Majapahit: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 4 perubahan teks terakhir (oleh Aan Andhy Kohari dan Tjakraningrat) dan mengembalikan revisi 11535327 oleh Akuindo: kembalikan ke versi stabil |
k Mengembalikan suntingan oleh 114.10.64.48 (bicara) ke revisi terakhir oleh Rakehino Tag: Pengembalian |
||
(983 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{
{{Majapahit infobox}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Hindu-Buddha}}
{{Sejarah Malaysia}}
'''Majapahit''' ({{lang-jv|꧋ꦩꦙꦥꦲꦶꦠ꧀}}; {{IPA-jv|madʒapaɪt}}; [[Sanskerta]]: ''Vilvatikta''; [[Kawi]]: ''Wilwatikta'')<ref group="Catatan">Literatur istana yang terpengaruh budaya India menggunakan nama Sanskerta ini, yang berarti sama dengan kata "Majapahit", contohnya pada Nagarakretagama pupuh 1 bait 2 dan Kidung Harsawijaya. Kadang-kadang juga ditulis secara terbalik sebagai Tiktawilwa, contohnya pada Nagarakretagama pupuh 18 bait 4. Meskipun begitu kekaisaran ini tetap dikenal dengan nama Jawanya, seperti yang dicatat dalam hikayat-hikayat dari Aceh, Banjar, Melayu, Palembang, dan lain-lain.</ref> adalah sebuah [[kemaharajaan]] yang berpusat di [[Kabupaten Mojokerto|Mojokerto]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]], yang pernah berdiri antara tahun 1293–1527 [[Masehi|M]]. Kemaharajaan ini didirikan oleh [[Raden Wijaya]] menantu dari [[Kertanagara]], maharaja [[kerajaan Singhasari|Singhasari]] terakhir, dan mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di [[Nusantara]] pada masa kekuasaan raja [[Hayam Wuruk]], yang berkuasa dari tahun 1350–1389.
== Historiografi ==
[[Cornelis Christiaan Berg|C.C. Berg]] menganggap bahwa sebagian naskah tersebut bukan catatan masa lalu, tetapi memiliki arti supernatural dalam hal dapat mengetahui masa depan.<ref>C. C. Berg. ''Het rijk van de vijfvoudige Buddha'' (Verhandelingen der Koninklijke Nederlandse Akademie van Wetenschappen, Afd. Letterkunde, vol. 69, no. 1) Ansterdam: N.V. Noord-Hollandsche Uitgevers Maatschappij, 1962; cited in M.C. Ricklefs, ''A History of Modern Indonesia Since c. 1300'', 2nd ed. Stanford: Stanford University Press, 1993, pages 18 and 311</ref> Kebanyakan sarjana tidak menerima pandangan ini, karena catatan sejarah Majapahit sesuai dengan catatan Cina yang tidak mungkin memiliki maksud yang sama. Daftar penguasa dan detail struktur negara tidak menunjukkan tanda-tanda dibuat-buat.{{sfn|Ricklefs|2008|p=36}} Pada tahun 2010, sekelompok pengusaha Jepang dipimpin Takajo Yoshiaki membiayai pembuatan kapal Majapahit atau ''Spirit of Majapahit'' yang akan berlayar ke Asia. Menurut Takajo, hal ini dilakukan untuk mengenang kerjasama Majapahit dan Kerajaan Jepang melawan Kerajaan Yuan China (Mongol) dalam perang di Samudera Pasifik.<ref>https://web.archive.org/web/20131031000713/http://www.tempo.co/read/news/2010/07/01/061260022/Indonesia-Jepang-Buat-Kapal-Majapahit/ Tempo/</ref> Menurut Guru Besar Arkeologi [[Asia Tenggara]] National University of Singapore John N. Miksic, jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi [[Sumatra]] dan [[Singapura]] bahkan [[Thailand]] yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni.<ref>https://web.archive.org/web/20230410024016/https://sains.kompas.com/read/2012/12/05/19045066/majapahit-jajah-hingga-semenanjung-malaya. Kompas/</ref> Bahkan ada perguruan silat bernama Kali Majapahit yang populer di [[Filipina]] dengan anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim berakar dari Kemaharajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai [[Filipina]], [[Singapura]], Malaysia dan Selatan Thailand.<ref>{{Cite web |url=http://www.kali-majapahit.com/ |title=Salinan arsip |access-date=2013-05-15 |archive-date=2023-06-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230610013856/https://kali-majapahit.com/ |dead-url=no }}</ref>
== Sejarah ==
===
{{Main|Serbuan Yuan-Mongol ke Jawa}}
[[Berkas:Harihara Majapahit 1.JPG|jmpl|kiri|lurus|Arca Harihara (paduan [[Siwa]] dan [[Wisnu]]) perwujudan [[Kertarajasa]] dari Candi Simping, [[Blitar]], kini koleksi [[Museum Nasional Republik Indonesia|Museum Nasional]].]]
Sebelum berdirinya Majapahit, [[Singhasari]] telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini menjadi perhatian [[Kubilai Khan]], penguasa [[Dinasti Yuan]] di [[Tiongkok]]. Ia mengirim utusan yang bernama
Ketika itu, [[Jayakatwang]], adipati [[Kerajaan Kediri|Kediri]], sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran penasehat kerajaan [[Aria Wiraraja]], Jayakatwang memberikan pengampunan kepada [[Raden Wijaya]], menantu [[Kertanegara]], yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke [[Daha]], yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang.<ref name="Mulyana">{{Harvnb|Mulyana|2006|p=122}}</ref> Jawaban dari surat di atas disambut dengan senang hati.<ref name="Mulyana"/> [[Raden Wijaya]] kemudian diberi hutan [[Tarik, Sidoarjo|Tarik]]. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru dengan pelabuhan utama di [[Canggu, Jetis, Mojokerto|Canggu]]. Desa itu dinamai ''Majapahit'', yang namanya diambil dari buah [[maja]], dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan [[Bangsa Mongol|Mongol]] tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.<ref>Groeneveldt, W.P. ''Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled from Chinese Sources''. Djakarta: Bhratara, 1960.</ref><ref name="slametmuljana">Slamet Muljana. ''Menuju Puncak Kemegahan'' (LKIS, 2005)</ref> Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin [[muson]] agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal [[10 November]] [[1293]]. Ia dinobatkan dengan nama resmi [[Kertarajasa|Kertarajasa Jayawardhana]]. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang
Putra dan penerus Wijaya adalah [[Jayanegara]]. [[Pararaton]] menyebutnya ''Kala Gemet'', yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta [[Italia]], [[Odorico da Pordenone]] mengunjungi keraton Majapahit di [[Jawa]]. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi [[bhiksuni]]. Rajapatni menunjuk anak perempuannya [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]] untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk [[Gajah Mada]] sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan [[Sumpah Palapa]] yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, [[Hayam Wuruk]].
===
[[Berkas:Majapahit Expansion.gif|
Rajapatni ([[Gayatri]]) wafat pada tahun [[1350]]. Setelah ibundanya wafat, Ratu Tribhuwanatunggadewi menyerahkan tahta Majapahit kepada putranya, [[Hayam Wuruk]]. Ketika naik tahta Hayam Wuruk baru berusia [[16]] tahun<ref>Cribb & Kahin, Historical Dictionary of Indonesia, 139.</ref>
[[Ibnu Battuta]] dalam perjalanannya antara tahun 1332–1347 mengunjungi tempat yang disebut "Mul Jawa" (pulau Jawa atau Jawa Majapahit, kebalikan dari "al-Jawa" yang mengacu pada Sumatra). Negeri itu membentang sebesar 2 bulan perjalanan, dan memerintah negara Qaqula dan Qamara. Dia tiba di kota bertembok bernama Qaqula/Kakula, dan mengamati bahwa kota itu memiliki kapal perang untuk bajak laut yang merampok dan mengumpulkan tol dan gajah dipekerjakan untuk berbagai tujuan. Dia bertemu dengan penguasa Mul Jawa dan tinggal sebagai tamu selama tiga hari.<ref>{{Cite book |last=Yule |first=Henry |title=Cathay and the Way Thither (Volume 4) |url=https://archive.org/stream/cathaywaythither04yule#page/n9/mode/2up |pages=1–106 |year=1916 |contribution=IV. Ibn Battuta's travels in Bengal and China |place=London |publisher=Hakluyt Society |author-link=Henry Yule}}</ref>{{rp|96-97}}<ref name=":Beckingham">{{Citation |title=The Travels of Ibn Baṭṭūṭa, A.D. 1325–1354 (Volume 4) |url=https://archive.org/details/travels-of-ibn-battuta/The%20Travels%20of%20Ibn%20Battuta-1325%E2%80%931354-Volume-IV/page/ii/mode/2up |year=1994 |editor-last=Gibb |editor-first=H.A.R. |place=London |publisher=Hakluyt Society |isbn=978-0-904180-37-4 |editor-last2=Beckingham |editor-first2=C.F.}}</ref>{{rp|880–883}} Ibnu Battuta mengatakan bahwa perempuan Jawa menunggang kuda, memahami cara memanah dan berperang seperti laki-laki. Ibnu Battuta mencatat sebuah cerita tentang sebuah negara bernama [[Tawalisi]] yang menentang raja China (Dinasti Yuan) dan berperang dengannya menggunakan banyak kapal jung sampai dia berdamai dengan syarat tertentu.<ref name=":Beckingham" />{{rp|884–885}}<ref>{{citation |last=Bade |first=David W. |title=Of Palm Wine, Women and War: The Mongolian Naval Expedition to Java in the 13th Century |year=2013 |publisher=Institute of Southeast Asian Studies |location=Singapore }}</ref>{{rp|3, 114–115}}
Setelah naik tahta Hayam Wuruk bergelar [[Hayam Wuruk|Sri Rajasanegara]]. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami zaman keemasan. Hayam Wuruk didampingi oleh Mahapatih [[Gajah Mada]]. Hayam Wuruk menjadi raja Majapahit yang paling terkenal. Gajah Mada meneruskan cita-citanya. Satu persatu kerajaan di nusantara dapat ditaklukkan dibawah Majapahit. Wilayah kerajaannya meliputi hampir seluruh wilayah nusantara sekarang, ditambah [[Tumasik]] ([[Singapura]]) dan [[Semenanjung Melayu]].<ref>Kartodirdjo, 700 Tahun Majapahit Suatu Bunga Rampai, 57.</ref>
{{cquote2|
Tumasik jatuh ke tangan Majapahit pada masa raja kedua, [[Paduka Seri Wikrama Wira|Sri Wikrama Wira]] yang berkuasa pada [[1357]]–[[1362]].<ref>John N. Miksic, Archaeological Research on the Forbidden Hill of Singapore, 1985</ref>
Sempat lepas dari kendali Majapahit saat mengalami konflik internal. Situasi ini dimanfaatkan oleh [[Kerajaan Ayutthaya]] dari Siam ([[Thailand]]) yang kemudian menjadi pemilik baru Tumasik. Namun, Majapahit berhasil merebutnya kembali pada sekitar tahun [[1390]].<ref>Nicholas Tarling, ed., The Cambridge History of Southeast Asia, 1999: 175</ref>}}
Kebesaran Majapahit mencapai puncaknya pada zaman pemerintahan Ratu Tribhuwanatunggadewi Jayawishnuwardhani ([[1328]]–[[1350]]). Dan mencapai zaman keemasan pada masa pemerintahan Prabhu Hayam Wuruk ([[1350]]–[[1389]]) dengan Mahapatih Gajah Mada-nya yang kesohor dipelosok Nusantara itu. Pada masa itu kemakmuran benar-benar dirasakan seluruh rakyat nusantara.<ref>Purwadi, The History of Javanese Kings, 79.</ref>
Hayam Wuruk ([[Hayam Wuruk|Sri Rajasanegara]]) sebagai raja Majapahit berlangsung sesudah mangkatnya [[Gayatri|Sri Rajapatni]] pada tahun saka [[1272]] ([[1350]]), hal ini juga dibuktikan dalam piagam [[Singhasari]] yang menjelaskan bahwa dengan penobatan Hayam Wuruk sebagai raja Majapahit, [[Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani]] berhenti memagung tampuk pimpinan negara.<ref name=":16">Muljana, Negarakertagama dan terjemahanya, 135.</ref> Hayam Wuruk dibantu dengan patihnya Yaitu Gadjah Mada yang dikenal dengan “[[Sumpah Palapa]]” dia bersumpah tidak akan merasakan palapa (menikmati istirahat) sebelum menyatukan Nusantara di bawah naungan Majapahit.<ref>Gatot Astriantha , Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia (Surabaya: Bima Peraga Nusantara, 2010), 30</ref>
Pada masa Hayam Wuruk hampir seluruh wilayah nusantara dapat dipersatukan dengan Panji-panji kerajaan Majapahit. Pengaruh kekuasaan dan kerjasama Majapahit meluas sampai ke luar nusantara. Pada era Hayam Wuruk agama Hindu menjadi agama para rakyat Majapahit secara keseluruhan. Berbeda dengan Hayam Wuruk yang beragama Hindu agama mahapatih Gadjah Mada adalah Budha.<ref>Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, 31.</ref>
Dalam [[Negarakertagama]], wilayah Majapahit diawali dengan sebuah kota kecil yang dibangun di daerah [[Tarik]], yang awalnya merupakan sebuah hutan belantara, berkat orang-orang yang dikirim oleh [[Aria Wiraraja]] untuk membuka hutan tersebut, akhirnya berdiri sebuah desa benama Majapahit.<ref>Renville Siagian, Candi Sebagai Warisan Seni dan Budaya Indonesia (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2001), 137.</ref> Setelah Daha runtuh berkat serbuan tentara [[Bangsa Tatar|Tatar]] (Mongol) dengan Raden Wijaya juga ikut menyerbu [[Jayakatwang]], desa Majapahit dijadikan pusat pemerintahaan kerajaan baru, yang disebut dengan kerajaan Majapahit. Pada masa itu kekuasaan Majapahit meliputi daerah lama [[kerajaan Singhasari]] hanya sebagian saja wilayah [[Jawa Timur]].
Sepeninggal [[Ranggalawe]] dan atas janji Raden Wijaya yang diberikan kepada Wiraraja kerajaan Majapahit dibelah menjadi dua. Bagian timur yang meliputi daerah [[Lumajang]] (dulu: Lamajang), diserahkan kepada Wiraraja. Pada masa ini kerajaan Majapahit hanya meliputi daerah [[Kediri]], [[Singhasari]], [[Jenggala]] dan Madura.<ref>Muljana, Negara kertagama dan Terjemahanya. 141.</ref>
[[File:JavaneseGoldOrnaments-14C-NationalMuseumofSingapore-20090712.jpg|thumb|Gelang emas gaya Jawa Timur, abad ke-14, dari [[Fort Canning Hill]]. Hal ini menunjukkan pengaruh Majapahit di Kerajaan Singapura.]]
Wilayah Majapahit akhirnya diperluas berkat penundukan [[Sadeng]], di tepi sungai [[Badadung]] dan [[Keta]] di pantai utara dekat [[Panarukan]] seperti diberitakan dalam Negarakertagama, pada masa ini Majapahit menguasai seluruh wilayah Jawa Timur dan pulau Madura. Baru setelah seluruh Jawa Timur di kuasai penuh, Majapahit mulai menjangkau pulau-pulau diluar Jawa yang disebut nusantara, meliputi; [[Sumatera|Sumatra]], [[Sulawesi]], [[Kalimantan]], Kepulauan [[Nusa Tenggara]], [[Papua]], [[Maluku]], [[Tumasik]] ([[Singapura]]), dan sebagian kepulauan [[Filipina]].<ref name="SNI_4362">Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). ''Sejarah Nasional Indonesia''. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990, hal. 436.</ref> Seperti yang dijelaskan pada kitab Nagarakertagama Pupuh XII–XV:
Pupuh XII
{{cquote2|
1. Teratur rapi semua perumahan sepanjang tepi benteng Timur tempat tinggal pemuka pendeta Siwa Hyang Brahmaraja, Selatan Buda-sangga dengan Rangkanadi sebagai pemuka Barat tempat arya, menteri dan sanak-kadang adiraja.
2. Di timur, tersekat lapangan, menjulang istana ajaib, Raja Wengker dan rani Daha penaka Indra dan Dewi Saci, Berdekatan dengan istana raja
Matahun dan rani Lasem, Tak jauh di sebelah selatan raja Wilwatikta.
3. Di sebelah utara pasar: rumah besar bagus lagi tinggi, Di situ menetap
patih Daha, adinda Baginda di wengker, Batara Narapati, termashur sebagai tulang punggung praja, Cinta taat kepada raja, perwira, sangat tangkas dan bijak.
4. Di timur laut rumah patih Wilwatikta, bernama Gajah Mada, Menteri wira, bijaksana, setia bakti kepada Negara, Fasih bicara, teguh tangkas, tenang tegas, cerdik lagi jujur, Tangan kanan maharaja sebagai, penggerak roda Negara.
5. Sebelah selatan puri, gedung kejaksaan tinggi bagus, Sebelah timur perumahan Siwa, sebelah barat Buda, Terlangkahi rumah para menteri, para arya dan satria, Perbedaan ragam pelbagai rumah menambah indahnya pura.
6. Semua rumah memancarkan sinar warnanya gilang cemerlang, Menandingi bulan dan matahari, indah tanpa upama, Negara-negara di nusantara, dengan Daha bagai pemuka, Tunduk menengadah, berlindung di bawah Wilwatika.}}
Pupuh XIII
{{cquote2|
1. Terperinci demi pulau negara bawahan, paling dulu M‟layu: Jambi, Palembang, Toba dan Darmasraya pun ikut jugadisebut Daerah Kandis, Kahwas, Minangkabau, Siak, Rokan, Kampar dan Pane Kampe, Haru serta Mandailing, Tamihang, negara Perlak dan Padang.
2. Lwas dengan Samudra serta Lamuri, Batan, Lampung dan juga Barus Itulah terutama negara-negara Melayu yang t‟lah tunduk, Negara-negara di pulau Tanjungnegara: Kapuas-Katingan Sampit, Kota Lingga, Kota Waringin, Sambas, Lawai ikut tersebut.}}
Pupuh XIV
{{cquote2|
1. Kadandangan, Landa Samadang dan Tirem tak terlupakan Sedu, Barune (ng), Kalka, Saludung, Solot dan juga Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, ikut juga Tanjung Kutei, Malano tetap yang terpenting di pulau Tanjungpura.
2. Di Hujung Medini Pahang yang disebut paling dahulu, Berikut Langkasuka, Saimwang, Kelantan serta Trengganu, Johor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik, Kelang serta Kedah, Jerai, Kanjapiniran, semua sudah lama terhimpun.
3. Di sebelah timur Jawa seperti yang berikut: Bali dengan negara yang penting Badahulu dan Lo Gajah, Gurun serta Sukun, Taliwang, pulau Sapi dan Dompo, Sang Hyang Api, Bima, Seran, Hutan Kendali sekaligus.
4. Pulau Gurun, yang juga biasa disebut Lombok Merah, Dengan daerah makmur Sasak diperintah seluruhnya, Bantayan di wilayah Bantayan beserta kota Luwuk, Sampai Udamakatraya dan pulau lain lainnya tunduk.
5. Tersebut pula pulau-pulau Makasar, Buton, Banggawi, Kunir, Galian serta Salayar, Sumba, Solot, Muar, Lagi pula Wanda (n), Ambon atau pulau Maluku, Wanin, Seran, Timor, dan beberapa lagi pulau-pulau lain.}}
Pupuh XV
{{cquote2|
1. Inilah nama negara asing yang mempunyai hubungan, Siam dengan
Ayudyapura, begitu pun Darmanagari, Marutma, Rajapura, begitu juga Singanagari, Campa, Kamboja dan Yawana yalah negara sahabat.
2. Tentang pulau Madura, tidak dipandang negara asing, Karena sejak
dahulu dengan Jawa menjadi satu, Konon tahun Saka lautan menantang bumi, itu saat, Jawa dan Madura terpisah meskipun tidak sangat jauh.
3. Semenjak nusantara menadah perintah Sri Baginda, Tiap musim tertentu
mempersembahkan pajak upeti, Terdorong keinginan akan menambah kebahagiaan, Pujangga dan pegawai diperintah menarik upeti.<ref>[[Slamet Muljana]], Negarakertagama dan Terjemahanya, 279.</ref>}}
=== Kemunduran ===
Sesudah mencapai puncaknya pada [[abad ke-14]], kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Kematian Hayam Wuruk dan adanya konflik perebutan takhta menyebabkan daerah-daerah Majapahit di bagian utara Sumatra dan [[Semenanjung Malaya]] memerdekakan diri, di mana semenanjung Malaya menjadi daerah sengketa perang [[Majapahit]] dan [[Ayutthaya]] hingga nantinya muncul [[Kesultanan Melaka]] yang didukung oleh [[Dinasti Ming]] sebagai solusi imbas daerah tanjung tersebut sering terjadi perang dan saat itu juga ramai berbagai pendatang.<ref name="notes on the malay archipelago">Groeneveldt, Willem Pieter (1876). "[https://archive.org/details/notes-on-the-malay-archipelago/page/n7/mode/2up?q= Notes on the Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Sources]". Batavia: W. Bruining.</ref>
Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota [[Kusumawardhani]], yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran [[Wikramawardhana]]. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya yaitu [[Bhre Wirabhumi|Wirabhumi]] yang juga menuntut haknya atas takhta.{{sfn|Ricklefs|2008|p=36}}
Perang saudara yang disebut [[Perang Regreg]] diperkirakan terjadi pada tahun 1404–1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, sementara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dihukum mati. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas wilayah-wilayah taklukannya di daerah-daerah lain.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut [[Dinasti Ming]] yang dipimpin oleh laksamana [[Cheng Ho]], seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di [[Semarang]], [[Demak]], [[Tuban]], dan [[Ampel]]; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|
Ketika Majapahit didirikan, pedagang [[Muslim]] dan para penyebar agama sudah mulai memasuki [[Nusantara]]. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan [[Islam]], yaitu [[Kesultanan Malaka]], mulai muncul di bagian barat Nusantara.<ref name="Ricklefs_57">Ricklefs (2005), hal. 57.</ref> Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan [[Kesultanan Malaka]] yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai [[Selat Malaka]] dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatra. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri.
Pada masa pemerintahan Wikramawardhana, daerah kekuasaan Majapahit di pulau Sumatra hanya tinggal Indragiri, Jambi dan Palembang, sebagaimana ditulis pada catatan [[Yingyai Shenglan]] ciptaan Ma Huan, salah satu penerjemah laksamana Cheng Ho. Dan setelah kematian Wikramawardhana dan masa pemerintahan penerusnya, daerah Indragiri diberikan kepada [[Mansur Syah dari Malaka]] sebagai hadiah pernikahannya dengan putri Majapahit, yang semakin mengurangi kendali Majapahit di Sumatra.<ref>{{Cite web |url=https://www.malaysiakini.com/news/436967 |title=Salinan arsip |access-date=2023-05-11 |archive-date=2022-11-29 |archive-url=https://web.archive.org/web/20221129070338/https://www.malaysiakini.com/news/436967 |dead-url=no }}</ref>
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1429, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu [[Suhita]], yang memerintah pada tahun 1429 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Bhre Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh [[Kertawijaya]], adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar [[Rajasawardhana]] dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 M.
Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan tahta antara putra Rajasawardhana dengan [[Girisawardhana]], adik Rajasawardhana, putra Kertawijaya. Girishawardhana menang dan naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh [[Suraprabhawa]] (Singhawikramawardhana), adiknya, anak bungsu Kertawijaya.
Kemudian pada tahun 1468, [[Kertabhumi|Bhre Kertabhumi]] putra bungsu Rajasawardhana memberontak terhadap Singhawikramawardhana.<ref name="Ricklefs_55"/>
Setelah mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan dengan Bhre Kertabumi, Singhawikramawardhana melarikan diri ke pedalaman di daerah Keling, [[Daha]] (bekas ibu kota [[Kerajaan Kediri]]). Setelah Singhawikramawardhana meninggal, ia digantikan oleh putranya [[Dyah Ranawijaya|Ranawijaya]].
Pada 1474, Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dengan memanfaatkan ketidakpuasan umat Hindu dan Budha atas kebijakan Bhre Kertabumi serta mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Hal ini diperkuat oleh prasasti Trailokyapuri (Jiyu) dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa pada tahun 1474, ia telah mengalahkan Kertabhumi <ref name="SNI448">Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 448-451.</ref> Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar [[Girindrawardhana]] hingga ia digantikan oleh [[Patih Udara]]. Akibat konflik dinasti ini, Majapahit menjadi lemah dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan Demak.
=== Keruntuhan ===
Kekalahan Bhre Kertabhumi dari Ranawijaya pada tahun 1474, memicu perang antara Kerajaan Majapahit dengan [[Kesultanan Demak|Demak]], karena Demak sudah menjadi penguasa pesisir Jawa yang dominan, dan mereka mengambil alih daerah Jambi dan Palembang dari kekuasaan Majapahit<ref name=":3" />{{rp|pages = 154-155}} yang telah terpukul dan berfokus di pedalaman pulau Jawa.
Konon, waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka,<ref group="Catatan">Tahunnya ditandai dengan ''candrasengkala'' "''sirna ilang kertaning bumi''" (''sirna'' = 0, ''ilang'' = 0, ''kerta'' = 4, ''bumi'' = 1). Berarti tahun 1400 saka atau 1478 masehi.</ref> berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1527.<ref name=":11">{{Cite book|last=Ricklefs|first=Merle Calvin|date=|year=2008|url=https://archive.org/details/m.-c.-ricklefs-a-history-of-modern-indonesia-since-c.-1200-red-globe-press-2008/page/4/mode/2up|title=A History of Modern Indonesia Since c. 1200 Fourth Edition (E-Book version)|location=New York|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=9780230546851|pages=|url-status=live}}</ref>{{rp|36}} Tetapi dalam tradisi Jawa yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala atau kronogram tersebut adalah wafatnya [[Kertabhumi|Bhre Kertabhumi]] pada tahun 1478.<ref name="SNI448"/>
Sebenarnya perang Majapahit-Demak ini sudah mulai mereda ketika [[Patih Udara]] menggantikan Girindrawardhana dan mengakui kekuasan Demak, tetapi peperangan berkecamuk kembali ketika Patih Udara meminta bantuan Portugis untuk mengalahkan Demak. Sehingga pada tahun 1527, Demak melakukan serangan ke Majapahit yang mengakhiri sejarah Majapahit.<ref name=":11" />{{rp|54-55}}
Dengan jatuhnya ibukota yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, pada awal abad ke-16 kekuatan kerajaan Demak akhirnya mengalahkan sisa-sisa Majapahit dan menjadi akhir dari Kerajaan Majapahit.<ref>{{cite journal|title=Ritual and Cultural Reproduction in Non-Islamic Java|author=Robert W. Hefner|journal=American Ethnologist|volume=10|number=4|issue=1983|pages=665--683|url=http://www.jstor.org/stable/644055|accessdate=2008-10-23|doi=10.1525/ae.1983.10.4.02a00030|year=1983|archive-date=2023-04-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20230407225410/https://www.jstor.org/stable/644055|dead-url=no}}</ref> Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis ([[Tomé Pires]]), dan Italia ([[Antonio Pigafetta]]) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan [[Pati Unus]], penguasa dari [[Kesultanan Demak]], antara tahun 1518 dan 1521 M.<ref name="SNI448" /> Sisa-sisa keluarga Majapahit keturunan Girindrawardhana kemudian melarikan diri ke daerah [[Panarukan]], [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] (sekarang daerah [[Kabupaten Banyuwangi]]). Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi kepulau [[Bali]].
Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan [[Pasuruan]], [[Panarukan]], Blambangan di ujung timur,<ref>Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (2019) [2008]. ''[https://archive.org/details/sejarah-nasional-indonesia-jilid-3-zaman-islam/mode/2up?q Sejarah Nasional Indonesia Edisi Pemutakhiran Jilid 3: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia]''. Jakarta: Balai Pustaka.</ref>{{Rp|7}} serta [[Kerajaan Sunda]] yang beribu kota di [[Pajajaran]] di bagian barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke [[Bali]]. Beberapa kantung masyarakat Hindu [[Suku Tengger|Tengger]] hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan [[Bromo]] dan [[Semeru]].
== Militer ==
Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan, pelestarian, dan penyebaran teknik pembuatan [[keris]]. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat namun semenjak masa ini dan seterusnya, bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan [[aristokrasi|aristokrat]] juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara, terutama di bagian barat.
Tentara Majapahit dibagi menjadi 2 jenis, pasukan utama yaitu ''prajurit tetap'' (tentara dan bhayangkara) dan pasukan wajib militer yang diambil dari para ''petani''. Senjata utamanya adalah tombak.<ref name=":13" />{{Rp|84–85, 130}} Pada awalnya, kavaleri ada dalam jumlah terbatas, mereka digunakan untuk pengintaian dan patroli, mungkin dipersenjatai dengan tombak.<ref name=":13" />{{Rp|90, 94}} Setelah serangan Mongol, penggunaan kuda di Jawa semakin meluas terutama untuk perang.<ref>{{cite book|last1=Bankoff|first1=Greg|last2=Swart|first2=Sandra|year=2007|title=Breeds of Empire: The 'Invention' of the Horse in Southern Africa and Maritime Southeast Asia, 1500–1950|place=Copenhagen|publisher=NIAS|isbn=978-8-7769-4014-0|volume=42 (NIAS studies in Asian topics)|pages=1–20|chapter=1. Breeds of Empire and the ‘Invention’ of the Horse}}</ref>{{Rp|12–13}} [[Kereta perang]] digunakan untuk mengangkut para prajurit ke medan perang dan "diparkirkan" sebelum bertempur. Beberapa kereta perang memang digunakan dalam pertempuran, sebagai contoh patih [[Nambi]] menggunakan kereta perang dan berperan sebagai pemanah pada pemberontakan Rangga Lawe (1295 Masehi), Gajah Mada juga menaiki kereta perang saat menyerang pasukan Sunda dalam [[pertempuran Bubat]] (1357). Kereta perang dipahatkan pada Candi Penataran, tampaknya dimodelkan dari dunia nyata.<ref name=":13" />{{Rp|96, 98}}<ref name=":022">{{Cite book|last=Wales|first=H. G. Quaritch|date=1952|url=http://archive.org/details/in.gov.ignca.10026|title=Ancient South-East Asian Warfare|location=London|publisher=Bernard Quaritch|language=|url-status=live}}</ref>{{Rp|64, 76}}<ref name=":18" />{{Rp|141, 142}} [[Gajah perang]] digunakan terutama untuk transportasi, atau sebagai tunggangan untuk bangsawan dan tentara berpangkat lebih tinggi.<ref name=":13" />{{Rp|101}}
Majapahit memiliki 30.000 tentara profesional yang bekerja tetap, dimana para prajurit dan komandannya digaji dengan emas. Ini menunjukkan adanya ''standing army'' ([[tentara permanen]]) sebuah pencapaian yang hanya bisa dicapai segelintir kerajaan Asia Tenggara.<ref name=":62">{{Cite book|last=Miksic|first=John M.|year=2013|title=Singapore and the Silk Road of the Sea, 1300-1800|publisher=NUS Press|isbn=9789971695583|author1-link=John N. Miksic}}</ref>{{Rp|185}}<ref name=":02">{{Cite book|last=Miksic|first=John N.|last2=Goh|first2=Geok Yian|date=2017|title=Ancient Southeast Asia|location=London|publisher=Routledge|url-status=live}}</ref>{{Rp|467}} Selain tentara profesional ini, Majapahit diperkuat dengan pasukan yang berasal dari negara bawahan dan pemimpin daerah.<ref name="end">{{cite book|last=Munoz|first=Paul Michel|year=2006|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|url=https://archive.org/details/earlykingdomsofi0000muno|location=Singapore|publisher=Editions Didier Millet|isbn=981-4155-67-5}}</ref>{{Rp|277}} Dari catatan ''Suma Oriental'' dan ''Sejarah Melayu'', jumlah keseluruhan pasukan Majapahit dapat mencapai 200.000 orang.<ref name=":3" />{{Rp|175-176}}<ref>Kheng, Cheah Boon; Ismail, Abdul Rahman Haji, eds. (1998). ''[https://archive.org/details/sejarah-melayu-cheah-boon-kheng/page/n1/mode/2up?q= Sejarah Melayu The Malay Annals MS RAFFLES No. 18 Edisi Rumi Baru/New Romanised Edition]''. Academic Art & Printing Services Sdn. Bhd. [https://archive.org/details/sejarah-melayu-cheah-boon-kheng/page/n127/mode/2up?q=jong hlm. 118-119]: "Setelah Betara Majapahit mendengar bunyi surat bendahari raja Singapura itu, maka baginda pun segera menyuruh berlengkap tiga ratus buah jong, lain daripada itu kelulus, pilang, jongkong, tiada terbilang lagi banyaknya; maka dua keti rakyat Jawa yang pergi itu; maka segala rakyat Jawa pun pergilah. Setelah datang ke Singapura, maka berparanglah dengan orang Singapura."</ref> Pasukan Majapahit bersifat multietnis, mirip seperti militer [[Kesultanan Yogyakarta]] yang memiliki pasukan Bugis dan Dhaeng (Makassar). Sebagaimana dicatat ''[[Hikayat Raja-raja Pasai|Hikayat Raja-Raja Pasai]]'':<blockquote>Maka kedua pihak laskhar pun kembali-lah masing-masing pada tempat-nya. Demikian-lah perang itu tiap-tiap hari, kira-kira tiga bulan lama-nya perang itu, tiada beralahan, karna Jawa itu sa-bagai datang juga bantu-nya dari benua asing.{{sfn|Nugroho|2011|p=182}}</blockquote>
{{multiple image
| direction = vertical
| total_width = 220
| image1 =Bedil kuno atau meriam kuno Jawa cetbang.png
| image2 =Madrid_canons_indiens.png
|footer= Senjata mesiu yang digunakan oleh Majapahit:<br/>
*Cetbang berjenis meriam tangan, ditemukan di sungai Brantas, Jombang.
*Sebuah cetbang berlaras ganda di atas [[pedati meriam]] (''gun carriage''), dengan garpu putar, sekitar tahun 1522. Mulut meriam berbentuk [[Naga Jawa|Nāga Jawa]].
}}
Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan [[tombak]] dan meriam kapal sederhana yang disebut [[cetbang]]. Teknologi pembuatan bubuk mesiu masuk ke Jawa saat invasi Mongol pada tahun 1293.<ref>Lombard, Denys (2005). ''Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 208.</ref><ref>Reid, Anthony (2011). ''Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid II: Jaringan Perdagangan Global''. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hal. 255.</ref> Majapahit di bawah ''Mahapatih'' (perdana menteri) [[Gajah Mada]] memanfaatkan teknologi senjata bubuk mesiu yang diperoleh dari [[dinasti Yuan]] untuk digunakan dalam armada laut.<ref>{{Cite book|title=Budaya Bahari|last=Pramono|first=Djoko|publisher=Gramedia Pustaka Utama|year=2005|isbn=9789792213768|location=|pages=}}</ref>{{Rp|57}} Cetbang awal (disebut cetbang bergaya timur) bentuknya mirip meriam dan [[Huochong|meriam tangan Cina]]. Cetbang bergaya timur kebanyakan dibuat dari bahan perunggu dan merupakan meriam isian depan. Ia menembakkan proyektil berupa panah, namun peluru bulat dan proyektil ''co-viative''{{refn|Salah satu jenis peluru sebar—saat ditembak mengeluarkan semburan api, serpihan dan butiran peluru, dan bisa juga panah. Ciri-ciri proyektil ini adalah pelurunya tidak menutupi keseluruhan lubang laras.<ref>Needham, Joseph (1986). ''Science and Civilisation in China, Volume 5: Chemistry and Chemical Technology, Part 7, Military Technology: The Gunpowder Epic''. Cambridge: Cambridge University Press. Hal. 9 dan 220.</ref>|group=Catatan}} juga dapat digunakan. Panah ini dapat berujung pejal tanpa peledak, maupun disertai bahan peledak dan pembakar di belakang ujungnya. Di bagian dekat belakang, terdapat kamar atau bilik bakar, yang merujuk kepada bagian yang menggelembung dekat belakang meriam, di mana mesiu ditempatkan. Cetbang ini dipasang pada dudukan tetap, ataupun sebagai meriam tangan yang diletakkan di ujung galah. Ada bagian mirip tabung di bagian belakang meriam. Pada cetbang jenis meriam tangan, tabung ini digunakan sebagai tempat untuk menancapkan galah.<ref name="Ave">Averoes, Muhammad (2020). Antara Cerita dan Sejarah: Meriam Cetbang Majapahit. ''Jurnal Sejarah'', 3(2), 89 - 100.</ref>{{Rp|94}}
Karena dekatnya hubungan maritim Nusantara dengan wilayah India Barat, setelah tahun 1460 jenis senjata bubuk mesiu baru masuk ke Nusantara melalui perantara orang Arab. Senjata ini sepertinya adalah meriam dan bedil tradisi Turki Usmani, misalnya prangi, yang merupakan [[meriam putar isian belakang]].<ref name="Ave" />{{Rp|94-95}} Ia menghasilkan cetbang jenis baru, disebut "cetbang bergaya barat". Ia dapat dipasang sebagai meriam tetap atau meriam putar, yang kecil dapat dengan mudah dipasang di kapal-kapal kecil. Meriam ini dipergunakan sebagai senjata anti personil, bukan anti kapal. Pada zaman ini, bahkan sampai abad ke-17, prajurit angkatan laut Nusantara bertempur di panggung yang biasa disebut ''balai''. Ditembakan pada kumpulan prajurit dengan peluru ''scattershot'' (peluru sebar atau peluru [[gotri]], dapat berupa ''grapeshot'', ''case shot'', atau paku dan batu), cetbang sangat efektif untuk pertempuran jenis ini.<ref name=":72">{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=1976|title=L'Artillerie legere nousantarienne: A propos de six canons conserves dans des collections portugaises|url=https://archive.org/details/1976-artillerie-nousantarienne/1976Artillerie_nousantarienne/|journal=Arts Asiatiques|volume=32|pages=233-268|via=}}</ref>{{Rp|241}}<ref>Manguin, Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali. Dalam G. Wade & L. Tana (Ed.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (hlm. 146–182). Singapore: ISEAS Publishing.</ref>{{Rp|162}}
Majapahit memiliki pasukan elit yang disebut ''Bhayangkara''. Tugas utama pasukan ini adalah untuk melindung raja dan kaum bangsawan, namun mereka juga dapat diterjunkan ke pertempuran jika diperlukan. [[Hikayat Banjar]] mencatat perlengkapan ''Bhayangkara'' di istana Majapahit:
<blockquote>Maka kaluar dangan parhiasannya orang barbaju-rantai ampat puluh sarta padangnya barkupiah taranggos sakhlat merah, orang mambawa [[Istinggar|astenggar]] [senapan sundut] ampat puluh, orang mambawa parisai sarta padangnya ampat puluh, orang mambawa dadap [sejenis perisai]{{refn|''Dadap'' memiliki 2 arti: Dalam bahasa Indonesia, ia merujuk pada perisai bulat yang terbuat dari kulit atau rotan,<ref>Departemen Pendidikan Nasional (2008). ''Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat''. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Dapat diakses secara daring di https://web.archive.org/web/20230331080325/https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dadap</ref> sedangkan dalam bahasa Jawa kuno ia merujuk pada pada perisai penangkis panjang dan sempit.<ref>Zoetmulder, Petrus Josephus (1982). ''Old Javanese-English dictionary''. The Hague: Martinus Nijhoff. hlm. 345</ref> ''Dadap'' di Jawa sepertinya merujuk pada perisai panjang yang cukup berat, mungkin dengan ujung menonjol. Lihat {{harvnb|Jákl|2014|p=77–78}}.|group=Catatan}} sarta sodoknya [senjata mirip tombak dengan mata lebar]<ref group="Catatan">Untuk arti ''sodok'', lihat Gardner, Gerald Brosseau (1936). ''[https://archive.org/details/KerisAndOtherMalayWeaponsfreeGift/page/n83/mode/2up?q= Keris and Other Malay Weapons]'' Singapore: Progressive Publishing Company. hlm. 85.</ref> sapuluh, orang mambawa panah sarta anaknya sapuluh, yang mambawa tumbak parampukan{{refn|''Rampuk'' kemungkinan berasal dari bahasa Jawa Kuno ''rampog'' dan ''ngrampog'', yang artinya “menyerang dalam jumlah besar”. ''Watang parampogan'' dalam bahasa Jawa kuno berarti tombak yang digunakan dalam ''parampogan'', yaitu penombakan harimau ([[rampokan macan]]).<ref>Zoetmulder, Petrus Josephus (1982). ''Old Javanese-English dictionary''. The Hague: Martinus Nijhoff. h. 1499.</ref>|group=Catatan}} barsulam amas ampat puluh, yang mambawa tameng Bali bartulis air mas ampat puluh.<br>— Hikayat Banjar, 6.3<ref>Ras, Johannes Jacobus, 1968, ''Hikayat Bandjar. A Study in Malay Historiography''. The Hague (Bibliotheca Indonesica, 1)</ref>{{Rp|Baris 1209–1214}}{{sfn|Nugroho|2011|p=204-205}}</blockquote>
<gallery mode="packed" widths="110" heights="160">
Berkas:Miller Atlas Malay jong China Sea 1.png|Bagian yang dipotong dari peta Laut Cina di atlas Miller, menunjukkan jong bertiang enam dan tiga.
Berkas:Stone block fragment of a Javanese temple, probably from Candi Panataran.jpg|Relief yang terpisah, mungkin dari kompleks candi Penataran, menampilkan zirah sisik.
Berkas:Vietnam matchlock of Qing period.jpg|''Arquebus'' Jiaozhi ini mirip dengan [[Arquebus Jawa|''arquebus'' Jawa]].
Berkas:Seated Male Deity Holding a Cuirass (Chest Armour) last quarter of the 10th–first half of the 11th century.jpg|Patung dewa memegang sebuah [[kuiras]], dari [[Nganjuk]], [[Jawa Timur]], pada masa sebelumnya (abad ke-10 sampai ke-11).
Berkas:Archipel Asiatique Malaisie - Armes Offensives et Étendard.jpg|Berbagai macam keris dan senjata galah (tombak) dari Jawa.
Berkas:Plaster cast of the bodhisattwa Manjusri from candi Jago dated 1265 Saka or 1343 CE.jpg|Bodhisatwa Manjusri memegang pedang, dari [[Candi Jago]], 1343.
</gallery>
Pasukan militer di berbagai bagian Asia Tenggara menggunakan pakaian pelindung ringan. Seperti umumnya di Asia Tenggara, sebagian besar pasukan Jawa terdiri dari rakyat jelata yang [[Wajib militer|dimobilisasi sementara]] dari petani yang dipimpin oleh prajurit dan kasta bangsawan. "Tentara petani" biasanya bertelanjang dada mengenakan sarung, bersenjatakan tombak, pedang pendek, atau busur dan anak panah.<ref name=":9">{{Cite book|last=Oktorino|first=Nino|year=2020|title=Hikayat Majapahit - Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara|location=Jakarta|publisher=Elex Media Komputindo|isbn=978-623-00-1741-4}}</ref>{{Rp|111-113}} Prajurit yang lebih kaya menggunakan baju pelindung yang disebut ''[[kawaca]]''.<ref group="Catatan">''Kawaca'' memiliki dua makna. Yang pertama adalah kemeja yang dikenakan oleh para rohaniawan, yang lainnya berarti baju besi. Lihat {{harvnb|Nugroho|2011|p=386}}.</ref><ref name=":13">{{cite thesis|last=Jákl|first=Jiří|date=2014|title=Literary Representations of War and Warfare in Old Javanese Kakawin Poetry|type=|publisher=The University of Queensland|degree=PhD}}</ref>{{rp|78}} Menurut Irawan Djoko Nugroho, baju pelindung ini mungkin berbentuk seperti tabung panjang dan terbuat dari tembaga yang dicetak.{{sfn|Nugroho|2011|p=202, 386}} Sebaliknya, prajurit infanteri profesional (bukan rakyat wajib militer) Majapahit mengenakan [[zirah sisik]] yang disebut ''[[siping-siping]]''.<ref name=":13" />{{rp|75, 78, 79}} Ada juga semacam helm baja yang disebut ''rukuh''.{{sfn|Nugroho|2011|p=321}}<ref name=":13" />{{rp|20, 78, 80}} Jenis [[baju zirah]] lain yang digunakan di Jawa era Majapahit adalah ''[[Baju rantai|waju rante]]'' ([[zirah rantai]]) dan ''[[karambalangan]]'' (lapisan logam yang dikenakan di depan dada).{{sfn|Nugroho|2011|p=202}}<ref name=":1">{{Cite web|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|date=6 Agustus 2018|title=Baju Baja Emas Gajah Mada|url=https://www.nusantarareview.com/baju-baja-emas-gajah-mada.html|website=Nusantara Review|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405135919/https://www.nusantarareview.com/baju-baja-emas-gajah-mada.html|archive-date=2023-04-05|dead-url=no|access-date=14 Agustus 2019}}</ref><ref name=":4">Berg, Kindung Sundāyana (Kidung Sunda C), Soerakarta, Drukkerij “De Bliksem”, 1928.</ref> Dalam [[Kidung Sunda]] pupuh 2 bait 85 dijelaskan bahwa mantri-mantri (menteri atau perwira) Gajah Mada mengenakan baju besi dalam bentuk zirah rantai atau [[plastron]] dengan hiasan emas dan mengenakan pakaian kuning,<ref name=":5" />{{Rp|103}} sedangkan dalam Kidung Sundayana pupuh 1 bait 95 disebutkan bahwa Gajah Mada mengenakan ''karambalangan'' berhias timbul dari emas, bersenjata tombak berlapis emas, dan perisai penuh dengan hiasan dari intan berlian.<ref name=":1" /><ref name=":4" />
Majapahit juga mengawali penggunaan senjata api di Nusantara. Meskipun pengetahuan membuat senjata berbasis serbuk mesiu di Nusantara sudah dikenal setelah serangan Mongol ke Jawa, dan pendahulu senjata api, yaitu [[Meriam tangan|meriam galah/meriam tangan]] ([[bedil tombak]]), dicatat Ma Huan dalam [[Yingyai Shenglan]]-nya digunakan oleh orang Jawa pada tahun 1413,<ref name=":72" />{{Rp|245}}<ref>Mayers (1876). "[https://web.archive.org/web/20221207054447/https://hkjo.lib.hku.hk/archive/files/cada1c05f0deef101b0493372b268cfa.pdf Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century]". ''The China Review''. '''IV''': hlm. 178.</ref> pengetahuan membuat senjata api sejati datang jauh kemudian, setelah pertengahan abad ke-15. Ia dibawa oleh negara-negara Islam di Asia Barat, kemungkinan besar oleh orang [[Bangsa Arab|Arab]]. Tahun pengenalan yang tepat tidak diketahui, tetapi dapat dengan aman disimpulkan tidak lebih awal dari tahun 1460.<ref name=":2">{{Cite book|title=A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries|last=Crawfurd|first=John|publisher=Bradbury and Evans|year=1856|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{Refpage|23}}
''Xingcha Shenglan'' (星槎勝覽) yang ditulis oleh [[Fei Xin]] sekitar tahun 1436 menyebutkan bahwa Jawa (Majapahit) dilengkapi dengan tentara berbaju zirah dan perlengkapan perang, dan merupakan pusat masyarakat timur.<ref>{{Cite book|last=Jiang|first=Sun|year=2018|url=https://books.google.co.id/books?id=a05sEAAAQBAJ&pg=PT38&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiqzKWXyqX-AhVd-jgGHfSdAZs4FBDoAXoECAkQAg#v=onepage&q=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&f=false|title=重审中国的“近代”:在思想与社会之间 (Reexamining China's "Modern Times": Between Thought and Society)|publisher=社会科学文献出版社 (Social Science Literature Publishing House)|quote=费信《星栏胜览》称爪哇"古名阁婆,地广人稠,实甲兵器械,乃为东洋诸蓄之冲要"。[16]严从简《殊域周咨录》则谓"其国地广人稠,甲兵火统为东洋诸善之雄"。[17]明末张堂《东西洋考》亦说下港(爪哇)"甲兵为诸番之雄"。[18]|access-date=2023-04-13|archive-date=2023-04-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20230421053956/https://books.google.co.id/books?id=a05sEAAAQBAJ&pg=PT38&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiqzKWXyqX-AhVd-jgGHfSdAZs4FBDoAXoECAkQAg#v=onepage&q=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&f=false|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite book|last=Xin|first=Fei|year=1436|url=https://ctext.org/wiki.pl?if=en&chapter=436710|title=Xingcha Shenglan (星槎勝覽, The Overall Survey of the Star Raft)|pages=25-26|quote=25 爪哇國(自占城起程,順風二十晝夜可至其國)26 古名闍婆,地廣人稠,實甲兵器械,乃為東洋諸番之衝要。舊傳鬼子魔天,正於此地,與一罔象青面紅身赤髮相合。凡生子百餘,常食啖人血肉。佛書所云鬼國,其中只此地也。人被啖幾盡,忽一曰雷震石裂,中坐一人,眾稱異之,遂為國主,即領兵驅逐罔象,而不為害。後複生齒而安業,乃至今國之移文,後書一千三百七十六年。考之肇啟漢初,傳至我宣德七年。|access-date=2023-04-13|archive-date=2023-04-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20230418023503/https://ctext.org/wiki.pl?if=en&chapter=436710|dead-url=no}}</ref> ''Haiguo Guangji'' (海国广记) dan ''Shuyu zhouzi lu'' (殊域周咨錄) mencatat bahwa Jawa sangat luas dan padat penduduknya, serta tentara berbaju zirah dan [[meriam tangan]] (火銃—huǒ chòng) milik mereka mendominasi lautan timur.<ref>{{Cite book|last=Hesheng|first=Zheng|last2=Yijun|first2=Zheng|year=1980|url=https://books.google.co.id/books?id=ao8GAQAAIAAJ&q=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjbkMiO1KX-AhXc7jgGHbmxCqo4MhDoAXoECAIQAg|title=郑和下西洋资料汇编 (A Compilation of Materials on Zheng He's Voyages to the West) Volume 2, Part 1|publisher=齐鲁书社 (Qilu Publishing House)|quote=《海国广记·爪哇制度》有文字,知星历。其国地广人稠,甲兵火铳为东洋诸番之雄。其俗尚气好斗,生子一岁,便以匕首佩之。刀极精巧,名日扒刺头,以金银象牙雕琢人鬼为靶。男子无老幼贫富皆佩,若有争置,即拔刀相刺,盖杀人当时拿获者抵死,逃三日而出,则不抵死矣。|access-date=2023-04-13|archive-date=2023-04-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230420223508/https://books.google.co.id/books?id=ao8GAQAAIAAJ&q=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjbkMiO1KX-AhXc7jgGHbmxCqo4MhDoAXoECAIQAg|dead-url=no}}</ref>{{Rp|755}}<ref>{{Cite book|last=Congjian|first=Yan|year=1583|url=https://ctext.org/wiki.pl?if=en&chapter=202042|title=殊域周咨錄 (Shuyu Zhouzilu) 第八卷真臘 (Volume 8 Chenla)|pages=111|quote=其國地廣人稠,甲兵火銃,為東洋諸番之雄。其俗尚氣好鬥。|access-date=2023-04-13|archive-date=2023-04-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20230417194919/https://ctext.org/wiki.pl?if=en&chapter=202042|dead-url=no}}</ref><ref>{{Cite book|year=2019|url=https://books.google.com/books?id=BIG9DwAAQBAJ&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&pg=PT79|title=南海文明圖譜:復原南海的歷史基因◆繁體中文版 (Map of South China Sea Civilization: Restoring the Historical Gene of the South China Sea. Traditional Chinese Version)|publisher=Rúshì wénhuà|isbn=9789578784987|editor-last=Wenbin|editor-first=Yan|page=70|quote=《海國廣記》記載,爪哇「甲兵火銃為東洋諸蕃之冠」。|access-date=2023-04-20|archive-date=2023-04-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20230424161339/https://books.google.com/books?id=BIG9DwAAQBAJ&dq=%E7%88%AA%E5%93%87%E9%8A%83&pg=PT79|dead-url=no}}</ref>
Catatan [[Tome Pires]] tahun 1513 menyebutkan pasukan tentara Gusti Pati (Patih Udara), wakil raja ''Batara Vojyaya'' (mungkin Brawijaya atau Ranawijaya), berjumlah 200.000 orang, 2.000 diantaranya adalah prajurit berkuda dan 4.000 adalah [[musketir]].<ref name=":3">{{Cite book|last=Cortesão|first=Armando|url=https://archive.org/details/McGillLibrary-136385-182|title=The Suma oriental of Tomé Pires : an account of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515 ; and, the book of Francisco Rodrigues, rutter of a voyage in the Red Sea, nautical rules, almanack and maps, written and drawn in the East before 1515 volume I|publisher=The Hakluyt Society|year=1944|isbn=9784000085052|location=London}} {{PD-notice}}</ref>{{Rp|175-176}} Duarte Barbosa sekitar tahun 1514 mengatakan bahwa penduduk Jawa sangat ahli dalam membuat artileri dan merupakan penembak artileri yang baik. Mereka membuat banyak meriam 1 pon (cetbang atau [[rentaka]]), [[senapan lontak]] panjang, ''spingarde'' (arquebus), ''schioppi'' (meriam tangan), [[api Yunani]], ''gun'' (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya.<ref name=":0" />{{Rp|198}}<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=fNZBSqd2cToC&pg=PA224&lpg=PA224&dq=muhammad,+the+king+of+java,+has+8000+cannon&source=bl&ots=VpOdV3xt0G&sig=ACfU3U2GIinrhq2PGIduAOkNmI2a8mOGeA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjxg-vphKzpAhWWf30KHR8EDa8Q6AEwAHoECAcQAQ#v=onepage&q=java&f=false|title=A History of Greek Fire and Gunpowder|last=Partington|first=J. R.|date=1999|publisher=JHU Press|isbn=978-0-8018-5954-0|language=en|access-date=2020-05-13|archive-date=2024-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20240220135609/https://books.google.co.id/books?id=fNZBSqd2cToC&pg=PA224&lpg=PA224&dq=muhammad,+the+king+of+java,+has+8000+cannon&source=bl&ots=VpOdV3xt0G&sig=ACfU3U2GIinrhq2PGIduAOkNmI2a8mOGeA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjxg-vphKzpAhWWf30KHR8EDa8Q6AEwAHoECAcQAQ#v=onepage&q&f=false#v=onepage&q=java&f=false|dead-url=no}}</ref>{{Rp|224}} Setiap tempat disana dianggap sangat baik dalam mencetak/mengecor artileri, dan juga dalam ilmu penggunaanya.<ref name=":0">{{Cite book|last=Stanley|first=Henry Edward John|date=|year=1866|url=https://archive.org/details/descriptionofcoa00barbrich/page/n7/mode/2up|title=A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century by Duarte Barbosa|location=|publisher=The Hakluyt Society|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|198}}<ref name=":14">{{Cite book|last=Jones|first=John Winter|year=1863|url=https://archive.org/details/travelsofludovic00vartrich/page/254/mode/2up?q=|title=The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508|location=|publisher=Hakluyt Society|isbn=|pages=}}</ref>{{Rp|254}}
{{multiple image
| align = center
| direction = vertical
| total_width = 600
| image1 = Close-up of KITLV 87835 - Isidore van Kinsbergen - Relief on Tjandi Panataran near Blitar - Before 1900.jpg
| caption1 = Relief yang sudah terkikis, menampilkan penunggang kuda berbaju zirah, prajurit [[infanteri]] berbaju zirah, dan kereta perang.
| image2 = Close-up of KITLV 87823 - Isidore van Kinsbergen - Reliefs on Tjandi Panataran near Blitar - Before 1900.jpg
| caption2 = Adegan pertempuran dari relief cerita Krishnayana.
| image3 = Close-up of KITLV 28323 - Isidore van Kinsbergen - Relief on the first gallery on the south side of Panataran near Blitar - 1867-02-1867-06.jpg
| caption3 = Rombongan pasukan yang terdiri dari kereta perang, penombak, dan gajah perang.
| header = Relief dari candi induk di kompleks candi Penataran, tahun 1269 saka atau 1347 masehi.
}}
Kavaleri sejati pertama, unit terorganisir dari penunggang kuda yang kooperatif, mungkin telah muncul di Jawa selama abad ke-12 M.<ref>Wade, G., 2009, “The horse in Southeast Asia prior to 1500 CE: Some vignettes,” in: B. G. Fragner, R. Kauz, R. Ptak and A. Schottenhammer (eds), ''Pferde in Asien: Geschichte, Handel und Kultur/Horses in Asia: History, Trade and Culture''. Vienna, Verlag der Österreichischen Akademie der Wissenschaften: 161-177.</ref> Naskah Jawa kuno ''kakawin Bhomāntaka'' menyebutkan kisah kuda Jawa awal dan sejarah menunggang kuda.<ref>{{Cite book|last=Teeuw, A. and S. O. Robson|first=|title=Bhomāntaka. The Death of Bhoma|publisher=KITLV Press|year=2005|isbn=9789067182539|location=Leiden|pages=}}</ref>{{Rp|436}} Naskah tersebut mungkin mencerminkan konflik (secara alegoris) antara kavaleri Jawa yang baru jadi dan infanteri elit mapan yang membentuk inti dari pasukan Jawa sampai abad ke-12.<ref>{{Cite journal|last=Jákl|first=Jiří|title=The Whale in Old Javanese kakawin: timiṅgila, 'elephant fish', and lĕmbwara revisited|url=https://www.academia.edu/8448722/The_Whale_in_Old_Javanese_kakawin_timi%E1%B9%85gila_elephant_fish_and_l%C4%95mbwara_revisited|year=2014a|language=en|journal=Pandanus|volume=14|issue=2|pages=103-118|access-date=2020-05-13|archive-date=2023-04-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20230406220016/https://www.academia.edu/8448722/The_Whale_in_Old_Javanese_kakawin_timi%E1%B9%85gila_elephant_fish_and_l%C4%95mbwara_revisited|dead-url=no}}</ref>{{Rp|113}} Pada abad ke-14 M, Jawa menjadi peternak kuda yang penting dan pulau ini bahkan terdaftar di antara pemasok kuda ke Cina.<ref>{{Cite book|last=Ptak|first=Roderich|title=China’s Seaborne Trade with South and Southeast Asia, 1200-1750|publisher=Ashgate|year=1999|isbn=9780860787761|location=|pages=}}</ref>{{Rp|208}} Selama masa Majapahit, jumlah kuda dan kualitas [[Kuda Jawa|kuda keturunan Jawa]] terus berkembang sehingga pada tahun 1513 masehi Tomé Pires memuji kuda-kuda yang sangat dihiasi dari bangsawan Jawa, dilengkapi dengan [[sanggurdi]] bertatahkan emas dan pelana yang dihiasi dengan mewah yang "tidak ditemukan di tempat lain di dunia".<ref name=":3" />{{Rp|174-175}}<ref>{{Cite journal|last=Jákl|first=Jiří|date=2016-05-15|title=The Loincloth, Trousers, and Horse-riders in Pre-Islamic Java: Notes on the Old Javanese Term Lañciṅan|url=http://dx.doi.org/10.4000/archipel.312|journal=Archipel|issue=91|pages=185–202|doi=10.4000/archipel.312|issn=0044-8613|access-date=2022-09-07|archive-date=2024-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20240220135607/https://journals.openedition.org/archipel/312|dead-url=no}}</ref>{{Rp|196–197}} [[Kuda Sumbawa|Kuda poni Sumbawa]] tampaknya berasal dari kuda domestikasi Jawa yang diperkenalkan oleh Majapahit sejak abad ke-14 M.<ref>{{cite book|last1=de Jong Boers|first1=Bernice|year=2007|title=Breeds of Empire: The 'Invention' of the Horse in Southern Africa and Maritime Southeast Asia, 1500–1950|place=Copenhagen|publisher=NIAS|isbn=978-8-7769-4014-0|volume=42 (NIAS studies in Asian topics)|pages=51–64|chapter=4. The ‘Arab’ of the Indonesian Archipelago: The Famed Horse Breeds of Sumbawa}}</ref>{{Rp|52–53}}
Majapahit memiliki pasukan angkatan laut yang berbeda dengan satuan pasukan darat, yang disebut ''wwang jaladhi''. Pasukan laut mendapat perlakuan istimewa dalam hal fasilitas. Personel angkatan laut Majapahit berjumlah besar, sebagaimana dicatat Nagarakretagama pupuh 16 bait 5:{{sfn|Nugroho|2011|p=178-179}}<ref>{{Cite book|last=Muljana|first=Raden Benedictus Slamet|date=1979|url=https://books.google.co.id/books?redir_esc=y&id=Vq8sAAAAMAAJ|title=Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya|publisher=Bhratara Karya Aksara|url-status=live|access-date=2022-10-17|archive-date=2023-04-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405121113/https://books.google.co.id/books?redir_esc=y&id=Vq8sAAAAMAAJ|dead-url=no}}</ref>{{Rp|17, 148, 281}}{{sfn|Pigeaud|1960c|p=19}}
<blockquote>
{{lang|jv|irika tang anyabhumi sakhahemban ing Yawapuri,}} ({{lang|id|Kemudian ''Anyabhumi'' [tanah-tanah lain] di mana saja semuanya disatukan di kerajaan Jawa,}})
{{lang|jv|amateh i sajna sang nrpati khapwa satya ring ulah,}} ({{lang|id|mematuhi setiap perintah dari sang raja. Semuanya setia dalam sikap,}})
{{lang|jv|pituwi sing ajñalanghyana dinon wiśirnna sahana,}} ({{lang|id|kendati ada para pelanggar perjanjian, mereka diserang oleh tentara yang dikirim ke luar negeri dan dihancurkan semuanya,}})
{{lang|jv|tekap ikang watek jaladhi mantry aneka suyaśa.}} ({{lang|id|oleh aktivitas kelompok ''mantri jaladhi'' [perwira angkatan laut] yang berjumlah banyak, agung.}})</blockquote>
{{multiple image
| perrow = 2/2
| total_width = 350
| caption_align = center
| align = right
| image_style = border:none;
| background color =
| title =
| image1 = 231 Krishnayana Reliefs (40388020252).jpg
| image2 = Close-up of KITLV 28301 - Isidore van Kinsbergen - Relief with part of the Ramayana epic on the south side of Panataran, Kediri - 1867-02-1867-06 warrior and horse archer.jpg
| image3 = Close-up of KITLV 28291 - Isidore van Kinsbergen - Relief on the first gallery on the north side of Panataran near Blitar - 1867-02-1867-06 horse riders.jpg
| image4 = 214 Krishnayana Reliefs (26560692388).jpg
| footer = Prajurit dan perlengkapannya sebagaimana digambarkan di candi induk di kompleks candi Penataran.
}}
Untuk angkatan laut, armada Majapahit menggunakan [[Jong (kapal)|jong]] secara besar-besaran sebagai kekuatan lautnya. Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah total jong yang dimiliki Majapahit, tetapi jumlah terbesar yang pernah digunakan dalam satu ekspedisi adalah berjumlah 400 buah, tepatnya saat Majapahit menyerang [[Kesultanan Samudera Pasai|Pasai]].<ref name=":8">Nugroho (2011). h. 286, mengutip ''[[Hikayat Raja-raja Pasai|Hikayat Raja-Raja Pasai]]''", 3: 98: "Sa-telah itu, maka di-suroh baginda musta'idkan segala kelengkapan dan segala alat senjata peperangan akan mendatangi negeri Pasai itu, sa-kira-kira empat ratus jong yang besar-besar dan lain daripada itu banyak lagi daripada malangbang dan kelulus.". Juga lihat Hill, A. H. (Juni 1960). "[[iarchive:hikayat-raja-raja-pasai/page/2/mode/2up|Hikayat Raja-Raja Pasai]]". ''Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society''. '''33''': h. 98 dan 157: ''Then he directed them to make ready all the equipment and munitions of war needed for an attack on the land of Pasai - about four hundred of the largest junks, and also many barges (malangbang) and galleys.''</ref> Setiap kapal berukuran panjang keseluruhan sekitar 28,99–88,56 meter, berat mati (''deadweight'') sekitar 100–2000 ton dan dapat membawa 50–1000 orang. Sebuah jong dari tahun 1420 hampir saja menyeberangi samudera Atlantik.<ref>Tulisan dari peta Fra Mauro, 10-A13, bahasa Italia aslinya: "Circa hi ani del Signor 1420 una naue ouer çoncho de india discorse per una trauersa per el mar de india a la uia de le isole de hi homeni e de le done de fuora dal cauo de diab e tra le isole uerde e le oscuritade a la uia de ponente e de garbin per 40 çornade, non trouando mai altro che aiere e aqua, e per suo arbitrio iscorse 2000 mia e declinata la fortuna i fece suo retorno in çorni 70 fina al sopradito cauo de diab. E acostandose la naue a le riue per suo bisogno, i marinari uedeno uno ouo de uno oselo nominato chrocho, el qual ouo era de la grandeça de una bota d'anfora." [https://web.archive.org/web/20010306061134/http://geoweb.venezia.sbn.it/geoweb/Hsl/FraMauro/FMnumerico.html]</ref> Jenis jong besar sembilan tingkat yang tercatat di ''Kidung Panji Wijayakrama-Rangga Lawe'' (sekitar 1334) disebut ''jong sasangawangunan'', ia membawa 1000 prajurit dengan layar merah.<ref name=":18">Berg, C.C. (1930). ''[https://archive.org/details/rangga-lawe/page/90/mode/2up?q= Rangga Lawe: Middeljavaansche Historische Roman: Critisch uitgegeven]''. Batavia: Kon. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (''Bibliotheca Javanica'', 1).</ref>{{rp|91}} Jong yang umum digunakan oleh Majapahit rata-ratanya dapat membawa 600–700 orang, berbobot mati 1200–1400 ton, dengan panjang keseluruhan sekitar 76,18–79,81 m.<ref>{{Cite journal|last=Averoes|first=Muhammad|date=2022|title=Re-Estimating the Size of Javanese Jong Ship|journal=HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah|volume=5|issue=1|pages=57-64|url=https://archive.org/details/size-of-javanese-jong}}</ref>{{Rp|60-62}} Sebelum [[tragedi Bubat]] tahun 1357, raja [[Kerajaan Sunda|Sunda]] dan keluarganya datang di Majapahit setelah berlayar di laut Jawa dalam armada dengan 200 kapal besar dan 2000 kapal yang lebih kecil.<ref name=":5">Berg, C. C., 1927, [https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.530847/page/n11/mode/2up?q= Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen], ''BKI'' LXXXIII : 1-161.</ref>{{Rp|16-17, 76-77}} Kapal yang dinaiki keluarga kerajaan adalah sebuah jong hibrida Cina-Asia tenggara bertingkat sembilan (Bahasa Jawa kuno: ''Jong sasanga wangunan'' ''ring Tatarnagari tiniru''). Kapal hibrida ini mencampurkan teknik China dalam pembuatannya, yaitu menggunakan paku besi selain menggunakan pasak kayu dan juga pembuatan sekat kedap air (''watertight bulkhead''), dan penambahan kemudi sentral.<ref name=":32">Lombard, Denys (2005)''. [https://archive.org/details/NJ2JA/mode/2up?q= Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia]''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan bahasa Indonesia dari Lombard, Denys (1990). ''Le carrefour javanais. Essai d'histoire globale (The Javanese Crossroads: Towards a Global History) vol. 2''. Paris: Éditions de l'École des Hautes Études en Sciences Sociales.</ref>{{rp|270}}<ref name=":6">{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=September 1980|title=The Southeast Asian Ship: An Historical Approach|url=|journal=Journal of Southeast Asian Studies|volume=11|issue=2|pages=266–276|doi=10.1017/S002246340000446X|jstor=20070359|via=}}</ref>{{rp|272-276}} Jenis kapal lain yang digunakan Majapahit adalah [[malangbang]], [[kelulus]], [[jongkong]], [[cerucuh]], [[Tongkang (perahu layar)|tongkang]], dan [[pelang]].<ref name=":8" /><ref>Nugroho (2011). hlm. 271, 399–400, mengutip ''Sejarah Melayu'', 5.4: 47: "Maka betara Majapahitpun menitahkan hulubalangnya berlengkap perahu akan menyerang Singapura itu, seratus buah jung; lain dari itu beberapa melangbing dan kelulus, jongkong, cerucuh, tongkang, tiada terhisabkan lagi banyaknya."</ref><ref>Nugroho (2011). hlm. 271, 399–400, mengutip ''Sejarah Melayu'', 10.4: 77: "... maka bagindapun segera menyuruh berlengkap tiga ratus buah jung, lain dari pada itu kelulus, pelang, jongkong, tiada terbilang lagi."</ref> Pada abad ke-16, [[Lancaran (kapal)|lancaran]] dan [[penjajap]] juga digunakan.<ref name=":3" />{{Rp|195}}<ref>{{Cite book|last=Cortesão|first=Armando|year=1944|url=https://archive.org/details/McGillLibrary-136388-15666|title=The Suma oriental of Tomé Pires : an account of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515 ; and, the book of Francisco Rodrigues, rutter of a voyage in the Red Sea, nautical rules, almanack and maps, written and drawn in the East before 1515 volume II|location=London|publisher=The Hakluyt Society|isbn=}} {{PD-notice}}</ref>{{Rp|282}} Penggambaran angkatan laut Majapahit pada masa modern sering kali menggambarkan kapal-kapal bercadik, namun pada kenyataannya kapal ini berasal dari abad ke-8 yaitu [[kapal Borobudur]], yang digunakan [[Wangsa Sailendra|dinasti Sailendra]]. Penelitian oleh Irawan Djoko Nugroho menyimpulkan bahwa jenis kapal utama yang digunakan oleh Majapahit tidak menggunakan cadik, dan menggunakan ukiran [[Borobudur]] sebagai dasar rekonstruksi kapal Majapahit adalah sesat dan menyesatkan.{{sfn|Nugroho|2011|p=266-267}}<ref>{{Cite web|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|date=30 Juli 2018|title=Replika Kapal Majapahit, Replika Untuk Menghancurkan Sejarah Bangsa|url=https://www.nusantarareview.com/replika-kapal-majapahit-replika-untuk-menghancurkan-sejarah-bangsa.html|website=Nusantara Review|archive-url=https://web.archive.org/web/20200625070549/https://www.nusantarareview.com/replika-kapal-majapahit-replika-untuk-menghancurkan-sejarah-bangsa.html|archive-date=2020-06-25|access-date=14 Agustus 2020|url-status=live|dead-url=no}}</ref>
== Pelayaran ==
Selama era Majapahit penjelajahan orang-orang Nusantara mencapai prestasi terbesarnya. Ludovico di Varthema (1470–1517), dalam bukunya ''Itinerario de Ludouico de Varthema Bolognese'' menyatakan bahwa orang Jawa Selatan berlayar ke "negeri jauh di selatan" hingga mereka tiba di sebuah pulau di mana [[siang hari]]<nowiki/>nya hanya berlangsung selama empat jam dan "lebih dingin daripada di bagian dunia mana pun". Penelitian modern telah menentukan bahwa tempat tersebut terletak setidaknya 900 mil laut (1666 km) selatan dari titik paling selatan [[Tasmania]].<ref name=":7">{{Cite book|title=The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508|last=Jones|first=John Winter|publisher=Hakluyt Society|year=1863|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{rp|248-251}}
Orang Jawa, seperti suku-suku [[Austronesia]] lainnya, menggunakan sistem navigasi yang mantap: Orientasi di laut dilakukan menggunakan berbagai tanda alam yang berbeda-beda, dan dengan memakai suatu teknik perbintangan sangat khas yang dinamakan ''star path navigation''. Pada dasarnya, para navigator menentukan haluan kapal ke pulau-pulau yang dikenali dengan menggunakan posisi terbitnya dan terbenamnya bintang-bintang tertentu di atas cakrawala.<ref>{{Citation|last=Liebner|first=Horst H.|title=Eksplorasi Sumberdaya Budaya Maritim|pages=53–124|year=2005|editor-last=Edi|editor-first=Sedyawati|contribution=Perahu-Perahu Tradisional Nusantara: Suatu Tinjauan Perkapalan dan Pelayaran|contribution-url=https://www.academia.edu/7780936/Perahu-Perahu_Tradisional_Nusantara_Suatu_Tinjauan_Perkapalan_dan_Pelayaran_-_-_Ini_sudah_agak_outdated_ada_tulisan_barunya_Beberapa_Catatan_akan_Sejarah_Pembuatan_Perahu_dan_Pelayaran_Nusantara_|place=Jakarta|publisher=Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Nonhayati, Badan Riset Kelautan dan Perikanan; Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia|accessdate=2022-11-22|archive-date=2023-07-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20230719152831/https://www.academia.edu/7780936/Perahu-Perahu_Tradisional_Nusantara_Suatu_Tinjauan_Perkapalan_dan_Pelayaran_-_-_Ini_sudah_agak_outdated_ada_tulisan_barunya_Beberapa_Catatan_akan_Sejarah_Pembuatan_Perahu_dan_Pelayaran_Nusantara_|dead-url=no}}</ref>{{Refpage|10}} Pada zaman Majapahit, [[kompas]] dan [[magnet]] telah digunakan, selain itu [[kartografi]] (ilmu pemetaan) telah berkembang. Pada tahun 1293 Raden Wijaya memberikan sebuah peta dan catatan sensus penduduk pada pasukan Mongol dinasti Yuan, menunjukkan bahwa pembuatan peta telah menjadi bagian formal dari urusan pemerintahan di Jawa.<ref>Suarez, Thomas (2012). ''Early Mapping of Southeast Asia: The Epic Story of Seafarers, Adventurers, and Cartographers Who First Mapped the Regions Between China and India''. Tuttle Publishing.</ref>{{rp|53}} Penggunaan peta yang penuh garis-garis memanjang dan melintang, garis rhumb, dan garis rute langsung yang dilalui kapal dicatat oleh orang Eropa, sampai-sampai orang Portugis menilai peta Jawa merupakan peta terbaik pada awal tahun 1500-an.<ref name=":7" />{{rp|249}}<ref name=":3" />{{rp|lxxix}}<ref name=":12" /><ref>{{Cite web|url=https://www.nusantarareview.com/teknologi-era-majapahit.html|title=Teknologi Era Majapahit|date=2018-10-02|website=Nusantara Review|language=en-US|access-date=2020-06-11|archive-date=2022-09-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20220924152206/https://www.nusantarareview.com/teknologi-era-majapahit.html|dead-url=no}}</ref>
Ketika [[Afonso de Albuquerque]] menaklukkan Malaka (1511), orang Portugis mendapatkan sebuah peta dari seorang mualim Jawa, yang juga menampilkan bagian dari [[benua Amerika]]. Mengenai peta itu, Albuquerque berkata:<ref name=":52">Carta IX, 1 April 1512. Dalam Pato, Raymundo Antonio de Bulhão (1884). ''[https://archive.org/details/cartasdeaffonso03albugoog/page/n98/mode/2up?q Cartas de Affonso de Albuquerque, Seguidas de Documentos que as Elucidam tomo I]'' (pp. 29–65). Lisboa: Typographia da Academia Real das Sciencas. hlm. 64.</ref><ref name=":12">{{Cite journal|last=Olshin|first=Benjamin B.|date=1996|title=A sixteenth century Portuguese report concerning an early Javanese world map|url=https://www.scielo.br/j/hcsm/a/HtNK8HhmxkbycBDLzbp4SWH/?format=pdf&lang=en|journal=História, Ciências, Saúde-Manguinhos|volume=2|issue=3|pages=97–104|doi=10.1590/s0104-59701996000400005|issn=0104-5970|archive-url=https://web.archive.org/web/20231117131253/https://www.scielo.br/j/hcsm/a/HtNK8HhmxkbycBDLzbp4SWH/?format=pdf&lang=en|archive-date=2023-11-17|access-date=2023-10-19|dead-url=unfit}}</ref>{{rp|98-99}}<blockquote>... peta besar seorang mualim Jawa, yang berisi [[Tanjung Harapan]], [[Portugal]] dan tanah [[Brazil]], [[Laut Merah]] dan [[Teluk Persia|Laut Persia]], Kepulauan Cengkih, navigasi orang Cina dan Gore, dengan garis rhumb dan rute langsung yang bisa ditempuh oleh kapal, dan dataran gigir (''hinterland''), dan bagaimana kerajaan berbatasan satu sama lain. Bagiku, Tuan, ini adalah hal terbaik yang pernah saya lihat, dan Yang Mulia akan sangat senang melihatnya memiliki nama-nama dalam tulisan Jawa, tetapi saya punya saya orang Jawa yang bisa membaca dan menulis, saya mengirimkan karya ini kepada Yang Mulia, yang ditelusuri Francisco Rodrigues dari yang lain, di mana Yang Mulia dapat benar-benar melihat di mana [[Tionghoa|orang Cina]] dan [[Suku Ryukyu|Gore]] ([[Jepang]]) datang, dan tentu saja kapal Anda harus pergi ke Kepulauan Cengkih, dan di mana tambang emas ada, dan pulau Jawa dan Banda, asal [[pala]] dan fuli pala, dan tanah raja Siam, dan juga akhir dari navigasi orang Cina, arah yang dilaluinya, dan bagaimana mereka tidak bernavigasi lebih jauh.<br>– Surat Albuquerque untuk raja Manuel I dari Portugal, 1 April 1512.</blockquote>Duarte Barbosa menyebutkan tempat dan rute yang dikunjungi kapal-kapal Majapahit, yang meliputi Maluku, Timor, Banda, Sumatra, Melaka, Cina, Tenasserim, Pegu, Benggala, Pulicat, Koromandel, Malabar, Cambay (Khambat), dan Aden. Dari catatan penulis lain, dapat diketahui bahwa ada juga yang pergi ke Maladewa, Calicut ([[Kozhikode]]), Oman, Aden, dan Laut Merah. Para penumpang membawa istri dan anak-anak mereka, bahkan sampai-sampai beberapa dari mereka tidak pernah meninggalkan kapal untuk pergi ke pantai, juga tidak memiliki tempat tinggal lain, karena mereka dilahirkan dan mati di kapal.<ref name=":17">Manguin, Pierre-Yves (1993). 'The Vanishing Jong: Insular Southeast Asian Fleets in Trade and War (Fifteenth to Seventeenth Centuries)', dalam Anthony Reid (ed.), ''[[iarchive:southeast-asia-in-the-early-modern-era-trade-power-and-belief/page/n105/mode/2up|Southeast Asia in the Early Modern Era]]'' (Ithaca: Cornell University Press), hlm. 197-213.</ref>{{rp|199}}<ref name=":92">Stanley, Henry Edward John (1866). ''[[iarchive:descriptionofcoa00barbrich/page/190/mode/2up|A Description of the Coast of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century by Duarte Barbosa]]''. The Hakluyt Society.</ref>{{rp|191-193}}{{sfn|Nugroho|2011|p=289-290}}<ref name="end" />{{rp|278}}
== Kebudayaan ==
<blockquote class="toccolours" style="text-align:justify; width:45%; float:right; padding: 10px; display:table; margin-left:10px;">"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga ''katangga'' gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".<p style="text-align: right;">— Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari ''[[Nagarakertagama]]''.
</blockquote>
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (
Ibu kota Majapahit di [[Trowulan, Mojokerto|Trowulan]]
<gallery mode="packed" widths="110" heights="160">
Berkas:Wringin Lawang, Trowulan.jpg|Wringin Lawang, gerbang terbelah bata merah setinggi 15,5 meter di Trowulan, diyakini sebagai pintu masuk sebuah kompleks penting.
Berkas:The Great King of Java and His Seven Vassals.png|Raja Jawa (Majapahit) dan 7 raja bawahannya, seperti yang dibayangkan dalam manuskrip Inggris abad ke-15 yang berisi catatan pendeta Odoric.
Berkas:Plate V No 22 Relief of Majapahit in Trowulan.jpg|Relief dari Trowulan: Pedesaan, kampung bertembok, perbentengan, dan candi.
Berkas:Reliëf uit Trowoelan bij Modjokerto, KITLV 183371.tiff|Relief dari Trowulan, menampilkan beberapa kompleks perumahan bertembok dan sebuah tembok yang lebih besar di bagian utaranya.
</gallery>
Walaupun [[batu bata]] telah digunakan dalam [[candi]] pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli menggunakannya.<ref name="Schoppert1997">{{cite book|author=Schoppert, P., Damais, S.|title=Java Style|date=1997|publisher=Periplus Editions|editor=Di dalam Didier Millet (editor):|location=Paris|pages=33–34|id=ISBN 962-593-232-1}}</ref> Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan [[Gula#Gula Merah .28Gula jawa.29|gula merah]] sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah [[Candi Tikus]] dan [[Gapura Bajang Ratu]] di Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal dari masa Majapahit, antara lain gerbang terbelah [[candi bentar]], gapura [[paduraksa]] (kori agung) beratap tinggi, dan [[pendopo]] berdasar struktur bata. Gaya bangunan seperti ini masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali.
<blockquote>"Di sekitar itu (pulau Sumatra) ada pulau besar, bernama Jawa, yang memiliki ukuran 3000 mil. Dan rajanya memiliki bawahan tujuh raja yang bermahkota.<ref group="Catatan">Pordenone menyebutkan bahwa Raja Jawa memerintah atas "tujuh raja yang bermahkota", mungkin merujuk pada ''Bhattara'' ''Saptaprabhu'' atau tujuh Bhattara atau Bhre (Adipati / Adipati Wanita), yang merupakan tujuh penatua berpengaruh yang memerintah tujuh nagara atau kerajaan daerah, sesuai dengan provinsi Majapahit di Jawa Timur dan Tengah; yaitu Kahuripan, Daha, Tumapel, Wengker, Lasem, Pajang, dan Mataram.</ref> Sekarang pulau ini sangat padat penduduknya, dan merupakan yang terbaik kedua dari semua pulau yang ada. Karena di dalamnya tumbuh kapur barus, kemukus, kapulaga, buah pala, dan banyak rempah-rempah berharga lainnya. Ia juga memiliki persediaan makanan yang baik kecuali anggur.<br>
Raja pulau ini (Jawa) memiliki istana yang benar-benar mengagumkan. Karena itu sangat besar, dan memiliki tangga yang sangat besar, lebar dan tinggi, dan anak tangganya dari emas dan perak secara bergantian. Demikian juga jalan istana dipasangi satu ubin dari emas dan yang lain dari perak, dan dindingnya di bagian dalam dilapisi dengan lapisan emas, di mana ada pahatan ksatria yang semuanya terbuat dari emas, yang memiliki lingkaran emas besar di sekitar kepala mereka, seperti yang kami berikan untuk sosok orang-orang suci. Dan lingkaran ini semua dikelilingi dengan batu mulia. Terlebih lagi, langit-langitnya terbuat dari emas murni, dan singkatnya, istana ini lebih kaya dan lebih indah daripada istana lain yang ada pada hari ini di dunia.<br>
Sekarang Khan Agung Cathay (Cina dinasti Yuan) sudah sering berperang dengan raja ini; tetapi selalu dapat dikalahkan. Dan masih banyak hal lain disana yang belum saya tulis." <p style="text-align: right;">— Gambaran Majapahit menurut Mattiussi (Pendeta [[Odorico da Pordenone]]).<ref name=":19">{{Cite book |last=Yule |first=Sir Henry |url=https://archive.org/details/CathayAndTheWayThitherVol1/page/n9/mode/2up?q= |title=Cathay and the way thither: Being a Collection of Medieval Notices of China vol. 1 |publisher=The Hakluyt Society |year=1866 |location=London}}</ref>{{rp|87-89}}<ref name="Ritualnetwork" />
</blockquote>
Catatan yang berasal dari sumber [[Italia]] mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta [[Odorico da Pordenone]]". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara:
Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak [[
<gallery mode="packed" widths="250" heights="250">
Golden Celestial Nymph of Majapahit.jpg|''Bidadari Majapahit'', arca [[emas]] ''[[apsara]]'' gaya Majapahit menggambarkan zaman kerajaan Majapahit sebagai "zaman keemasan" Nusantara.
Gold Kala mask from Majapahit kingdom of Java.png|Topeng paduan emas-perak dari Jawa Timur, Indonesia, abad ke-14.
Bronze elephant with riders, East Java.jpg|Patung gajah perunggu beserta penunggangnya, dibuat pada abad ke-13–14 di Jawa Timur (zaman Singhasari dan Majapahit).
Kala Demon Rattle made in Malang, Java, Indonesia, Accession No. 2008.21.1.jpg|Mainan emas [[Batara Kala|Kāla]], abad 11–14, dari Malang, Jawa Timur.
</gallery>
Dalam [[Yingyai Shenglan|Yingya Shenglan]]—catatan tentang ekspedisi Cheng Ho (1405–1433)—Ma Huan menggambarkan budaya, adat istiadat, berbagai aspek sosial dan ekonomi ''Chao-Wa'' (Jawa) pada masa Majapahit.<ref name="Chao-Wa">{{cite web |author2=JVG Mills |author1=Ma Huan |title=Ying-yai Sheng-lan, The Overall Survey of the Ocean's Shores |year=1970 |work=Washington.edu |pages=86–97 (Country of Chao-Wa) |url=http://faculty.washington.edu/qing/huan_ying-yai_sheng-lan%5B1%5D.pdf |archive-url=https://web.archive.org/web/20211223000000/http://faculty.washington.edu/qing/huan_ying-yai_sheng-lan%5B1%5D.pdf |archive-date=23 December 2021 |access-date=5 November 2015 |url-status=live }} [https://archive.org/details/ying-yai-sheng-lan-1433/page/n3/mode/2up?q= Alt URL]</ref> Ma Huan mengunjungi Jawa pada ekspedisi ke-4 Cheng Ho pada tahun 1413, pada masa pemerintahan raja Majapahit Wikramawardhana. Ia menggambarkan perjalanannya ke ibu kota Majapahit: pertama, ia tiba di pelabuhan ''Tu-pan'' (Tuban) di mana ia melihat sejumlah besar pemukim Tionghoa bermigrasi dari Guangdong dan Chou Chang. Kemudian dia berlayar ke timur menuju kota perdagangan baru yang berkembang pesat, ''Ko-erh-hsi'' (Gresik), ''Su-pa-erh-ya'' (Surabaya), dan kemudian berlayar ke pedalaman menuju sungai dengan perahu kecil ke barat daya hingga mencapai pelabuhan sungai ''Chang-ku'' (Changgu).<ref name="Chao-Wa"/> Melanjutkan perjalanan darat ke arah barat daya sampailah ia di ''Man-che-po-I'' (Majapahit), tempat tinggal raja. Ada sekitar 200 atau 300 keluarga asing yang tinggal di tempat ini, dengan tujuh atau delapan pemimpin yang melayani raja. Iklimnya selalu panas, seperti musim panas.<ref name=yingyai>{{Cite book| isbn = 9780521010320| author = Ma Huan| title = [[Yingya Shenglan|Ying-yai Sheng-lan]] (瀛涯胜览) The Overall Survey of the Ocean's Shores| others = translated by J.V.G Mills| language = en| orig-year = 1433| year = 1970| publisher = Cambridge University Press| series = [[Hakluyt Society]]}}</ref> Dia menggambarkan pakaian raja: memakai mahkota dari daun dan bunga emas atau kadang-kadang tanpa penutup kepala; bertelanjang dada tanpa mengenakan gamis, bagian bawahnya memakai dua ikat pinggang berbahan sutra bersulam. Tali sutra tambahan dilingkarkan di pinggang sebagai ikat pinggang, dan di ikat pinggang tersebut disisipkan satu atau dua bilah pendek yang disebut ''pu-la-t'ou'' (belati atau lebih tepatnya keris), berjalan tanpa alas kaki. Saat bepergian ke luar, raja mengendarai gajah atau kereta yang ditarik sapi.<ref name=yingyai />
Pakaian rakyat jelata bagi laki-laki adalah tanpa tutup kepala dan perempuan menata rambutnya seperti sanggul yang diikat dengan jepit rambut. Mereka mengenakan pakaian di bagian atas tubuh dan membungkus bagian bawah dengan kain yang tidak dijahit,<ref group="Catatan">Dengan cara yang sama seperti kostum tradisional tentang bagaimana orang Bali mengenakan sarung tanpa jahitan di pinggangnya atau bagaimana orang Jawa mengenakan kain batik di sekelilingnya pinggang.</ref> Laki-laki mulai dari anak laki-laki berusia tiga tahun hingga orang tua menyelipkan ''pu-la-t'ou'' (belati) di ikat pinggang mereka. Belati tersebut seluruhnya terbuat dari baja dengan motif rumit yang digambar halus. Gagangnya terbuat dari emas, cula badak atau gading yang diukir dengan gambaran manusia atau setan, hasil ukirannya sangat indah dan dibuat dengan terampil.<ref name=yingyai /><ref name="Chao-Wa"/>
Masyarakat Majapahit baik laki-laki maupun perempuan sangat menghargai kepala mereka.<ref group="Catatan">Kepala dianggap suci karena menurut orang Jawa di situlah jiwa atau roh bersemayam, kepercayaan dan adat istiadat ini masih dianut di Indonesia modern.</ref> Jika kepala seseorang disentuh, atau jika terjadi kesalahpahaman atau pertengkaran saat mabuk, mereka akan langsung menghunus pisau dan saling menusuk.<ref name=yingyai />
Penduduk negara tersebut tidak mempunyai tempat tidur atau kursi untuk duduk dan untuk makan mereka tidak menggunakan sendok atau sumpit. Pria dan wanita senang mengunyah sirih yang dicampur daun sirih, dan kapur putih yang terbuat dari cangkang kerang.<ref name="Chao-Wa"/> Mereka makan nasi, mula-mula mereka mengambil satu gayung air dan merendam sirih di mulutnya, lalu mencuci tangan dan duduk membuat lingkaran; mengambil sepiring nasi yang direndam dalam mentega (mungkin maksudnya santan) dan kuah daging, lalu makan menggunakan tangan untuk mengangkat nasi dan memasukkannya ke dalam mulut. Saat menerima tamu, mereka akan menawarkan tamunya bukan dengan teh, tapi dengan sirih pinang.<ref name=yingyai />
Penduduknya terdiri dari para pedagang Muslim dari barat (Arab dan Muslim India, tetapi sebagian besar berasal dari negara-negara Muslim di Sumatera), Tionghoa (diklaim sebagai keturunan Dinasti Tang), dan penduduk setempat yang tidak beradab. Raja mengadakan turnamen senenan tahunan.<ref name=yingyai />{{rp|page=45}} Tentang ritual pernikahan; mempelai pria berkunjung ke rumah keluarga mempelai wanita, maka ikatan perkawinan pun terwujud. Tiga hari kemudian, mempelai laki-laki mengantar mempelai wanita kembali ke rumahnya, di mana keluarga laki-laki menabuh kendang dan gong kuningan, meniup seruling yang terbuat dari batok kelapa (senterewe), menabuh kendang yang terbuat dari tabung bambu (mungkin sejenis gamelan bambu atau kolintang), dan menyalakan kembang api.<ref name="Chao-Wa"/> Dikawal di depan, belakang, dan berkeliling oleh laki-laki yang memegang pisau pendek dan perisai. Sedangkan mempelai wanita adalah wanita berambut kusut, berbadan terbuka dan bertelanjang kaki. Ia membungkus dirinya dengan sulaman sutra, memakai kalung di lehernya yang dihiasi manik-manik emas, dan gelang di pergelangan tangannya dengan hiasan emas, perak dan hiasan berharga lainnya. Keluarga, teman dan tetangga menghiasi perahu hias dengan daun sirih, pinang, alang-alang dan bunga yang dijahit, dan mengadakan pesta untuk menyambut pasangan pada acara yang meriah tersebut. Ketika mempelai laki-laki tiba di rumah, gong dan gendang dibunyikan, mereka akan minum ''wine'' (mungkin maksudnya arak atau tuak) dan bermain musik. Setelah beberapa hari, perayaan berakhir.<ref name=yingyai />
Tentang ritual penguburan, jenazah ditinggalkan di pantai atau tanah kosong untuk dimakan anjing (untuk kelas bawah), dikremasi, atau dibuang ke perairan (bahasa Jawa: ''Larung''). Masyarakat kelas atas melakukan [[Sati (praktik)|sati]], yaitu ritual bunuh diri yang dilakukan oleh istri janda, selir atau pembantu perempuan, dengan cara bakar diri dengan cara menceburkan diri ke dalam api kremasi yang menyala-nyala.<ref name=yingyai /><ref name="Chao-Wa"/>
Dalam catatan ini, Ma Huan juga menggambarkan rombongan musik yang melakukan perjalanan pada malam bulan purnama. Sejumlah orang berpegangan bahu membentuk barisan tak terputus sambil menyanyi dan melantunkan serempak, sedangkan keluarga yang rumahnya dikunjungi akan memberikan koin tembaga atau hadiah. Ia juga menggambarkan sekelompok perajin yang menggambar berbagai gambar di atas kertas dan menampilkan pertunjukan teatrikal. Narator menceritakan kisah legenda, dongeng, dan romansa yang digambar di atas layar kertas yang digulung.<ref name=yingyai /> Pertunjukan semacam ini dikenal dengan nama [[Wayang beber|wayang bébér]], sebuah seni bercerita yang telah bertahan selama berabad-abad di Jawa.<ref name="Chao-Wa"/>
[[File:Close-up of warriors from KITLV 87835 - Isidore van Kinsbergen - Relief on Tjandi Panataran near Blitar - Before 1900.jpg|kiri|jmpl|Seorang penunggang kuda berbaju zirah, prajurit infanteri berbaju zirah, dan seorang bangsawan. Dari candi Penataran, 1347.]]
Diplomat Portugis Tomé Pires, yang mengunjungi Nusantara pada 1512, mencatat kebudayaan Jawa pada akhir zaman Majapahit setelah kunjungannya ke Jawa antara Maret–Juni 1513.<ref name=":3" />{{Rp|xxv}} Kisah Pires menceritakan tentang para tuan dan bangsawan di Jawa. Mereka digambarkan sebagai:
<blockquote>... tinggi dan tampan, dengan dekorasi mewah, dan mereka memiliki banyak kuda yang sangat dihiasi. Mereka menggunakan keris, pedang, dan tombak dari berbagai jenis, semuanya bertatahkan emas. Mereka adalah pemburu dan penunggang kuda yang hebat—kuda itu memiliki sanggurdi semua bertatahkan emas dan pelana yang juga bertatahkan, yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia. Penguasa Jawa begitu mulia dan agung sehingga tidak ada bangsa yang bisa dibandingkan dengan mereka di wilayah yang luas di bagian ini. Kepala mereka dicukur—setengah dicukur—sebagai tanda keindahan, dan mereka selalu mengusap rambut mereka dari dahi ke atas tidak seperti yang dilakukan orang Eropa. Penguasa Jawa dipuja seperti dewa, dengan rasa hormat yang tinggi dan penghormatan yang dalam.<br/>
Para bangsawan pergi berburu atau mencari kesenangan dengan gaya yang agung. Mereka menghabiskan seluruh waktu mereka dalam kesenangan, pengiring memiliki begitu banyak tombak dengan gagang emas dan perak, begitu kaya tatahannya, dengan begitu banyak anjing jenis ''harrier'', ''greyhound'' dan anjing lainnya; dan mereka memiliki begitu banyak gambar yang dilukis dengan pemandangan dan pemandangan berburu. Pakaian mereka dihiasi dengan emas, keris, pedang, pisau, [[kelewang]] mereka semua bertatahkan emas; mereka memiliki sejumlah selir, kuda jennet, gajah, lembu untuk menarik kereta dari kayu yang dicat dan bersepuh emas. Para bangsawan pergi dengan kereta kemenangan, dan jika mereka pergi melalui laut mereka pergi dengan kelulus yang dicat dan dihiasi; ada apartemen indah untuk wanita mereka, tempat lain untuk para bangsawan yang menemaninya.<ref name=":3" />{{Rp|174–175 dan 200}}</blockquote>
===Agama===
[[File:Candi Jawi.jpg|thumb|right|[[Candi Jawi]], candi Hindu-Buddha sinkretis pemujaan Siwa-Buddha, berasal dari kerajaan Singhasari akhir abad ke-13, yang kemudian direnovasi dan dilestarikan pada masa Majapahit]]
[[Buddhisme]], [[Siwaisme]], dan [[Wisnuisme]] semuanya dipraktikkan: raja dianggap sebagai inkarnasi dari ketiganya. Meski Nagarakretagama tidak menyebutkan [[Islam]], sudah pasti ada anggota istana yang beragama Islam pada saat itu.<ref name=ricklefs>{{Cite book| isbn = 9780804721950| last = Ricklefs| first = Merle Calvin| title = A history of modern Indonesia since c. 1300| year = 1993| publisher = Stanford University Press / Macmillans| edition = 2nd}}</ref>{{rp|page=19}} Sebuah kompleks pemakaman Islam ditemukan di ibukota Majapahit (Trowulan), dikenal dengan nama makam Tralaya (sekarang disebut Troloyo). Para ahli berpendapat bahwa kuburan itu digunakan antara tahun 1368 dan 1611 M, yang berarti orang Muslim telah tinggal di ibu kota sejak pertengahan abad ke-14 pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.<ref name="Adrisijanti" />{{rp|185, 196}} Kedekatan makam itu dengan situs kraton mengindikasikan ada orang Muslim yang memiliki hubungan dekat dengan istana.<ref name=":20" />
[[Hindu]] dan [[Budha]] telah membentuk peradaban, agama, dan spiritualisme Jawa sejak masa awal, mulai abad ke-9 Kerajaan Mataram, Kahuripan, Kadiri, hingga Kerajaan Singhasari. Nampaknya agama Hindu dan Budha dianut secara luas oleh masyarakat Majapahit. Meskipun demikian, [[perdukunan]] asli Jawa mungkin masih ada dan dipraktikkan di daerah pedesaan pinggiran.
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gouden reliëf met de voorstelling van Sutasoma gedragen door Kalmasapada TMnr 2960-319.jpg|thumb|left|upright|Patung emas dari zaman Majapahit melambangkan [[Sutasoma]] yang disandang oleh pemakan manusia [[Kalmashapada|Kalmasapada]]]]
Raja dan sebagian besar keluarga kerajaan menganut agama Hindu, dengan penekanan tertentu pada pemujaan terhadap dewa utama pilihan mereka, baik Siwa, Wisnu, Durga, atau dewa lainnya. Raja pertama Majapahit, Kertarajasa Jayawardhana secara anumerta digambarkan sebagai Harihara, dewa kombinasi Siwa dan Wisnu, di kuil kamar mayatnya di Candi Simping. Namun agama Buddha Mahayana juga disukai oleh keluarga kerajaan dan pejabat Majapahit. Misalnya saja ratu Majapahit Gayatri Rajapatni dan Gajah Mada yang dikenal beragama Buddha.<ref name="Kompas.com-Gajah Mada">{{Cite web |last=Utomo |first=Yunanto Wiji |date=2017-06-22 |title=Agama Gajah Mada dan Majapahit yang Sebenarnya Akhirnya Diungkap |url=https://sains.kompas.com/read/xml/2017/06/22/190852523/agama.gajah.mada.dan.majapahit.yang.sebenarnya.akhirnya.diungkap |access-date=2022-11-19 |website=KOMPAS.com |language=id |archive-date=2024-02-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20240220135614/https://sains.kompas.com/read/2017/06/22/190852523/agama.gajah.mada.dan.majapahit.yang.sebenarnya.akhirnya.diungkap |dead-url=no }}</ref> Gayatri kemudian secara anumerta digambarkan sebagai [[Prajnaparamita]].
Namun agama negara kemungkinan adalah Buddha Siwa, sinkretisme Jawa antara Shaivisme dan Buddha, yang menekankan kesamaan antara Siwa dan Buddha yang keduanya digambarkan sebagai pertapa dan guru spiritual. Keadaan spiritual Majapahit, nampaknya mendorong keharmonisan antara penganut Siwa dan Buddha. Sebagaimana terlihat dalam naskah Sutasoma yang ditulis pada abad ke-14 oleh [[Mpu Tantular]] yang mengedepankan toleransi beragama antara Hindu dan Budha, khususnya mengedepankan doktrin sinkretis Siwa-Buddha.<ref name="Siva-Buddha"/>
Pada masa Majapahit, ajaran agama memegang peranan penting dalam masyarakat. Pendidikan agama dapat dilakukan secara perseorangan di rumah tangga bangsawan kshatriya dan elite agama brahmana, atau di pusat pengajaran agama yang menyerupai ashram atau pesantren yang disebut Mandala atau Kadewaguruan. Kadewaguruan biasanya terletak di daerah terpencil yang jauh dari pemukiman, misalnya di hutan yang sepi, di perbukitan, atau di daerah pegunungan. Kadewaguruan dipimpin oleh seorang mahāresi atau pendeta tinggi, yang juga dikenal sebagai śiddharesi atau dewaguru; maka pusat pendidikan tersebut dinamakan Kadewaguruan.<ref>{{Cite journal |last=Santiko |first=Hariani |title=Agama Dan Pendidikan Agama Pada Masa Majapahit |journal=Jurnal Arkeologi, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan |url=https://jurnalarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/amerta/article/view/393 |language=en-US |access-date=2023-09-30 |archive-date=2023-08-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230828144459/https://jurnalarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/amerta/article/view/393 |dead-url=no }}</ref>
===Literatur===
Sastra Majapahit merupakan kelanjutan dari tradisi keilmuan Hindu-Buddha Kawi Jawa yang menghasilkan puisi kakawin yang berkembang di Jawa sejak abad ke-9 era Medang Mataram, hingga periode Kadiri dan Singhasari. Karya sastra Jawa terkenal yang berasal dari masa sebelumnya, seperti [[Arjunawiwaha]] karya Kanwa zaman Kadiri, [[Smaradahana]] karya Dharmaja abad ke-12, [[Bharatayuddha]] karya Sedah, [[Kakawin Hariwangsa|Hariwangsa]] karya Panuluh serta kitaran Panji yang populer terus dilestarikan dan ditulis ulang oleh Rakawi (penyair atau cendekiawan Hindu-Buddha) di Majapahit zaman. Karya sastra terkemuka yang dihasilkan pada masa Majapahit antara lain Nagarakretagama karya Prapanca, Sutasoma karya Tantular, dan [[Tantu Pagelaran]]. Kisah popule [[Sri Tanjung]] dan [[Damarwulan]] juga berasal dari zaman Majapahit. Kakawin Jawa Kuno ini ditulis dan digubah oleh Rakawi (penyair) untuk memuja raja para dewa yang inkarnasinya diwakili oleh raja.<ref name="Siva-Buddha">{{cite book | title = Worshiping Siva and Buddha: The Temple Art of East Java | author1 = Ann R. Kinney | author2 = Marijke J. Klokke | author3 = Lydia Kieven | publisher = University of Hawaii Press | year = 2003 | isbn = 9780824827793 | url = https://books.google.com/books?id=sfa2FiIERLYC&q=Kakawin+Majapahit&pg=PA34 | access-date = 2023-09-30 | archive-date = 2024-02-20 | archive-url = https://web.archive.org/web/20240220135609/https://books.google.com/books?id=sfa2FiIERLYC&q=Kakawin+Majapahit&pg=PA34#v=snippet&q=Kakawin%20Majapahit&f=false | dead-url = no }}</ref>
Nagarakretagama yang disusun oleh Prapanca pada tahun 1365 merupakan sumber penting catatan sejarah utama historiografi Majapahit. Sedangkan Sutasoma merupakan karya sastra yang penting bagi kehidupan bangsa Indonesia modern, karena menjadi semboyan nasional ''[[Bhinneka Tunggal Ika]]'', yang biasa diterjemahkan Bhinneka Tunggal Ika, diambil dari pupuh naskah ini.<ref>{{cite book | title = Sutasoma: The Ancient Tale of a Buddha-Prince from 14th Century Java by the Poet Mpu Tantular | editor1 = Kate O'Brien | editor2 = Petrus Josephus Zoetmulder | publisher = Orchid Press | year = 2008 | isbn = 9789745241077 | url = https://books.google.com/books?id=u7ZJJwAACAAJ&q=sutasoma+bhinneka+tunggal+ika | access-date = 2023-09-30 | archive-date = 2024-02-20 | archive-url = https://web.archive.org/web/20240220135606/https://books.google.com/books?id=u7ZJJwAACAAJ&q=sutasoma+bhinneka+tunggal+ika | dead-url = no }}</ref>
Kutipan ini berasal dari Sutasoma pupuh 139 bait 5. Bait lengkapnya berbunyi sebagai berikut:
<blockquote><poem>''Rwâneka dhâtu winuwus Buddha Wiswa,''
''Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,''
''Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal,''
''Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.''</poem></blockquote>
Semula puisi tersebut dimaksudkan untuk mempromosikan toleransi beragama antara agama Hindu dan Buddha, khususnya mempromosikan doktrin sinkretis Siwa-Buddha..<ref name="Siva-Buddha"/>
Dalam ''Yingya Shenglan'', Ma Huan menjelaskan sistem penulisan yang digunakan di Majapahit. Untuk penulisannya, mereka telah mengenal abjad dengan menggunakan huruf So-li (Chola — Coromandel/India Selatan). Tidak ada kertas atau pulpen, mereka menggunakan ''Chiao-chang'' (kajang) atau daun lontar, ditulis dengan cara dikikis dengan pisau tajam. Mereka juga memiliki sistem bahasa dan tata bahasa yang berkembang.<ref name=yingyai />
===Arsitektur===
{{multiple image
| total_width = 410
| image1 = Close-up of KITLV 28318 - Isidore van Kinsbergen - Relief on the first gallery on the east side of Panataran near Blitar - 1867-02-1867-06 walls, gate, and tower.jpg
| image2 = Close-up of KITLV 28291 - Isidore van Kinsbergen - Relief on the first gallery on the north side of Panataran near Blitar - 1867-02-1867-06 walls, gate, watchtower, and citizens.jpg
| footer = Relief candi Penataran, menggambarkan tembok, gerbang, menara, dan warga.
}}
Dalam bukunya ''Yingya Shenglan'', Ma Huan juga menggambarkan kota-kota Majapahit: Sebagian besar tidak memiliki tembok yang mengelilingi kota atau pinggiran kota. Ia menggambarkan istana raja di Majapahit. Kediaman raja dikelilingi tembok bata merah tebal setinggi lebih dari tiga ''chang'' (sekitar 30 kaki 7 inci atau 9,32 meter), dengan panjang lebih dari 200 langkah (340 yard atau 310 meter) dan pada dindingnya terdapat dua lapis. dari gerbang, istana dijaga dengan sangat baik dan bersih. Istana raja berbentuk bangunan dua lantai, masing-masing setinggi 3 atau 4 ''chang'' (9,32–12,42 meter atau 30,58–40,75 kaki). Lantainya terbuat dari papan kayu dan tikar terbuka terbuat dari rotan atau alang-alang (mungkin daun palem), tempat orang duduk bersila. Atapnya terbuat dari atap kayu keras (bahasa Jawa: ''sirap'') yang dipasang genteng.<ref name=yingyai /> Gambaran istana ini sangat berbeda dengan gambaran Odoric dari Pordenone yang mengunjungi Majapahit pada abad sebelumnya, pada masa pemerintahan Jayanegara (1309–1328).<ref>{{Cite journal|last=Colless|first=Brian E.|date=September 1968|title=Giovanni de' Marignolli: An Italian Prelate at the Court of the South-East Asian Queen of Sheba|url=http://dx.doi.org/10.1017/s0217781100004737|journal=Journal of Southeast Asian History|volume=9|issue=2|pages=325–341|doi=10.1017/s0217781100004737|issn=0217-7811|access-date=2023-09-30|archive-date=2024-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20240220135607/https://www.cambridge.org/core/journals/journal-of-southeast-asian-history/article/abs/giovanni-de-marignolli-an-italian-prelate-at-the-court-of-the-southeast-asian-queen-of-sheba/64DCF20550AF8090CB8840FDB963B74E|dead-url=no}}</ref>{{rp|332}} Perbedaan ini terjadi karena Ma Huan kemungkinan besar berada pada area khusus yang diperuntukkan bagi utusan, yang jaraknya masih 1,5 hari perjalanan dari istana Majapahit yang sebenarnya.<ref name="kampungmaja">{{Cite web |last=Nugroho |first=Irawan Djoko |date=16 Mei 2022 |title=Kampung Majapahit Salah Desain Salah Konsep |url=https://www.nusantarareview.com/kampung-majapahit-salah-desain-salah-konsep.html |access-date=30 September 2023 |website=Nusantara Review |archive-date=2023-04-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230401095736/https://www.nusantarareview.com/kampung-majapahit-salah-desain-salah-konsep.html |dead-url=no }}</ref>
Odoric menggambarkan istana ini secara lebih rinci: Istana Majapahit digambarkan lebih kaya dan lebih bagus daripada istana mana pun yang ada pada saat itu di dunia. Tangganya megah, lebar, dan tinggi; dimana anak tangganya terbuat bergantian dari emas dan perak. Jalan istana dibuat bergantian dengan satu ubin emas dan satu lagi dari perak, dan dinding bagian dalam seluruhnya dilapisi emas, dengan patung ksatria dari emas yang dihias dengan batu-batu berharga. Langit-langit istana Majapahit terbuat dari emas murni.<ref name=":19" />{{rp|87}}
Menurut Ma Huan, rumah-rumah rakyat jelata beratap jerami (daun nipah). Setiap keluarga mempunyai gudang penyimpanan yang terbuat dari batu bata, sekitar 3 atau 4 ''chi'' (48,9 inci atau 1,24 meter) di atas tanah, tempat mereka menyimpan harta keluarga, dan mereka tinggal di atas bangunan ini, untuk duduk dan tidur.<ref name="yingyai" /> Tidak semua rumah di Jawa terlihat seperti ini: Menurut buku ''[[Sejarah Dinasti Song]]'', rumah-rumah di Jawa besar dan indah — mereka dihiasi dengan emas dan batu [[giok]]. Kronik tersebut juga mencatat bahwa ketika para pedagang Tionghoa tiba di sana, mereka diterima sebagai tamu di sebuah bangunan umum.<ref name="notes on the malay archipelago" />{{rp|16}}<ref>{{Cite web |last=Yang |first=Shao-yun |date=15 Juni 2020 |title=A Chinese Gazetteer of Foreign Lands: A new translation of Part 1 of the Zhufan zhi 諸蕃志 (1225) |url=https://storymaps.arcgis.com/stories/39bce63e4e0642d3abce6c24db470760 |access-date=19 Oktober 2023 |website=Storymaps |archive-date=2023-02-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20230201192535/https://storymaps.arcgis.com/stories/39bce63e4e0642d3abce6c24db470760 |dead-url=no }}</ref> Ini menunjukkan bahwa Ma Huan belum sampai di pusat ibukota Majapahit, dan hanya mengamati daerah pinggiran saja.{{sfn|Nugroho|2011|p=138}}<ref name="kampungmaja" />
{{multiple image|perrow = 2|total_width=410
| image1 = Three reliefs of Candi Tegowangi, Dewi Kunti and Batari Durga (Sudamala story).jpg
| image2 = Oemah meten op het erf van de kantja te desa Kajoe Bihi in Bangli op Bali, KITLV 8351.tiff
| image3 = Vrouwen bezig met het stampen van rijst op een erf van een woning op Bali, KITLV 1400147.tiff
| image4 = COLLECTIE TROPENMUSEUM Straatgezicht in een dorp op Bali TMnr 10003533.jpg
| footer = Relief Candi Tegowangi dan rumah adat Bali. Arsitektur Bali sangat dipengaruhi oleh Majapahit.
}}
Arsitektur candi Majapahit mengikuti gaya Jawa Timur, berbeda dengan gaya Jawa Tengah sebelumnya. Gaya candi Jawa Timur ini juga berasal dari zaman Kediri sekitar abad ke-11. Bentuk candi Majapahit cenderung ramping dan tinggi, dengan atap yang dibangun dari beberapa bagian berundak membentuk gabungan struktur atap melengkung ke atas mulus menciptakan ilusi perspektif bahwa candi dianggap lebih tinggi dari tinggi sebenarnya. Puncak candi biasanya berbentuk kubus (kebanyakan candi Hindu), kadang berbentuk dagoba berbentuk silinder (candi Budha). Meskipun beberapa candi yang berasal dari zaman Majapahit menggunakan batu andesit atau batu pasir, bata merah juga merupakan bahan konstruksi yang populer.
{{multiple image
| align = left
| total_width = 250
| image1 = Bajang Ratu Gate Trowulan.jpg
| image2 = Candi Jabung B.JPG
| footer = '''Kiri ke kanan''':<br>
*Gerbang Bajang Ratu, sebuah paduraksa setinggi 16,5 meter di Trowulan mencerminkan kemegahan Majapahit.
*Candi Jabung dekat Paiton, Probolinggo, Jawa Timur, berasal dari zaman Majapahit.
}}
Meskipun batu bata pernah digunakan pada candi zaman klasik Indonesia, arsitek Majapahit abad ke-14 dan ke-15 lah yang menguasainya.<ref name="Schoppert1997"/> Dengan memanfaatkan lesung nira dan gula aren, candi mereka memiliki kualitas geometris yang kuat. Contoh candi Majapahit adalah Candi Brahu di Trowulan, Candi Pari di Sidoarjo, Candi Jabung di Probolinggo, dan Candi Surawana dekat Kediri. Candi Jabung disebutkan di Nagarakretagama sebagai Bajrajinaparamitapura, meskipun beberapa bagian atap dan puncaknya kini hilang, namun merupakan salah satu arsitektur candi Majapahit yang paling terpelihara. Contoh lainnya adalah Candi Gunung Gangsir dekat Pasuruan. Beberapa candi berasal dari masa sebelumnya namun direnovasi dan diperluas pada masa Majapahit, seperti Penataran, candi terbesar di Jawa Timur yang dibangun pada zaman Kediri. Candi ini diidentifikasi di Nagarakretagama sebagai Candi Palah dan dilaporkan dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk selama tur kerajaannya di Jawa Timur. Candi terkenal lainnya dengan gaya Jawa Timur adalah Candi Jawi di Pandaan — juga dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk, candi tersebut disebutkan di Nagarakretagama sebagai Jawawa, dan didedikasikan sebagai candi pemakaman untuk kakek buyutnya, Raja Kertanegara dari Singhasari.
Beberapa gaya arsitektur khas diyakini berkembang pada masa Majapahit; seperti gapura bata merah beratap tinggi dan ramping yang biasa disebut ''kori agung'' atau ''paduraksa'', serta gapura candi bentar yang terbelah. Gapura Wringin Lawang terbelah besar yang terletak di Jatipasar, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, merupakan salah satu candi bentar tertua dan terbesar yang masih ada yang berasal dari zaman Majapahit. Candi bentar berbentuk struktur candi khas Majapahit — terdiri dari tiga bagian; kaki, badan, dan atap tinggi — dibagi rata menjadi dua struktur cermin untuk membuat jalan di tengah agar orang bisa lewat. Jenis gerbang terpisah ini tidak memiliki pintu dan tidak memberikan tujuan pertahanan nyata selain mempersempit jalur. Mungkin hanya untuk tujuan seremonial dan estetika, untuk menciptakan kesan keagungan, sebelum memasuki kompleks berikutnya melalui gerbang paduraksa beratap tinggi dengan pintu tertutup. Contoh gapura bergaya kori agung atau paduraksa adalah gapura Bajang Ratu yang anggun dan kaya akan hiasan setan Kala, cyclop, dan juga relief yang menceritakan kisah Sri Tanjung. Gaya arsitektur khas Majapahit tersebut sangat mempengaruhi arsitektur Jawa dan Bali pada periode selanjutnya. Maraknya pendopo gaya Majapahit, candi bentar dan gerbang paduraksa saat ini disebabkan oleh pengaruh estetika Majapahit pada arsitektur Jawa dan Bali.<ref name="Made Wijaya">{{cite book | title = Majapahit Style Vol.1 | author = Made Wijaya | publisher = Wijaya Words - a division of Yayasan Beringin Berapi | year = 2014 | isbn = 9786027136700 | url = https://books.google.com/books?id=J3GMBAAAQBAJ }}{{Dead link|date=August 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
[[File:Looking down from the top of Cetho Temple, 2016-10-13.jpg|thumb|right|Teras berundak, pendopo, dan gerbang terbelah kompleks Candi Cetho di lereng Gunung Lawu]]
Pada periode selanjutnya menjelang jatuhnya Majapahit, seni dan arsitektur Majapahit menyaksikan kebangkitan elemen arsitektur megalitik asli asli Austronesia, seperti candi Sukuh dan Cetho di lereng barat Gunung Lawu. Berbeda dengan candi-candi Majapahit sebelumnya yang memperlihatkan arsitektur khas Hindu dengan struktur menjulang tinggi, bentuk candi-candi ini adalah piramida berundak, sangat mirip dengan piramida Mesoamerika. Struktur piramida berundak yang disebut Punden Berundak (gundukan berundak) adalah struktur megalitik yang umum pada zaman prasejarah Indonesia sebelum adopsi budaya Hindu-Buddha.
== Ekonomi ==
[[Berkas:Majapahit, Piggy Bank.jpg|
Majapahit merupakan negara [[agraris]] dan sekaligus negara [[perdagangan]].<ref name="
''[[Daoyi Zhilüe|Daoyi Zhi]]'', yang ditulis sekitar 1339 M, menyebutkan tentang kekayaan dan kemakmuran Jawa pada masa itu:<blockquote>"Ladang-ladang di Jawa kaya dan tanahnya rata dan berair baik, maka dari itu gandum dan beras berlimpah, dua kali lipat di negara lain. Orang-orang tidak mencuri, dan apa yang dijatuhkan di jalan tidak diambil. Pepatah umum: "Jawa yang makmur" berarti negara ini. Pria dan wanita menutup kepala mereka dan mengenakan pakaian panjang."<ref>{{Cite journal|last=Groeneveldt|first=Willem Pieter|date=1896|title=Supplementary Jottings to the "Notes on the Malay Archipelago and Malacca Compiled from Chinese Sources" by W. P. Groeneveldt|url=https://archive.org/details/supplementary-jottings-malay-archipelago/mode/2up|journal=T'oung Pao|volume=7|pages=113–134|doi=10.1163/156853296X00131}}</ref>{{rp|124|}}
</blockquote>Beberapa gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di dalam negeri ([[Mandala (sejarah Asia Tenggara)|mandala]] Jawa).<ref name="Millet 107"/> Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit.
Menurut catatan [[Wang Dayuan]], [[pedagang]] [[Tiongkok]], komoditas [[ekspor]] Jawa pada saat itu ialah [[lada]], [[garam]], kain, dan [[burung]] [[Kakaktua]], sedangkan komoditas impornya adalah [[mutiara]], [[emas]], [[perak]], [[sutra]], barang keramik, dan barang dari [[besi]]. [[Mata uang]]nya dibuat dari campuran [[perak]], [[timah putih]], [[timah hitam]], dan [[tembaga]].<ref name="SNI434">Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 434-435.</ref> Selain itu, catatan [[Odorico da Pordenone]], biarawan [[Katolik Roma]] dari [[Italia]] yang mengunjungi Jawa pada tahun [[1321]], menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan [[permata]].<ref name="SNI431">Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 431-432.</ref>
Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor pertama adalah kesuburan lahan di lembah Sungai [[Brantas]] dan [[Bengawan Solo]] di dataran rendah [[Jawa Timur]] utara mendukung pertanian [[padi]]. Pada masa jayanya Majapahit membangun berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor kedua adalah pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa yang berperan penting sebagai ekspor-impor serta transit bagi komoditas [[rempah-rempah]] dari timur ([[Maluku]]). Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.<ref name="Millet 107"/>
Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemasyhuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari [[India]], [[Khmer]], [[Siam]], dan [[Tiongkok]]. Pajak khusus dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari [[India]] dan [[Tiongkok]] yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.<ref name="SNI220">Poesponegoro & Notosusanto (1990), hal. 220.</ref>
Selama era Majapahit, hampir semua komoditas dari Asia ditemukan di Jawa. Ini dikarenakan perdagangan laut ekstensif yang dilakukan oleh kerajaan Majapahit yang menggunakan berbagai jenis kapal, terutamanya jong, untuk berdagang ke tempat-tempat yang jauh.{{sfn|Nugroho|2011|p=56-60, 286-291}} Ma Huan (penerjemah Cheng Ho) yang mengunjungi Jawa pada 1413, menyatakan bahwa pelabuhan di Jawa adalah memperdagangkan barang dan menawarkan layanan yang lebih banyak dan lebih lengkap daripada pelabuhan lain di Asia Tenggara.{{sfn|Nugroho|2011|p= 233-234, 239-241}}
== Struktur pemerintahan ==
Baris 144 ⟶ 373:
=== Pembagian wilayah ===
[[Berkas:Majapahit Core and Provinces.svg|
Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari,<ref name="slametmuljana"/> terdiri atas beberapa kawasan tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.
Saat Majapahit memasuki era [[kemaharajaan]] [[Thalasokrasi]] saat pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:
* '''''Negara Agung''''', atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah ibu kota kerajaan dan wilayah sekitarnya di mana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua provinsinya yang dikelola oleh para ''Bhre'' (bangsawan), yang merupakan kerabat dekat raja.
* '''''Mancanegara''''', area yang melingkupi ''Negara Agung''. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk di dalamnya seluruh daerah Pulau [[Jawa]] lainnya, [[Pulau Madura|Madura]], [[Bali]], dan juga [[Kerajaan Melayu|Dharmasraya]], [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]], [[Lampung]] dan [[Palembang]] di [[Sumatra]].
* '''''Nusantara''''', adalah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di [[Maluku]], [[Kepulauan Nusa Tenggara]], [[Sulawesi]], [[Kalimantan]], dan [[Semenanjung Malaya]].
Ketiga kategori tersebut masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri.
== Luas wilayah ==
{{Main|Wilayah Majapahit}}
=== Menurut kitab Negarakretagama ===
[[Berkas:Majapahit Empire id.svg|thumb|Peta yang menunjukkan wilayah kekuasaan Majapahit menurut [[Negarakertagama]]]]
Menurut ''[[Kakawin Nagarakretagama]]'' pupuh XIII–XV, [[Wilayah taklukan Majapahit|daerah kekuasaan Majapahit]] meliputi [[Sumatra]], [[semenanjung Malaya]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], kepulauan [[Nusa Tenggara]], [[Maluku]], [[Papua]], Tumasik ([[Singapura]]) dan sebagian kepulauan [[Filipina]].<ref name="SNI_4362"/> Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
=== Menurut prasasti Jayanegara II ===
Prasasti Tuhañaru/Jayanagara II, berasal dari tahun 1245 Saka/1323 Masehi, mencatat aneksasi wilayah di luar Jawa:<blockquote>... seperti bulan yang membuka kembang tunjung-jantung dari perkampungan segala orang baik-baik; yang membinasakan segala musuh; seperti matahari yang melenyapkan kegelapan pada waktu malam hari, yang digembirakan Wipra dan Satria, yang berbahagia dapat bertegak nama penobatan raja, berbunyi: Iswara Sundarapandyadewa, ...</blockquote>Menurut H.B. Sarkar, gelar raja Jayanegara ini menandakan bahwa Majapahit memegang kekuasaan tinggi (''suzerainty'') atas raja Pandia di India Selatan.{{sfn|Nugroho|2009|p=142}}
=== Menurut Hikayat Raja-Raja Pasai ===
[[Hikayat Raja-raja Pasai|Hikayat Raja-Raja Pasai]] mencatat banyak wilayah Majapahit:{{sfn|Nugroho|2009|p=128-129}}
{| class="wikitable"
|+
!Nama
!Interpretasi
|-
|Pasai
|Pasai /Aceh
|-
|Tembelan
|Kep.Tembelan ,Bintan,Riau
|-
|Siontan
|Pulau Siantan ,Riau
|-
|Jemaja
|Kep. Jemaja ,Anambas,Kepri
|-
|Bunguran
|Kep.Bunguran / Kep.Natuna
|-
|Serasan
|P. Serasan / Kepri
|-
|Subi
|Pulau Cebu di Filipina
|-
|Pulau Laut
|Pulau Pangkor Laut ,Perak
|-
|Tioman
|[[Pulau Tioman]]
|-
|Pulau Tinggi
|Pulau Tinggi ,Johor
|-
|Pemanggil
|Pulau Pemanggil ,johor
|-
|Krimat
|P.Keremat sabah
|-
|Belitang
|Pulau Belitung,Kepri
|-
|Bangka
|Pulau Bangka, Kepri
|-
|Lingga
|Kep.Lingga ,Riau
|-
|Riau
|Riau
|-
|Bintan
|Pulau Bintan
|-
|Bulong
|Pulau Buton
|-
|Sambas
|Sambas
|-
|Mempauh
|Daerah Mempauh di Kalimantan
|-
|Sukadana
|Daerah Sukadana
|-
|Kota Waringin
|Kotawaringin
|-
|Banjar Masin
|Banjarmasin
|-
|Pasir
|Paser ,Penajam Kaltara
|-
|Kotai
|Kutai Kaltim
|-
|Berau
|Daerah Berau di Kalimantan
|-
|Jambi
|Jambi
|-
|Palembang
|Palembang
|-
|Ujung Tanah
|Semenanjung Malaya
|-
|Banda
|Pulau Banda
|-
|Bima
|Pulau Bima
|-
|Sembawa
|Pulau Sumbawa
|-
|Silamprang
|Pulau Selaparang /Lombok
|-
|Asiran
|P. Asiran, Paserang,sumbawa
|-
|K.r.tok
|Kerato ,sumbawa,NTB
|-
|Bali
|Bali
|-
|Balembangan
|[[Blambangan, Muncar, Banyuwangi|Blambangan]] di Jawa Timur
|}
=== Menurut Kidung Sunda ===
Berdasarkan Kidung Sunda pupuh 1 bait 54b dan 65a, kekuasaan Majapahit meliputi Palembang, Tumasik (Singapura), Sampit, Madura, Bali, Koci (''[[Cochinchina]]'', Vietnam), Wandan ([[Banda, Maluku Tengah]]), Tanjungpura (Kalimantan) dan Sawakung (Pulau Sebuku).<ref>Berg, C.C. (1927). [[iarchive:in.ernet.dli.2015.530847/page/n11/mode/2up|Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen]]. ''BKI'' 83: 1–161.</ref>{{Rp|20, 23}}{{sfn|Nugroho|2009|p=136-138}}
=== Menurut Kidung Harsa-Wijaya ===
Kidung Harsa Wijaya mencatat wilayah Majapahit di luar Jawa antara lain Bali, Tatar, Tumasik, Sampi, Gurun, Wandan, Tanjung-pura, Dompo, Palembang, Makasar, dan Koci.{{sfn|Nugroho|2011|p=152}}
=== Menurut Pararaton ===
Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah pusat Majapahit, yang dikelola oleh kerabat dekat raja.
{|class="wikitable" border="1" width="80%"
!width="30px"|No
!width="300px"|Provinsi
!width="120px"|Gelar
!width="140px"|Penguasa
!width="260px"|Hubungan dengan Raja Hayam Wuruk
|-
|1
|
|Bhre Kahuripan
|Tribhuwanatunggadewi
Baris 169 ⟶ 544:
|-
|2
|[[Daha]] (
|Bhre Daha
|Rajadewi Maharajasa
Baris 175 ⟶ 550:
|-
|3
|[[Tumapel]] (
|Bhre Tumapel
|Kertawardhana
Baris 181 ⟶ 556:
|-
|4
|[[Wengker]] (sekarang [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]])
|Bhre Wengker
|Wijayarajasa
Baris 193 ⟶ 568:
|-
|6
|[[Wirabhumi]] (
|Bhre Wirabhumi
|Bhre Wirabhumi<ref group="Catatan">Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Adipati dari Wirabhumi (Blambangan), nama aslinya tidak diketahui. Ia disebut sebagai Bhre Wirabhumi di Pararaton. Dia menikahi Nagawardhani, keponakan raja.</ref><sup>1</sup>
|anak dari selir
|-
|7
Baris 207 ⟶ 582:
|[[Kabalan]]
|Bhre Kabalan
|Kusumawardhani<ref name=":0" group="Catatan">Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan raja), pasangan ini menjadi ahli waris bersama.</ref><sup>2</sup>
|anak perempuan dari permaisuri
|-
|9
Baris 217 ⟶ 592:
|-
|10
|[[Kadipaten Lasem|Lasem]] (
|Bhre Lasem
|Rajasaduhita Indudewi
Baris 223 ⟶ 598:
|-
|11
|[[Kadipaten Pajang|Pajang]] (sekarang [[Surakarta]])
|Bhre Pajang
|Rajasaduhita Iswari
Baris 229 ⟶ 604:
|-
|12
|
|Bhre Mataram
|Wikramawardhana<ref name=":0" group="Catatan" /><sup>2</sup>
|keponakan laki
|-
|
Catatan:<br
<sup>'''1'''</sup> Bhre Wirabhumi sebenarnya adalah gelar: Pangeran Wirabhumi (blambangan), nama aslinya tidak diketahui dan sering disebut sebagai Bhre Wirabhumi dari Pararaton. Dia menikah dengan Nagawardhani, keponakan perempuan raja.<br
<sup>'''2'''</sup> Kusumawardhani (putri raja) menikah dengan Wikramawardhana (keponakan laki-laki raja), pasangan ini lalu menjadi pewaris tahta.
|}
[[Berkas:Parvati Majapahit 2.JPG|
=== Menurut prasasti Waringin Pitu ===
Sedangkan dalam [[Prasasti Waringin Pitu]] ([[1447]] M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar ''Bhre''.<ref>Nastiti, Titi Surti. ''Prasasti Majapahit'', dalam situs [https://web.archive.org/web/20081222233648/http://www.majapahit-kingdom.com/cms/index.php?option=com_content&task=view&id=10&Itemid=7 www.Majapahit-Kingdom.com] dari Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Jumat, 22 Juni 2007.</ref> Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:
{{Col-begin|width=}}
{{Col-5}}
* [[Kahuripan]]
* [[Daha]]
* [[Tumapel]]
{{Col-5}}
* [[Wengker]]
* [[Matahun]]
* [[Wirabumi]]
{{Col-5}}
* [[Kabalan]]
* [[Kembang Jenar]]
* [[Kadipaten Pajang|Pajang]]
{{Col-5}}
* [[Jagaraga]]
Baris 266 ⟶ 643:
{{Col-end}}
=== Menurut naskah Calon Arang ===
Kisah Calon Arang disebutkan dalam beberapa manuskrip, aslinya ditulis pada era Jawa klasik (sebelum jatuhnya Majapahit pada tahun 1527). Manuskrip-manuskrip yang ada menyebut [[Kesultanan Melaka|Malaka]], sebuah kesultanan yang berdiri antara tahun 1400 sampai 1511 M. Manuskrip yang bertahan sebagian besar ditemukan di Bali dengan tanggal setelah 1500 Masehi. Wilayah yang disebutkan adalah:{{sfn|Nugroho|2011|p=36-37}}<ref>{{Cite book |last=Suyami |title=Refleksi Nilai Budaya Jawa dalam Serat Calon Arang versi R. Wiradat |last2=Sumarno |publisher=Balai Pelestarian Nilai Budaya |location=Yogyakarta |pages=1-3, 66-67}}</ref>
{| class="wikitable"
|+
!Nama
!Interpretasi
|-
|Melayu
|[[Kerajaan Melayu]]
|-
|Palembang
|Palembang
|-
|Jambi
|Jambi
|-
|Bengkulu
|[[Bengkulu]]
|-
|Malaka
|[[Malaka (negara bagian)|Malaka]], Malaysia
|-
|Singapura
|Singapura
|-
|Patani
|Patani
|-
|Pahang
|Pahang
|-
|Siyem
Siam
|Siam
|-
|Cempa
Campa
|Champa atau suatu tempat di Kamboja
|-
|Cina
|China
|-
|Koci
|Suatu tempat di Vietnam
|-
|Keling
Banakeling
|Pandaya,India
|-
|Tartar
Tatar
|Mongol (?)
|-
|Pego
Pegu
|Pegu, suatu tempat di Burma
|-
|Kedah
|Kedah
|-
|Kutawaringin
|[[Kerajaan Kotawaringin|Kotawaringin]]
|-
|Kute
|Kutai
|-
|Bangka
|Bangka
|-
|Sunda
|Sunda
|-
|Madura
|Madura
|-
|Pedie
|[[Pidie]], Aceh
|-
|Kangayan
Kangean
|[[Pulau Kangean]]
|-
|Makassar
|Makassar
|-
|Seran
|Pulau Seram di Maluku
|-
|Goran
Goram
|[[Kepulauan Gorom]], Maluku
|-
|Pandan
Wandan
|Wandan atau pulau Pandan
|-
|Peleke
|Palaka Bone , Sulsel
|-
|Moloko
Maluku
|Maluku
|-
|Bolo
|Pulau Bulu Polo'e, Sulawesi Selatan
Bolo, merujuk pada beberapa tempat di Filipina
|-
|Dompo
|[[Kerajaan Dompu|Dompu]]
|-
|Bima
|[[Kabupaten Bima|Bima]]
|-
|Banda
|Banda
|-
|Timur
|Timor
|-
|Sasak
|Lombok
|-
|Sambawa
Sumbawa
|Sumbawa
|}
=== Menurut buku Suma Oriental ===
Buku Suma Oriental karya Tomé Pires yang ditulis tahun 1515 mencatat bahwa Jawa (Majapahit) memerintah sejauh Maluku di sisi timur dan sebagian besar sisi barat Nusantara; dan hampir seluruh pulau Sumatra berada di bawah kekuasaannya dan menguasai semua pulau yang diketahui orang Jawa. Majapahit menguasai semua ini untuk waktu yang lama sampai sekitar seratus tahun sebelumnya, ketika kekuatannya mulai berkurang hingga menjadi seperti saat tahun kunjungan Pires di Jawa (Maret–Juni 1513).<ref name=":3" />{{Rp|174}}
=== Menurut kitab Sulalatus Salatin ===
Berdasarkan kitab [[Sulalatus Salatin]] (Sejarah Melayu), daerah Majapahit diantaranya:
* [[Kerajaan Indragiri|Indragiri]] di Sumatra dan [[Siantan (Pontianak)|Siantan]] (sekarang [[Pontianak]] pada pesisir barat [[Kalimantan]]), yang menurut [[Sulalatus Salatin]], diberikan sebagai hadiah pernikahan kepada [[Kesultanan Malaka]] atas pernihkahan sultan [[Mansur Syah dari Malaka]] dengan putri Majapahit. Sultan Mansur Syah memerintah pada tahun 1459–1477, sehingga pada tahun 1447 artinya Indragiri dan Siantan masih dibawah kekuasaan Majapahit.
* [[Jambi]] dan [[Palembang]], yang hanya mulai lepas dari genggaman Majapahit ketika diambil-alih oleh [[Kesultanan Demak]]<ref name=":3" />{{rp |page=154-155}} pada saat masa perangnya melawan Majapahit yang diperintah Ranawijaya.
* Dan [[Bali]] yang merupakan daerah pengungsian terakhir para bangsawan, seniman, pendeta dan penduduk agama Hindu di Jawa ketika Majapahit runtuh oleh Demak.
=== Menurut Hikayat Banjar ===
Wilayah Majapahit yang dicatat [[Hikayat Banjar]] adalah: Jawa, Bantan ([[Banten]]), Palembang, Mangkasar (Makassar), Pahang, Patani, Bali, Pasai, Campa, Maningkabau (Minangkabau),{{sfn|Nugroho|2009|p=140}} Jambi, Bugis (daerah [[suku Bugis]]), Johor, dan Acih (Aceh).<ref group="Catatan">Kutipan Hikayat Banjar 1047: "Maka raja Majapahit itu bartambah-tambah kabasarannya, banyak raja-raja yang takluk kapadanya itu: sakaliannya orang tanah Jawa dan Bantan, Jambi, Palembang, Mangkasar, Pahang, Patani dan Bali dan Pasai dan Campa, sampai kapada orang tanah Maningkabau tatkala pada zaman itu sama takluk pada raja Majapahit ...", dan Kutipan Hikayat Banjar 3119: "Tunggul Amatung mangkubuminya Patih Gajah Mada itu, sakaliannya orang besar-besar di tanah Jawa itu sama takluk pada raja Tunggul Amatung itu. Bantan, Jambi, Palembang, Bugis, Mangkasar, Johor, Patani, Pahang, Campa, Maningkabau, Acih, Pasai, sakaliannya nagri itu sama takluk pada raja Tunggul Amatung itu."</ref><ref>{{citation|author=Ras |first=Johannes Jacobus |title=Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography |publisher=Martinus Nijhoff |year=1968 |location=The Hague|p=1047, 3119}}</ref>
== Hubungan diplomatik ==
Hubungan diplomatik dengan negara lain dijelaskan dari Kakawin [[Nagarakretagama]] [[pupuh]] 15, [[bait]] 1 sampai 3.<ref>{{cite web |title = Materials for the Medieval History of Indonesia |url = http://www.spaetmittelalter.uni-hamburg.de/java-history/JavaNK/Java1365.Nagara-Kertagama.Canto.13-16.html |access-date = 2019-02-15 |archive-date = 2023-06-21 |archive-url = https://web.archive.org/web/20230621060351/https://www.spaetmittelalter.uni-hamburg.de/java-history/JavaNK/Java1365.Nagara-Kertagama.Canto.13-16.html |dead-url = no }}</ref> Lengkapnya ialah:
{|cellpadding=2 cellspacing=2
|- bgcolor=#cccccc
! [[Bahasa kawi|Jawa Kuno]] !! Alih [[bahasa inggris]]
!Alih bahasa Indonesia
|-
|''nahan / lwir ning deśantara kacaya de śri narapati, tuhun / tang syangkayodyapura kimutang darmmanagari, marutma mwang ring rajapura nguniweh singhanagari, ri campa kambojanyat i yawana mitreka satata''
|Such is the aspect of the other countries, protected by the Illustrious Prince;
verily, to be sure: Syangkayodhyapura, together with Dharmanagari,
Marutma and Rajapura, and Singhanagari too,
Campa, Kamboja. Different is Yawana, that is a friend, regular
|Begitulah aspek dari negara-negara lain, yang dilindungi oleh Sri Narapati;
sesungguhnya, yang pasti: Syangkayodhyapura, bersama dengan Dharmanagari, Marutma dan Rajapura, dan juga Singhanagari, Campa, Kamboja. Yang berbeda Yawana, yang merupakan teman, sekutu
|-
|''kunong tekang nusa madura tatan ilwing parapuri, ri denyan tungal / mwang yawadarani rakwaikana danu, samudra(1) nanggung(2) bhumi(3) kta śaka kalanya karengö, teweknyan dadyapantara sasiki tatwanya tan adoh''
|Concerning now this island of Madura, this is not at all of the same aspect as the foreign kingdoms,
because of the fact that it has been one with the Yawa-country, so it is said, at that time in the past:
"The oceans carry a country" (124 = 202 A.D.), such is their Shaka-year, one hears,
their moment to become provided with an interstice; (nevertheless) they are one in essence, not far away (from each other).
|Mengenai pulau Madura sekarang ini, sama sekali tidak sama dengan kerajaan-kerajaan asing,
karena ia telah menjadi satu dengan negara Yawa, maka dikatakan, pada waktu itu di masa lalu: "Lautan membawa sebuah negara" (124 saka = 202 M), demikianlah tahun Saka mereka, terdengar, saat mereka terpisah; (namun) mereka satu pada hakekatnya, tidak jauh (satu sama lain).
|-
|''huwus rabdang dwipantara sumiwi ri śri narapati, padasthity awwat / pahudama wijil anken / pratimasa, sake kotsahan / sang prabhu ri sakhahaywanyan iniwö, bhujangga mwang mantrinutus umahalot / patti satata.''
|Already the other continents are getting ready to show obedience to the Illustrious Prince,
alike orderly they bring in all kinds of products every ordained season.
As an instance of the honoured Prabhu's exertion for all the good that is taken care of by him,
ecclesiastical officers and mandarins are sent to fetch the produce regularly.
|Benua lain sudah bersiap-siap untuk menunjukkan kepatuhan kepada Sri Narapati,
sama-sama teratur mereka membawa segala jenis hasil bumi setiap musim yang ditentukan. Sebagai contoh usaha Sang Prabhu yang terhormat untuk semua kebaikan yang diurusnya, bujangga dan para pegawai dikirim untuk mengambil hasil bumi secara teratur.
|}
Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba seperti ini kemudian diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai "[[Mandala (sejarah Asia Tenggara)|mandala]]", yaitu kesatuan yang politik ditentukan oleh pusat atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan dapat tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut.<ref>{{Cite web
|url = http://epublications.bond.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1007&context=cewces_papers&sei-redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2Furl%3Fsa%3Dt%26rct%3Dj%26q%3Dmandala%2520srivijaya%2520political%2520federation%26source%3Dweb%26cd%3D11%26ved%3D0CBgQFjAAOAo%26url%3Dhttp%253A%252F%252Fepublications.bond.edu.au%252Fcgi%252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D1007%2526context%253Dcewces_papers%26ei%3DxrfkTu3fKdDQrQfpmuCSCA%26usg%3DAFQjCNHApSYyFUfMf3LtiD2a95urqw-X5w%26sig2%3DSrOqXV_mGyJ6xCRIIOpJQA#search=%22mandala%20srivijaya%20political%20federation%22
|title = Mandala: from sacred origins to sovereign affairs in traditional Southeast Asia
|accessdate = 2011-12-11
|author = Rosita Dellios
|last = Dellios
|first = Rosita
|authorlink =
|coauthors =
|date = 2003-1-1
|year =
|month =
|work =
|publisher = Bond University Australia
|pages =
|format =
|language = inggris
|quote =
|archiveurl = https://web.archive.org/web/20120420042629/http://epublications.bond.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1007&context=cewces_papers&sei-redir=1&referer=http:%2F%2Fwww.google.co.id%2Furl%3Fsa=t&rct=j&q=mandala%20srivijaya%20political%20federation&source=web&cd=11&ved=0CBgQFjAAOAo&url=http%3A%2F%2Fepublications.bond.edu.au%2Fcgi%2Fviewcontent.cgi%3Farticle%3D1007%26context%3Dcewces_papers&ei=xrfkTu3fKdDQrQfpmuCSCA&usg=AFQjCNHApSYyFUfMf3LtiD2a95urqw-X5w&sig2=SrOqXV_mGyJ6xCRIIOpJQA#search=%22mandala%20srivijaya%20political%20federation%22
|archivedate = 2012-04-20
|dead-url = yes
}}</ref> Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya memiliki pemimpin asli penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan pusat di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, seperti [[Sriwijaya]] dan [[Kerajaan Khmer|Angkor]], serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; [[Ayutthaya]] dan [[Champa]].<ref>{{Cite web|title=Sejarah Kerajaan Majapahit: Asal-usul, Tokoh Penting, Kejayaan, Keruntuhan, hingga Peninggalan|url=https://daerah.sindonews.com/read/1202633/174/sejarah-kerajaan-majapahit-asal-usul-tokoh-penting-kejayaan-keruntuhan-hingga-peninggalan-1694830175|website=SINDOnews Daerah|language=id-ID|access-date=2024-02-23}}</ref>
Wilayah mancanegara atau luar negeri disebut pada Nagarakretagama pupuh 15 bait 1. Wilayah-wilayah itu antara lain Syangka (Siam), Ayodyapura (Ayutthaya), Dharmmanagari ([[Ligor]]), Marutma ([[Martaban]] atau [[Mergui]]), Rajapura ([[Provinsi Ratchaburi|Rajpuri]] di selatan Siam), Singhanagari ([[Provinsi Sing Buri|Singhapuri]] di cabang sungai Menam), Campa, dan Kamboja.<ref name=":10">{{cite book|last=Pigeaud|first=Theodoor Gautier Thomas|year=1962|title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume IV: Commentaries and Recapitulations|location=The Hague|publisher=Martinus Nijhoff|isbn=978-94-017-7133-7|edition=3 (revisi)}}</ref>{{Rp|35-36}} Hubungan antara Majapahit dengan wilayah-wilayah ini disebut ''kachaya'', yang berarti "terkena cahaya". Ini diartikan sebagai dilindungi atau dinaungi. Istilah "wilayah dilindungi" dalam tatanegara modern disebut sebagai wilayah [[protektorat]].<ref name=":15">{{cite book|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|year=2009|title=Meluruskan Sejarah Majapahit|publisher=Ragam Media}}</ref>{{Rp|234-235}}
Selain itu, pada pupuh 83 bait 4 dan 93 bait 1 disebut tempat-tempat yang menjadi asal para saudagar dan cendekiawan. Wilayah-wilayah itu adalah Jambudwipa (India), Cina, [[Karnataka]] (India Selatan), dan Goda ([[Gauḍa (kota)|Gauḍa]]).<ref name=":10" />{{Rp|35-36}} Yang berbeda sendiri adalah Yawana, sebagaimana dikatakan ''anyat i yawana mitreka satata'' (yang lain adalah Yawana yang merupakan sekutu tetap).<ref name=":15" />{{Rp|234}} Kern dan Pigeaud menganggap Yawana adalah Annam, tetapi mencatat bahwa Yawana adalah istilah Sanskerta untuk Yunani (Ionian), yang digunakan orang India untuk merujuk pada orang barbar. Kern mencatat orang India menyebut orang Muslim sebagai Yawana. Menurut Pigeaud, agak tidak mungkin Yawana merujuk pada orang Muslim. Ia menganggap Yawana sebagai Annam, karena pada waktu itu raja-raja Annam sangat kuat dan sangat aneh jika meminta perlindungan kepada Jawa.<ref name=":10" />{{Rp|35}} Irawan Djoko Nugroho menolak pendapat ini, karena Nagarakretagama dibuat tahun 1365, dan kekuatan Champa melebihi Annam (yang waktu itu merujuk pada [[Dai Viet]]). Majapahit yang mengalahkan Mongol tidak mungkin memiliki sekutu tetap yang lemah. Selain itu, Annam dalam bahasa Jawa kuno memiliki nama sendiri yakni [[Cochinchina|Koci]] (sekarang disebut ''Cochinchina'' untuk membedakannya dari [[Kochi, India|Kochi di India]]). Koci berasal dari bahasa Cina ''Jiāozhǐ'', dalam bahasa Kanton ''Kawci'', dan disebut ''Giao Chỉ'' di Vietnam. Oleh karena itu, Yawana lebih tepat diartikan sebagai Arab.{{sfn|Nugroho|2011|p=141-142}}<ref>Reid, Anthony. ''Southeast Asia in the Age of Commerce. Vol 2: Expansion and Crisis''. New Haven: Yale University Press, 1993. p211n.</ref><ref>{{Cite book|last=Gordon|first=Alijah|year=2001|title=The Propagation of Islam in the Indonesian-Malay Archipelago|publisher=Malaysian Sociological Research Institute|isbn=9789839986624|pages=316}}</ref>
== Daftar pejabat ==
=== Silsilah dinasti Rajasa ===
[[Berkas:Rajasa-Dynasty id.svg|jmpl|ka|320px |Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa [[Singhasari]] dan Majapahit. Penguasa ditandai dalam gambar ini.<ref>{{cite book |last =Bullough |first =Nigel|title =Historic East Java: Remains in Stone <!--Indonesian 50th independence day commemorative edition-->|publisher =ADLine Communications|date =1995 |location =Jakarta|pages =116–117 |unused_data = |editor-last=P. H.|editor-first=Mujiyono }}</ref>]]
Para penguasa Majapahit adalah penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh [[Ken Arok|Sri Ranggah Rajasa]], pendiri [[Wangsa Rajasa]] pada akhir abad ke-13.
Berikut adalah daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
=== Daftar maharaja ===
{| class="wikitable" style="text-align:center;"
|-
! No.
! Maharaja
! Mulai Jabatan
! Akhir Jabatan
! Jabatan <br> Sebelumnya
! Termuat Dalam
|-
|1.
|Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana<br>( [[Raden Wijaya|Nararya Sanggaramawijaya]] )
| 1293
| 1309
|Adipati [[Janggala]]
|[[Prasasti Mula Malurung]] (1255 M)<br>[[Kidung Harsawijaya]]<br>[[Kidung Panji Wijayakrama]]<br>[[Pararaton]]<br>[[Prasasti Kudadu]] (1294 M)<br>[[Prasasti Sukamerta]] (1296 M)
|-
|2.
|Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara<br>( [[Jayanagara]] )
|1309
|1328
|Bhre [[Daha]]
|[[Pararaton]]
|-
|3.
|Sri Tribhuwanottunggadewi Maharajasa Jayawisnuwardhani<br>( [[Tribhuwana Wijayatunggadewi|Dyah Gitarja]] )
| 1328
| 1350
|Bhre [[Kahuripan]]
|[[Pararaton]]
|-
|4.
|Maharaja Sri Rajasanagara<br>( [[Hayam Wuruk|Dyah Hayam Wuruk]] )
|1350
|1389
|Bhre [[Kahuripan]]
|[[Pararaton]]<br>[[Negarakertagama]]
|-
|5.
|Bhatara Hyang Wisesa Aji Wikramawardhana<br>( [[Wikramawardhana|Dyah Gagak Sali]] )
|1389
|1429
|Bhre [[Kahuripan]]
|[[Pararaton]]
|-
|6.
|Prabu Sri Suhita<br>( [[Suhita]] )
|1429
|1447
|Bhre [[Daha]]
|[[Pararaton]]
|-
|7.
|Sri Maharaja Wijayaparakramawardhana<br>( [[Kertawijaya|Dyah Kertawijaya]] )
|1447
|1451
|Bhre [[Tumapel]]
|[[Pararaton]]
|-
|8.
|Rajasawardhana Sang Sinagara<br>( [[Rajasawardhana|Dyah Wijayakumara]] )
| 1451
| 1453
|Bhre [[Kahuripan]]
|[[Pararaton]]
|-
|9.
|Girishawardhana<br>( [[Girishawardhana|Dyah Suryawikrama]] )
| 1456
| 1466
|Bhre [[Wengker]]
|[[Prasasti Waringin Pitu]] (1447 M) <br>[[Pararaton]]
|-
|10.
|Sri Adi Suraprabhawa Singhawikramawardhana Giripati Pasutabhupati Ketubhuta<br>( [[Suraprabhawa|Dyah Suraprabhawa]] )
| 1466
| 1468
|Bhre [[Pandansalas]]
|[[Pararaton]]
|-
|11.
|[[Kertabhumi|Bhre Kertabhumi]]
| 1468
| 1474
|Bhre [[Kertabhumi]]
|[[Babad Tanah Jawi]]
|-
|12.
|Prabhu Natha Sri Girindrawardhana<br>( [[Dyah Ranawijaya]] )
| 1474
| 1518
|Bhre [[Keling]]
|[[Prasasti Jiyu]]<br>[[Suma Oriental]]
|-
|13.
|Prabhu Udara<br>( [[Patih Udara]] )
| 1518
| 1527
|Perdana Menteri
|[[Babad Tanah Jawi]]<br>[[Suma Oriental]]
|}
<ref name="Ricklefs_55"/>
{{Main|Mahapatih}}
{| class="wikitable" style="text-align:center;"
|-
! No.
! Nama
! Mulai Jabatan
! Akhir Jabatan
! Jabatan <br> Sebelumnya
! Termuat Dalam
|-
|1.
|[[Nambi]]
| 1294
| 1316
|Dharmaputra
|[[Prasasti Sukamerta]] (1296 M)
|-
|2.
|[[Dyah Halayuda]] ([[Mahapati]])
|1316
|1323
|Mahamentri Katrini
|[[Prasasti Sidateka]] (1323 M)
|-
|3.
|[[Arya Tadah (Empu Krewes)]]
| 1323
| 1330
|
|[[Prasasti Berumbung]] (1329 M)
|-
|4.
|[[Mpu Nala]]
| 1330
| 1334
|
|[[Prasasti Palungan]] (1330 M)
|-
|5.
|[[Gajah Mada|Gajah Mada (Jirnodhara)]]
|1334
|1364
|Patih Daha
|[[Prasasti Batur]]<br>[[Prasasti Bendasari]]<br>[[Pararaton]]<br>[[Negarakertagama]]
|-
|6.
|[[Gajah Enggon]]
|1367
|1394
|Bhayangkara
|[[Pararaton]]
|-
|7.
|[[Gajah Manguri]]
|1394
|1398
|Bhayangkara
|[[Pararaton]]
|-
|8.
|[[Gajah Lembana]]
|1398
|1410
|Bhayangkara
|[[Pararaton]]
|-
|9.
|[[Tanaka (Patih)|Tanaka]]
| 1410
| ....
|
|[[Pararaton]]
|-
|10.
|[[Gajah Geger]]
| 1447
|
|
|[[Prasasti Waringin Pitu]] <br>(1447 M)
|-
|11.
|[[Wahan]]
| ....
| 1498
|
|[[Babad Tanah Jawi]]
|-
|12.
|[[Patih Udara|Udara]]
| 1498
| 1518
|Raja Muda di [[Kediri]]
|[[Babad Tanah Jawi]] <br>[[Suma Oriental]]
|}
Keterangan:
*Nama Patih dari no. 5 Sampai no. 9, tertulis dalam Kitab Pararaton.
=== Dharmaputra ===
{{Main|Dharmaputra (jabatan)}}
Dharmaputra disebut sebagai ''pengalasan wineh suka'', yang artinya "pegawai istimewa yang disayangi raja". Anggota Dharmaputra tersebut adalah [[Ra Kuti]], [[Ra Semi]], Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa.
{| class="wikitable"
|-
! Nama !! Jabatan !! Termuat Dalam
|-
|[[Aria Wiraraja|Arya Wiraraja]] ||Adipati Songeneb ([[Kabupaten Sumenep|Sumenep]])
<br>Merangkap Jabatan<br>Pasangguhan
||[[Prasasti Kudadu]] (1294)
|-
|[[Ranggalawe]]<br>(Arya Adikara) ||Adipati [[Kabupaten Tuban|Tuban]]
<br>Merangkap Jabatan<br>Pasangguhan
||[[Prasasti Kudadu]] (1294)
|-
|[[Ken Sora|Lembu Sora]] ||Adipati Ujung-galuh ([[Surabaya]])
<br>Patih Daha ([[Kabupaten Kediri|Kediri]])
||[[Prasasti Sukamerta]] (1296)
|-
|[[Arya Damar]] ||Adipati Palembang ([[Kota Palembang|Palembang]])
<br>Merangkap Jabatan<br>Senopati
||[[Babad Tanah Jawi]]
|-
|[[Raden Patah]] ||Adipati Demak ([[Kabupaten Demak]])
||[[Babad Tanah Jawi]]
|}
Sumber<ref>{{cite book|last=Mulyana|first=Slamet|year=2006|url=http://books.google.co.id/books?id=ZdZNN4iMab0C&pg=PA121&dq=sejarah+sumenep&hl=id&sa=X&ei=rnbgT5SnEobUrQewq732DA&ved=0CF8Q6AEwCA#v=onepage&q&f=false|title=Tafsir sejarah nagarakretagama|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=978-979-2552-546|pages=173 - 209|language=Indonesia|ref=harvnb|url-status=live|access-date=2012-06-19|archive-date=2024-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20240220140059/https://books.google.co.id/books?id=ZdZNN4iMab0C&pg=PA121&dq=sejarah+sumenep&hl=id&sa=X&ei=rnbgT5SnEobUrQewq732DA#v=onepage&q&f=false|dead-url=no}}</ref>
{| class="wikitable"
! Nama !! Jabatan !! Termuat Dalam
|-
|[[Adityawarman]]<br>(Mpu Aditya) ||Mantri Praudhatara<br>
(Wredda Menteri)
|[[Prasasti Manjusri]] (1343),
Prasasti Blitar (1330)
|-
|[[Mpu Nala]] ||Tumenggung ||Prasasti O.J.O. LXXXIV,
[[Prasasti Batur]], [[Prasasti Bendosari|Prasasti Bendasari]] (O.J.O. LXXXV), [[Prasasti Sekar]]
|-
|[[Mpu Prapanca]]<br>
||Hakim Tinggi dan Juru Tulis
|[[Negarakertagama]]
|}
Sumber<ref>{{cite book|last=Mulyana|first=Slamet|year=2006|url=http://books.google.co.id/books?id=ZdZNN4iMab0C&pg=PA121&dq=sejarah+sumenep&hl=id&sa=X&ei=rnbgT5SnEobUrQewq732DA&ved=0CF8Q6AEwCA#v=onepage&q&f=false|title=Tafsir sejarah nagarakretagama|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|isbn=978-979-2552-546|pages=173 - 209|language=Indonesia|ref=harvnb|url-status=live|access-date=2012-06-19|archive-date=2024-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20240220140059/https://books.google.co.id/books?id=ZdZNN4iMab0C&pg=PA121&dq=sejarah+sumenep&hl=id&sa=X&ei=rnbgT5SnEobUrQewq732DA#v=onepage&q&f=false|dead-url=no}}</ref>
== Daftar istilah ==
=== Nusantara ===
{{Main|Nusantara}}
=== Hasta Mandala ===
{{Main|Hasta Mandala}}
=== Mitreka Satata ===
{{Main|Mitreka Satata}}
=== Bhinneka Tunggal Ika ===
{{Main|Bhinneka Tunggal Ika}}
=== Girindrawarddhana ===
{{Main|Girindrawarddhana}}
=== Brawijaya ===
{{Main|Brawijaya}}
== Warisan budaya ==
{| class="wikitable sortable" border="1"
|-
!width="100"|Arca & Pusaka
!width="100"|Candi
!width="100"|Karya Sastra & Situs
!width="100"|Prasasti
|-
| <gallery mode="packed" widths="100" heights="100">
File:Statue of Hanuman with a yoni (14th century), Singapore Pinacothèque De Paris - 20160410.jpg|Patung Hanoman dengan yoni (abad ke-14)
File:129 Yaksini as Waterspout, mojokerto, East Java, 10-11th c (23463414596).jpg|Pancuran air Yakshini
File:Museum für Indische Kunst Dahlem Berlin Mai 2006 033.jpg|Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir. Koleksi Museum für Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
File:Indonesia, giava, epoca majapahit, shiva, XIV-XV sec.JPG|Arca Siwa abad ke-14 sampai 15
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Nis met een beeld uit de periode van Majapahit in een museum te Modjokerto TMnr 10026855.jpg|Arca Majapahit dari Mojokerto
</gallery>
[[Berkas:Cet-bang Majapahit.jpg|jmpl|300x300px|Meriam Cetbang Majapahit, dari [[The Metropolitan Museum of Art]], yang diperkirakan berasal dari tahun 1470–1478. Perhatikan adanya lambang [[Surya Majapahit]].]]
|
*[[Candi Bangkal]]
*[[Candi Brahu]]
*[[Candi Bocok]]
*[[Candi Boyolangu]]
*[[Candi Cetho]]
*[[Candi Dadi]]
*[[Candi Dermo]]
*[[Candi Deres]]
*[[Candi Gambar Wetan]]
*[[Candi Geneng]]
*[[Candi Selomangleng|Candi Goa Selomangleng]]
*[[Candi Gununggangsir]]
*[[Candi Jabung]]
*[[Candi Jedong]]
*[[Candi Kalicilik]]
*[[Candi Kedaton]]
*[[Candi Kendalisada]]
*[[Candi Kesiman Tengah]]
*[[Candi Kotes]]
*[[Candi Kunir]]
*[[Candi Meja|Candi Meja Boyolangu]]
*[[Candi Minak Jinggo]]
*[[Candi Mirigambar]]
*[[Candi Ngetos]]
*[[Candi Pamotan]]
*[[Candi Pari]]
*[[Candi Pasetran]]
*[[Candi Penataran]]
*[[Candi Plumbangan]]
*[[Candi Rimbi]]
*[[Candi Sanggrahan]]
*[[Candi Sawentar]]
*[[Candi Selokelir]]
*[[Candi Sepilar]]
*[[Candi Simping]]
*[[Candi Sukuh]]
*[[Candi Sumur]]
*[[Candi Surawana]]
*[[Candi Tawangalun]]
*[[Candi Tegowangi]]
*[[Candi Tepas]]
*[[Candi Tikus]]
*[[Candi Wonorejo Madiun]]
*[[Candi Wringin Branjang]]
|
*[[Kakawin Arjunawijaya|Kitab Arjunawijaya]]
*[[Kitab Kutaramanawa Dharmasastra]]
*[[Kidung Panji Wijayakrama|Kitab Panji Wijayakrama]]
*[[Kidung Harsawijaya|Kitab Harsawijaya]]
*[[Kidung Ranggalawe|Kitab Ranggalawe]]
*[[Ken Sora|Kitab Sorandaka]]
*[[Kakawin Nagarakretagama|Kitab Nagarakretagama]]
*[[Sundayana|Kitab Sundayana]]
*[[Kitab Sutasoma]]
*[[Tantu Pagelaran|Kitab Tantu Pagelaran]]
*[[Kitab Pararaton]]
*[[Kitab Usana Jawa]]
Beberapa ukiran relief candi dari masa Majapahit juga banyak mengabadikan fragmen cerita-cerita,<ref name="Munandar">Munandar AA. 2004. [https://web.archive.org/web/20230405135913/https://www.academia.edu/9482026/KARYA_SASTRA_JAWA_KUNO_YANG_DIABADIKAN_PADA_RELIEF_CANDI-CANDI_ABAD_KE-13_15_M KARYA SASTRA JAWA KUNO YANG DIABADIKAN PADA RELIEF CANDI-CANDI ABAD KE-13—15 M]. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 8, NO. 2, AGUSTUS 2004: 54-60.</ref> seperti:
*[[Bubuksah dan Gagangaking|Bhubuksah dan Gagangaking]]
*[[Garudayana|Garudeya]]
*[[Sudamala|Sudhamala]]
Selain itu, ada pula cerita lisan yang populer hingga masa kini, seperti:
*[[Cerita Panji]]
*[[Kisah Sri Tanjung|Sri Tanjung]]
Berikut adalah daftar Situs Budaya Majapahit :
*[[Gapura Bajang Ratu]]
*[[Gapura Wringin Lawang]]
*[[Pura Maospahit]]
*[[Situs Banjarsari]]
*[[Situs Trowulan]]
*[[Situs Kumitir]]
*[[Situs Kolam Segaran]]
*[[Situs Bhre Kahuripan]]
*[[Situs Pandan Kedungkeras]]
*[[Situs Watesumpak]]
*[[Situs Watu Kucur]]
*[[Situs Yoni Gambar]]
*[[Situs Yoni Lebak Jabung]]
*[[Situs Panji Gambyok]]
*[[Situs Goa Suci Palang]]
|
*[[Prasasti Kudadu]], (1294 M)
*[[Prasasti Sukamerta]], (1296 M)
*[[Prasasti Adan-adan]], (1301 M)
*[[Prasasti Balawi]], (1305 M)
*[[Prasasti Waruṅgahan]], (1305 M)
*[[Prasasti Prapancasarapura]], (1320 M)
*[[Prasasti Tuhanaru]], (1323 M)
*[[Prasasti Geneng|Prasasti Geneng II]], (1329 M)
*[[Prasasti Genjen]], (1347 M)
*[[Prasasti Ampeldento]], (1349 M)
*[[Prasasti Kusmala]], (1350 M)
*[[Prasasti Parung]], (1350 M)
*[[Prasasti Singhasari 1351|Prasasti Singhasari]], (1351 M)
*[[Prasasti Canggu]], (1358 M)
*[[Prasasti Biluluk]], (1366), (1393), (1395)
*[[Prasasti Kancana]], ([[tinulad]]) (860 M), dan (1367 M)
*[[Prasasti Gosari]], (1376 M)
*[[Prasasti Walandit]], (1381 M)
*[[Prasasti Karang Bogem]], (1387 M)
*[[Prasasti Katiden]], (1392 M)
*[[Prasasti Muhara Sunge Duren]], (1395 M), [[Merapi Barat, Lahat]], [[Sumatera Selatan]]
*[[Prasasti Damalung]], (1449 M)
*[[Prasasti Condrogeni I]], (1454 M)
*[[Prasasti Renek]], (1457 M)
*[[Prasasti Sendang Sedur]], (1463 M)
*[[Prasasti Waringin Pitu]], (1477 M)
*[[Prasasti Jiyu I|Prasasti Jiwu]] I, (1486 M)
*[[Prasasti Manah i Manuk]]
*[[Prasasti Rajasanagara]]
*[[Prasasti Batur]]
*[[Prasasti Sekar]]
*[[Prasasti Pamintihan]]
*[[Prasasti Satyapura]]
*[[Prasasti Marinci]]
*[[Prasasti Waharu]] ([[tinulad]])
*[[Prasasti Sumbut]] ([[tinulad]])
*[[Prasasti Wangwang Bangen]] ([[tinulad]])
|}
== Pusat inspirasi ==
Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya.
=== Legitimasi politik ===
Kesultanan-kesultanan Islam [[Kesultanan Demak|Demak]], [[Kesultanan Pajang|Pajang]], dan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungan ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunannya melalui [[Brawijaya|Kertabhumi]]; pendirinya, [[Raden Patah]], menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang ''Putri Cina'', yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh [[Sultan Agung]] sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibu kota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para rajanya dengan keluarga kerajaan Majapahit—sering kali dalam bentuk makam leluhur, yang di Jawa merupakan ''bukti'' penting—dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit, dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.<ref name="Schoppert1997"/>
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern, termasuk mereka yang terlibat [[Kebangkitan nasional|Gerakan Kebangkitan Nasional]] di awal abad ke-20, telah merujuk pada Majapahit, disamping [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]], sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini.<ref name=":11" />{{rp|37}} Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an, [[Partai Komunis Indonesia]] menyampaikan visinya tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan.<ref>Ricklefs, hal. 363</ref> Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa, sedangkan [[Orde Baru]] menggunakannya untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.<ref>{{cite book |last = Friend |first = Theodore |authorlink = |coauthors = |title = Indonesian Destinies |year = 2003 |publisher = Belknap Press, Harvard University Press |location = Cambridge, Massachusetts and London |pages = p.19 |url =https://archive.org/details/indonesiandestin00theo|doi = |id = ISBN 0-674-01137-6 }}</ref> Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.<ref>{{Cite web|url=https://belajarsam.com/kerajaan-majapahit/|title=Kerajaan Majapahit|website=Sejarah Kerajaan|access-date=8 August 2021|archive-date=2023-04-10|archive-url=https://web.archive.org/web/20230410072529/https://belajarsam.com/kerajaan-majapahit/|dead-url=no}}</ref>
Beberapa simbol dan atribut kenegaraan Indonesia berasal dari elemen-elemen Majapahit. Bendera kebangsaan Indonesia [[Bendera Merah Putih|"Sang Merah Putih"]] atau kadang disebut "Dwiwarna" ("dua warna"), berasal dari warna Panji Kerajaan Majapahit. Demikian pula bendera armada kapal perang [[TNI Angkatan Laut]] berupa garis-garis merah dan putih juga berasal dari warna Majapahit. Semboyan nasional Indonesia, "''[[Bhinneka Tunggal Ika]]''", dikutip dari ''"Kakawin Sutasoma"'' yang ditulis oleh [[Mpu Tantular]], seorang pujangga Majapahit.
=== Pengaruh arsitektur ===
[[Berkas:Pair of door guardians SF Asian Art Museum.JPG|jmpl|ka|Sepasang patung penjaga gerbang [[abad ke-14]] dari kuil Majapahit di Jawa Timur (''Museum of Asian Art'', [[San Francisco]])]]
Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang [[arsitektur]] di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (''pendopo'') berbagai bangunan di ibu kota Majapahit dalam kitab ''Negarakretagama'' telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan [[keraton]] di Jawa serta [[Pura]] dan kompleks perumahan masyarakat di [[Bali]] masa kini. Meskipun bata merah sudah digunakan jauh lebih awal, para arsitek Majapahitlah yang menyempurnakan teknik pembuatan struktur bangunan bata ini.
Beberapa elemen arsitektur kompleks bangunan di Jawa dan Bali diketahui berasal dari masa Majapahit. Misalnya gerbang terbelah [[candi bentar]] yang kini cenderung dikaitkan dengan arsitektur Bali, sesungguhnya merupakan pengaruh Majapahit, sebagaimana ditemukan pada Candi Wringin Lawang, salah satu candi bentar tertua di Indonesia. Demikian pula dengan gapura [[paduraksa]] (kori agung) beratap tinggi, dan [[pendopo]] berlandaskan struktur bata. Pengaruh citarasa estetika dan gaya bangunan Majapahit dapat dilihat pada kompleks [[Keraton Kasepuhan]] di [[Cirebon]], [[Masjid Menara Kudus]] di Jawa Tengah, dan Pura Maospait di [[Bali]]. Tata letak kompleks bangunan berupa halaman-halaman berpagar bata yang dihubungkan dengan gerbang dan ditengahnya terdapat pendopo, merupakan warisan arsitektur Majapahit yang dapat ditemukan dalam tata letak beberapa kompleks [[keraton]] di Jawa serta kompleks puri (istana) dan [[pura]] di Bali.
=== Kesenian modern ===
Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya untuk menuangkan kreasinya, terutama di Indonesia. Berikut adalah daftar beberapa karya seni yang berkaitan dengan masa tersebut.
==== Puisi lama ====
* [[Serat]] [[Darmagandhul]], sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya karena menggunakan nama pena
==== Komik dan strip komik ====
* Serial "
* [[Komik]]/Cerita bergambar ''Imperium Majapahit'', karya [[Jan Mintaraga]].
* Komik ''Majapahit'' karya [[R.A. Kosasih]]
* [[Strip komik]] "[[Panji Koming]]" karya [[Dwi Koendoro]] yang dimuat di surat kabar "[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]" edisi Minggu, menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
* Komik "Dharmaputra Winehsuka", karya
==== Roman/novel sejarah ====
* ''Sandyakalaning Majapahit'' (1933), roman sejarah dengan ''setting'' masa keruntuhan Majapahit, karya [[Sanusi Pane]].
* ''Pelangi Di langit Singasari'' (
* ''Bara Di Atas Singgasana'', roman sejarah dengan ''setting'' zaman kerajaan singasari dan Majapahit, karya [[S. H. Mintardja]]
* ''Kemelut Di Majapahit'', roman sejarah dengan ''setting'' masa kejayaan Majapahit, karya [[Asmaraman S. Kho Ping Hoo]].
* ''Zaman Gemilang'' (1938/1950/2000), roman sejarah yang menceritakan akhir masa Singasari, masa Majapahit, dan berakhir pada intrik seputar terbunuhnya Jayanegara, karya
* ''Senopati Pamungkas'' (1986/2003), cerita silat dengan ''setting'' runtuhnya [[Singhasari]] dan awal berdirinya Majapahit hingga pemerintahan [[Jayanagara]], karya [[Arswendo Atmowiloto]].
* ''[[Arus Balik]]'' (1995), sebuah [[epos]] pasca kejayaaan [[Nusantara]] pada awal abad 16, karya [[Pramoedya Ananta Toer]].
Baris 529 ⟶ 1.302:
* ''Jung Jawa'' (2009), sebuah antologi cerita pendek berlatar [[Nusantara]], karya Rendra Fatrisna Kurniawan, diterbitkan Babel Publishing dengan ISBN 978-979-25-3953-0.
==== Film/sinetron ====
* ''[[Tutur Tinular]]'', suatu adaptasi film karya [[S. Tidjab]] dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar belakang [[Kerajaan Singhasari]] pada pemerintahan [[Kertanegara]] hingga Majapahit pada pemerintahan [[Jayanagara]].
* ''[[Saur Sepuh]]'', suatu adaptasi film karya
* ''
* ''[[Puteri Gunung Ledang]]'', sebuah film Malaysia tahun 2004, mengangkat cerita berdasarkan legenda Melayu terkenal, Puteri Gunung Ledang. Film ini menceritakan kisah percintaan Gusti Putri Retno Dumilah, seorang putri Majapahit, dengan [[Hang Tuah]], seorang perwira [[Kesultanan Malaka]].
==== Permainan video ====
* [[Civilization V: Brave New World]] yang terbit pada Juli 2013, terdapat peradaban '''Indonesia''' dengan tokoh pemimpinnya [[Gajah Mada]]. Meskipun dinamakan peradaban 'Indonesia', namun peradaban ini menggunakan [[Surya Majapahit]] sebagai simbolnya. Peradaban ini memiliki bangunan unik yaitu '''Candi''', yang memiliki ikon bergambar [[Candi bentar]] di [[Trowulan, Mojokerto]].
* Kemudian pada [[Civilization VI]] sebuah DLC memiliki salah satu pemimpin Majapahit, Dyah Gitarja sebagai pemimpin peradaban Indonesia dengan simbolnya berupa Surya Majapahit yang lebih sederhana. Unit unik untuk peradaban ini adalah ''jong'', yang menggantikan ''frigate''.
* [[Age of Empires II: The Age of Kings]] ekspansi keempat '''Rise of the Rajas''' yang terbit pada Desember 2016, menampilkan misi sebagai [[Gajah Mada]], dari awal pendirian Majapahit mengusir tentara [[Mongolia]] dan Kediri ([[Kerajaan Singhasari]]), menaklukkan kerajaan-kerajaan lain di kepulauan [[Nusantara]] setelah [[Sumpah Palapa]] hingga peristiwa [[Perang Bubat]] yang mengakhiri karier Gajah Mada sebagai Mahapatih kerajaan Majapahit. Bangunan [[Candi bentar]], [[Gapura Bajang Ratu]] serta [[Candi Kalasan]] ditampilkan secara visual pada misi Gajah Mada. Gajah Mada juga muncul di Age of Empires II Definitive Edition yang dirilis pada November 2019.
* [[Bendera Majapahit]], [[Bendera dan lambang Majapahit|Getih-Getah Samudra]] atau Gula Kelapa, ada dalam Age of Empires III Definitive Edition (rilis Oktober 2020) sebagai bendera untuk Indonesia, sebuah negara revolusioner yang hadir bagi peradaban Belanda dan Portugis. Sebuah unit bernama ''Cetbang Cannon'' tersedia untuk Indonesia.
== Catatan ==
{{notelist}}
{{reflist|group=Catatan}}
== Referensi ==
{{Reflist|colwidth=30em}}
* {{
* {{cite book
* {{Cite book |last=Muljana |first=Raden Benedictus Slamet |title=Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit |url=https://archive.org/details/menuju-puncak-kemegahan |year=2005 |editor-last1=Al-Fayyadl |editor-first1=Muhammad |location=Yogyakarta |publisher=LKiS Pelangi Aksara |ref=harv}}
* {{cite book |last=Mulyana |first=Slamet |title=Tafsir sejarah nagarakretagama |publisher=PT LKiS Pelangi Aksara |language=Indonesia|year=2006 |pages=122|ref=harvnb|isbn=978-979-2552-546|url=http://books.google.co.id/books?id=ZdZNN4iMab0C&pg=PA121&dq=sejarah+sumenep&hl=id&sa=X&ei=rnbgT5SnEobUrQewq732DA&ved=0CF8Q6AEwCA#v=onepage&q&f=false |ref=harv}}
* {{Cite book |last=Nugroho |first=Irawan Djoko |title=Meluruskan Sejarah Majapahit |year=2009 |publisher=Ragam Media |ref=harv}}
* {{Cite book |last=Nugroho |first=Irawan Djoko |title=Majapahit Peradaban Maritim |year=2011 |publisher=Suluh Nuswantara Bakti |isbn=978-602-9346-00-8 |ref=harv}}
* {{Cite book |last=Pigeaud |first=Theodoor Gautier Thomas |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume I: Javanese Texts in Transcription |year=1960a |edition=3rd (revised) |location=The Hague |publisher=Martinus Nijhoff |ref=harv}}
* {{Cite book |last=Pigeaud |first=Theodoor Gautier Thomas |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume II: Notes on the Texts and the Translations |year=1960b |edition=3rd (revised) |location=The Hague |publisher=Martinus Nijhoff |isbn=978-94-011-8774-9 |ref=harv}}
* {{Cite book |last=Pigeaud |first=Theodoor Gautier Thomas |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume III: Translations |year=1960c |edition=3rd (revised) |location=The Hague |publisher=Martinus Nijhoff |isbn=978-94-011-8772-5 |ref=harv}}
* {{Cite book |last=Pigeaud |first=Theodoor Gautier Thomas |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume IV: Commentaries and Recapitulations |year=1962 |edition=3rd (revised) |location=The Hague |publisher=Martinus Nijhoff |isbn=978-94-017-7133-7 |ref=harv}}
* {{Cite book |last=Pigeaud |first=Theodoor Gautier Thomas |title=Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume V: Glossary, General Index |year=1963 |edition=3rd (revised) |location=The Hague |publisher=Martinus Nijhoff |isbn=978-94-011-8778-7 |ref=harv}}
* {{Cite book |last=Prapanca |first=Mpu |title=Kakawin Nagarakertagama: Teks Asli dan Terjemahan |year=2018 |editor=Isidora |edition=2nd (revised) |location=Yogyakarta |publisher=Narasi |isbn=978-979-168-553-5 |translator-last1=Saktiani |translator-first1=Damaika |translator-last2=Widya |translator-first2=Kartika |translator-last3=Aminullah |translator-first3=Zakaria Pamuji |translator-last4=Marginingrum |translator-first4=Novi |translator-last5=Septi |translator-first5=Neda |ref=harv}}
== Lihat pula ==
Baris 546 ⟶ 1.339:
* ''[[Pararaton]]''
* ''[[Kidung Sunda]]''
* [[Kerajaan
* [[Sejarah Nusantara]]
* [[Gajah Mada]]
* [[Museum Pusat Informasi Majapahit]]
== Pranala luar ==
{{commonscat}}
* {{en}} [http://www.eastjava.com/books/majapahit/index.html Memories of Majapahit] - memuat sejarah dan keterangan situs-situs peninggalan Majapahit.
* {{id}} [http://www.mail-archive.com/budaya_tionghua@yahoogroups.com/msg00617.html Diskusi tentang Perseteruan Ming dan Majapahit]
* {{id}} [http://www.sejarahnasional.org/2012/09/terjemahan-naskah-asli-nagarakertagama_3507.html Terjemahan Naskah Asli Kitab Negarakretagama Karya Mpu Prapanca] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130615033253/http://www.sejarahnasional.org/2012/09/terjemahan-naskah-asli-nagarakertagama_3507.html |date=2013-06-15 }} - Dari situs www.sejarahnasional.org. Diadaptasi dari Muljana, Slamet (1979). ''[https://books.google.co.id/books?id=Vq8sAAAAMAAJ Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya]''. Bhratara Karya Aksara.
{{Kotak_mulai}}
{{kotak suksesi
|jabatan = [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha|Kerajaan Hindu-Budha]]
|pendahulu= [[Kerajaan
|pengganti= [[Kesultanan Demak|Demak]]
|tahun =
{{Kotak_selesai}}
{{Kerajaan di Jawa}}
{{Empires}}
[[Kategori:Kerajaan Majapahit| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Majapahit]]
[[Kategori:Kerajaan di Jawa|Majapahit]]
[[Kategori:Kerajaan di Jawa Timur|Majapahit]]
|