Paremono, Mungkid, Magelang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
asal usul desa paremono |
k →top: clean up |
||
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 12:
|kepadatan =... jiwa/km²
}}
'''Paremono''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Mungkid, Magelang|Mungkid]], [[Kabupaten Magelang|Magelang]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].Berdasarkan cerita leluhur nama Paremono diambil dari kata '''"wis ono pari"''', yang dapat diartikan sudah ada padi, kata itu pertama kali di ucapkan oleh Kyai Ageng Karotangan, sewaktu Babat alas Kedhu di sisi barat
Pada masa babat alas Mentaok, Kyai Ageng Karotangan di tugasi oleh kakaknya Kyai Ageng Pemanahan untuk membuka alas sebelah barat gunung Merapi (Babat Alas Kedhu), pada akhirnya di suatu tempat di daerah kedhu beliau menemukan hamparan padi, daerah tersebut sekarang yang namanya desa Paremono. waktu terus berjalan beliau akhirnya menetap di desa Paremono dan menyebarkan agama islam di daerah Magelang.
Memang sebagian besar mata pencaharian sebagian besar penduduknya (80 %) adalah sebagai petani. Masyarakat Paremono di beri anugrah yang sangat besar dari Allah SWT berupa lahan yang subur. Di sekeliling desa ini merupakan pegunungan yang subur dan juga masih aktif (Gunung Merapi.red). Paremono juga merupakan desa terluas dibandingkan dengan ke-15 desa lainnya di Kecamatan Mungkid.Desa ini terletak kira-kira 6 km dari candi Budha terbesar di dunia yaitu Borobudur. Hampir seluruh penduduk Paremono memeluk agama Islam. Desa Paremono terbagi menjadi 13 dusun yaitu
{{Mungkid, Magelang}}
{{Authority control}}
{{kelurahan-stub}}▼
|