Djajeng Pratomo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Clean up, replaced: resiko → risiko (2), added orphan tag using AWB
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3
 
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Orphan|date=Oktober 2016}}
 
'''Djajeng Pratomo''' ({{lahirmati|[[Bagansiapiapi]], [[Sumatera UtaraRiau]], [[Indonesia]]|22|02|1914| [[Amsterdam]], [[Belanda]]|15|02|2018}}) adalah seorang aktivis Perhimpunan Indonesia di [[Belanda]] yang pernah ditahan di [[kamp konsentrasi Nazi]] di [[Dachau]], [[Muenchen]].
 
Ia lahir dari pasangan Raden Mas Pratomo dan Raden Sujatilah. Lahir dengan nama Amirool Koesnom ayahnya keturunan Keraton Pakualaman [[Yogyakarta]].
Baris 43:
Di dalam kamp ini, tak kurang dari 200 ribu orang dari pelbagai penjuru Eropa pernah ditahan—31 ribu di antaranya tewas. Dari 2.068 orang yang berasal dari Belanda, 477 orang di antaranya meninggal.
 
Bersama seorang dokter dari PerancisPrancis, Djajeng menangani para tahanan yang terkena penyakit menular. Ketika epidemi tifus terjadi, awalnya hanya Blok 7 yang digunakan untuk merawat para pasien. Namun, saking banyaknya orang yang sakit, akhirnya barak-barak lain pun digunakan Untunglah datang seorang dokter lain yang sangat berpengalaman dengan penyakit tifus, Dr Kovalenko. Kovalenko adalah dokter tentara Rusia yang menjadi tawanan.
 
Selain merawat tahanan, Djajeng juga harus mengangkut mayat ke totenkamer, kamar mayat. Djajeng melakukan bersama seorang pemuda Rusia berusia 15 tahun. Setiap hari semakin banyak yang diangkut.“ Kami harus terus mengangkat mayat itu satu per satu. Akhirnya kami terpaksa menumpuknya di jalanan,” ujarnya. “Tumpukan mayat itu semakin hari semakin tinggi. Sampai-sampai kami harus memakai tangga.”
Baris 59:
Ceritanya, pada saat pembebasan para tahanan oleh pasukan Amerika, komite-komite nasional didirikan untuk mencatat para tahanan yang masih hidup. Sedangkan yang sakit masuk ke kamp karatina Palang Merah. Seidov masuk ke kamp karatina. Saat itu, Djajeng yang fasih berbahasa Inggris ikut dalam komite mengkoordinasi persediaan makanan, obat-obatan, pakaian, dan barang-barang yang dibutuhkan kamp karantina.
 
Kini, diDi usianya yang telah lebih dari seabad, Djajeng hidup mandiri di apartemennya di [[Belanda]]. Istrinya, Stennie telah meninggal pada tahun 2010 lalu. Kendati dirinya tidak diingat oleh publik dan tidak mampu lagi berbahasa Indonesia, Djajeng tetap mencintai Indonesia. Dengan semangat internasionalnya, idealisme kepatriotan dan aksi-aksi perjuangannya, Djajeng Pratomo adalah salah satu patriot istimewa Indonesia.
 
Djajeng wafat pada tanggal 15 Februari 2018, satu minggu sebelum ulang tahunnya yang ke 104.
 
== Referensi ==
Baris 69 ⟶ 71:
* http://dunia.tempo.co/read/news/2014/03/01/117558612/cara-djajeng-selamatkan-diri-dari-kamp-nazi-5
* https://jakarta45.wordpress.com/2014/03/05/kepahlawanan-seabad-rm-djajeng-pratomo/
* http://historia.id/persona/articles/pejuang-yang-terlupakan-DWrN6
* https://nusantara.news/rm-djajeng-pratomo-pejuang-yang-terlupakan-wafat-di-usia-104/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190124203835/https://nusantara.news/rm-djajeng-pratomo-pejuang-yang-terlupakan-wafat-di-usia-104/ |date=2019-01-24 }}
 
[[Kategori:Aktivis perempuan]]