Pelantikan Kaisar Jepang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(25 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Use mdy dates|date=August 2014}}
[[Berkas:Enthronement of Emperor Taisho 1.JPG|thumb|Upacara pelantikan Kaisar Taisho di Istana Kekaisaran Kyoto pada 1915]]▼
{{Refimprove|date=February 2017}}
[[Berkas:Emperor Showa.jpg|thumb|[[Hirohito|Kaisar Shōwa]] saat pelantikannya pada 1928.]]▼
{{Infobox recurring event
{{nihongo|'''[[Pelantikan]]'''|即位の礼|Sokui no rei}} [[Kaisar Jepang]] adlaah upacara kuno yang menandai [[kenaikan tahta]] penguasa baru [[Thata Seruni]], monarki warisan tertua di dunia yang masih ada. Berbagai [[Regalia Kekaisaran Jepang|regalia kekaisaran]] kuno diberikan kepada penguasa berdaulat baru pada saat ritus tersebut.▼
|name = Pelantikan Kaisar Jepang
|native_name = {{lang|ja|即位の礼}}
|native_name_lang = ja
|logo =
|logo_alt =
|logo_caption =
|logo_size =
|image = Ceremony of the Enthronement of His Majesty the Emperor at the Seiden7.jpg
|image_size = 300px
|alt =
|caption = Penobatan Kaisar Naruhito di [[Istana Kekaisaran Tokyo]] pada tahun 2019
|genre = <!-- e.g. natural phenomena, fairs, festivals, conferences, exhibitions ... -->
|date = <!-- {{start date|YYYY|mm|dd}} "dates=" also works, but do not use both -->
|begins = <!-- {{start date|YYYY|mm|dd}} -->
|ends = <!-- {{end date|YYYY|mm|dd}} -->
|venue =
|location =
|coordinates = <!-- {{coord|LAT|LON|type:event|display=inline,title}} -->
|country = {{JPN}}
|years_active = <!-- {{age|YYYY|mm|dd}} Date of the first occurrence -->
|first =
|founder_name = <!-- or | founders = -->
|last = <!-- Date of most recent event; if the event will not be held again, use {{End date|YYYY|MM|DD|df=y}} -->
|prev = 2019<br/>[[Naruhito]]
|next =
|participants = *Kaisar
*Keluarga Kekaisaran
*Kepala tiga cabang pemerintahan
*Kepala negara asing
*Undangan domestik
|attendance =
|capacity =
|area =
|budget =
|activity =
|leader_name =
|patron =
|filing =
|people =
|member =
|sponsor = <!-- | or sponsors = -->
|website = [http://www.kunaicho.go.jp/eindex.html The Imperial Household Agency]
[https://japan.kantei.go.jp/ongoingtopics/_00008.html Cabinet Public Relations Office, Cabinet Secretariat]
|current =
|footnotes =
}}
▲[[Berkas:Enthronement of Emperor Taisho 1.JPG|
==Upacara==▼
▲{{nihongo|'''[[Pelantikan]]'''|即位の礼|Sokui no rei}} [[Kaisar Jepang]]
▲== Upacara ==
===Persembahan Tiga Harta Karun Keramat===▼
Upacara pelantikan [[Kaisar Jepang]] terdiri dari tiga bagian utama. Yang pertama adalah yang paling sederhana, dan diadakan setelah kematian penguasa berdaulat terdahulunya. Pewaris tahta secara resmi dipersembahkan dengan kota-kota yang berisi dua dari [[Tiga Harta Karun Keramat Jepang]]: (1) sebuah pedang replika yang mewakili pedang [[Kusanagi]]-no-Tsurugi (artinya "Pedang Pemotong Rumput") (草薙劍), meskipun aslinya dikatakan disimpan di [[Kuil Atsuta]], [[Nagoya]]; dan (2) [[Yasakani no magatama]] (八尺瓊曲玉), sebuah kalung [[Magatama|akik berbentuk koma]]. Tak seperti monarki lainnya, Jepang tak memiliki mahkota dalam regalianya. Tiga obyek tersebut awalnya dikatakan diberikan oleh Dewi Surya, [[Amaterasu|Amaterasu-ōmikami]], kepada cucunya saat ia mula-mula turun ke bumi dan menjadi pendiri dinasti kekaisaran. Benda paling berpengaruh dari tiga harta kartun tersebut adalah cermin [[Yata no Kagami]] (八咫鏡), yang disimpan di [[Kuil Besar Ise|Kuil Ise]] sebagai ''[[shintai|go-shintai]]'' (御神体), atau pertubuhan Dewi Surya itu sendiri. Benda tersebut secara permainnen disimpan di kuil tersebut, dan tidak dipersembahkan kepada Kaisar pada upacara pelantikannya. Para pendeta dan pengirim pesan Kekaisaran dikirim ke kuil tersebut, serta kuil-kuil makam dari empat Kaisar yang memerintah sebelumnya, untuk memberitahukan pengangkatan Kaisar baru.▼
▲=== Persembahan Tiga Harta Karun Keramat ===
===Pelantikan===▼
▲Upacara pelantikan [[Kaisar Jepang]] terdiri dari tiga bagian utama. Yang pertama adalah yang paling sederhana, dan diadakan setelah kematian penguasa berdaulat terdahulunya. Pewaris tahta secara resmi dipersembahkan dengan kota-kota yang berisi dua dari [[Tiga Harta Karun Keramat Jepang]]: (1) sebuah pedang replika yang mewakili pedang [[Kusanagi]]-no-Tsurugi (artinya "Pedang Pemotong Rumput") (草薙劍), meskipun aslinya dikatakan disimpan di [[Kuil Atsuta]], [[Nagoya]]; dan (2) [[Yasakani no magatama]] (八尺瓊曲玉), sebuah kalung [[Magatama|akik berbentuk koma]]. Tak seperti monarki lainnya, Jepang tak memiliki mahkota dalam regalianya. Tiga
[[Berkas:Taisho enthronement.jpg|thumb|left|''Takamikura'' yang digunakan untuk Pelantikan.]]▼
[[Berkas:1990 enthronement banzai banner 萬歳旛.svg|thumb|Spanduk [[sepuluh ribu tahun|Banzai]] yang digunakan pada saat upacara pelantikan.]]▼
Bagian kedua dari upacara tersebut, yang disebut "Sokui-Rei", adalah ritual pelantikan itu sendiri; upacara semacam itu terakhir kali diadakan pada 1990 untuk penguasa berdaulat saat ini, [[Akihito]]. Ritus kuno tersebut biasanya diadakan di [[Kyoto]], bekas ibukota Jepang, namun pada 1990an, Kaisar [[Akihito]] dilantik di [[Tokyo]]. Pelantikan 1990 merupakan upacara pelantikan pertama yang disorot televisi, dan memiliki [[Penjaga Kekaisaran (Jepang)#Penjaga Kekaisaran Agensi Polisi Nasional, 1947–sekarang|Penjaga Kekaisaran]] dengan seragam tradisional. Upacara tersebut diadakan di dalam ruangan, dengan mendirikan panggung yang ditempatkan di dalam kompleks [[Istana Kekaisaran Tokyo|Istana Kekaisaran]]. Satu-satunya bagian dari ritual tersebut adalah publik, dan regalia itu sendiri umumnya hanya dilihat oleh Kaisar dan beberapa pendeta [[Shinto]]. Sebuah catatan dalam majalah ''Time'' dari pelantikan ayah Kaisar Akihito, [[Hirohito]], pada 1928 menyebut beberapa penjelasan: Pertama mendatangkan upacara tiga jam dimana Kaisar baru secara ritual dikabarkan kepada leluhur-leluhurnya yang bahwa ia akan mengambil tahta. Yang berikutnya disusul oleh pelantikan itu sendiri, yang diadakan di sebuah tempat tertutup yang disebut ''Takamikura'', yang terdiri dari sebuah panggung kota besar yang diduduki tiga panggung oktogonal yang atasnya diletakkan sebuah kursi sederhana. Tempat tersebut dikelilingi oleh paviliun oktagonal bergambar [[Phoenix (mitologi)|Phoenix]] emas besar.<ref name="time2">{{cite news|url=http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,928214-1,00.html |title=Emperor Enthroned – TIME |publisher=Time.com |author=|date=November 19, 1928 |accessdate=2008-10-12}}</ref> Pada saat yang sama, Permaisuri Jepang, yang mengenakan regalia busana lengkap, menempatkan diri ke panggung terpisah di samping suaminya.▼
▲=== Pelantikan ===
Kaisar baru ditempatkan di kursi tersebut, dimana setelah duduk, ''Kusanagi'', ''Yasakani no magatama'', [[Segel Penasehat Japan|segel pensejat]] dan [[Segel Negara Jepang|segel negara]] ditempatkan di sebelahnya. Sebuah [[skepter]] kayu sederhana dipersembahkan kepada Kaisar, yang dipegang oleh [[Perdana Menteri Jepang|Perdana Menteri]] yang berdiri di sebelahnya, mewakili rakyat Jepang. Kaisar ditawarkan membuat sebuah ceramah yang mengumumkan kenaikan tahtanya, menyebut orang-orang yang secara langsung atau melalui perantara membantunya dalam meraih seluruh aspirasinya. perdana Menteri membalasnya dengan sebuah ceramah yang menjanjikan kesetiaan dan devosi, disusul oleh "[[sepuluh ribu tahun|tiga sambutan Banzai]]" dari seluruh orang yang hadir. Waktu acara terakhir tersebut harus sinkron, sehingga orang-orang Jepang di seluruh dunia harus bergabung dalam penyambutan "Banzai" pada saat yang sama dengan yang ada di Kyoto atau di Tokyo.<ref name="time2"/>▼
▲[[Berkas:Taisho enthronement.jpg|
▲[[Berkas:1990 enthronement banzai banner 萬歳旛.svg|
▲Bagian kedua dari upacara tersebut, yang disebut "Sokui-Rei", adalah ritual pelantikan itu sendiri; upacara semacam itu terakhir kali diadakan pada 1990 untuk penguasa berdaulat saat ini, [[Akihito]]. Ritus kuno tersebut biasanya diadakan di [[Kyoto]], bekas
▲Kaisar baru ditempatkan di kursi tersebut, dimana setelah duduk, ''Kusanagi'', ''Yasakani no magatama'', [[Segel Penasehat Japan|segel
Acara dari ritus tersebut diakhiri dengan penembakan [[penghormatan 21 meriam]] oleh [[Pasukan Bela Diri Jepang]].
==
''Daijo-sai'', atau Perayaan Ucapan Terima Kasih Besar, adalah ritual pelantikan ketiga dan paling penting—dan juga paling kontroversial, karena upacara tersebut adalah sebuah upacara dimana Kaisar dipersatukan dengan Leluhur Kekaisarannya, dewi matahari [[Amaterasu|Amaterasu-ōmikami]], untuk berbagi [[keilahian]]nya dengan cara yang unik. Upcara tersebut tidak disebutkan dalam Konstitusi yang dituangkan oleh pasukan pendudukan Amerika, sehingga konstitusional saat ini dipertanyakan pada masa pengangkatan Kaisar saat ini Akihito.
Pertama, dua [[sawah]] khusus dipilih dan dimurnikan oleh ritual pemurnian [[Shinto]]. Para keluarga petani yang menanam padi di sawah tersebut harus dalam kondisi sehat. Saat padi tumbuh dan panen, beras-berasnya dibawa ke sebuah kuil Shinto khusus sebagai ''goshintai'' (御神体), persembahan kepada seorang ''[[kami]]'' atau pasukan ilahi. Setiap biji harus utuh dan tidak rusak, dan satu per satu dipoles sebelum direbus. Beberapa [[sake]] juga dihasilkan dari beras tersebut. Dua set benih padi sekarang diberkati masing-masing berasal dari prefektur barat dan timur Jepang, dan beras yang dipilih dari ini ditugaskan dari prefektur yang ditunjuk masing-masing di barat dan timur negara itu, masing-masing.
Sementara itu, dua gubuk dua kamar dua atap dibangun di dekat tempat khusus, menggunakan gaya bangunan Jepang asli yang mendapatkan pengaruh budaya [[Budaya Tionghoa|Tionghoa]]. Satu kamar berisi [[mebel]] besar di tengahnya; kamar yang kedua digunakan oleh para musisi. Seluruh perabotan dan barang-barang rumah tangga juga dipersiapkan lebih awal, dan sebagian besar memiliki bentuk Jepang yang murni: contohnya, seluruh objek [[tembikar]] dipanaskan namun tidak diglasir. Dua struktur tersebut mewakili rumah Kaisar sebelumnya dan Kaisar yang baru. Pada masa-masa awal, saat kepala seorang rumah tangga meninggal, rumahnya dibakar; sebelum pendirian [[Kyoto]], saat seorang Kaisar wafat, seluruh ibu kotanya dibakar sebagai upacara pemurnian.
[[Berkas:Igimono1.JPG|jmpl|Barang-barang ritual dari Pelantikan Kaisar Jepang.]]
Setelah ritual [[permandian]], kaisar dipakaikan busana sutra putih dari seorang pendeta Shinto, tetapi dengan rajutan panjang khusus. Diiringi oleh para [[abdi dalem|abdi]], Kaisar secara sendirian mula-mula memasukki tempat tertutup dan kemudian setiap gubuk dalam acara yang sama—dari 18:30 sampai 21:30 pada ritual pertama, dan ritual kedua dari 12:30 sampai 3:30 pada malam yang sama. Sebuah [[karpet]] dibentangkan sebelum ia datang dan kemudian digulung kembali saat ia berjalan, sehingga kakinya tak pernah menyentuh tanah. Sebuah [[payung]] khusus ditempatkan di atas kepala pemimpin berdaulat tersebut, dimana pegangannya terdapat gambar phoenix yang diukir di ujung tiangnya dan mewakili orang keramat yang datang dari udara ke atasnya. Acara berjalan di sebuah [[karpet]] dilakukan menuju [[Kuil Bekas Ise]], Kaisar mempersembahkan beras, sake yang terbuat dari beras, [[millet]], ikan dan berbagai panganan lainnya dari darat dan laut, kepada Amaterasu. Kemudian, ia memakan beberapa beras sesembahan itu sendiri, sebagai tindakan komuni ilahi yang menyantap penyatuan tunggalnya dengan Amaterasu-ōmikami, kemudian menjadikannya (dalam tradisi Shinto) [[perantara]] antara Amaterasu dan rakyat Jepang.<ref>{{cite news| url=http://articles.latimes.com/1990-11-23/news/mn-5212_1_sun-goddess | work=Los Angeles Times | first=Karl | last=Schoenberger | date=November 23, 1990 | accessdate=2010-05-02 | title=Akihito in Final Ritual of Passage}}</ref><ref>{{cite news| url=http://www.nytimes.com/1990/11/23/world/akihito-performs-his-solitary-rite.html | work=The New York Times | title=Akihito Performs His Solitary Rite | first=Steven R. | last=Weisman | date=November 23, 1990 | accessdate=2010-05-02}}</ref> Upacara tersebut disusul dengan tiga perjamuan dan kunjungan ke Kuil-Kuil Para Leluhur Kekaisarannya.<ref name="time2"/>
== Bacaan tambahan ==
* [[Robert S. Ellwood]], ''The Feast of Kingship: Accession Ceremonies in Ancient Japan'' (Tokyo: Sophia University, 1973).▼
* [[D. C. Holtom]], ''Japanese Enthronement Ceremonies: With an Account of the Imperial Regalia'' (Tokyo: Sophia University, 1972).▼
== Referensi ==
▲*[[Robert S. Ellwood]], ''The Feast of Kingship: Accession Ceremonies in Ancient Japan'' (Tokyo: Sophia University, 1973).
{{reflist}}
▲*[[D. C. Holtom]], ''Japanese Enthronement Ceremonies: With an Account of the Imperial Regalia'' (Tokyo: Sophia University, 1972).
== Pranala luar ==
* [http://www.youtube.com/watch?v=AqrW3V01NB4 Second part of the 1990 enthronement ceremony]
{{Authority control}}
|