Kewartawanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cnarnian (bicara | kontrib)
Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
k Bot: Mengganti kategori Jurnalisme dengan Kewartawanan
 
(35 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{redirect|Reportase|acara televisi|Reportase (acara televisi)}}
'''tawanan''' atau '''jurnalisme''' (berasal dari kata ''journal'') mempunyai arti catatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, dapat juga diartikan sebagai surat kabar. ''Journal'' berasal dari istilah bahasa Latin ''diurnalis'', yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.
'''Kewartawanan''' atau '''jurnalisme''' adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Pengertian jurnalisme dalam konsep [[Media massa|media]], berasal dari perkataan ''journal'', artinya catatan harian mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti [[surat kabar]].<ref>{{Cite web|title=What is journalism? Definition and meaning of the craft|url=https://www.americanpressinstitute.org/journalism-essentials/what-is-journalism/|website=American Press Institute|language=en-US|access-date=2021-12-08}}</ref> Jurnal berasal dari perkataan Latin ''diurnalis'', artinya harian atau tiap hari.<ref>{{cite journal|title= Makna Jurnalisme Dalam Era Digital: Suatu Peluang Transformasi|author= Djoko Waluyo|journal= Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi|volume= 1|number= 1|year= 2018|issn= 2623-1212|page= 35|url= https://jurnaldiakom.kominfo.go.id/index.php/mediakom/article/view/17|access-date= 2020-12-02|archive-date= 2021-04-19|archive-url= https://web.archive.org/web/20210419051833/https://jurnaldiakom.kominfo.go.id/index.php/mediakom/article/view/17|dead-url= yes}}</ref>
 
Di Indonesia, istilah "jurnalistik" dulu dikenal dengan "publisistik".<ref>{{Cite web|title=Arti kata publisistik - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online|url=https://kbbi.web.id/publisistik|website=kbbi.web.id|access-date=2021-12-08}}</ref> Dua istilah initersebut mulanya tadinyakerap biasasaling dipertukarkantertukar, hanya berbeda asalnya saja. Beberapa kampus di Indonesia sempat menggunakannya karena berkiblat kepada [[Eropa]]. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul dari [[Amerika Serikat]] dan menggantikan istilah publisistik dengan jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas [[Ilmu Komunikasi]].
 
== Aktivitas ==
Kewartawanan dapat dikatakan sebagai "coretan pertama dalam sejarah". Meskipun [[berita]] seringkalisering kali ditulis dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya [[Editor|disunting]] sebelum diterbitkan. Aktivitas kewartawanan tentu tak luput dari pelaku di dunia tersebut. Mereka sering disebut sebagai pewarta, wartawan, atau jurnalis.<ref>{{Cite web|title=Definition of JOURNALIST|url=https://www.merriam-webster.com/dictionary/journalist|website=www.merriam-webster.com|language=en|access-date=2021-12-08}}</ref>
 
Seorang wartawan sering kali menjadi saksi dalam setiap peristiwa yang memiliki nilai-nilai berita. Tak jarang mereka harus berinteraksi dengan sumber yang kadang kala melibatkan [[konfidensialitas]]. Para jurnalis ini umumnya bekerja pada sebuah industri yang disebut media. Secara makna, media mengandung arti sebagai wadah penyalur antara pihak pertama dan ketiga. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, media berarti jembatan antara pemerintah dan rakyatnya.<ref>{{Cite web|last=Mahfuz|first=Gusti|date=13 Mei 2019|title=Media Kolaborasi dan Partisipasi Rakyat|url=https://mmc.kalteng.go.id/berita/read/6207/media-kolaborasi-dan-partisipasi-rakyat|website=Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah|language=id|access-date=2021-12-08}}</ref> Oleh sebab itu, setiap pelaku media harus memiliki independensi dan memihak hanya pada kebenaran berdasarkan fakta.
Para wartawan seringkali berinteraksi dengan sumber yang kadangkala melibatkan [[konfidensialitas]]. Banyak pemerintahan Barat menjamin kebebasan dalam pemberitaan (pers).
 
AktivitasAdapun aktivitas utama dalam dunia kewartawanan khususnya bagi setiap wartawan adalah meliput, mengolah, dan menyajikan sebuah informasi dalam bentuk berita kepada khalayakpublik. SelainSecara itulebih sederhana, pewarta dapat juga dikatakan sebagai pelaporanorang yang melaporkan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana (dalamperistiwa bahasaitu Inggristerjadi. dikenalDengan dengankata lain, mereka berpegang pada berita yang berdasarkan konsep 5W+1H). danNamun jugadi menjelaskankondisi kepentingansaat danini, akibatdunia darikewartawanan kejadiansemakin ataukompleks karena setiap pelaku media bersaing untuk mendapatkan informasi yang sedangcepat hangatdan (''trend'')akurat. KewartawananMereka meliputiumumnya beberapatergabung dalam sejumlah media, antara lain: [[koran]], [[televisi]], [[radio]], [[majalah]] dan [[internet]]digital sebagaimedia pendatangyang tengah dikembangkan baru-baru ini.<ref>{{Cite journal|last=Dirgahayu|first=Dida|date=2015|title=PERSEPSI WARTAWAN TERHADAP AKTIVITAS JURNALISTIK INVESTIGASI|url=https://bppkibandung.id/index.php/jpk/article/view/22|journal=Jurnal Penelitian Komunikasi|volume=18|issue=1|pages=79-86|doi=10.20422/jpk.v18i1.22}}</ref>
 
== Sejarah ==
Pada awalnya, komunikasi antar manusiaantarmanusia sangat bergantung pada [[komunikasi]] dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh [[Johannes Gutenberg]]. Pria berkebangsaan Jerman itu (sekitar 1398-3 Februari 1468) adalah seorang pandai logam dan [[penemu]] yang memperoleh ketenaran berkat sumbangannya di bidang teknologi [[percetakan]] pada [[1450-an]], termasuk aloy [[logam]] [[huruf]] (''type metal'') dan tinta berbasis-minyak, cetakan untuk mencetak huruf secara tepat, dan sejenis [[mesin cetak]] baru yang berdasarkan pencetak yang digunakan dalam membuat anggur.<ref>{{Cite web|title=journalism {{!}} Definition, History, & Facts {{!}} Britannica|url=https://www.britannica.com/topic/journalism|website=www.britannica.com|language=en|access-date=2021-12-08}}</ref>
 
Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh [[Belanda]]. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah ''Bintang Timoer'', ''Bintang Barat'', ''Java Bode'', dan ''Medan Prijaji ''terbit. Pada masa [[Indonesia: Era Jepang|pendudukan Jepang]] mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: ''Asia Raja'', ''Tjahaja'', ''Sinar Baru'', ''Sinar Matahari'', dan ''Suara Asia''.<ref>{{Cite web|last=Said|first=Tribuana|last2=|date=16 Juli 2019|title=Sekilas Sejarah Pers Nasional|url=https://www.pwi.or.id/detail/26/Sekilas-Sejarah-Pers-Nasional|website=PWI.or.id|language=|access-date=2021-12-08}}</ref>
 
Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi kewartawanan. Pemerintah Indonesia menggunakan [[Radio Republik Indonesia]] sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan [[Asian Games]] IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak [[1962]] inilah [[Televisi Republik Indonesia]] muncul dengan teknologi layar hitam putih.<ref>{{Cite news|last=Pratama|first=Aswab Nanda|date=2018-08-24|title=Hari Ini dalam Sejarah: Pertama Mengudara, TVRI Siarkan Pembukaan Asian Games 1962|url=https://nasional.kompas.com/read/2018/08/24/17005411/hari-ini-dalam-sejarah-pertama-mengudara-tvri-siarkan-pembukaan-asian-games|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-12-08|editor-last=Wedhaswary|editor-first=Inggried Dwi}}</ref> Masa kekuasaan Presiden [[Soeharto]], banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus [[Harian Indonesia Raya]] dan [[Majalah Tempo]] (yang saat ini masih eksis) merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan [[Persatuan Wartawan Indonesia]] (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan [[Aliansi Jurnalis Independen]] (AJI) yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih (salah satu tempat pendidikan wartawan Tempo), [[Jawa Barat]]. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.<ref>{{Cite web|title=Sejarah Aliansi Jurnalis Independen|url=https://aji.or.id/read/sejarah/1/sejarah-aliansi-jurnalis-independen.html|website=Aliansi Jurnalis Independen|access-date=2021-12-08}}</ref> Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat Bacharuddin Jusuf Habibie ([[BJ Habibie]]) menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi. Kegiatan kewartawanan diatur dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang dikeluarkan [[Dewan Pers]] dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau [[KPI]].<ref>{{Cite web|title=Dewan Pers|url=https://dewanpers.or.id/berita/detail/965/Kemerdekaan-Pers-dan-Perlindungan-Wartawan|website=dewanpers.or.id|access-date=2021-12-08}}</ref>
Pada masa [[Indonesia: Era Jepang|pendudukan Jepang]] mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: ''Asia Raja'', ''Tjahaja'', ''Sinar Baru'', ''Sinar Matahari'', dan ''Suara Asia''.
 
== Tugas ==
Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi kewartawanan. Pemerintah Indonesia menggunakan [[Radio Republik Indonesia]] sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan [[Asian Games]] IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun [[1962]] inilah [[Televisi Republik Indonesia]] muncul dengan teknologi layar hitam putih.
Jurnalisme memiliki tugas yaitu: menyampaikan kebenaran, memiliki loyalitas kepada masyarakat, memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi, memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya, memiliki kemampuan untuk memantau kekuasaan, menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik, menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik, membuat berita secara komprehesif dan proporsional, memberi keleluasaan wartawan untuk mengikuti nurani mereka.<ref>{{cite journal|title= Media Massa dan Jurnalisme: Kajian Pemaknaan Antara Media Massa Cetak dan Jurnalistik|author= M.Yoserizal Saragih|journal= Jurnal Pemberdayaan Masyarakat|volume= 6|number= 1|year= 2018|issn= 2355-8679|page= 87|url= http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/PEMAS/article/view/4988}}</ref>
 
Masa kekuasaan presiden [[Soeharto]], banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus [[Harian Indonesia Raya]] dan [[Majalah Tempo]] merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan [[Persatuan Wartawan Indonesia]] (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan [[Aliansi Jurnalis Independen]] yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, [[Jawa Barat]]. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.
 
Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat [[BJ Habibie]] menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.
 
Kegiatan kewartawanan diatur dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 yang dikeluarkan [[Dewan Pers]] dan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau [[KPI]]
 
== Lihat pula ==
Baris 32 ⟶ 28:
* [[Blog|Layanan blog]]
* [[Jurnalis|Wartawan]]
* [[Jurnalisme investigasi]]
* [[Hukum McLurg]]
* [[Majalah]]
Baris 43 ⟶ 40:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.newspaperindex.com Newspaper Index]
* [http://ajiindonesia.org Aliansi Jurnalis Independen] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200715151052/http://ajiindonesia.org/ |date=2020-07-15 }}
* [http://www.dewanpers.org Dewan Pers] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060327053701/http://www.dewanpers.org/ |date=2006-03-27 }}
 
== Referensi ==
{{reflist}}
* Hanebutt-Benz, Eva-Maria. "''Gutenberg and Mainz''"
* Mohamad, Goenawan. "Seandainya Saya Wartawan Tempo",Tempo Publishing: 2014.
 
{{wikiquote}}
{{wikisource|Kode Etik Jurnalistik}}
{{commons}}
{{Wikinewscat|Journalism|Journalisme}}
* [http://www.newspaperindex.com Newspaper Index]
* [http://ajiindonesia.org Aliansi Jurnalis Independen]
* [http://www.dewanpers.org Dewan Pers]
 
[[Kategori:Jurnalisme| Kewartawanan]]
[[Kategori:Media massa]]