Patih Udara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(48 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox raja
'''Patih Udara''' <!-- atau '''Patih Mahodara/Maudara''' (versi [[Hikayat Banjar]]) : sembunyikan dulu, perlu rujukan. --> adalah seorang [[patih]] (''rakryan apatih'' atau ''hamangkubhumi'') kerajaan [[Majapahit]] pada masa pemerintahan [[Dyah Ranawijaya]].<ref name=Olthof/> Ia juga diketahui sebagai seorang pemegang kekuasaan terakhir sisa-sisa kerajaan tersebut (1499-1518),<ref name=Rouffaer/> sebelum akhirnya diambil-alih seutuhnya oleh [[Kesultanan Demak]].
| name = Udara
| title = Sri Mahapatih Maudhara
| image =
| caption = Ilustrasi Raden Wijaya
| succession = {{flagicon|Indonesia|naval|size=23px}} [[Patih|Patih Majapahit]]
| reign = 1498 - 1518
| coronation =
| predecessor = [[Wahan]]
| successor = Petahana
| suc-type =
| birth_name =
| birth_date =
| birth_place =
| death_date =
| death_place = [[Berkas:Naval flag of Majapahit Kingdom.svg|22x20px]] Majapahit
| date of burial =
| place of burial =
| consort =
| issue =
| full name =
| regnal name =
| father = [[Wahan]]
| mother =
| religion =
| succession1 = Maharaja [[Majapahit]] ke-13
| reign1 = 1518 - 1527
| predecessor1 = [[Dyah Ranawijaya]]
| successor1 = Bubar
| queen =
| spouse 2 =
| spouse 1 =
| spouse 3 =
| spouse 4 =
| spouse 5 =
| spouse 6 =
| royal house =
| dynasty =
| heir =
| royal anthem =
}}
 
'''Patih Udara''' / '''Maudhara''' / '''Andura''' adalah seorang [[Mahapatih|Patih]] atau Perdana Menteri (''apatih'' ''amangkubhumi'') kerajaan [[Majapahit]] pada masa pemerintahan [[Dyah Ranawijaya|Girindrawardhana Dyah Ranawijaya]].<ref name=Olthof/> Udara menurut catatan Portugis diketahui sebagai seorang pemegang kekuasaan terakhir sisa-sisa kerajaan Majapahit pada tahun 1498–1527,<ref name="Rouffaer">[[G.P. Rouffaer]], "Wanneer is Madjapahit gevallen?", ''BKI'', 50, 1899, hlm. 144; H.J. de Graaf en Th. G. Th. Pigeaud, ''De Eerste Moslimse Vorstendommen op Java'', 1974, hlm. 47.</ref> Majapahit Kediri yang Dipimpin Patih Maudhara ditaklukkan oleh [[Kesultanan Demak]] pada tahun 1527,Dikarenakan Raden Patah tidak ingin Majapahit jatuh diluar Dinasti Rajasa.Berdasarkan Babad Sumenep ,Pada Masa pemerintahan Patih Udhara bersaing dengan Ratu Ratna Pembayun (Putri Sulung Brawijaya V) yang berkedudukan Di Japan/ Dekat Kota Mojokerto.
 
== Sejarah ==
Menurut keterangan [[Babad Tanah Jawi]], Patih Udara merupakan anak dari Patih Wahan, dan semula menjabat sebagai seorang [[adipati]] di [[Kediri]].<ref name=Olthof>W.L. Olthof, ''Babad Tanah Djawi'', 1941, teks bahasa Jawa, hlm. 17-18.</ref> Mpu Wahan adalah patih yang mendampingi raja [[Majapahit]]Dyah Ranawijaya|Girindrawardhana [[Dyah Ranawijaya]] di awal masa pemerintahannya,.<ref>OJO,XCI, baris ke-2.</ref> Udara kemudian juga mendampingi Ranawijaya sebagai patihKemudian pada masa akhir pemerintahannya. Pengelana Portugis [[Tomé Pires]] berkunjung ke Jawa antara tahun [[1512]]-[[1515]]1498, menyebutkanPatih dalamWahan catatannyadigantikan ''[[Sumaoleh Oriental]]''Patih bahwaUdara ''Patemendampingi Udra'' (atau ''Pate Andura'') memiliki kekuasaan yang cukup besar. Meskipun hanyaRanawijaya sebagai patih (''visoapatih reyamangkubhumi'') dan panglima perang (''capitamperdana moor''menteri), iahingga sangatmasa diseganiakhir sehingga dianggap hampir seperti rajaMajapahit.<ref>Armando Cortesao, ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', I, 1944, hlm. 175-176.</ref>
 
Seorang penjelajah Portugis bernama [[Tomé Pires]], mencatat kesaksian dan informasi yang dia dapatkan selama melakukan perjalanan ke penjuru Asia termasuk ke Jawa, antara tahun [[1512]]-[[1515]]. Pires dalam catatannya yang disebut ''[[Suma Oriental]],'' menyebutkan bahwa raja pada saat itu, ''Batara Vojyaya'' (Batara Wijaya atau Brawijaya, identik dengan [[Dyah Raṇawijaya|Dyah Ranawijaya]]), sudah tidak memiliki pengaruh dan hanya merupakan pemimpin simbolis saja. Sedangkan pemerintahan efektif dipegang oleh Patih Udara, yang disebut dengan gelarnya yaitu ''Guste Pate'' (atau Gusti Patih) atau ''Pate Andura. Guste Pate'' menurut Pires disebut memiliki kekuasaan yang dominan dalam pemerintahan dan merupakan penguasa ''de facto'' Majapahit.<ref name=":0" />
Masa pemerintahan Patih Udara sebagai penerus kekuasaan Dyah Ranawijaya belum dapat dipastikan secara tepat. Ranawijaya masih mengeluarkan Prasasti Jiwu I bertarikh 1486, yang menceritakan pengukuhan anugerah raja kepada pendukungnya dalam perang saudara melawan [[Bhre Kertabhumi]]. Berita dari [[Dinasti Ming]] tahun 1499 juga menyebutkan masih adanya hubungan diplomatik antara Cina dan Jawa (Majapahit).<ref>Groeneveldt, ''Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources'', 1960, hlm. 36.</ref> Namun, walikota [[Malaka Portugis]] [[Rui de Brito]] pada tahun 1514 dan penulis Portugal [[Duarte Barbosa]] pada tahun 1518 hanya menyebutkan adanya seorang "raja kafir" yang masih berkuasa di pedalaman Jawa tanpa menyebutkan nama. Sedangkan laporan [[Antonio Pigafetta]] tahun 1522 mengesankan tidak ada lagi Majapahit, serta [[Pati Unus]] lah sebagai penguasa atas bekas wilayah kerajaan tersebut antara tahun 1518-1521.<ref name=Rouffaer>G.P. Rouffaer, "Wanneer is Madjapahit gevallen?", ''BKI'', 50, 1899, hlm. 144; H.J. de Graaf en Th. G. Th. Pigeaud, ''De Eerste Moslimse Vorstendommen op Java'', 1974, hlm. 47.</ref> Maka diperkirakan Udara berkuasa atas sisa-sisa pemerintahan Majapahit pada masa antara 1499-1518.
 
Meskipun secara formal, Udara hanya menjabat sebagai patih (''viso rey'') dan panglima perang, dia sangat disegani sehingga dianggap hampir seperti raja. Udara juga mengukuhkan kekuasaan melalui hubungan kekerabatan. Udara menikah dengan putri dari penguasa Blambangan yaitu ''Pate Pimtor'' (Menak Pentor), menikahkan putrinya dengan ''Batara Vojyaya'', dan menempatkan putranya ''Pate Sepetat'' (Menak Sapetak) sebagai penguasa ''Gamda'' (Pasuruan). Udara menjadi pemimpin tertinggi yang menggalang perlawanan sisa-sisa Majapahit terhadap penguasa-penguasa Islam di pesisir utara Jawa, terutama [[Kesultanan Demak|Demak]].<ref name=":0">Armando Cortesao, ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', I, 1944</ref>
 
Secara umum, masa akhir Majapahit hingga keruntuhannya belum dapat dirangkai secara pasti, termasuk detail masa kekuasaan Batara Wijaya, serta Patih Udara sebagai pemegang kekuasaan. Sebelum masa yang dicatat [[Tomé Pires]] yaitu antara tahun 1512-1515, penguasa terakhir yang dicatat menghasilkan sumber primer adalah [[Dyah Raṇawijaya|Dyah Ranawijaya]] yang mengeluarkan Prasasti Jiwu I bertarikh 1486, dengan isinya adalah anugerah raja kepada pendukungnya dalam perang saudara melawan [[Kertabhumi|Bhre Kertabhumi]]. Berita dari [[Dinasti Ming]] tahun 1498 juga menyebutkan masih adanya hubungan diplomatik antara Cina dan Jawa (Majapahit).<ref>Groeneveldt, ''Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources'', 1960, hlm. 36.</ref> Penjelajah Portugis lain yaitu [[Duarte Barbosa]] pada tahun 1518 menyebutkan adanya seorang "raja kafir" yang masih berkuasa di pedalaman Jawa yang namanya disebut sebagai 'Pateudra'.<ref>{{Cite book|last=Barbossa|first=Duarte|date=1921|title=Book of Duarte Barbossa vol.II|location=London|publisher=Redford Press|pages=190|url-status=live}}</ref>
 
== Legenda dan fiksi ==
Dalam lakon [[wayang klithik]] Jawa Timur serta dalam naskah ''Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit'' (no. kat. D.166) dan ''Serat Lampahan Damarwulan Ngarit'' (no. kat. G.162) koleksi Perpustakaan Reksapustaka, [[Pura MangkunegaranMangkunagaran]], [[Surakarta]], tokoh Patih Udara disebutkan sebagai ayah dari [[Damar Wulan]]. Ia adalah bekas patih Majapahit yang mengudurkan diri, yang posisinya digantikan oleh adiknya yaitu [[Patih LohgenderLogender]].<ref>{{cite web
| last = Romania
| first =
| authorlink =
| coauthors =
Baris 20 ⟶ 66:
| accessdate = 28 Juni
| accessyear = 2011
| quote =
}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
}}</ref>
 
Pada [[fiksi|cerita fiksi]] ''[[Nagasasra dan Sabukinten|Nagasasra Sabuk Inten]]'' karya pengarang [[Singgih Hadi Mintardja|S.H. Mintardja]], terdapat tokoh raja terakhir Majapahit bernama ''Hudhara'' yang bergelar Brawijaya VII, yang disebutkan memberikan izin kepada [[Raden Patah]] untuk memindahkan pusat kerajaan Majapahit ke [[Kabupaten Demak|Demak]].<ref>{{cite web|last=Februana|first=Ngarto|date=27 November 2007|title=Sepak Terjang Para Pendekar|url=http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/?doky=MjAwNw==&dokm=MTE=&dokd=Mjc=&dig=YXJjaGl2ZXM=&on=Q1JT&uniq=NTg5|publisher=Tempo|archive-url=https://web.archive.org/web/20120304173009/http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/?doky=MjAwNw==&dokm=MTE=&dokd=Mjc=&dig=YXJjaGl2ZXM=&on=Q1JT&uniq=NTg5|archive-date=4 Maret 2012|dead-url=yes|accessdate=16 Juni 2008}}</ref>
| last = Februana
| first = Ngarto
| authorlink =
| coauthors =
| year = 2007
| url = http://www.ruangbaca.com/ruangbaca/?doky=MjAwNw==&dokm=MTE=&dokd=Mjc=&dig=YXJjaGl2ZXM=&on=Q1JT&uniq=NTg5
| title = Sepak Terjang Para Pendekar
| format =
| work =
| publisher = Tempo
| accessdate = 16 Juni
| accessyear = 2008
| quote =
}}</ref>
 
== Lihat pula ==