Simbur Cahaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kanzunqalam (bicara | kontrib)
perubahan tahun
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(12 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{pindah|Wikibooks}}
{{rapikan}}
<!--[[Berkas:Simbur cahaya.jpg|thumb|right|300px| Kitab bersejarah, yang merupakan undang-undang tertulis pertama di wilayah Sumatera Selatan ini, masih tersimpan rapi di Museum Balaputra Dewa, Palembang]]-->
'''Kitab Simbur Cahaya''' merupakan kitab undang-undang hukum adat, yang merupakan perpaduan antara hukum adat yang berkembang secara lisan di pedalaman [[Sumatera Selatan]], dengan ajaran [[Islam]]. Kitab ini diyakini sebagai bentuk [[undang-undang]] tertulis berlandaskan syariat Islam, yang pertama kali diterapkan bagi masyarakat [[Nusantara]].
 
'''Kitab Simbur Cahaya''', ditulis oleh '''[[Ratu Sinuhun]]''' yang merupakan isteri penguasa [[Palembang]], '''Pangeran Sido Ing Kenayan (1636 - 1642 M)'''. Kitab ini terdiri atas 5 bab, yang membentuk pranata hukum dan kelembagaan adat di [[SumatraSumatera Selatan]], khususnya terkait '''persamaan gender perempuan dan laki-laki'''.
 
Pada perkembangan selanjutnya, ketika [[Palembang]] berhasil dikuasai Kolonial [[Belanda]]. Sistem kelembagaan adat masih dilaksanakan seperti sediakala, yaitu dengan mengacu kepada Undang Undang '''Simbur Cahaya''', dengan ''beberapa penghapusan dan penambahan aturan yang dibuat resident''.
 
Berdasarkan informasi dari penerbit “'''Typ“Typ. Industreele Mlj. Palembang, 1922'''”1922”, Undang Undang '''Simbur Cahaya''' terdiri dari 5 bagian, yaitu:
# ''Adat Bujang Gadis dan Kawin (Verloving, Huwelijh, Echtscheiding)''
# ''Adat Perhukuman (Strafwetten)''
Baris 268 ⟶ 265:
Tiada boleh pasirah menerima orang asing di dalarn marga akan berladang, ajar
mengaji, berpandai ernas atau beri tukang kayu atau lain-lain orang yang akan
berhenti lebih dari satu bulan di dalarndalam marga, jika tiada dengan surat izin dari
yangkuasa di dalam batanghari.
 
==== Pasal 17 ====
Pasirah diizinkan pakai cap itulah tanda dia orang yang jalankan kuasa raja di
Baris 341 ⟶ 339:
 
Pasal 4
Tiada boleh pengandang angkat atau berentikan penggawanya. Jika akan diganti sebab mati atau lain-lain halnya hendaklah pengandang ,membawa bakal gantinya pada pasirah supaya diterangkan pada yang kuasa.
 
Pasal 5
Baris 358 ⟶ 356:
Jika orang dagang aatau orang lain singgah di dusun atau diladang dengan maksud akan bermalam hendak kemit dusun atau orang yang punya lading periksa surat pas nya serta unjuk pada kepala dusun. Dan tiada boleh numpang orang asing jika tiada dengan izin kepala dusun. Dan siapa yang numpangkan orang asing tanggung segala perbuatan dan hal nya orang itu. Dan siapa yang numpangkan orang asing tiada dengan izin proatin kena denda dari 1 sampai 4 ringgit.
 
Pasal 10
Orang pedusunan ialah boleh berjual atau membeli orang punya kerja “ Sandang Gawe “ namanya.
 
Baris 381 ⟶ 379:
 
Pasal 17
Pasirah proatin hendak jaga supaya-supaya peranakannya jangan ambil uang fajar pada orang-orang dagang atas tanduran yang belum masuk di dalam rumah atau balai. Kepada yang kuasa atau pasirah proatin mesti dikasih tahu jika orang dagang mau membeli orang punya padi atau kapas sebelumnya dipungut hendak pasirah proatin kasih tahu pada yang kuasa. Dan jika menjadi perkara sebab barang yang dibeli oleh orang dagang begitu rupa tiada timbul pada yang jual tiada boleh pasirah proatin periksa melainkan itu dawaan orang dagang ditolak.
 
Pasal 18
Baris 390 ⟶ 388:
 
Pasal 20
Jika orang membakar lading atas orang lain punya tanduran seperti : Duren, Kelapa, Sirih atau lain-lain mutung sebab orang yang bakar ladang kurang jaga maka itu orang kena denda dari 6 ringgit sampai 12 ringgit dan kena ganti tanduran yang mutung dengan harga yang patut. Dan denda dibagi dua sebagi pulang pada yang punya tanduran dan sebagi pada pasirah proatin.
 
Pasal 21
Baris 396 ⟶ 394:
 
Pasal 22
Dari kerbau malam hendak dikandangi dan siang boleh dilepaskan dan jika hari malam kerbau masuk orang punya ladang lantas ditangkap oleh orang punya ladang itu maka orang yang punya kerbau kena tebus di dalam satu kerbau 5 rupiah. Dan jika orang punya ladang tiada dapat tangkap itu kerbau boleh ia bunuh tiada ada perkaranya dan satu pukang kerbau yang mati ia antar pada yang punya kerbau dan lain bagi orang ladang yang punya. Dan jika siang hari kerbau masuk orang punya ladang tiada boleh dibunuh melainkan hendak diusir. Dan jika yang punya ladang tikam, ia kena ganti harga kerbau.
 
Pasal 23
Baris 442 ⟶ 440:
Pasirah hendak pilih siapa yajg petut jadi kaum di dalam marganya dan bawa pada
yang kuasa di dalam batanghari supaya dikirim menghadap seri paduka tuan besar
di Palembang serta minta surat cap dari padadaripada paduka Pangeran Penghulu Nata
Agama di Palembang.
==== Pasal 05 ====
Baris 476 ⟶ 474:
langgar.
==== Pasal 12 ====
Kaum-kaum hendak pelihara masjid, langgar, padasan dan keramat-keramat.
==== Pasal 13 ====
Orang yang kawin hendak bayar batu kawin satu orangnya setengah rupiah
Baris 507 ⟶ 505:
 
Pasal 2
Dari segala perkara yang salah pada aturan raja atau pada adat, seperti perkara : Mencuri, Berkelahi dan Bujang –gadis. Tiada boleh pasira ambil “tanda serah” artinya toada boleh ambil tanda serah dari segala
perkara yang di hokum dengan denda atau yang di hukum badan.
 
Baris 517 ⟶ 515:
 
Pasal 5
Tanda serah di bagi tiga : Dua bagi pulang pada pasirah atau kepala dusun dan 1 bagi pada penggawa – penggawa yang turut timbang perkara.
 
Pasal 6.
Baris 536 ⟶ 534:
 
Pasal 11
Jika jadi dawa karma barang hilang, melainkan di tetapkan harga bagaimana tersebut di bawah ini :
Padi 100 ganteng palembang ……………………..2 R
Kerbau Satu ………………………………………8 R
Baris 555 ⟶ 553:
 
Pasal 14
Jika orang begoco atau balabebala dengan tangan atau kayu di dalam ruma atau di dalam dusun, sampaisampe bengkak ataupo tiadaidak bengkak di dendadendo dari 2 sampaisampe 6 R, dan lagi yang salah memberingenjuk tepung dari 1 sampai 4 R pada yang luka atau bengkak.
 
Pasal 15
Baris 567 ⟶ 565:
 
Pasal 18
Jika orang missu–missu pada lain orang, terlupa kata yang tiada patut “selip” namanya dihUkum dihukum: Beras, satu gantang Kelapa satu biji Ayam, satu dan sirih, sebisol,maka barang itu pulang pada yang dawa.
 
Pasal 19
Baris 637 ⟶ 635:
Bangun proatin dan anak proatin ………………………………………………..100 R
Bangun anak pasirah dan anak pasirah ………………………………………….400 R
Dan lagi lain dari bangun dossa 18 R dan : Kerbau Satu, Beras 100 gantang, Kelapa 100 biji. Jika orang melukai hendaknya bayar setengah bangun dari dossa 9 R.
 
Pasal 37
Baris 664 ⟶ 662:
 
Pasal 45
Jika orang membuat jahat dengan kambing dan lain-lain hewan “mengidakan wadun sejagat” namanya ia kena denda 12 R. serta pembaso dusun satu kerbau dan lagi ia ganti harga kambing atau lain-lain hewan agaimana harganya yang patut.
 
Pasal 46
Baris 708 ⟶ 706:
== Rujukan ==
* Undang-Undang Simbur Cahaya tulisan Arab Melayu dalam buku Berg, Mr.L.W.C. van de., Rechtsbronnen van Zuid Sumatra, BK1 43, 1894.
* [http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1034 UNDANG-UNDANG SIMBUR CAHAYA (Ringkasan Semua Bab)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305145215/http://zanikhan.multiply.com/journal/item/1034 |date=2016-03-05 }}
* [http://karimsh.multiply.com/journal/item/130 Undang-Undang Simbur Cahaya (Undang-undang yang berlaku pada masa Kesultanan Palembang)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305102441/http://karimsh.multiply.com/journal/item/130 |date=2016-03-05 }}
* [http://nurfirmanephie.wordpress.com/2011/03/31/lelang-lebak-lebung/ Lelang Lebak Lebung]
* [http://kanzunqalam.wordpress.com/2012/06/08/ratu-sinuhun-feminis-nusantara-dari-abad-ke-17m/ Ratu Sinuhun, Feminis Nusantara dari abad ke-17M]
* [http://news.detik.com/read/2008/04/21/144301/926766/10/ratu-sinuhun-diminta-jadi-pahlawan-nasional Ratu Sinuhun Diminta Jadi Pahlawan Nasional]
* [http://sejarah.kompasiana.com/2012/06/06/palembang-dari-nama-cina-menjadi-negeri-darusssalam/ Palembang, dari Nama Cina menjadi Negeri Darussalam] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120609033724/http://sejarah.kompasiana.com/2012/06/06/palembang-dari-nama-cina-menjadi-negeri-darusssalam |date=2012-06-09 }}
 
[[Kategori:Hukum adat]]