James Hal Cone: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi)
#wpwp
 
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 4:
|image = JamesHalCone.jpg
|image_width =
|caption = James Cone di Konvokasi ke-174 Seminari Teologi Union di Kota New York. 2009
|birth_date = 5 Agustus 1938
|birth_place = Fordyce, Arkansas
| death_date = {{death date and age|2018|4|28|1936|8|5|mf=yes}}<ref name="uts-obit">{{cite web|url=https://utsnyc.edu/james-cone/|title=In Memoriam: Dr. James Hal Cone|date=April 28, 2018|access-date=April 28, 2018|website=Union Theological Seminary}}</ref><ref>{{cite news|url=http://www.newsweek.com/who-was-cause-death-james-cone-theology-black-905098|title=Who Was James Come? Founder of Black Liberation Theology Dies|first=Maria|last=Vultaggio|date=April 28, 2018|access-date=April 28, 2018|work=Newsweek}}</ref>
|residence =
|citizenship = [[Amerika Serikat]]
Baris 28 ⟶ 29:
 
== Biografi Singkat ==
Cone lahir di Fordyce, Arkansas dan dibesarkan di Bearden, Arkansas. <ref name="Hennelly">{{en}} Alfred T. Hennelly. ''Liberation theologies:the global pursuit of justice''. 1995. USA: Twenty-Third Publications. Hal. 382.</ref> Dia mendapat gelar B.A. Gelar dari suka Philander Smith College di Arkansas pada tahun 1958, dan gelar BD dari Garrett-Evangelical Theological Seminary pada tahun 1961, MA dan Ph.D.berasal dari Northwestern University pada tahun 1963, dan 1965 masing-masing.<ref name="Hennelly"/> Dia mengajar teologi dan agama di philander Smith College, Adrian College di Michigan, dan mulai tahun 1970 di Seminari Teologi Union di New York City.<ref name="Hennelly"/>
 
== Pemikiran ==
=== Allah ===
James Cone menyinggung soal [[realitas Allah]].<ref name="Cone">{{en}} James H. Cone. ''The Cross and the Lynching Tree''. 2006. USA: Harvard Divinity Buletin. Hal. 47-55.</ref> Ia menyatakan bahwa Allah tidaklah dimiliki oleh manusia, tetapi Allah yang memiliki manusia. Allah bukan milik orang kulit putih tetapi Allah milik semua orang.<ref name="Cone"/> Dikatakan juga bahwa [[Injil]] itu adalah Injil yang membebaskan, Injil itu adalah pesan Tuhan, untuk mengetahui Injil itu tidak hanya melalui pengetahuan saja, tetapi harus juga melalui iman, sehingga Injil berisi soal pesan pembebasan yang dilakukan Tuhan di dunia.<ref name="Cone"/>
Realita yang terjadi menurut Cone merupakan penyimpangan yang besar, bahwa Allah hanya dimiliki orang oknum tertentu saja, mereka adalah kelompok yang membuat diri mereka menjadi superior dalam sistem, mereka adalah orang kulit putih. <ref name="Cone"/> Allah ada untuk orang kulit putih, teologi yang perkembang adalah teologi dari kaca matakacamata kulit putih, Allah hanya dimiliki oleh orang kulit putih.<ref name="Cone"/> Kepemilikan Allah pada orang kulit putih, hal yang tidak benar, berdampak kepada perlakukan sosial yang ada di tengah masyarakat. Contoh yang sangat jelas adalah superioritas orang kulit putih. <ref name="Cone"/>
 
=== Kristus ===
Baris 39 ⟶ 40:
[[Kristus]] Amerika itu tidak memiliki ciri-ciri rasial, Ia berkulit langsat, berambut ikal warna coklat dan kadang-kadang sungguh ajaib-memiliki mata biru..<ref name="james">{{en}} James Hal Cone. ''Black Theology Documentary''. 1970. USA: Roermond. Hal. 116-117.</ref> Orang-orang kulit putih berkeberatan jika ia berbibir tebal, sama seperti [[orang Farisi]] berkeberatan, jika mereka melihat Dia di suatu ”pesta” bersama dengan orang-orang pemungut cukai.<ref name="james"/>Namun apakah orang kulit putih setuju atau tidak, Kristus berkulit hitam. Memperkirakan, bahwa Kristus memilih kulit hitam, bukanlah suatu gagasan [[teologi emosional]],… membayangkan Kristus tidak berkulit hitam dalam abad ke-20, secara teologis sama mustahil dengan bila ia dibayangkan bukan orang [[Yahudi]] pada abad pertama.<ref name="james"/>
 
Cone mempertanyakan kembali apa artinya keputusan [[Konsili Nicea]] pada tahun 325, yang menyatakan bahwa Kristus adalah sehakikat –homoousios- dengan Bapa dan keputusan [[Konsili Chalcedon]] pada tahun 451, yang menyatakan bahwa kedua kodrat yang ilahi dan manusiawi, tidak terbagi dan terpisah dan tidak tercampur dan tidak berubah.<ref name="hal">{{en}} James Hal Cone. ''God of Oppressed''. 1975. USA: Roermond. Hal. 5.</ref> Apa artinya bagi mereka yang melihat Yesus bukan sebagai suatu gagasan dalam pemikiran, tetapi Yesus yang mereka kenal sebagai juru selamat dan sahabat.<ref name="hal"/> Pokok ini diuraikan oleh Cone dalam bukunya ''The Spirituals and Blues''.
 
[[Berkas:Cicatrices de flagellation sur un esclave.jpg|thumbjmpl|leftkiri|Peter, seorang budak di Louisiana, Cone merefleksikan pengalaman budak ini dengan cambukan dipunggungnya layaknya Yesus yang juga dicambuk.]]
 
Menurut dia, lagu Negro Spirituals itu bersifat cerita mengenai daya upaya historis orang kulit hitam untuk memperoleh kebebasan duniawi, dan bukan suatu proyeksi orang Afrika yang tidak mempunyai harapan dan yang telah melupakan “tanah air” mereka, atas dunia lain.<ref name="Wessel">{{id}} Anton Wessel. ''Memandang Yesus''. 2001. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 84-89.</ref> Dalam lagu-lagu “Spirituals” itu Yesus dilihat sebagai Raja yang membebaskan umat manusia dari penderitaan yang tidak adil.<ref name="Wessel"/> Ia penghibur dalam waktu-waktu susah, “bunga bakung yang di lembah” dan bintang terang diwaktu menjelang pagi. “Spirituals” itu tidak mengungkapkan spekulasi teologis.<ref name="Wessel"/> Yesus bukanlah pokok-pokok permasalahan teologis. <ref name="Wessel"/>Ia dilihat dalam kenyataan pengalaman kaum kulit hitam. Spirituals itu berbicara jelas dan tuntas tentang sifat ilahi Yesus. <ref name="Wessel"/>Berbicara mengenai Bapa dan Anak adalah dua cara untuk berbicara tentang kenyataan kehadiran ilahi dalam masyarakat budak.<ref name="Wessel"/> Yang menjadi pusat keberadaan mereka adalah lambang dari penderitaan mereka.<ref name="Wessel"/> Yesus berada di tengahnya, sehingga Ia adalah Sahabat dn Teman sependeritaan dalam perbudakan, “Spirituals” itu tidak hanya berbicara tentang apa yang dilakukan oleh Yesus dan sedang dilakukan bagi orang kulit hitam dalam perbudakan. Ia dianggap sebagai orang yang memegang kunci penghakiman.<ref name="Wessel"/> Yesus adalah Allah sendiri, yang menerobos ke dalam masa lampau historis umat manusia dan mengubahnya sesuai dengan pengharapan ilahi.<ref name="Wessel"/>
 
Cone menegaskan bahwa Yesus Kristus harus diakui berdasarkan keberadaan-Nya kini, dalam masa lampau dan dalam waktu yang akan datang. “Kita baru dapat memahami riwayat hidup Yesus pada masa lampau dan arti keselamatan-Nya (soteriologis), jika hidup-Nya pada masa lampau dikaitkan secara logis dan teratur (dialektis) dengan kehadiran-Nya pada masa kini dan kedatangan-Nya pada masa yang akan datang”. Dalam menganalisamenganalisis hidup Yesus pada masa lampau, kita tidak dapat menyangkal nilai soteriologis-Nya pada masa kini sebagai Tuhan dari pergumulan kita sekarang.<ref name="Wessel"/> Pandangan terhadap masa depan Kristus, yang menerobos kehidupan mereka sebagai budak, mengubah pandangan mereka terhadap masa depan mereka sendiri.<ref name="Wessel"/> Para teolog kulit hitam harus dapat membuktikan, bahwa sifat hitam Yesus bukan hanya bakat psikologis dari orang kulit hitam, tetapi berasal dari penelitian yang dapat dipercaya, dari sumber-sumber yang menyoroti riwayat hidup Yesus pada masa lampau, masa kini dan masa depan.<ref name="Wessel"/> Kalau kita tidak berhasil dalam hal ini, demikian Cone berkata, maka kita akan kena tuduhan, bahwa “Kristus yang hitam” adalah s pemutar-balikan ideologis dari Perjanjian Baru untuk tujuan-tujuan politis. <ref name="Wessel"/>
 
 
Yesus hitam, karena Dia orang Yahudi. Penyataan mengenai “Yesus berkulit hitam” dapat dipahami. <ref name="Wessel"/>Jika arti Keyahudian-Nya pada masa lampau, dikaitkan secara dialektis dengan sifat hitam-Nya sekarang.<ref name="Wessel"/> Keyahudian Yesus menempatkan Di dalam konteks keluaran (exodus), dan kedatangan-Nya di Palestina dihubungkan dengan pembebasan orang-orang Israel oleh Allah, ke luar dari Mesir (Yes 42:6,7).<ref name="Wessel"/>
 
[[Berkas:Lynching2.jpg|rightka|thumbjmpl|250px|Seorang Amerika kulit hitam dihukum gantung, 1925]]
 
=== Salib dan Tiang Gantungan ===
 
Cone mengangkat kejadian kelam masa lalu yang terjadi di Amerika yang dialami oleh orang kulit hitam yaitu hukuman gantung di bawah pohon [[(lynching)]]. <ref name="Cone"/> Hukuman gantung yang dialami oleh orang kulit hitam adalah bentuk dari ketidakadilan. <ref name="Cone"/> Orang Kulit hitam dengan kesalahannya akan layak dihukum mati dengan digantung bahkan digantung di depan publik untuk dilihat oleh orang-orang kulit hitam dan oleh orang-orang kulit putih.<ref name="Cone"/> Hal ini dilakukan oleh orang kulit putih untuk menunjukan keunggulan mereka pada saat itu kepada orang-orang kulit hitam.<ref name="Cone"/>
Cone menghubungkan orang-orang kulit hitam yang mendapat perlakuan tidak adil dengan salib kristus.<ref name="Cone"/> Menurutnya banyak orang percaya bahwa Kristus yang disalib itu mati untuk menebus manusia dari dosa, dan penderitaan manusia digantikan oleh Kristus, tetapi kenyataannya tetap ada diskriminasi.<ref name="Cone"/>
Banyak kristen mendefinisikan bahwa keselamatan itu merupakan “anugerah murahan”, karena keselamatan itu berasal dari kematian Yesus dan akhirnya mereka menjadi pietis (pietis yang dangkal), dan akhirnya mereka menganggap bahwa kristus mati hanya untuk orang kulit putih, sehingga terjadi pembedaan antara orang kulit putih dan orang kulit hitam.<ref name="Cone"/> Cone menggambarkan Yesus sebagai orang kulit hitam. Orang kulit hitam yang digantung layaknya Yesus yang disalib.<ref name="Cone"/> Ia dihina dan dianggap kotor, ia dipertontonkan di tengah publik dan direndahkan. Itulah Yesus dan orang kulit hitam yang sama-sama menderita.<ref name="Cone"/>