Komunikasi lintas budaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
#1Lib1Ref #1Lib1RefID |
||
(34 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
Komunikasi lintas [[budaya]] adalah proses di mana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling memengaruhi satu sama lainnya, baik itu untuk sebuah kebaikan kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan, atau bisa jadi tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan baru).
Pengertian komunikasi lintas budaya menurut para ahli:<ref>{{Cite book|last=Mutmainna|first=Nurunnisa, dkk|date=Desember 2023|url=https://www.google.co.id/books/edition/KOMUNIKASI_BISNIS/w9DsEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Pengertian+komunikasi+lintas+budaya+menurut+para+ahli:&pg=PA23&printsec=frontcover|title=Komunikasi Bisnis|location=Padang|publisher=CV. Gita Lentera|isbn=978-623-88841-3-1|pages=23|url-status=live}}</ref>
#Menurut Stringer and Cassiday (2009) menyatakan komunikasi lintaas budaya adalah komunikasi yang terjalin antar manusia dengan latar belakang budaya yang berbeda.{{cn}}
#Menurut Liliweri komunikasi lintas budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda <ref>{{Cite book|last=Sanusi Silitoga|first=Eddy|date=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Strategi_Komunikasi_Dalam_Bisnis/iD4LEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Menurut+Liliweri+komunikasi+lintas+budaya+merupakan+interaksi+antarpribadi+dan+komunikasi+antarpribadi+yang+dilakukan+oleh+beberapa+orang+yang+memiliki+latar+belakang+budaya+yang+berbeda&pg=PA69&printsec=frontcover|title=Strategi Komunikasi Dalam Bisnis|location=Jakarta|publisher=Cipta Media Nusantara|isbn=978-623-9509-996|pages=69|url-status=live}}</ref>
#Menurut Purwasito, komunikasi lintas budaya didefinisikan sebagai analisis perbandingan yang memprioritaskan relativitas kebudayaan. Komunikasi lintas budaya umumnya lebih terfokus pada hubungan antarbangsa tanpa harus membentuk budaya baru sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi antarbudaya <ref>{{Cite book|last=Liliweri|first=Alo|date=2018|url=https://www.google.co.id/books/edition/Prasangka_Konflik_dan_Komunikasi_Antarbu/qM91DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Menurut+Purwasito,+komunikasi+lintas+budaya+didefinisikan+sebagai+analisis+perbandingan+yang+memprioritaskan+relativitas+kebudayaan.+Komunikasi+lintas+budaya+umumnya+lebih+terfokus+pada+hubungan+antarbangsa+tanpa+harus+membentuk+budaya+baru+sebagaimana+yang+terjadi+dalam+komunikasi+antarbudaya&pg=PA652&printsec=frontcover|title=Prasangka, Konflik Dan Komunikasi Antarbudaya|location=Jakarta|publisher=Kencana|isbn=978-602-422-609-1|pages=652|url-status=live}}</ref>
Berkenaan dengan komunikasi lintas budaya yang tepat, dengan mempelajari situasi di mana orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda saling ''berinteraksi''. Selain bahasa, komunikasi lintas budaya berfokus pada atribut sosial, pola pikir, dan budaya dari kelompok-kelompok yang berbeda dari orang-orang. Hal ini juga melibatkan pemahaman budaya yang berbeda, bahasa, dan adat istiadat orang-orang dari negara-negara lain. Komunikasi lintas budaya berperan dalam ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, studi budaya, linguistik, psikologi dan ilmu komunikasi. Komunikasi lintas budaya ini juga disebut sebagai dasar untuk bisnis internasional. Ada beberapa penyedia layanan dari lintas-budaya yang dapat membantu pengembangan keterampilan komunikasi lintas budaya itu sendiri. Penelitian ini merupakan bagian utama dari perkembangan ketrampilan dari komunikasi lintas budaya.<ref>http://communication-design.net/3-tips-for-effective-global-communication//</ref><ref><cite class="citation web">[http://definitions.uslegal.com/i/intercultural-communication// "Intercultural Communication Law & Legal Definition"]. </cite></ref>
== Komunikasi bisnis antar budaya ==
Komunikasi bisnis antar budaya sangat membantu dalam membangun kecerdasan budaya melalui pembinaan dan pelatihan dalam komunikasi antar budaya, antar-budaya negosiasi, multikultural [[resolusi konflik]], layanan pelanggan, bisnis, dan komunikasi organisasi. Pemahaman antar budaya tidak hanya untuk [[ekspatriat]] yang masuk. Pemahaman antar budaya dimulai dengan orang-orang yang bertanggung jawab untuk proyek dan mencapai orang-orang di dalam menyampaikan layanan, atau konten. Kemampuan untuk berkomunikasi, bernegosiasi dan bekerja secara efektif dengan orang-orang dari budaya lain sangat penting untuk bisnis internasional.
== Masalah ==
Masalah dalam komunikasi lintas budaya biasanya datang dari masalah didalam [[transmisi]] pesan. Dalam komunikasi antara orang-orang dari budaya yang sama, orang yang menerima pesan menafsirkannya berdasarkan pada nilai-nilai, keyakinan, dan harapan untuk perilaku yang mirip dengan orang-orang yang mengirim pesan. Ketika ini terjadi, cara pesan yang ditafsirkan oleh penerima cukup mirip dengan apa yang dimaksudkan oleh sang pembicara. Namun, ketika penerima pesan adalah orang dari budaya yang berbeda, penerima menggunakan informasi dari budaya sang pembicara untuk menafsirkan pesan. Pesan yang ditafsirkan mungkin sangat berbeda dari apa yang pembicara maksudkan.
Atribusi adalah proses di mana orang-orang yang mencari penjelasan tentang perilaku orang lain. Ketika seseorang tidak memahami orang lain, ia biasanya menyalahkan kebingungan tersebut kepada orang lain "kebodohan, kebohongan, atau kegilaan".
Baris 20 ⟶ 26:
''Occulesics'' adalah bentuk dari kinesics yang melibatkan kontak mata dan penggunaan mata untuk menyampaikan pesan
''Proxemics'' menyangkut kepada kedekatan serta tempat dari proses komunikasi (misalnya: ruang pribadi atau tata letak kantor ).
''Paralanguage'' mengacu pada bagaimana sesuatu dikatakan bukan isi dari apa yang dikatakan, misalnya kecepatan nada bicara, perubahan suara, suara-suara lain, tawa, menguap, dan keheningan
Objek bahasa atau kebudayaan material mengacu pada cara kita berkomunikasi melalui bahan artefak—misalnya, arsitektur, desain kantor dan perabotan, pakaian, mobil, kosmetik, dan waktu. Pada ''[[monochronic]]'' budaya, waktu dialami secara linear dan sebagai sesuatu yang harus dihabiskan, disimpan, dibuat, atau disia-siakan.
== Manajemen ==
Poin-poin penting untuk dipertimbangkan
* Mengembangkan kepekaan budaya
* Mengantisipasi makna yang akan diterima oleh penerima
Baris 45 ⟶ 51:
Dua kunci kepribadian adalah keterbukaan dan ketahanan. Keterbukaan meliputi ciri-ciri seperti toleransi untuk ambiguitas, sikap ekstrovert, dan keterbukaan pikiran. Ketahanan termasuk memiliki kemampuan pengendalian diri yang baik, ketekunan, toleransi untuk ambiguitas, dan akal.
Faktor-faktor tersebut yang dikombinasikan dengan kebudayaan seseorang dan identitas rasial serta tingkat kesiapan
== Teori-teori ==
Berikut ini jenis teori dapat dibedakan dalam untaian yang berbeda
=== Rekayasa sosial hasil yang efektif ===
* [[Konvergensi budaya|Konvergensi]] budaya
:Dalam sistem sosial yang relatif tertutup, di mana komunikasi antara anggota tidak dibatasi, sistem secara keseluruhan akan cenderung ''berkumpul'' dari waktu ke waktu menuju negara yang memiliki keseragaman budaya yang lebih besar. Sistem akan cenderung menyimpang ke arah keragaman ketika komunikasi dibatasi.<ref>Kincaid, D. L. (1988). </ref>
* Teori [[Akomodasi budaya|akomodasi]] komunikasi
:Teori ini berfokus pada strategi linguistik untuk mengurangi atau menambah jarak komunikatif..
* Adaptasi lintas budaya
:Teori ini dirancang untuk menjelaskan bagaimana komunikator beradaptasi satu sama lain di "pertemuan terkait tujuan", di mana faktor-faktor budaya perlu dimasukkan.<ref>Ellingsworth, 1983.</ref> Menurut teori adaptasi lintas budaya, kompetensi komunikatif adalah ukuran dari adaptasi yang disamakan dengan asimilasi. Menurut Gudykunst dan Kim (2003), "proses adaptasi antar budaya melibatkan interaksi terus menerus dari dekulturasi dan akulturasi budaya yang membawa perubahan pada orang asing [imigran] ke arah asimilasi, tingkat tertinggi dari adaptasi secara
* Proses kerja teori budaya
:Dalam bentuk paling umum, proses kerja teori komunikasi budaya mengacu pada interaksi antara pihak yang kurag terwakili dengan dominan anggota kelompok.<ref>Orbe, 1998. p.3</ref> Proses kerja teori budaya termasuk didalamnya tetapi tidak membatasi orang-orang dari berbagai warna kulit, wanita, orang-orang cacat, laki-laki gay dan lesbian, dan orang-orang dalam kelas sosial bawah. Proses kerja dari teori budaya, seperti yang dikembangkan oleh Mark P. Orbe,
=== Negosiasi Identitas atau manajemen ===
Baris 72 ⟶ 70:
* Negosiasi identitas
* Teori identitas budaya
* Model ayunan ganda
=== Jaringan komunikasi ===
Baris 80 ⟶ 78:
=== Akulturasi dan penyesuaian ===
* Akulturasi komunikasi
:Teori ini mencoba untuk menggambarkan dimana "adaptasi antar budaya sebagai upaya kolaboratif
* Kegelisahan /
:Ketika orang asing berkomunikasi dengan orang lokal, mereka mengalami ketidakpastian dan kecemasan. Orang asing perlu untuk mengelola ketidakpastian serta kecemasan mereka dalam rangka untuk dapat secara efektif berkomunikasi
* [[Asimilasi (sosial)|Asimilasi]], penyimpangan, dan kondisi keterasingan
:Asimilasi dan adaptasi adalah hasil yang tidak permanen dari proses adopsi; sebaliknya, mereka adalah hasil sementara dari proses komunikasi antara orang lokal dan imigran. "Keterasingan atau asimilasi dalam kelompok atau individu, adalah hasil dari hubungan antara perilaku menyimpang dan lalai dalam komunikasi."<ref>Mc Guire and McDermott, 1988, p. 103</ref>
Komunikasi bisnis antar budaya sangat membantu dalam membangun kecerdasan budaya melalui pembinaan dan pelatihan dalam komunikasi antar budaya, antar-budaya negosiasi, multikultural resolusi konflik, layanan pelanggan, bisnis, dan komunikasi organisasi. Pemahaman antar budaya tidak hanya untuk ekspatriat yang masuk. Pemahaman antar budaya dimulai dengan orang-orang yang bertanggung jawab untuk proyek dan mencapai orang-orang di dalam menyampaikan layanan, atau konten. Kemampuan untuk berkomunikasi, bernegosiasi dan bekerja secara efektif dengan orang-orang dari budaya lain sangat penting untuk bisnis internasional.
Baris 91 ⟶ 89:
=== Kompetensi lintas budaya ===
Komunikasi lintas budaya kompeten ketika ia menyelesaikan tujuan dengan cara yang sesuai dengan konteks dan hubungan. Komunikasi lintas budaya menjadi kebutuhan untuk menjembatani dikotomi antara kesesuaian dan efektivitas:<ref name="Lustig & Koester, 2010">(Lustig & Koester, 2010)</ref> yang tepat pada sarana komunikasi lintas budaya dan mengarah
* '''Kesesuaian'''. Menghargai aturan-aturan, norma-norma, dan harapan dari hubungan tidak dilanggar secara signifikan
* '''Efektivitas'''. Menghargai tujuan atau imbalan (relatif terhadap biaya dan alternatif) yang dicapai.
== Teori-teori ==
Berikut ini jenis teori dapat dibedakan dalam untaian yang berbeda
* Konteks: Sebuah penilaian bahwa seseorang yang kompeten adalah yang dibuat di kedua relasional dan konteks situasional.Ini berarti bahwa kompetensi tidak didefinisikan sebagai sebuah atribut tunggal, artinya seseorang bisa menjadi sangat kuat dalam satu bagian dan cukup baik di tempat lain. Situasional berbicara mengenai kompetensi yang dapat didefinisikan secara berbeda untuk budaya yang berbeda. Misalnya, kontak mata menunjukkan kompetensi dalam budaya barat sedangkan untuk budaya Asia
* Kesesuaian: berarti bahwa perilaku yang dapat diterima dan sesuai harapan dari setiap budaya tertentu
* Efektivitas: perilaku yang menyebabkan hasil yang diinginkan dapat tercapai
* Pengetahuan: Ini ada hubungannya dengan luasnya informasi yang anda miliki tentang kebudayaan orang yang sedang berinteraksi dengan anda. Hal ini penting agar anda dapat menafsirkan makna dan memahami budaya mereka secara umum dan pengetahuan budaya tertentu
* Motivasi:Ini ada hubungannya dengan asosiasi emosional karena mereka berkomunikasi antar budaya. Perasaan dari reaksi anda terhadap pikiran dan pengalaman berhubungan dengan motivasi. Niat dari pikiran yang memandu pilihan anda, itu adalah tujuan atau rencana yang mengarahkan perilaku anda. Ini dua hal yang berperan dalam motivasi.<ref name="Lustig & Koester, 2010">(Lustig & Koester, 2010)</ref>
=== Alat-alat dasar untuk perbaikan ===
Berikut ini adalah cara untuk meningkatkan kompetensi dalam komunikasi:
* Tampilan menarik: menunjukkan rasa hormat dan hal positif untuk orang lain
* Orientasi pengetahuan: Istilah yang digunakan orang untuk menjelaskan diri mereka sendiri dan persepsi mereka tentang dunia
* Empati: Berperilaku dalam cara-cara yang menunjukkan anda memahami dunia sebagaimana yang orang lain lakukan
* interaksi manajemen: keterampilan di mana anda mengatur percakapan
* Tugas peran perilaku: memulai ide-ide yang mendorong kepada kegiatan pemecahan masalah.
* Relasional perilaku peran
* Toleransi untuk ambiguitas: kemampuan untuk bereaksi terhadap situasi-situasi baru dengan sedikit ketidaknyamanan
* Interaksi postur: Menanggapi orang lain dalam deskriptif, non-menghakimi cara.<ref name="Lustig & Koester, 2010">(Lustig & Koester, 2010)</ref>
=== Faktor-faktor penting ===
* Kemahiran dalam bahasa budaya lokal
* Pemahaman bahasa pragmatik: bagaimana menggunakan strategi kesopanan dalam membuat permintaan dan cara menghindari dalam memberikan terlalu banyak informasi
* Menjadi sensitif dan menyadari pola komunikasi non verbal dalam budaya lain
* Menyadari gerakan yang dapat menyinggung atau memiliki arti yang berbeda dalam berbagai budaya
* Pemahaman budaya kedekatan dalam ruang fisik dan paralinguistik suara untuk menyampaikan makna yang dimaksud.<ref name="Intercultural Communication">(Intercultural Communication)</ref>
=== Ciri-ciri ===
* Fleksibilitas
* Toleransi terhadap ketidakpastian yang tinggi
* ''Reflectiveness''
* Keterbukaan pikiran
* Sensitivitas
* Kemampuan beradaptasi
* Terlibat dalam sistem tingkat berpikir yang berbeda.<ref name="Intercultural Communication">(Intercultural Communication)</ref>
Baris 133 ⟶ 131:
* Nada suara
* Menggunakan kata-kata deskriptif
* Penekanan pada
* Volume suara
Cara pesan diterima tergantung pada faktor-faktor ini karena mereka memberikan interpretasi yang lebih besar bagi penerima dan seperti apa yang dimaksudkan oleh pesan. Dengan menekankan
Selain atribut-atribut ini, komunikasi verbal ini juga disertai dengan isyarat non-verbal. Isyarat ini membuat pesan menjadi lebih jelas dan memberikan indikasi kepad pendengar mengenai cara informasi yang harus diterima.<ref>Hinde, R. A. (1972). </ref>
Baris 144 ⟶ 142:
* Penggunaan benda-benda
* Gerakan tubuh
Dalam hal komunikasi lintas budaya ada hambatan bahasa yang dipengaruhi oleh bentuk verbal dari komunikasi. Dalam hal ini ada kesempatan untuk terjadi miskomunikasi antara dua pihak atau lebih.<ref>Esposito, A. (2007). </ref> hambatan-hambatan lain yang berkontribusi terhadap miskomunikasi dapat menjadi jenis kata-kata yang dipilih dalam percakapan. Jangan sampai perbedaan budaya menjadi ada yang berbeda
== Komunikasi nonverbal ==
Baris 151 ⟶ 149:
* Ekspresi wajah dan gerak tubuh
* Pakaian
* Gerakan
* Postur tubuh
* Kontak mata<ref>Akmajian Adrian, Demers Richard, Farmer Ann, Harnish Robert. 2001. </ref>
Bila tindakan ini dipasangkan dengan komunikasi verbal, maka pesan dibuat dan dikirim. Bentuk komunikasi nonverbal adalah perilaku kinesik. Perilaku kinesik adalah komunikasi melalui gerakan tubuh—misalnya, postur, gerak tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata. Makna dari perilaku tersebut bervariasi antar negara dan mempengaruhi komunikasi lintas budaya. Bentuk komunikasi nonverbal secara kinesik adalah kontak mata dan menggunakan mata untuk menyampaikan pesan. Secara keseluruhan, komunikasi nonverbal memberikan petunjuk untuk apa yang dikatakan secara verbal dengan penggambaran fisik.
[[Berkas:Visual_Nonverbal_Communication.png|jmpl|Teknik komunikasi nonverbal yang digunakan di seluruh dunia dan di beberapa budaya.]]
Komunikasi nonverbal dan kinesik bukan satu-satunya cara untuk berkomunikasi tanpa kata-kata. ''[[Proxemiks|Proxemics]]'', bentuk komunikasi nonverbal, berkaitan dengan pengaruh kedekatan dan ruang komunikasi. Bentuk lain dari perilaku nonverbal dan komunikasi yang berhubungan dengan komunikasi lintas budaya adalah ''paralanguage''. ''Paralanguage'' mengacu pada bagaimana sesuatu yang dikatakan, bukan isi dari apa yang dikatakan—misalnya, kecepatan bicara, nada dan infleksi suara, suara-suara lain, tertawa, menguap, dan keheningan. ''Paralanguage'' akan kemudian menyentuh dalam bagian verbal dari komunikasi lintas budaya.
Komunikasi nonverbal telah ditunjukkan untuk memperhitungkan antara 65% dan 93% dari ditafsirkannya proses komunikasi.<ref name="Samovar Larry 2006. pp13">Samovar Larry, Porter Richard, McDaniel Edwin, Roy Carolyn. 2006. </ref> Variasi Kecil dalam bahasa tubuh, ucapan, irama, dan ketepatan waktu sering menyebabkan ketidakpercayaan dan persepsi yang salah dari situasi antara pihak pelaku lintas budaya. Hal tersebut adalah di mana komunikasi nonverbal dapat menyebabkan masalah dengan komunikasi lintas budaya. Kesalahpahaman dengan komunikasi nonverbal dapat menyebabkan miskomunikasi dan penghinaan dengan perbedaan budaya. Sebagai contoh, kegiatan menjabat tangan dalam satu budaya mungkin akan sebagai sesuatu yang pantas dilakukan, sedangkan bagi kebudayaan lain dapat disebut sebagai sesuatu yang kasar atau tidak pantas.<ref name="Samovar Larry 2006. pp13">Samovar Larry, Porter Richard, McDaniel Edwin, Roy Carolyn. 2006. </ref>
Baris 169 ⟶ 167:
=== Indonesia ===
Dari apa yang kita ketahui dari penjelasan mengenai komunikasi lintas budaya hal tersebut dapat dikaitkan juga dengan ''theory of reasoned action'' yang merujuk kepada sikap dan perilaku seseorang yang diikuti oleh kepercayaan bahwa hal tersebut adalah benar sehingga hal tersebut memunculkan niat dan akhirnya berujung kepada perilaku individu. Contoh penerapan dari komunikasi lintas budaya di Indonesia yang juga berkaitan dengan ''theory of reasoned action'' adalah sebagian besar masyarakat Indonesia meyakini bahwa membungkukan badan saat berjalan melintasi orang yang lebih tua adalah sesuatu yang sopan, dan karena budaya serta adat tersebut diyakini benar dan menimbulkan perilaku. Penerapan dari sisi teknologi yang menaungi komunikasi lintas budaya ini adalah dengan penggunaan media sosial yang berbasis internet, yang seperti contohnya dapat mempengaruhi ''design'' dari tata busana kain batik Indonesia. Peleburan lintas budaya ini membuat corak dari ''design'' batik Indonesia yang lebih berkesan ''modern'' dan ''stylist.''
== Referensi ==
Baris 179 ⟶ 178:
* Bhawuk, D. P. & Brislin, R. (1992). "The Measurement of Intercultural Sensitivity Using the Concepts of Individualism and Collectivism", International Journal of Intercultural Relations(16), 413–36.
* Ellingsworth, H.W. (1983). "Adaptive intercultural communication", in: Gudykunst, William B (ed.), ''Intercultural communication theory'', 195–204, Beverly Hills: Sage.
* Fleming, S. (2012). "Dance of Opinions: Mastering written and spoken communication for intercultural business using English as a second language" ISBN
* Graf, A. & Mertesacker, M. (2010). "Interkulturelle Kompetenz als globaler Erfolgsfaktor. Eine explorative und konfirmatorische Evaluation von fünf Fragebogeninstrumenten für die internationale Personalauswahl", Z Manag(5), 3–27.
* Griffin, E. (2000). A first look at communication theory (4th ed.). Boston, MA: McGraw-Hill. n/a.
* Groh, Arnold (2006). Globalisation and indigenous identity. ''Psychopathologie africaine'', 33, 1, 33-47.
* Groh, Arnold (2018). ''Research Methods in Indigenous Contexts.'' New York: Springer. ISBN 978-3-319-72774-5
* Groh, Arnold (2019). [http://www.gpec.ucdb.br/pssa/index.php/pssa/article/download/907/pdf Identidade Cultural e o Corpo.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191116201422/http://www.gpec.ucdb.br/pssa/index.php/pssa/article/download/907/pdf |date=2019-11-16 }} ''Revista Psicologia e Saúde'', 11, 2, 3-22.
* Gudykunst, William B., & M.R. Hammer.(1988). "Strangers and hosts: An uncertainty reduction based theory of intercultural adaption" in: Kim, Y. & W.B. Gudykunst (eds.), ''Cross-cultural adaption'', 106–139, Newbury Park: Sage.
* Gudykunst, William B. (2003), "Intercultural Communication Theories", in: Gudykunst, William B (ed.), ''Cross-Cultural and Intercultural Communication'', 167–189, Thousand Oaks: Sage.
* Hidasi, Judit (2005). ''Intercultural Communication: An outline'', Sangensha, Tokyo.
* Hogan, Christine F. (2013), "Facilitating cultural transitions and change, a practical approach",
* Hogan, Christine F. (2007), "Facilitating Multicultural Groups: A Practical Guide", London: Kogan Page, ISBN
* Kelly, Michael., Elliott, Imelda & Fant, Lars. (eds.) (2001). Third Level Third Space – Intercultural Communication and Language in European Higher Education. Bern: Peter Lang.
* Kim Y.Y.(1995), "Cross-Cultural adaption: An integrative theory.", in: R.L. Wiseman (Ed.)''Intercultural Communication Theory'', 170 – 194, Thousand Oaks, CA: Sage.
Baris 194 ⟶ 196:
* Oetzel, John G. (1995), "Intercultural small groups: An effective decision-making theory", in Wiseman, Richard L (ed.), ''Intercultural communication theory'', 247–270, Thousands Oaks: Sage.
* Spitzberg, B. H. (2000). "A Model of Intercultural Communication Competence", in: L. A. Samovar & R. E. Porter (Ed.) "Intercultural Communication – A Reader", 375–387, Belmont: Wadsworth Publishing.
* Wiseman, Richard L. (2003), "Intercultural Communication Competence", in: Gudykunst, William B (ed.), ''Cross-Cultural and Intercultural Communication'', 191–208, Thousand Oaks: Sage.
* Lustig, M. W., & Koester, J. (2010). Intercultural competence
[[Kategori:Studi komunikasi]]
[[Kategori:Antropologi budaya]]
|