasa]] di Sulawesi Utara. Gerakan ini bersatu dengan gerakan terpisah di Sumatra yang disebut [[Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI). Kawilarang memantau situasi dari [[Washington, D.C.|Washington]] dan kemudian menyimpulkan bahwa pemerintah pusat di Jawa yang menjadi penyebab krisis regional tersebut.<ref>[[#Harvey2009|Harvey (2009)]], p. 103.</ref> Pada bulan Maret 1958, ia memberi tahu [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat|Duta Besar Indonesia untuk AS]], [[Moekarto Notowidigdo|Mukarto]], bahwa ia akan berangkat ke Sulawesi Utara.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 292.</ref> Ia meninggalkan jabatannya pada 22 Maret 1958.<ref name="Kroef 1957 p. 49"/> Sekembalinya ke tanah air, ia menjabat sebagai Panglima Besar/Tertinggi Angkatan Perang Revolusi PRRI (1958) dan Kepala Staf Angkatan Perang APREV (Angkatan Perang Revolusi) PRRI, dengan pangkat [[Mayor Jenderal|mayor jenderal]] dari Februari 1959 hingga Februari 1960. Ada juga sumber lain yang mengatakan bahwa Kawilarang belum sepenuhnya menerima sisi PRRI karena menurutnya PRRI sejalan dengan ekstrimis agama.<ref name="Conboy 2003 pp. 50, 51">[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], pp. 50, 51.</ref><ref name="Harvey 2009 p. 123">[[#Harvey2009|Harvey (2009)]], p. 123.</ref> Kawilarang adalah satu-satunya perwira yang tidak segera diberhentikan oleh pemerintah pusat secara tidak hormat atas partisipasi mereka dalam Permesta dan PRRI.<ref>[[#Lev1966|Lev (1966)]], pp. 54, 55.</ref> Karena keraguannya terhadap PRRI, pemerintah pusat masih berharap bahwa dia akan berubah pikiran.<ref name="Conboy 2003 pp. 50, 51"/><ref name="Harvey 2009 p. 123"/> Namun ia tetap mendukung Permesta dan menjadi Panglima angkatan bersenjata Permesta.<ref>[[#Asnan2006|Asnan et al. (2006)]], p. 140.</ref><ref>[[#Johnson2015|Johnson (2015)]], p. 206.</ref>
Pada tahun 1961 pasukan dari pemerintah pusat berhasil meredam perlawanan pasukan Permesta. Pasukan dari Jakarta ini terdapat perwira-perwira yang dulu di bawah pimpinan Kawilarang.<ref>[[#Conboy2003|Conboy (2003)]], p. 51.</ref> Konflik ini dapat diselesaikan secara damai melalui upaya [[Frits Johannes Tumbelaka|FJ Tumbelaka]]. Beberapa upacara diadakan pada bulan April dan Mei 1961 di mana pemerintah Indonesia secara resmi menerima kembali pasukan Permesta. Kawilarang berpartisipasi dalam upacara pada tanggal 14 April yang dihadiri oleh Mayjen [[Hidajat Martaatmadja|Hidayat]] dan Brigjen [[Achmad Yani]] dari TNI, keduanya kenal baik dengan Kawilarang.<ref>[[#Palohoon2017|Palohoon (Mei 2017)]].</ref> Namun menurut Kawilarang, sebelumnya telah tercapai kesepakatan bahwa pasukan Permesta akan membantu pihak TNI untuk bersama-sama menghadapi pihak [[komunisme|komunis]] di Jawa. Karenanya, Kawilarang merasa menyesal ketika Nasution tidak menepati janjinya.
[[Des Alwi]], seorang tokoh pemuda 1945 menyebut Kawilarang sebagai seorang tentara asli yang jujur dan tidak main politik. Tindakannya menempeleng Soeharto tampaknya tidak pernah dimaafkan oleh presiden kedua RI itu, sehingga sampai Kawilarang meninggal, ia tidak pernah berbicara dengan bekas atasannya itu. Baru setelah Soeharto turun dari jabatannya dan digantikan oleh [[B.J. Habibie]], Kawilarang memperoleh penghargaan atas jasa-jasanya.{{cn}} Juga karena perannya dalam Permesta, ia tidak pernah menerima penghargaan militer seperti perwira-perwira sesamanya. Pada tanggal 15 April 1999, Kawilarang akhirnya memperoleh pengakuan atas jasa-jasanya dalam ikut membentuk Kopassus. Pada peringatan hari jadi Kopassus ke-47, Kawilarang diterima sebagai ''Warga Kehormatan Kopassus'' di Markas Kopassus di [[Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur|Cijantung]], [[Jakarta Timur]]. Sebagai tandanya, ia dianugerahi sebuah baret merah dan pisau komando.
== Kehidupan sipil ==
Pada tahun 1961, Kawilarang menerima [[amnesti]] dan [[abolisi]] dari Presiden Soekarno melalui Keppres 322/1961.<ref>[[#Depdagri2011|Depdagri (2011)]], p. 21.</ref> Namanya kemudian direhabilitasi. Kawilarang kemudian pensiun dari dinas TNI, namun pangkatnya diturunkan menjadi kolonel [[purnawirawan]]. Ia tetap aktif dalam komunitas pensiunan militer dan Pepabri (Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI-POLRI).<ref>[[#Jenkins1984|Jenkins (1984)]], p. 120.</ref> Pada akhir 1960an, ia pernah mengajukan proposal untuk pendirian pabrik tepung terigu dan diberikan izin oleh [[Soemitro Djojohadikoesoemo]], selaku [[Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia|Menteri Perindustrian dan Perdagangan]] saat itu. Namun, kemudian izin tersebut dialihkan oleh [[Soeharto]] kepada [[Bogasari]].<ref>[[#Adam2009|Adam (2009)]], p. 205.</ref> Pada tahun 1972, Kawilarang menjabat sebagai wakil manajer umum Jakarta Racing Management, yang mengelola [[pacuan kuda]] di Pulomas, Jakarta Timur.<ref>[[#Ramadhan1992|Ramadhan (1992)]], p. 254.</ref> Kompetisi balap kuda nasional tahunan diberi nama ''AE Kawilarang Memorial Cup''.<ref>[[#Bramantoro2017|Bramantoro (Januari 2017)]].</ref>
== Wafat ==
Pada tanggal 6 Juni 2000, Kawilarang meninggal di [[Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo|Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo]] di Jakarta. Dia disemayamkan di Ruang Soedirman di Markas Kodam III/Siliwangi di Bandung yang kemudian diikuti dengan upacara militer yang dipimpin oleh Pangdam III/Siliwangi Mayjen Slamet Supriyadi. Kawilarang dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Cikutra]] di Bandung.<ref>[[#JakartaPost2000|JakartaPost (2000)]].</ref>
== Keluarga ==
Kawilarang menikah dua kali. Pertama dengan Petronella Isabella van Emden pada tanggal 16 Oktober 1952.<ref>[[#Ramadhan1988|Ramadhan KH (1988)]], p. 272.</ref> Mereka bercerai pada tahun 1958. Kedua dengan Henny Olga Pondaag, mantan istri [[Ventje Sumual]], sahabatnya dalam perjuangan Permesta. Dari pernikahannya yang pertama, ia memperoleh dua orang anak: Aisabella Nelly Kawilarang dan [[A. Edwin Kawilarang|Alexander Edwin Kawilarang]]. Dari pernikahannya yang kedua, ia memperoleh seorang anak yakni Pearl Hazel Kawilarang.
== Referensi ==
{{Reflist|26em}}
'''Sumber referensi'''
{{refbegin|32em}}
* {{cite book
| last = Abin
| first = Dewi A. Rais
| date = 2016
| title = Hidayat: Father, Friend, and a Gentleman
| trans-title = Hidayat: Ayah, Teman, dan seorang Pria Berwibawa
| location = Jakarta
| publisher = Yayasan Pustaka Obor Indonesia
| isbn = 978-602-433-060-6
| language = Inggris
| ref = Abin2016
}}
* {{cite book
| last = Adam
| first = Asvi Warman
| editor-last = Nursam
| editor-first = M.
| title = Pelurusan Sejarah Indonesia
| edition = 2
| location = Yogyakarta
| year = 2009
| publisher = Ombak
| isbn = 978-602-8335-15-7
| ref = Adam2009
}}
* {{cite book
| last = Anderson
| first = Benedict R. O'G.
| date = 1972
| title = Java in a Time of Revolution: Occupation and Resistance, 1944–1946
| url = https://archive.org/details/javaintimeofrevo0000ande
| trans-title = Jawa pada Masa Revolusi: Pendudukan dan Perlawann, 1944–1946
| language = Inggris
| location = Ithaca
| publisher =Cornell University Press
| isbn = 0-8014-0687-0
| ref = Anderson1972
}}
* {{cite book
| last = Anwar
| first = Rosihan
| date = 2004
| title = Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia, Jilid 1
| location = Jakarta
| publisher = Penerbit Buku Kompas
| isbn = 979-709-141-4
| ref = Anwar2004
}}
* {{cite book
| last1 = Asnan
| first1 = Gusti
| last2 = Henley
| first2 = David
| last3 = Pasande
| first3 = Diks
| last4 = Raben
| first4 = Remco
| last5 = Velthoen
| first5 = Esther
| contribution = Nation, Region and the Ambiguities of Modernity in Indonesia in the 1950s
| editor-last1 = Nordholt
| editor-first1 = Henk Schulte
| editor-last2 = Hoogenboom
| editor-first2 = Ireen
| title = Indonesian Transitions
| trans-title = Transisi-Transisi di Indonesia
| language = Inggris
| volume =
| pages = 115-162
| publisher = Pustaka Pelajar
| place = Yogyakarta
| year = 2006
| isbn = 979-979-245-844-1
| ref = Asnan2006
}}
* {{cite news
| last = Bramantoro
| first = Tony
| date = 23 Januari 2017
| title = Ketat dan Semarak di Pacuan AE Kawilarang Memorial 2017, Hingga Hujanpun tak Dihiraukan
| url = http://www.tribunnews.com/sport/2017/01/23/ketat-dan-semarak-di-pacuan-ae-kawilarang-memorial-2017-hingga-hujanpun-tak-dihiraukan
| newspaper = Tribun News
| access-date = 27 Desember 2017
| ref = Bramantoro2017
}}
* {{cite book
| last = Conboy
| first = Kenneth J.
| title = Kopassus: Inside Indonesia's Special Forces
| trans-title = Kopassus: Di Dalam Pasukan Khusus Indonesia
| publisher = Equinox Publishing
| language = Inggris
| location = Jakarta
| year = 2003
| isbn = 9-7995-8988-6
| ref = Conboy2003
}}
* {{cite book
| last = van Dijk
| first = Cornelius
| title = Rebellion Under the Banner of Islam: The Darul Islam in Indonesia
| url = https://archive.org/details/rebellionunderba0000dijk
| trans-title = Pemberontakan di bawah Spanduk Islam: Darul Islam di Indonesia
| publisher = Martinus Nijhoff
| language = Inggris
| location = The Hague
| year = 1981
| isbn = 978-902-476-172-2
| ref = vanDijk1981
| }}
* {{cite book
| last1 = Gayantari
| first1 = Sri Indra
| last2 = Alfian
| first2 = Magdalia
| date = 2007
| title = Sejarah Pemikiran Indonesia: 1945-1966
| location = Jakarta
| publisher = Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
| ref = Gayantari2007
}}
* {{cite book
| last = Harvey
| first = Barbara
| date = 2009
| title = Permesta: Half a Rebellion
| trans-title = Permesta: Pemberontakan Setengah Hati
| language = Inggris
| publisher = Equinox Publishing
| ref = Harvey2009
}}
* {{cite book
| last = Hill
| first = David T.
| date = 2010
| title = Journalism and Politics in Indonesia: A Critical Biography of Mochtar Lubis (1922–2004) as Editor and Author
| trans-title = Pers dan Politik di Indonesia: Sebuah Riwayat Kritis tentang Mochtar Lubis (1922–2004) sebagai Editor dan Pengarang
| location = London
| publisher = RoutledgeCourzon
| isbn = 978-041-566-684-8
| ref = Hill2010
}}
* {{cite journal
| author = <!--Staff writer(s); no by-line.-->
| date = April 1983
| title = Indonesian Army Territorial Commanders 1950 -- March 1983
| url =https://archive.org/details/sim_indonesia_1983-04_35/page/109| trans-title = Panglima-Panglima Teritorial Tentara Angkatan Darat Indonesia 1950 -- Maret 1983
| journal = Indonesia
| volume = 35
| pages = 109–124
| doi = 10.2307/3350868
| ref = Indonesia1983
}}
* {{cite news
| author = <!--Staff writer(s); no by-line.-->
| title = Col. Kawilarang Buried in Bandung
| trans-title = Kolonel Kawilarang dimakamkan di Bandung
| work = Jakarta Post
| language = Inggris
| location = Jakarta
| date = 9 June 2000
| ref = JakartaPost2000
}}
* {{cite book
| last = Jenkins
| first = David
| date = 1984
| title = Suharto and His Generals: Indonesia's Military Politics, 1975–1983
| trans-title = Suharto dan Jenderal-Jenderalnya: Politik Militer Indonesia, 1975–1983
| language = Inggris
| location = Ithaca
| publisher = Modern Indonesia Project, Cornell University
| isbn = 978-087-763-030-2
| ref = Jenkins1984
}}
* {{cite book
| last = Johnson
| first = John J.
| date = 2015
| title = Role of the Military in Underdeveloped Countries
| trans-title = Peranan Militer di Negara-Negara Berkembang
| location = Princeton
| publisher = Princeton Legacy Library
| language = Inggris
| isbn = 978-069-162-327-6
| ref = Johnson2015
}}
* {{cite book
| last1 = Kahin
| first1 = Audrey
| last2 = Kahin
| first2 = George McTurnan
| authorlink2 = George McTurnan Kahin
| title = Subversion as Foreign Policy: The Secret Eisenhower and Dulles Debacle in Indonesia
| url = https://archive.org/details/subversionasfore0000kahi
| trans-title = Subversi sebagai Kebijakan Luar Negeri: Bencana Rahasia Eisenhower dan Dulles di Indonesia
| year = 1995
| publisher = The New Press
| location = New York
| isbn = 1-5658-4244-8
| language = Inggris
| ref = Kahin1995
}}
* {{cite book
| last = Kingsbury
| first = Damien
| date = 2003
| title = Power Politics and the Indonesian Military
| url = https://archive.org/details/powerpoliticsind0000king
| trans-title = Politik Kekuasaan dan Militer di Indonesia
| location = London
| publisher = RoutledgeCourzon
| page =
| isbn = 978-041-529-729-5
| language = Inggris
| ref = Kingsbury2003
}}
* {{cite news
| author = <!--Staff writer(s); no by-line.-->
| title = AE Kawilarang Dimakamkan di Bandung
| work = Kompas
| location = Jakarta
| date = 8 Juni 2000
| ref = Kompas2000
}}
* {{cite journal
| last = van der Kroef
| first = Justus M.
| date = April 1957
| title = Instability in Indonesia
| trans-title = Ketidakstabilan di Indonesia
| language = Inggris
| journal = Far Eastern Survey
| volume = 26
| issue = 4
| pages = 49–62
| doi = 10.1525/as.1957.26.4.01p11054
| ref = vanderKroef1957
}}
* {{cite journal
| last = van der Kroef
| first = Justus M.
| date = May 1958
| title = Disunited Indonesia (II)
| url = https://archive.org/details/sim_far-eastern-survey_1958-05_27_5/page/73
| trans-title = Indonesia yang Terpecah Belah (II)
| language = Inggris
| journal = Far Eastern Survey
| volume = 27
| issue = 5
| pages = 73–80
| doi = 10.1525/as.1958.27.5.01p1183v
| ref = vanderKroef
}}
* {{cite book
| last = Lev
| first = Daniel S.
| date = 1966
| title = The Transition to Guided Democracy: Indonesian Politics, 1957–1959
| trans-title = Transisi ke Demokrasi Terpimpin: Politik di Indonesia, 1957–1959
| location = Ithaca
| publisher = Modern Indonesia Project, Cornell University
| language = Inggris
| ref = Lev1966
}}
* {{cite book
| last = Matanasi
| first = Petrik
| date = 2011
| title = Pribumi Jadi Letnan KNIL
| location = Yogyakarta
| publisher = Trompet
| ref = Matanasi2011
}}
* {{cite report
| date = 2011
| title = Daftar Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Instrucksi Presiden
| url = http://www.kemendagri.go.id/media/filemanager/2011/10/03/p/e/perpres-keppres-inpres_1947-2011.pdf
| publisher = Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
| ref = Depdagri2011
| access-date = 2018-06-03
| archive-date = 2018-04-04
| archive-url = https://web.archive.org/web/20180404095413/http://www.kemendagri.go.id/media/filemanager/2011/10/03/p/e/perpres-keppres-inpres_1947-2011.pdf
| dead-url = yes
}}
* {{cite book
| last = Morrison
| first = James
| date = 1999
| title = Feet to the Fire: CIA Covert Operations in Indonesia, 1957–1958
| trans-title = Kaki di Atas Api: Operasi Rahasia CIA di Indonesia, 1957–1958
| language = Inggris
| location =
| publisher = Naval Institute Press
| isbn =
| ref = Morrison1999
}}
* {{cite news
| last = Palohoon
| first = Jerry
| date = 12 May 2017
| title = 12 Mei 1961: Puncak Prosesi Perdamaian "Pusat" dan Permesta
| url = https://beritamanado.com/12-mei-1961-puncak-prosesi-perdamaian-pusat-dan-permesta/
| newspaper = Berita Manado
| location =
| access-date = 18 November 2017
| ref = Palohoon2017
}}
* {{cite book
| author = Ramadhan Karta Hadimadja
| date = 1988
| title = A.E. Kawilarang: Untuk Sang Merah Putih
| url =
| location = Jakarta
| publisher = Pustaka Sinar Harapan
| page =
| isbn =
| ref = Ramadhan1988
}}
* {{cite book
| author = Ramadhan Karta Hadimadja
| date = 1992
| title = Memoar Ali Sadikin: Gubernur Jakarta Raya, 1966-1977
| url =
| location = Jakarta
| publisher = Pustaka Sinar Harapan
| page =
| isbn =
| ref = Ramadhan1992
}}
* {{cite journal
| author = Royal Institute of International Affairs
| date = 2-16 August 1950
| title = Chronology, 2 August 1950 - 16 August 1950
| trans-title = Kronologi, 2 Agustus 1950 - 16 Agustus 1950
| url =
| journal = Chronology of International Events and Documents
| volume = 6
| issue = 16
| pages = 521–554
| language = Inggris
| access-date =
| ref = RIIA1950
}}
* {{cite book
| last = Sebastian
| first = Leonard
| title = Realpolitik Ideology: Indonesia's Use of Military Force
| trans-title = Ideologi Realpolitik: Penggunaan Kekuatan Militer di Indonesia
| publisher = ISEAS
| language = Inggris
| location = Singapore
| year = 2006
| isbn = 978-981-230-311-0
| ref = Sebastian2006
}}
* {{cite book
| last = Simatupang
| first = Tahi Bonar
| translator-last1 = Anderson
| translator-first1 = Benedict
| translator-last2 = Graves
| translator-first2 = Elizabeth
| date = 1972
| title = Report from Banaran: Experiences During the People's War
| trans-title = Laporan dari Banaran: Pengalaman Selama Perang Rakyat
| url =
| location = Ithaca
| publisher = Modern Indonesia Project, Cornell University
| page =
| isbn =
| language = Inggris
| ref = Simatupang1972
}}
* {{cite book
| author = Suprayitno
| contribution = Jalan Keluar yang Buntu: Federasi Sumatra Sebagai Gagasan Kaum Terpojok
| editor-last1 = van Bemmelen
| editor-first1 = Sita
| editor-last2 = Rabe
| editor-first2 = Remco
| title = Antara Daerah dan Negara: Indonesia Tahun 1950-an
| pages = 64-105
| publisher = Yayasan Pustaka Obor Indonesia
| place = Jakarta
| year = 2011
| isbn = 978-979-461-772-4
| ref = Suprayitno2011
}}
* {{cite magazine
| last =
| first =
| date = 16 April 2002
| title = From Brown to Red
| trans-title = Dari Cokelat ke Merah
| language = Inggris
| url =
| magazine = TEMPO
| location = Jakarta
| publisher = Arsa Raya Perdana
| ref = TEMPO2002
}}
* {{cite journal
| last = Vey
| first = Ruth
| date = April 1971
| title = The Post-Revolutionary Transformation of the Indonesian Army
| url = https://archive.org/details/sim_indonesia_1971-04_11/page/131
| trans-title = Transformasi Angkatan Darat Indonesia Pasca Revolusi
| journal = Indonesia
| volume = 11
| issue =
| pages = 131–176
| doi = 10.2307/3350748
| language = Inggris
| ref = Vey1971
}}
{{refend}}
== Pranala luar ==
*
*
{{S-start}}
{{S-mil}}
{{Succession box |jabatan = [[Komando Daerah Militer III/Siliwangi#Pejabat Pangdam|Pangdam Siliwangi]] |years = 1951 – 1956 |before =
{{S-end}}
{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Kawilarang, Alexander Evert}}
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer III/Siliwangi]]
[[Kategori:Panglima Komando Daerah Militer VII/Wirabuana]]
[[Kategori:Tokoh Kopassus]]
[[Kategori:Tokoh Sangir]]
[[Kategori:Tokoh Minahasa]]
[[Kategori:Marga Kawilarang]]
[[Kategori:Tokoh dari Jakarta]]
[[Kategori:Tokoh Permesta]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
|