Manorang Salo, Marioriawa, Soppeng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
sejarah
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan artikel
 
(10 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 9:
|penduduk =... jiwa
|kepadatan =... jiwa/km²
|NAHATNIREMEP=Lurah: Firman, S.Sos.|Pemerintahan=Lurah: Firman, S.Sos.}}
}}
'''Manorang Salo''' adalah salah satu [[kelurahan]] di [[Kecamatan]] [[Marioriawa, Soppeng|Marioriawa]], [[Kabupaten Soppeng]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Kelurahan ini lahir sebelum Indonesia Merdeka.
 
BermulaDi padaKala eraMarioriawa Ladipimpin Mappaiyooleh Lapaiyyo (Lamappaiyyo) Datu Marioriawa. membagi wilayah marioriawa menjadiTerdapat tiga Pabbicara (Jawatan. Penyelesaianterdiri Hukumdari adat) yakni Pabbicara Manorang Salo, Pabbicara Attang salo danSalo, Pabbicara Bulue. Pada tahun 1905 Belanda telah menaklukkan seluruh kerajaan di sulawesi selatan dan melakukan restrukturisasi Jawatan-jawatan pemerintahan termasuk jawatan-Jawatan di Kerajaan Marioriawa.
 
Keberadaan Pabbicara pada masa dahulu merupakan sebuah institusi Peradilan Perdata dan Pidana yang bertanggungjawab secara langsung kepada Datu Marioriawa. Di Kedatuan Marioriawa terdapat tiga Pabbicara yang masing-masing mempunyai wilayah yaitu :
Pengambil alihan fungsi-fungsi Pabbicara oleh Belanda kemudian mendirikan Lembaga Pengadilan di Watansoppeng serta penglifungsian peran Pabbicara menjadi Kepala para Matoa di Marioriawa menjadikan para Pabbicara mempunyai possisi strategis sebagai kepala struktur Pemerintahan dibawah Datu/Raja.Manorang Salo terdapat Matoa Welongnge dan Matoa Tanete,
 
# Pabbicara Attang Salo yang meliputi, Wanua Penree, Wanuwa Lompo’e dan Wanua Taluma Kaca dan Wilayah Arung Padali
Manorang Salo dalam leteratur sering dikenal sebagai Tanete Marioriawa pada saat penyerangan Benteng Pertahanan Tellumpoccoe di Tanete Mariorawa yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa dan sekutunya Sidenreng membuat soppeng mnyerah. di lteratur lain disebutkan bahwa Nama “Batu-Batu” muncul dalam dalam sebuah cerita rakyat, yang menceritakan sebuah kejadian masa lalu bahwa pada waktu jaman dahulu Tanete Marioriawa (Tanete Alau Salo sibawa Tanete Orai’ Salo) bertempur melawan Sidengreng yang berada di Massepe, mereka memperebutkan sebuah perbatasan wilayah dimana pihak Tanete Marioriawa mengklaim bahwa batas Marioriawa berada di alur sungai Belokka, sedangkan pihak kerajaan Sidengreng mengklaim bahwa batas Sidengreng berada dialur sungai Lajaroko hingga ke danau Tempe. Hal ini memicu pertempuran hebat, dimana pihak Marioriawa bahu-membahu bersama rakyatnya menghalau pihak Sidengreng dengan menggunakan bebatuan yang ada di sekitarnya. Cappui Batu-BatuE ri Tanete Marioriawa Batu-Batu” napake rumpak-i musuE, sibantu-bantui tau egaE. Dan akhir pertempuran tersebut berjatuhan korban kedua belah pihak dan dikuburkan di berbagai lokasi diantaranya Daearah Pasar Sentral/Lapangan dan sekitarnya, Daerah SD Tanete dan sekitarnya, Daerah SD Tarawang dan sekitarnya, daerah Kampung baru, dua lokasi sebalah selatan ceppa-ceppaE, area pekuburan Lamaloang , Kajaoe dan lain-lain. Karena banyaknya korban berjatuhan maka diadakannya perjanjian bahwa watas antar wilayah kerajaan Marioriawa dn sidengreng adalah sungai kecil di Laringgi oleh orang sidengreng menyebutnya Bapangi Dari cerita tersebut diatas memunculkan Istlah “Batu-Batu” untuk nama area pertempuran tersebut.
# Pabbicara Manorang Salo, meliputi Watang Batu-Batu, dan Wanua Welongnge, dan Laringgi
# Pabbicara Bulu, meliputi Wanua Mario, dan Wanua Kajuara
 
Pada tahun 1905 Setelah perang makassar usai ditandai dengan ditangkapnya Raja Bone La Pawawoi dan dan dibuang ke Batavia serta Matinroe ri Bondu’na Raja Gowa meninggal dalam pengejaran Belanda, maka mulailah Belanda melakukan campur tangan dalam pemerintahan di semua kerajaan di Sulawesi Selatan termasuk di Kedatuan Soppeng.
Setelah terbentuknya Negara kesatuan republik Indonesia, kerjaan soppeng ikut bergabung dengan Indonesia dan Kerajaan Soppeng pun berubah menjadi Kabupaten Soppeng, maka Status Kerajaan Marioriawa-pun ikut berubah menjadi Kecamatan Mario Riawa, masuk dalam administrasi Kabupaten Soppeng, adapun Pabbicara Manorang Salo berubah menjadi kelurahan Manorang Salo, dan seiring dengan adanya pemekaran maka kelurahan dan desa pun bertambah sebagai berikut, Kel Manorang Salo, [[Batu-batu, Marioriawa, Soppeng|Kelurahan Batu-batu]], [[Limpomajang, Marioriawa, Soppeng|Kelurahan Limpomajang]], dan [[Laringgi, Marioriawa, Soppeng|Desa Laringgi]].
 
Pada tahun 1906, Belanda melakukan pembatasan kekuasan kepada Datu dan dewan hadat Kedatuan Soppeng. Campur tangannya terhadap pemerintahan di Kerajaan Soppeng dengan menjadikan Kedatuan Soppeng menjadi bagian dari pada Afdeling Bone dengan status Onderafdelling Soppeng.
 
Pada tahun 1923 pada masa A.J.L Couvreur menjadi Gubernur di Sulawesi Selatan, Gubernurmen Hindia Belanda melakukan penataan kekuasaan dan , Bone, Soppeng, dan Wajo diberikan kekuasaan zelfbestuur (Swapraja) yang membawahi beberapa distrik dan onderdistrik.
 
Maka Khusus pada Onderafdelling Soppeng wilayahnya dibagi menjadi 7 persekutuan adat dengan status distrik, yaitu:
 
1. Distrik Lalabata
 
2. Distrik Lilirilau
 
3. Distrik Liliriaja
 
4. Distrik Pattojo
 
5. Distrik Citta
 
6. Distrik Marioriwawo
 
7. Distrik Marioriawa
 
Dalam penataan ini Kedatuan Marioriawa ikut mengalami perubahan. Kedatuan Marioriawa yang dahulu merupakan anggota Kofedarasi / Persekutuan Kedatuan Soppeng berubah menjadi Wilayah Kesatuan Kedatuan Soppeng dengan status Distrik.
 
Kekuasaan Pabbicara Manorang Salo dan Pabbicara lainnya yang sebelumnya merupakan institusi Peradilan berubah fungsi menjadi lembaga struktur wilayah kekuasaan dengan status Onderdistrik/Kepala Desa dan kepalai oleh seorang Petta Pabbicara.
 
Memasuki tahun 1959, setelah Andi Wana memasuki masa pensiun sebagai Wedana maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya, dan digantikan oleh Wedana Andi Mahmud. Pada fase ini, dimulainya beberapa perubahan administrasi yang membuat kebijakan baru pasca berakhirnya masa jabatan Andi Wana, dimana secara administrasi setelah setahun berakhir masa jabatannya, ketujuh persekutuan adat diubah menjadi lima buah Kecamatan yang bersifat administrasi di Soppeng, yakni:
 
# Kecamatan Marioriwawo ibu kotanya Takkalala dan dikepalai seorang Camat
# Kecamatan Lilirilau ibu kotanya Cabbenge dan dikepalai seorang Camat
# Kecamatan Liliriaja, Ibu kotanya Cangadi dan dikepalai seorang Camat
# Kecamatan Lalabata ibu kotanya Watan Soppeng dan dikepalai seorang Camat
# Kecamatan Marioriawa ibu kotanya BatuBatu dan dikepalai seorang Camat
 
Dengan perubahan tersebut Kedatuan Marioriawa dibekukan dan berubah nama menjadi Kecamatan Marioriawa, begitu juga Pabbicara Manorang Salo di bekukan dan berubah nama menjadi Desa Manorang Salo,
 
D Manorang Salo pernah berdiri Istana Datu Marioriawa bernama Saoraja Latappareng dan Saoraja Tarawang
 
== Tempat wisata ==
Baris 24 ⟶ 62:
 
{{Marioriawa, Soppeng}}
{{Authority control}}
 
 
{{Kelurahan-stub}}