Yeongjo dari Joseon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-akutansi +akuntansi) |
|||
(14 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
|name =Yeongjo
|title =[[Daftar penguasa korea#joseon|Raja Joseon]]
|image =
|caption =
|reign =30 Agustus, 1724 – 5 Maret, 1776
Baris 9:
|successor =[[Jeongjo dari Joseon|Jeongjo]]
|consort =[[Ratu Jeongseong]],<br /> [[Ratu Jeongsun]]
|issue =[[Sado dari Joseon|Putra Mahkota Sado]]<br>[[Hyojang dari Joseon|Putra Mahkota Hyojang]]<br>[[Putri Hwahyeop]]<br>[[Putri Hwawan]]<br>Putri Hwasoon<br>Putri Hwagil
|royal house =[[Wangsa Yi]]
|royal anthem =
|father =[[Sukjong dari Joseon|Sukjong]]
|mother =[[Choe Suk-bin]] (biologis)<br>[[Ratu Inwon]] (adopsi)
|date of birth ={{birth date|1694|9|13|mf=y}}
|place of birth =[[Changdeokgung|Istana Changdeok]], [[Korea]]
Baris 42:
}}
'''Yeongjo''' ([[Hangeul]]: 영조대왕, [[Hanja]]: 英祖大王, [[Alih Aksara Korea yang Disempurnakan|Alih Aksara yang Disempurnakan]]: ''Yeongjo Daewang'') ([[31 Oktober]] [[1694]] – [[22 April]] [[1776]], bertakhta [[16 Oktober]] [[1724]] – [[22 April]] [[1776]]), merupakan raja ke-21 dari [[Dinasti Joseon]], Korea. Julukannya sebelum naik takhta adalah Pangeran Yeoning (Yeoning-gun/연잉군). Ia adalah putra kedua [[Sukjong dari Joseon|Sukjong]] (숙종대왕, [[1661]] - [[1720]]) dengan [[Choe Suk-bin]] (숙빈최씨, [[1670]] - [[1718]]), yang nantinya menggantikan kakandanya, seayah berlainan ibu, [[Gyeongjong dari Joseon|Gyeongjong]] (경종, [[1688]] - [[1724]]), setelah kontroversi yang luar biasa. Pada tahun 1703, ia diadopsi oleh [[Permaisuri Kim Inwon|Permaisuri Inwon]], ibu tirinya, serta permaisuri menyayanginya seperti anak sendiri.<ref>The Confucian Kingship in Korea: Yŏngjo and the Politics of Sagacity page, 53.</ref>
== Naik
Pada tahun 1720, ayahandanya, Raja Sukjong meninggal dan Putra Mahkota Yi Yun, putra sulung Sukjong naik takhta sebagai Raja Gyeongjong, saat berumur 33 tahun. Namun sebelum Raja Sukjong meninggal, ia sebenarnya memberitahu Yi Yi-myoung agar mengangkat Yeoning-gun sebagai ahli waris Kyungjong,
Selama masa pemerintahan [[Gyeongjong dari Joseon|Gyeongjong]], terjadi pergumulan kekuasaan dan rasa tidak suka terhadap statusnya yang terlahir sebagai anak dari kalangan rendah. Faksi Noron (노론, 老論) menekan Raja [[Gyeongjong dari Joseon|Gyeongjong]] untuk turun takhta dan bermaksud untuk menggantikannya dengan saudara tirinya, Pangeran Yeoning (Raja Yeongjo pada masa depan). Pada tahun 1720, dua bulan setelah kenaikan takhtanya Raja [[Gyeongjong dari Joseon|Gyeongjong]], Pangeran Yeoning diangkat sebagai Putra Mahkota Kerajaan, ahli waris kerajaan (Wangseje, 왕세제, 王世弟). Hal ini memperparah perebutan kekuasan dan menjadi awal dari pembantaian besar-besaran, yang dikenal sebagai Shinimsahwa (辛壬士禍). Faksi Noron mengirim pesan kepada Raja tanpa ada tanggapan sama sekali sementara Faksi Soron (소론, 少論) memanfaatkan hal ini demi keuntungan mereka - dengan dalih bahwa Faksi Noron mencoba untuk merampas kekuasaan dan bermaksud untuk menyingkirkan faksi-faksi, yang menjadi lawan mereka, dari berbagai macam posisi pejabat di istana.
Anggota-anggota dari faksi Soron kemudian memunculkan ide untuk membunuh ahli waris
Pada 11 Oktober 1724, Raja [[Gyeongjong dari Joseon|Gyeongjong]] meninggal. Faksi Soron kemudian menuduh Pangeran Yeoing melakukan sesuatu sehingga menyebabkan kematian kakandanya, berdasarkan usaha Faksi Noron sebelumnya yang bermaksud membuatnya naik tahkta dan menggantikan Raja [[Gyeongjong dari Joseon|Gyeongjong]]. Tapi para sejarahwan sekarang sepakat bahwa Raja mungkin saja meninggal akibat keracunan makanan laut, berdasarkan dari gejala-gejala penyakit yang menyebabkannya meninggal. Homer Hulbert memaparkannya di bukunya ''The History of Korea'', di mana ia mengatakan, "Tapi kita mungkin saja boleh meragukan kebenaran dari rumor itu, karena tak ada yang dikatakan mengenai indikasi bahwa ia mungkin melakukan tindakan seperti ini, dan hal yang kedua seseorang yang akan makan udang, yang dibawa dari laut yang berjarak 30 mil tanpa es, di tengah musim panas bisa saja dimungkinkan meninggal. Pada tanggal 16 October 1724, Pangeran Yeoning naik tahta dan bergelar Raja Yeongjo, penguasa ke-21 Joseon.
Baris 56:
Raja Yeongjo sangat mendalami [[Konfusianisme Korea|Konfusianisme]], dan konon memiliki pengetahuan klasik yang lebih hebat dibandingkan dengan para pejabatnya. Selama masa pemerintahan Yeongjo dan cucunya [[Jeongjo dari Joseon|Jeongjo]], Konfusianisme mengalami masa kejayaannya, demikian juga halnya dengan pemulihan ekonomi akibat dari beberapa perang yang terjadi di akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17. Masa pemerintahannya disebut-sebut sebagai salah satu masa paling jaya di antara masa-masa pemerintahan Dinasti Joseon.
Yeongjo sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dengan mendalam. Catatan ''Sejarah dari Joseon'' menyatakan bahwa suatu hari
Suatu dini hari, 25 tahun kemudian, sekitar tahun 1753, hujan yang terus menerus mengingatkan Yeongjo ada banjir yang terjadi
Orang-orang di sekitarnya menggambarkan dirinya sebagai seorang Raja yang pandai berbicara, cerdas, bajik, dan baik hati. Ia mudah memahami dalam pengamatannya dan cepat dalam menanggapi.
== Politik ==
Yeongjo menyadari efek yang merugikan pada admisnistrasi kerajaan akibat dari pergumulan faksi-faksi selama pertengahan akhir abad 17, dan mencoba untuk mengakhiri pergumulan faksi-faksi segera setelah ia naik tahta. Yeongjo menerapkan kembali pajak dinas militer yang universal, yang sebelumnya sempat diterapkan
Perhatian Yeongjo pada usaha meningkatkan kehidupan rakyat biasa dinyatakan dengan keinginannya untuk mendidik rakyat dengan membagikan buku-buku penting dalam tulisan Korea (Hangul), termasuk ''Buku Teknik Pertanian (Agrikultur)''. Alat pengukur hujan dibuat kembali dengan jumlah yang banyak dan dibagikan kepada para pejabat administrasi lokal dan mengusahakan proyek-proyek pekerjaan umum secara besar-besaran. Yeongjo meningkatkan taraf hidup masyarakat biasa dengan membuka kemungkinan lain untuk peningkatan status sosial dan melakukan perubahan yang tak mungkin lagi terelakkan. Kebijakan-kebijakan yang dilakukan Yeongjo dimaksudkan untuk menegaskan kembali Kerajaan yang berdasarkan Konfusianisme dan suatu pemerintahan yang manusiawi,
Jumlah
Tak peduli dengan status, banyak para aristrokat kelas yangban dan rakyat biasa bersinggungan di semacam
Bahkan buku-buku bajakan kemudian diperdagangkan saat persaingan berkembang di antara kelas Yangban yang kaya, yang bersaing dalam publikasi koleksi karya-karya literatur dari leluhur mereka yang terkenal. Ini juga menjadi awal dari pencetakan karya-karya puisi dan fiksi populer. Orang-orang terutama sangat menghargai satire dan kritik-kritik sosial. Salah satu contohnya adalah ''Chunhyangjeon'' (Kisah dari Chunghyang) yang mengisahkan mengenai kesetiaan seorang putri dari seorang Gisaeng yang secara luas dibaca sebagai sindiran yang ditujukan untuk mengekspos keserakahan dan keangkuhan pejabat pemerintah.
Baris 76:
== Kontroversi ==
Satu-satunya insiden yang menyedihkan selama masa pemerintahan Yeongjo adalah kematian putranya, Putra Mahkota [[Pangeran Sado|Sado]]. Sejarah mencatat kalau Sado kemungkinan besar menderita penyakit kelainan jiwa, dituduh secara membabi buta membunuh sembarang orang di dalam istana dan dianggap menderita kelainan seks. Yeongjo, karena peraturan Istana, tidak dapat membunuh putranya dengan tangannya sendiri, sehingga di suatu hari yang panas di bulan Agusutus pada tahun 1762, Sado diperintahkan untuk masuk ke dalam kotak kayu besar bekas penyimpanan beras. Setelah 8 hari, Sado mati lemas.<ref>Memoirs of Lady Hyegyeong</ref> Pada abad ke-19, ada rumor bahwa Pangeran Sado sebenarnya tidak menderita kelainan jiwa,
== Agama Katolik ==
Baris 87:
== Keluarga ==
* Ayahanda
* Ibunda
* Selir-selir
# Ratu Jeongseong dari Wangsa Dalsung Seo (정성왕후 서씨, 1692–1757)<ref>Daughter of Seo Jong-je (서종제) and Lady Lee.</ref><ref>She was given the tile "Princess Consort" (군부인) before she was given the title "Queen".</ref>
# [[Jeongsun|Ratu Jeongsun]] dari Wangsa Gyeongju Kim (정순왕후 김씨, 1745–1805)<ref>Daughter of Kim Han-gu (김한구) and Lady Won.</ref>
# Selir Jeong dari Wangsa Lee (정빈 이씨, 1694-1721)
# Selir Yeong dari Wangsa Lee (영빈 이씨, 1696-23 Agustus, 1764)<ref>Daughter of Lee Yoo-beon (이유번) and Lady Kim.</ref><ref>Also known as Lady Seonhui.</ref>
# Jo ''Gwi-in'' (귀인 조씨)
# Moon ''Suk-ui'' (숙의 문씨)<ref>Afterwards was known as "Deposed Moon ''Suk-ui''" (폐숙의 문씨).</ref>
* Keturunan
# Putra Mahkota Hyojang (효장세자, 1719–1728), Putra Tunggal Selir Jeong dari Wangsa Lee.<ref>He is given the title "Jinjong" (진종)</ref>
# [[Sado dari Joseon|Putra Mahkota Sado]] (사도세자, 1735–1762), Putra Tunggal Selir Yeong dari Wangsa Lee.<ref>He is given the posthumous title "Jangjo" (장조).</ref>
# Seorang Putri Selir Jeong dari Wangsa Lee.<ref>Died at childbirth.</ref>
# Putri Hwasoon (화순옹주) — Putri Kedua Selir Jeong dari Wangsa ngsa Lee.
# Putri Hwapyeong (화평옹주) — Putri Pertama Selir Yeong dari Wangsa Lee.
|