Keris: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan kesalahan ketik Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Ariandi Lie (bicara | kontrib) k Membatalkan 1 suntingan oleh Puritrenggalek (bicara) ke revisi terakhir oleh EditorPKY(✨) Tag: Pembatalan |
||
(183 revisi perantara oleh 77 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Short description|Senjata tradisional dan spiritual Indonesia}}
{{Infobox weapon
| name = Keris<br />{{bold|{{Script|Java|ꦏꦼꦫꦶꦱ꧀}}}}/{{bold|{{Script|Java|ꦮꦁꦏꦶꦔꦤ꧀}}}}
| native_name = ꦏꦼꦫꦶꦱ꧀/ꦮꦁꦏꦶꦔꦤ꧀
| native_name_lang = jav
| image = Kris and scabbard.jpg
| image_size = 297px
| caption = Keris terdiri dari tiga bagian; bilah ({{transl|jv|wilah}}), gagang ({{transl|jv|hulu}}) dan sarung ({{transl|jv|warangka}})
| origin = [[Jawa]], [[Indonesia]]
* [[Jawa Tengah]]
* [[Jawa Timur]]
* [[Daerah Istimewa Yogyakarta|D.I Yogyakarta]]<ref name="Detik - Keris">{{Cite news|title=Keris Indonesia|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/keris-indonesia/|website=Kebudayaan.kemendikbud.go.id|language=id-ID|access-date=2020-08-22}}</ref><ref name="Cultural Wonders of Indonesia">{{cite book|title=Top 100 Cultural Wonders of Indonesia|publisher=[[Ministry of Education and Culture (Indonesia)|Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia]]|year=2015|location=Jakarta |isbn=978-979-1274-66-1}}</ref><ref name="Suma">{{cite book |last=Pires |first=Tomé |title=The Suma Oriental of Tome Pires: An Account of the East |publisher=Asian Educational Services |year=1990 |location=New Delhi |page=179 |url=https://books.google.com/books?id=h82D-Y0E3TwC&q=demak&pg=PA184 |isbn=81-206-0535-7}}</ref>
| type = [[Belati]]
<!-- Type selection -->| is_bladed = Yes
<!-- Service history -->| service = [[Majapahit|Kemaharajaan Majapahit]], [[Kerajaan Sunda]], [[Singhasari|Kerajaan Singhasari]], [[Kesultanan Palembang Darussalam]], [[Kesultanan Malaka]], [[Kesultanan Demak]], [[Kesultanan Mataram]], [[Kasunanan Surakarta Hadiningrat]], [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]], [[Kesultanan Brunei]], [[Semenanjung Malaka]], [[Nusantara|Kepulauan Indonesia]]<ref>{{cite book|author=Albert G Van Zonneveld|title=Traditional Weapons of the Indonesian Archipelago|year=2002|publisher=Koninklijk Instituut Voor Taal Land|isbn=90-5450-004-2}}</ref>
| used_by = [[Suku Jawa]], [[Suku Bali]], [[Suku Sunda]], [[Suku Melayu]], [[Suku Banjar]], [[Suku Madura]], [[Suku Bugis]], [[Suku Mandar]], [[Suku Toraja]], [[Suku Kutai]] dan [[Suku Makassar]]
| wars = [[Pertempuran Genter]], [[Ekspedisi Pamalayu]], [[Invasi Mongol ke Jawa]], [[Perang Bubat]], [[Perang Paregreg]], [[Penyerbuan di Batavia|Penyerbuan Batavia]], [[Perang Jawa|Perang Diponegoro]], [[Revolusi Nasional Indonesia]]
<!-- Production history -->
| designer =[[Suku Jawa]]
| design_date =
| manufacturer =
| unit_cost =
| production_date =
| number =
| variants = Kalis, [[Badik]], [[Kerambit]], Chundrik<ref>{{cite book|author=James Richardson Logan|title=The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, Volume 7|year=1853|publisher=Miss. Press|page=281}}</ref>
<!-- General specifications -->| spec_label =
| weight =
| length =
| part_length =
| width =
| height =
| diameter =
| crew = <!-- Bladed weapon specifications -->
| blade_type = Pisau tajam bermata ganda [[besi]] [[nikel]]<nowiki> atau baja</nowiki>
| hilt_type = [[Gading]], tulang, tanduk, kayu atau logam. Terkadang dilapisi dengan [[emas]] atau [[perak]]<nowiki> dan dihiasi dengan batu permata</nowiki>
| sheath_type = Bingkai kayu yang dilapisi dan dihias dengan gading atau logam (emas, perak, tembaga, besi, kuningan, atau [[baja]])
| head_type =
| haft_type =
}}
{{Infobox intangible heritage
| Image = [[File:Kris display.jpg|300px]]
| Caption = Keris ditetapkan sebagai Karya Agung Warisan Budaya Kemanusiaan Lisan dan non bendawi yang berasal dari [[Indonesia]] oleh [[UNESCO]].
| ICH = Keris
| State Party = Indonesia
| Type =
| Criteria = Traditional
| ID = 112
| Region = APA
| Year = 2008
| Session = 3
| List = Representatif
| Link = https://ich.unesco.org/en/RL/indonesian-kris-00112
| Below = [[File:Unesco Cultural Heritage logo.svg|100px]]
| Note = Keris ({{lang-en|Kris}}) adalah senjata khas yang berkelok-kelok atau asimetri yang termasuk dalam golongan senjata tikam yang berasal dari Indonesia. Baik sebagai senjata maupun objek spiritual, keris dihormati dan dianggap memiliki kekuatan yang magis. Awal mula keris diketahui berasal dan menyebar dari pulau [[Jawa]] ke seluruh bagian Nusantara dan wilayah Asia Tenggara secara umum.keris di gunakan sebagai senjata di sejarah Indonesia.
}}
{{Budaya Indonesia}}
'''Keris''' merupakan senjata tajam golongan [[belati]] dari suku [[Suku Jawa|Jawa]] yang memiliki ragam fungsi [[budaya]] yang dikenal di kawasan [[Indonesia|Nusantara]] bagian [[Waktu Indonesia Barat|barat]] dan [[Waktu Indonesia Tengah|tengah]]. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, sering kali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki [[pamor keris|pamor]] (''damascene''), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah.
Keris bagi orang Jawa adalah senjata pamungkas/terakhir setelah pedang, tombak, dan panah. Sejatinya keris bukanlah senjata utama dalam peperangan tetapi juga senjata yang disukai untuk dibawa pergi kemanapun.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel atau peperangan,<ref name=darmosoegito>Darmosoegito, Ki. 1992. ''Bab Dhuwung''. Djojobojo. Surabaya. Hal. 16.</ref> sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini dan penggunaan perkembangan keris dari waktu ke waktu orang Jawa mengubahnya menjadi benda yang memiliki filosofi pengajaran hidup bagi pemiliknya, sebagai identitas diri, pesan moral, simbol cerminan diri, ketentraman, kesabaran, harapan/impian keinginan, serta pengingat diri atau pagar nasihat bagi pemiliknya agar selalu damai tenang hatinya tidak mudah emosi, harus selalu berjiwa bersih dan bersahaja, semua itu di tuangkan ke dalam simbol simbol yang terdapat di setiap bentuk keris dan rupa rupa pamor keris. Keris juga merupakan benda [[aksesori]] (''ageman'') dalam ber[[busana]], memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi [[estetika]]nya.
Keris
== Asal
Asal usul keris belum sepenuhnya terjelaskan karena tidak ada sumber tertulis yang deskriptif mengenainya dari masa sebelum abad ke-15, meskipun penyebutan istilah "keris" telah tercantum pada prasasti Taji Ponorogo dari abad ke-10 Masehi. . Ada banyak teori yang mencoba menjelaskan asal muasal keris di nusantara. [[:en:Gerald Gardner|G.B. Gardner]] dalam bukunya '''Keris and Other Malay Weapon''' keris dianggap sebagai pengembangan dari senjata tikam prasejarah'''.''' Namun diperkirakan asal mula penyebutan kata "keris" merupakan singkatan bahasa [[Jawa]] dari ''"Mlungker-mlung'''ker''' kang bisa ngi'''ris'''"'', dugaan bentuk keris berkelok/mlungker adalah pengembangan desain dari bentukan keris yang awalnya lurus, yang diilhami dari seekor ular yang sedang melata karena bagi orang Jawa ular adalah hewan yang disakralkan mengingat orang Jawa pada saat itu mengutamakan dewa Siwa yang berkalung ular.
Sedangkan keris yang lurus adalah perkembangan dari bentuk kadga yaitu bentuk paling awal keris. dalam bahasa [[Jawa]] berarti "(kata sinengker, karana, dan aris). Sinengker atau sengkeran mempunyai arti kurungan, karana
mempunyai arti jalaran, dan aris mempunyai arti tanpa suloyo" Kajian ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan pada analisis figur di [[relief]] [[candi]] atau [[patung]]. Sementara itu, pengetahuan mengenai fungsi keris dapat dilacak dari beberapa [[prasasti]] dan laporan-laporan penjelajah asing ke Nusantara.
=== Prototipe
[[Berkas:Borobudur Keris.jpg|
[[Berkas:RA 34200118.JPG|jmpl|180px|Relief prajurit ingin menusuk seseorang dengan keris di [[Candi Penataran]], [[Kabupaten Blitar|Blitar, Jawa Timur]]]]
Satu panel relief Candi Borobudur (abad ke-9) yang memperlihatkan seseorang memegang benda serupa keris tetapi belum memiliki derajat kecondongan dan hulu/deder nya masih menyatu dengan bilah.
Pada catatan Prasasti Ponorogo berangka tahun 823 saka, atau 901 M menyebutkan 392 orang hadir untuk upacara penghormatan Sang Hyang Vatu Sima (Dewa Harimau Batu). Dalam upacara disembelih 6 ekor kerbau untuk para warga. Hadir pula warga dari 7 desa tetangga. Semua warga dan tamu undangan diberi hadiah berupa makanan beraneka ragam dari daging hingga ikan laut, keris, kain, dan emas. Dalam acara tersebut diadakan tari-tarian, makan bersama, kemudian doa pengusiran roh jahat oleh Pandita. Keris-keris yang sangat banyak tersebut ditempa oleh para empu Ponorogo zaman Wengker.<ref>{{Cite web|last=News|first=Ponorogo|date=13 Juli 2023|title=Sudah Ada Sejak 1000 Tahun Lalu, Ternyata Pusat Keris ada di Ponorogo|url=https://ponorogo.pikiran-rakyat.com/seputar-ponorogo/pr-3136877022/sudah-ada-sejak-1000-tahun-lalu-ternyata-pusat-keris-ada-di-ponorogo?page=all|website=PonorogoNews|access-date=22-02-2024}}</ref>
Dari abad yang sama, [[prasasti Karangtengah]] di [[Kabupaten Temanggung|Temanggung, Jawa Tengah]] berangka tahun 824 Masehi menyebut istilah "keris" dalam suatu daftar peralatan.<ref name="lumintu">Lumintu. 1985. ''Besi, Baja, dan Pamor Keris''. Pusat Keris Jakarta. Jakarta. hal. 4.</ref> [[Prasasti Poh]] (904 M) menyebut "keris" sebagai bagian dari sesaji yang perlu dipersembahkan.<ref name="lumintu" /> Walaupun demikian, tidak diketahui apakah "keris" itu mengacu pada benda seperti yang dikenal sekarang.
Kajian ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan pada analisis figur di [[relief]] [[candi]] atau [[patung]]. Sementara itu, pengetahuan mengenai fungsi keris dapat dilacak dari beberapa [[prasasti]] dan laporan-laporan penjelajah asing ke Nusantara.
=== Keris modern ===
[[Berkas:Keris Relief at Sukuh Temple.jpg|
[[Berkas:Kris Majapahit, AK-MAK-270.jpg|jmpl|180px|Keris Majapahit dari era [[Majapahit|Kemaharajaan Majapahit]], item koleksi pameran [[Rijksmuseum]], [[Belanda]]]]
Dari abad ke-15, salah satu relief di [[Candi Sukuh]]
<blockquote
Catatan [[Ma Huan]] dari tahun 1416, anggota ekspedisi [[Cheng Ho]], dalam "Ying-yai Sheng-lan" menyebutkan bahwa orang-orang Majapahit selalu mengenakan (''pu-la-t'ou'') yang diselipkan pada ikat pinggang.
Mengenai kata Pu-la-t'ou ini, meskipun hanya berdasarkan kemiripan bunyi, banyak yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah "belati", dan karena keris adalah senjata tikam sebagaimana belati maka dianggap pu-la-t'ou menggambarkan keris. Tampaknya masih harus dilakukan penelitian apakah betul pada masa majapahit keris disebut "belati" tetapi terdapat deskripsi yang menggambarkann bahwa "belati" ini adalah keris dan teknik pembuatan pamor telah berkembang baik.<ref>Moebirman. 1980.a,Keris Senjata Pusaka. Yayasan Sapta Karya. Jakarta.</ref>
Bisa jadi yang dimaksud oleh Ma Huan dengan Pulat'ou adalah "Beladau". Kata "beladau" lebih menyerupai "Pu- La-T'ou" daripada "belati".
<blockquote
Keris disebutkan dalam naskah [[Suku Sunda|Sunda]] dari tahun 1440 Saka (1518 M), [[Sanghyang
|url =http://id.wikisource.org/wiki/Sanghyang_Siksakandang_Karesian
|title =Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian
Baris 61 ⟶ 105:
}}</ref> Naskah ini membagi senjata dalam masyarakat [[Kerajaan Sunda]] ke dalam tiga golongan; senjata untuk prabu (raja, ''menak'', atau golongan ksatriya) adalah [[pedang]], pecut, pamuk, [[golok]], ''peso teundeut'', dan keris; senjata untuk kaum petani adalah [[kujang]], baliung, ''patik'', ''kored'', dan pisau sadap; sementara senjata kaum pendeta adalah kala katri, ''peso raut'', ''peso dongdang'', ''pangot'', dan ''pakisi''.
<blockquote
[[Tome Pires]], penjelajah [[Portugis]] dari abad ke-16, menyinggung tentang kebiasaan penggunaan keris oleh laki-laki Jawa.<ref>lihat misalnya pada versi bahasa Inggris dari terbitan 1944 oleh Armando Cortesao (Cortesao A. 2005. ''Suma Oriental of Tome Pires and The Book of Francisco Rodriguez''. Asian Publishing House. New Delhi. [http://books.google.com/books?id=h82D-Y0E3TwC&lpg=PR1&ots=dSmg9RfFDG&dq=tome%20pires&hl=de&pg=PA179#v=onepage&q&f=false Hal. 179].</ref>
Berita-berita Portugis dan [[
=== Perkembangan fungsi keris ===
Baris 73 ⟶ 117:
Keris sebagai elemen persembahan sebagaimana dinyatakan oleh prasasti-prasasti dari milenium pertama menunjukkan keris sebagai bagian dari persembahan. Pada masa kini, keris juga masih menjadi bagian dari sesajian. Lebih jauh, keris juga digunakan dalam ritual/upacara mistik atau paranormal. Keris untuk penggunaan semacam ini memiliki bentuk berbeda, dengan ''pesi'' menjadi hulu keris, sehingga hulu menyatu dengan bilah keris. Keris semacam ini dikenal sebagai keris sesajian atau "keris majapahit" (tidak sama dengan keris tangguh Majapahit)!.
Pemaparan-pemaparan asing menunjukkan fungsi keris sebagai senjata di kalangan awam Majapahit. Keris sebagai senjata memiliki bilah yang
Tata cara penggunaan keris berbeda-beda di masing-masing daerah. Bagi orang [[Jawa]] misalnya disebut Udhonorogo Pakerisan ( Etika berbusana dalam pemakaian keris), keris ditempatkan di pinggang bagian belakang pada masa damai, posisi keris di belakang ada banyak macam tetapi yang paling utama sebagai berikut :
1. Ngogleng
Posisi pertama kerap disebut Ngogleng, dimana keris akan dimasukkan ke dalam lipatan kedua dan ketiga sabuk stagen yang kerap ada dalam pakaian adat Jawa. Sementara gagangnya biasanya akan condong ke sebelah kanan.
Posisi Ngogleng kerap dikenakan oleh abdi dalem dan masyarakat umum. Mereka meletakkan keris di bagian belakang dengan posisi tersebut saat menghadiri acara resmi yang bersifat formal juga ketika dalam masa damai.
2. Kureban
Jika Ngogleng membuat gagang keris condong ke kanan, posisi Kureban justru menjadikannya menghadap ke kiri. Ketika memakai keris dengan posisi seperti ini, maka orang tersebut biasanya sedang menghadiri acara duka cita.
3. Satriya Keplayu
Adalah posisi keris di belakang tengah tegak lurus adalah ketika seseorang sedang beraktivitas yang membutuhkan banyak gerakgerak, juga ketika sedang menghadap raja.
Untuk penempatan di bagian depan yaitu Nyothe adalah posisi yang dilakukan oleh seorang ulama/ resi atau dia adalah seorang spiritualis, penempatan di depan ataupun di samping juga bisa diartikan sebagai siap siaga ketika sedang berperang atau bertarung.
Untuk orang [[Bali]] keris diletakkan di punggung belakang, sedangkan orang Jawa [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]], [[Bugis]] dan [[Melayu]] keris ditempatkan di depan.
<!-- Keris memiliki dua macam bentuk, misalnya ada yang bilahnya berkelok-kelok (selalu ber[[bilangan|bilang]] ganjil) memiliki arti bahwa hidup itu memiliki tantangan, jalan yang berkelok kelok adalah arti dari perjuangan hidup. ada pula yang berbilah lurus memiliki arti spiritualis yaitu tegak lurus kepada sang Pencipta. Orang Jawa menganggap perbedaan bentuk ini memiliki efek [[esoterisme|esoteri]] yang berbeda. -->
<!-- Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti [[keris Mpu Gandring]] dalam legenda [[Ken Arok]] dan [[Ken Dedes]].
-->
Sikap menghormati berbagai benda-benda garapan [[logam]] dapat ditelusuri sebagai pengaruh [[India]], khususnya [[Siwa]]isme.<ref name="old.blades.free.fr">[http://old.blades.free.fr/keris/introduction/origin/history3.htm Origin of The Keris. III. Keris and Sivaism.] Laman ''Old Blades. Malay World Edges Weapons''.</ref> Prasasti Dakuwu (abad ke-6) menunjukkan [[ikonografi]] India yang menampilkan "wesi aji" seperti [[trisula]], ''[[kudhi]]'', [[arit]], dan keris ''sombro''.<ref name="lumintu"/> Para sejarawan umumnya bersepakat, keris dari periode pra-[[Singasari]] dikenal sebagai "keris Buda", yang berbentuk pendek dan tidak berluk (lurus), dan dianggap sebagai bentuk awal (prototipe) keris.<ref name="Origin of The Keris. I. Keris Buda">[http://old.blades.free.fr/keris/introduction/origin/history1.htm Origin of The Keris. I. Keris Buda.] Laman ''Old Blades. Malay World Edges Weapons''.</ref> Beberapa belati temuan dari kebudayaan Dongson memiliki kemiripan dengan keris Buda dan keris sajen. Keris sajen memiliki bagian pegangan dari logam yang menyatu dengan bilah keris.
== Bahan, pembuatan, dan perawatan ==
[[Berkas:Aksesoris Pengantin Pria Melayu.jpg|jmpl|Aksesoris Pengantin Pria Melayu yang memakai keris]]
Logam dasar yang digunakan dalam pembuatan keris ada dua macam logam adalah logam [[besi]] dan logam pamor, sedangkan pesi keris terbuat dari [[baja]]. Untuk membuatnya ringan para Empu selalu memadukan bahan dasar ini dengan logam lain. Keris masa kini (''nèm-nèman'', dibuat sejak abad ke-20) biasanya memakai logam pamor [[nikel]]. Keris masa lalu (''keris kuna'') yang baik memiliki logam pamor dari batu [[meteorit]] yang diketahui memiliki kandungan [[titanium]] yang tinggi, di samping nikel, [[kobal]], [[perak]], [[timah putih]], [[kromium]], [[antimonium]], dan [[tembaga]]. Batu meteorit yang terkenal adalah meteorit Prambanan, yang pernah jatuh pada abad ke-19 di [[kompleks percandian Prambanan]].
Pembuatan keris bervariasi dari satu empu ke empu lainnya, tetapi terdapat prosedur yang biasanya bermiripan. Berikut adalah proses secara ringkas
Bilah besi sebagai bahan dasar di''wasuh'' atau dipanaskan hingga berpijar lalu ditempa berulang-ulang untuk membuang pengotor (misalnya [[karbon]] serta berbagai oksida). Setelah bersih, bilah dilipat seperti huruf U untuk disisipkan lempengan bahan pamor di dalamnya. Selanjutnya lipatan ini kembali dipanaskan dan ditempa. Setelah menempel dan memanjang, campuran ini dilipat dan ditempa kembali berulang-ulang. Cara, kekuatan, dan posisi menempa, serta banyaknya lipatan akan memengaruhi pamor yang muncul nantinya. Proses ini disebut ''saton''. Bentuk akhirnya adalah lempengan memanjang. Lempengan ini lalu dipotong menjadi dua bagian, disebut ''kodhokan''. Satu lempengan baja lalu ditempatkan di antara kedua ''kodhokan'' seperti roti ''sandwich'', diikat lalu dipijarkan dan ditempa untuk menyatukan. Ujung kodhokan lalu dibuat agak memanjang untuk dipotong dan dijadikan ''ganja''. Tahap berikutnya adalah membentuk ''pesi'', ''bengkek'' (calon gandhik), dan terakhir membentuk bilah apakah berluk atau lurus. Pembuatan luk dilakukan dengan pemanasan.
Tahap selanjutnya adalah pembuatan ornamen-ornamen (''ricikan'') dengan menggarap bagian-bagian tertentu menggunakan
Ganja dibuat mengikuti bagian dasar bilah. Ukuran lubang disesuaikan dengan diameter pesi.
Tahap terakhir, yaitu penyepuhan, dilakukan agar logam keris menjadi logam besi baja. Pada keris Filipina tidak dilakukan proses ini. ''Penyepuhan'' ("menuakan logam") dilakukan dengan memasukkan bilah ke dalam campuran [[belerang]], [[garam]], dan perasan [[jeruk nipis]] (disebut ''kamalan''). ''Penyepuhan'' juga dapat dilakukan dengan memijarkan keris lalu dicelupkan ke dalam cairan ([[air]], air garam, atau minyak kelapa, tergantung pengalaman Empu yang membuat). Tindakan ''penyepuhan'' harus dilakukan dengan hati-hati karena bila salah dapat membuat bilah keris retak.
Selain cara Penyepuhan yang lazim seperti diatas dalam penyepuhan Keris dikenal pula Sepuh jilat yaitu pada saat logam Keris membara diambil dan dijilati dengan lidah, Sepuh Akep yaitu pada saat logam Keris membara diambil dan dikulum dengan bibir beberapa kali dan Sepuh Saru yaitu pada saat logam Keris membara diambil dan dijepit dengan alat kelamin wanita (Vagina) Sepuh Saru ini yang terkenal adalah Nyi Sombro, bentuk kerisnya tidak besar tapi disesuaikan.<ref>{{
Pemberian
<!-- Pemerhati dan kolektor keris lebih sering menggolongkan keris sebagai ''keris kuna'' dan ''keris baru''. Keris kuna dibuat sebelum abad ke-19, pembuatannya menggunakan bahan bijih logam mentah yang diambil dari sumber alam dan [[meteorit]] (karena belum ada pabrik peleburan bijih logam), sehingga logam yang dipakai masih mengandung banyak jenis logam campuran lainnya, seperti bijih besinya mengandung [[titanium]], dll. Keris baru ( setelah abad ke-19 ) biasanya hanya menggunakan bahan besi, baja dan nikel dari hasil peleburan biji besi, atau besi bekas ( per ''sparepart'' kendaraan, besi jembatan, besi rel kereta api dll ) yang rata-rata adalah olahan pabrik, sehingga kemurniannya terjamin atau sedikit sekali kemungkinannya mengandung logam jenis lainnya.
Misalkan penelitian Haryono Arumbinang, Sudyartomo dan Budi Santosa ( sarjana nuklir [[BATAN Yogjakarta]] ) pada era 1990, menunjukkan bahwa sebilah keris dengan tangguh [[Tuban]], dapur [[Tilam Upih]] dan pamor [[Beras Wutah]] ternyata mengandung [[besi]] (fe)
<!-- Sumber
<!-- Selain keris, masih terdapat sejumlah senjata tikam lain di wilayah Nusantara, seperti [[rencong]] dari [[Aceh]],sewar, tumbuk lada, badik, dan taji ayam (sumatera),[[badik]] dari [[Sulawesi]] serta [[kujang]] dari [[Jawa Barat]]. Keris dibedakan dari senjata tikam lain terutama dari bentuk bilahnya. keris adalah senjata dengan tajam pada dua sisi, terdiri dari dua bagian yaitu bilah (beserta peksinya) serta ganja, memiliki kecondongan tertentu dari ganjanya, bilah keris tidak dibuat dari logam tunggal yang dicor tetapi merupakan campuran berbagai logam minimal 2 jenis logam,yang ditempa berlapis-lapis. Akibat teknik pembuatan ini, keris memiliki[[pamor keris|pamor]] pada bilahnya.
Baris 126 ⟶ 179:
=== ''Hulu'' atau pegangan keris ===
[[Berkas:Semar Kris (alt) 3.jpg|
Pegangan keris ([[bahasa Jawa]]: ''gaman'', atau
Pegangan keris [[Sulawesi]] menggambarkan burung laut. Hal itu sebagai perlambang terhadap sebagian profesi masyarakat Sulawesi yang merupakan pelaut, sedangkan burung adalah lambang dunia atas keselamatan. Seperti juga motif kepala burung yang digunakan pada keris [[Riau]] Lingga, dan untuk daerah-daerah lainnya sebagai pusat pengembangan tosan aji seperti [[Aceh]], Bangkinang (Riau)
Untuk pegangan keris Jawa, secara garis besar terdiri dari ''sirah wingking'' ( kepala bagian belakang )
=== ''Warangka'' atau sarung keris ===
Warangka, atau sarung keris (bahasa Banjar
Secara garis besar terdapat dua bentuk warangka, yaitu jenis '''warangka ladrang''' yang terdiri dari bagian-bagian
Aturan pemakaian bentuk wrangka ini sudah ditentukan, walaupun tidak mutlak. Wrangka ladrang dipakai untuk upacara resmi
Dalam perang, yang digunakan adalah keris wrangka gayaman
Ladrang dan gayaman merupakan pola-bentuk wrangka, dan bagian utama menurut fungsi wrangka adalah bagian bawah yang berbentuk panjang ( sepanjang wilah keris ) yang disebut '''gandar''' atau ''antupan''
Karena fungsi gandar untuk membungkus
Untuk keris Jawa
=== ''Wilah'' atau bilah keris ===
[[Berkas:
Wilah, wilahan, atau bilah adalah bagian utama dari sebuah keris. Wilah keris adalah logam yang ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi senjata tajam. Wilah terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan, yang biasanya disebut [[dapur]], atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada puluhan bentuk dapur). Sebagai contoh, bisa disebutkan dapur ''jangkung mayang'', ''jaka lola''
Pada pangkal wilahan terdapat '''pesi'''
Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris disebut '''ganja''' (untuk daerah semenanjung Melayu menyebutnya ''aring''). Di tengahnya terdapat lubang pesi (bulat) persis untuk memasukkan pesi, sehingga bagian wilah dan ganja tidak terpisahkan. Pengamat budaya [[tosan aji]] mengatakan bahwa kesatuan itu melambangkan kesatuan ''lingga'' dan ''yoni'',
'''Luk''', adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan dilihat dari bentuknya keris dapat dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan keris yang bilahnya berkelok-kelok atau luk. Salah satu cara sederhana menghitung luk pada bilah
Dalam perdagangan keris nama dhapur sering dipermudah sebagai berikut:
1. Keris lurus disebut Jalak
2. Keris Luk 3 disebut Jangkung
3. Keris Luk 5 disebut Pendhawa
4. Keris Luk 7 disebut Sempana atau Sumpana
5. Keris Luk 9 disebut Jigja
6. Keris Luk 11 disebut Sabuk inten atau Carita
7. Keris Luk 13 disebut Sengkelat
Dhapur keris lurus:
1. Panji Anom 2. Jaka Tuwo 3. Bethok 4. Karna Tinandhing 5. Semar Bethak 6. Regol 7. Kebo Teki 8. Jalak Nguwuh 9. Sempani 10. Jamang Murub 11. Tumenggung 12. Tilam Upih 13. Pasopati 14. Condhong Campur 15. Jalak Dhinding 16. Jalak Ngore 17. Jalak Sangu Tumpeng 18. Mendarang 19. Mesem 20. Semar Tinandhu 21 Ron Teki 22. Sujen Ampel 23. Kelap Lintah 24. Yuyu Rumpung 25. Brojol 26. Laler Mengeng 27. Puthut 28. Jalak Sumelang Gandring 29. Mangkurat 30. Mayat Miring 31. Kalam Munyeng 32. Pinarak 33. Marak 34. Jalak Tilamsari 35.Tilamsari 36. Jalak Lola 37. Wora-wari 38. Wora-wari 39. Sinom 40. Kala Misani
Dhapur luk tiga (3)
1. Jangkung Pacar 2. Maesa Soka 3. Maesa Nempuh 4. Mayat 5. Jangkung Pacar 6. Tebu Sauyun 7. Bango Dholok 8. Manglar Munya 9. Campur Bawur 10. Segara Winotan 11. Jangkung Cinarita
Dhapur Luk Lima (5)
1. Sinarasah 2. Pudhak Sategal 3. Pulanggeni 4. Pandhawa 5. Anoman 6. Kebo Dhengen 7. Kalanadhah 8. Pandhawa lare 9. Urap-urap 10. Naga Salira 11. Kebo Dhendheng 12. Pandhawa Cinarita 11. Jangkung Cinarita
Dhapur Luk Tujuh (7)
1. Balebang 2. Murma Malela 3. Crubuk 4. Jaran Goyang 5. Naga-Kras 6. Sempana Punjul 7. Sempana Bungkem 8. Crita Casapta
Dhapur Luk Sembilan (9)
1. Kidang Mas 2. Panji Sekar 3. Sempana 4. Jaruman 5. Jarudheh 6. Paniwen 7. Panimbal 8. Kidang Soka 9. Carang Soka 10. Sabuk Tampar 11. Buto Ijo 12. Sempana Kalenthang 13. Crita Kanawa
Dhapur Luk Sebelas (11)
1. Carita Bungkem 2. Carita Prasaja 3. Carita Kaprabon 4. Carita Daleman 5. Sabuk Inten 6. Cluring Regol 7. Carita Genengan 8. Carita Gandhu 9. Sabuk Tali 10. Jaka Wuru
Dhapur Luk Tigabelas (13)
1. Caluring 2. Sangkelat 3. Johan Mangan Kala 4. Nagasasra 5. Parungsari 6. Kantar 7. Luk Gandhu 8. Sepokal 9. Karawelang 10. Naga Selumen 11. Bima Kurdha
Dhapur Luk 17, 19, 21, 25, dan 29
Luk 17 Ngamper Buta Lancingan
Luk 19 Trimurda Kala Tinantang
Luk 21 Drajit Trisirah
Luk 25 Bima Kurdha
Luk 27 Taga Wirun
Luk 29 Kalabendu
Keris-keris pusaka keraton hanya sampai berluk13 saja. Keris yang berluk lebih dari 13 disebut keris Kalawijen atau Palawijan, keris ''kalawija'', atau keris tidak lazim dan tidak termasuk Pusaka Keraton.
== ''Pasikutan'', tangguh keris, dan perkembangan pada masa kini ==
:''Lihat pula artikel [[Tangguh keris]]''.
[[Berkas:Alor Gajah Square.JPG|jmpl|Dataran Keris di [[Melaka]], [[Malaysia]].]]
Yang dimaksud dengan ''pasikutan'' adalah "roman" atau kesan emosi yang dibangkitkan oleh wujud suatu keris. Biasanya, personifikasi disematkan pada suatu keris, misalnya suatu keris tampak seperti "bungkuk", "tidak bersemangat", "riang", "tidak seimbang", dan sebagainya.<ref>Kusni. 1979. ''Pakem. Pengetahuan tentang Keris''. C.V. Aneka. Semarang. Hal. 91.</ref>
Langgam/gaya pembuatan suatu keris dipengaruhi oleh zaman, tempat tinggal dan selera empu yang membuatnya. Dalam istilah perkerisan Jawa, langgam keris menurut waktu dan tempat ini diistilahkan sebagai ''tangguh''. Tangguh dapat juga diartikan sebagai "perkiraan", maksudnya adalah perkiraan suatu keris mengikuti gaya suatu zaman atau tempat tertentu. "Penangguhan" keris pada umumnya dilakukan terhadap keris-keris pusaka, meskipun keris-keris baru dapat juga dibuat mengikuti tangguh tertentu, tergantung keinginan pemilik keris atau empunya.
Baris 169 ⟶ 265:
Tangguh keris tidak bersifat mutlak karena deskripsi setiap tangguh pun dapat bersifat tumpang tindih. Selain itu, pustaka-pustaka lama tidak memiliki kesepakatan mengenai empu-empu yang dimasukkan ke dalam suatu tangguh. Hal ini disebabkan tradisi lisan yang sebelum abad ke-20 dipakai dalam ilmu ''padhuwungan''.
Meskipun tangguh tidak identik dengan umur, tangguh keris (Jawa) yang tertua yang dapat dijumpai saat ini adalah ''tangguh Buda'' (atau keris Buda). Keris
Kebangkitan seni kriya keris di Surakarta dimulai pada tahun 1970, dibidani oleh K.R.T. [[Hardjonagoro]] (Go Tik Swan) dan didukung oleh
Keris-keris yang dibuat oleh para pandai keris sekarang dikenal sebagai ''keris kamardikan'' ("keris kemerdekaan"). Periode ini melahirkan beberapa pandai keris kenamaan dari
== Keris legendaris ==
* [[Keris Mpu Gandring]]
* [[Keris Pusaka Setan Kober]]
* [[Senjata tradisional|Keris
* [[Senjata tradisional|Keris Blambangan]]
* [[Keris Kyai Carubuk]]
* [[Keris Kyai Condong Campur]]
==
{{Reflist|group=n}}
== Referensi ==
{{reflist|2}}
== Pranala luar ==
{{commonscat}}
* {{en}} [https://www.youtube.com/watch?v=uUBIkjRgO9c&ab_channel=UNESCO The Indonesian Kris] - UNESCO: Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity - 2008
{{Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia di Indonesia}}
{{Senjata Indonesia}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Keris| ]]
[[Kategori:Senjata tradisional Indonesia]]
[[Kategori:
[[Kategori:Belati]]
[[Kategori:Reka cipta Indonesia]]
[[Kategori:Budaya Indonesia]]
|