Tabut: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(24 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Tabut''' adalah upacara
Perayaan di Bengkulu pertama kali dilaksanakan oleh [[
== Arti
Menurut Sumber dari keturunan Imam Senggolo Sebagai Pelaku Tabut Imam Senggolo sejak 1994, yang kebetulan juga Sebagai Ketua KKT Bencoolen Dan BAKT Tabut Bencoolen MAMU Achmad Syiafril Tabut pertama kali dibawa ke Bengkulu oleh [[Imam Maulana Ichsad]] pada 1336 Masehi tetapi tidak populer kemudian dilanjutkan dan menjadi populer oleh Imam Senggolo atau Syeikh Burhanuddin I dari [[Iraq]] (1400 M yg Wafat 12 April 1427 di [[Padang Kerbala]] Bengkulu.)
Gelombang penyiaran Islam ke Wilayah [[Nusantara]] dari [[Jazirah Arab]] (Medinah-Karbala Irak Iran) sejak abad ke 7 M melalui [[laut Arabia]] masuk keluar [[sungai Indus]] dengan terlebih dahulu menetap di [[Punjab]]. Arus penyebaran Islam semakin deras pada abad ke 13 dan abad ke 14 masehi, dikarenakan terjadinya penghancuran Baghdad dan pembunuhan masal di Irak oleh [[bangsa mongol]] dibawah [[Hulagu Khan]] pada sepuluh Februari tahun 1258 M/ 27 Muharram 656 H. Bangunan-bangunan indah termasuk perpustakaan yang menyimpan naskah seribu satu malam dan kitab lainnya hancur dimusnahkan.
Sebagian pelaut-pelaut ulung dari Punjab melalui sungai Indus, laut Arab berlayar untuk menyiarkan Agama Islam Islam ke Nusantara, sebelum sampai di Bengkulu terlebih dahulu mendarat dan singgah di tanah [[Aceh]], tetapi mereka tidak menetap tinggal di Aceh. Pada saat itu di Aceh telah berdiri [[kerajaan Samudera Pasai]]. Raja yang berkuasa pada waktu itu adalah [[sultan Mahmud Malik Zahir]], raja ke III. Rombonganpun melanjutkan pelayaran ke arah selatan sehingga sampailah mereka di Bandar Sungai Serut pada hari kamis 5 Januari tahun 1336 M. 18 Jumdil Awwal 736 H). Mereka yang selamat sampai di Bengkulu hanyalah 13 orang dibawah pimpinan Imam Maulana Ichsad (Keturunan Rasullulah para Zuriat/Sayid /[[Ahlul Bait]]) keturunan Ali bin Husain ( Ali Zainal Abidin) bin Ali Bin Abi Thalib. Diantara para Zuriat/Sayid tersebut diketahui adalah [[Syech Abdurrahman]] ([[Ampar Batu]]) wafat hari Kamis tanggal 12 April 1336 M/ 21 Sya’ban 736 H. dan Zalmiyah (kramat Gadis) wafat hari Sabtu, 24 Ramadhan 737 H. Perayaan Tabut diteruskan dan dipopulerkan oleh Generasi Zuriat/Sayid Bengkulu [[Syah Bedan]] dan keponakannya Syeh Burhanuddin (Imam Senggolo XII) pada abad 17 M, untuk periode berikutnya keturunan Imam Senggolo yang mempertahankan dan melanjutkan tradisi Tabut di Bengkulu.
Perkembangan berikutnya perayaan Tabut juga disemarakkan oleh para tentara yang didatangkan oleh Inggris dari Bengali. Hal tersebut ditulis Syiafril sebagai berikut: “Skuadron Prancis di bawah pimpinanan Comte Charles Henri d’Estaing meninggalkan Bengkulu, setelah mengambil alih Port Marlbrough dari Inggris selama delapan bulan antara 1759-1760. Garnizun Inggris kembali menguasai Bengkulu yang diperkuat tentara (sepoy atau Sipay.) Rombongan pertama berasal dari [[Madras]] [[India]]. Pada 1785. Sepoy Madras ditarik dan digantikan sepoy rombongan kedua dari [[Benggala]], [[benggali]] [[Banglades]]. Kelompok tentara (Sipay) ini ikut membuat Tabut dengan sekelumit doa’ yang mereka lantunkan adalah sebagai berikut: Bismillahirrohmanirrohim “yo modo yohawo kupinto mere lamban rohku, rohmu same lamban-lamban, Ipo Dewo dewo mere josoku dube mbun-mbun. Waktu itu mulai terjadi kekacauan terlebih lagi karena mereka sering bermabuk-mabukan dan membuat hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam, sehingga tepat mereka tinggal disebut kampung kepiri (menurut riwayat berarti kampung kafir). Doa yang dilantunkan tentara (sipay) sangat berbeda dengan doa yang diwariskan Imam Senggolo yaitu memakai bahasa Urdu Punjab Pakistan yang berakar dari bahasa Pesia yaitu: Bismillahirrohmanirrohim saaluree, Mahuree yaa Sahuree,,,,,sarare, Tabute Bencoelene, surarahe Adene.
Kondisi sosial budaya masyarakat, nampaknya
== Perlengkapan upacara ==
▲Kondisi sosial budaya masyarakat, nampaknya, juga menjadi penyebab munculnya perberbedaan dalam tatacara pelaksanaan upacara Tabut. Di [[Bengkulu]], misalnya, Tabutnya berjumlah 17 yang menunjukkan kepada jumlah keluarga awal yang melaksanakan Tabut, sedangakan di [[Pariaman]] hanya terdiri dari 2 macam Tabut (Tabuik) yaitu ''Tabuik Subarang'' dan ''Tabuik Pasa''. Tempat pembuangan Tabut (Tabuik) antara Bengkulu dan Pariaman juga berbeda. Pada awalnya Tabut di Bengkulu di buang ke laut sebagaimana di Pariaman Sumatera Barat. Namun, pada perkembangannya, Tabut di Bengkulu dibuang di rawa-rawa yang berada di sekitar pemakaman umum yang dikenal dengan nama makam [[Karbela]] yang diyakini sebagai tempat dimakamnya Imam Senggolo alias Syekh Burhanuddin.
Untuk melaksanakan upacara Tabut, ada beberapa peralatan yang harus dipersiapkan, di antaranya adalah:▼
▲Belakangan ini, banyak kritikan dari berbagai elemen masyarakat terhadap pelaksanaan upacara Tabut. Satu hal yang paling mendasar dari semua kritikan tersebut adalah berubahnya fungsi upacara Tabut dari ritual bernuansa keagamaan menjadi sekadar festival kebudayaan belaka. Ini nampaknya disebabkan oleh kenyataan bahwa yang melaksanakan upacara Tabut adalah orang-orang non-Syiah. Hilangnya nilai-nilai sakralitas upacara Tabut semakin diperparah dengan munculnya apa yang kemudian dikenal sebagai ''Tabut pembangunan'' (Tabut yang keberadaannya karena diprogram oleh pemerintah dan berjumlah banyak).
Kelengkapan alat untuk membuat Tabut antara lain: [[bambu]], [[rotan]], kertas karton, kertas mar-mar, kertas grip, tali, pisau ukir, alat-alat gambar, lampu senter, lampu hias, [[bunga]] kertas, bunga plastik dan lain sebagainya. Jika dilihat dari banyaknya alat yang dibutuhkan, maka biaya yang dibutuhkan untuk membuat Tabut sekitar
▲Untuk melaksanakan upacara Tabut, ada beberapa peralatan yang harus dipersiapkan, di antaranya adalah:
▲* '''Pembuatan Tabut'''
▲Kelengkapan alat untuk membuat Tabut antara lain: [[bambu]], [[rotan]], kertas karton, kertas mar-mar, kertas grip, tali, pisau ukir, alat-alat gambar, lampu senter, lampu hias, [[bunga]] kertas, bunga plastik dan lain sebagainya. Jika dilihat dari banyaknya alat yang dibutuhkan, maka biaya yang dibutuhkan untuk membuat Tabut sekitar 5-15 Juta rupiah.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kenduri dan sesaji antara lain: [[beras]] ketan, [[pisang]] emas, [[tebu]], [[jahe]], dadeh, [[gula]] aren, gula pasir, [[kelapa]], [[ayam]], daging, bumbu masak, [[kemenyan]] dan lain-lain.
Alat-alat musik yang biasanya digunakan dalam upacara Tabut adalah ''
Perlengkapan-perlengkapan lain yang harus dipersiapkan pada setiap unit Tabut adalah: [[Bendera]] merah putih ukuran rumah tangga berikut tiangnya, bendera panji-panji berwarna [[hijau]] atau [[biru]] yang ukurannnya lebih besar dari bendera merah-putih, bendera [[putih]] yang ukurannnya sama dengan panil (beserta tiangnya), tombak bermata ganda diujungnya digantung, duplikat [[pedang zufikar]] (pedang [[Rasulullah]]) dengan ukuran mini.
== Nilai-Nilai ==
Secara umum, ada dua nilai yang terkandung dalam pelaksanaan upacara Tabut, yaitu: nilai Agama (sakral), sejarah, dan sosial. Nilai-nilai Agama (sakral) dalam upacara Tabut di antaranya adalah: ''satu'', proses ''mengambik tanah'' mengingatkan manusia akan asal penciptaannya. ''Kedua'', terlepas dari adanya pandangan bahwa ritual Tabut mengandung unsur penyimpangan dalam [[akidah]], seperti penggunaan
Nilai sejarah yang terkandung dalam budaya Tabut adalah sebagai [[manifestasi]] kecintaan dan untuk mengenang wafatnya cucu [[Nabi Muhammad SAW]] yakni [[Husein bin Abi Thalib]] yang terbunuh di Padang [[Karbela]] dan juga sebagai ekspresi permusuhan terhadap keluarga [[Bani Umayyah]] pada umumnya dan khususnya pada [[Yazid bin Muawiyah]], [[Khalifah Bani Umayyah]] yang memerintah waktu itu, beserta Gubernur [[‘Ubaidillah bin Ziyad]] yang memerintahkan penyerangan terhadap Husain bin ‘Alî beserta laskarnya. Adapun nilai sosial yang terkandung didalamnya, antara lain: mengingatkan manusia akan praktik penghalalan segala cara untuk menuju puncak kekuasaan dan simbolisasi dari sebuah keprihatinan sosial.
Baris 48 ⟶ 42:
* Bambang Indarto. '''''Ritual Budaya Tabut Sebagai Media Penyiaran Dakwah Islam di Bengkulu''''', Skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006
* Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Depdikbud. '''''Upacara Tabut: Upacara Tradisional Daerah Bengkulu di Kotamadya Bengkulu''''', 1991/1992.
* [http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0602/15/humaniora/2438531.htm ''Dan, Tabut Sakral Itu Pun Patah...''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081208083206/http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0602/15/humaniora/2438531.htm |date=2008-12-08 }} Harian Kompas, 15 Februari 2006
* '''''Tugu Tabut Tak Boleh Dibongkar!''''' Harian Rakyat Bengkulu
* [http://culture.melayuonline.com/?a=UHFUei9zVEkvUXZ5bEpwRnNx= ''Upacara Tabut (Bengkulu).''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080926215010/http://culture.melayuonline.com/?a=UHFUei9zVEkvUXZ5bEpwRnNx= |date=2008-09-26 }} melayuonline.com
* Ayo, Sukseskan TABUT Di Bengkulu
* [[Husain bin Ali]]
* [[Asyura]]
* [[Tabuik]]
* {{id}}[http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=4023&Itemid=1480 Perayaan Massal Tabut.] Indonesia.go.id
* {{id}}[http://www.harian-global.com/news.php?item.33236.12 '''''TABUT''', Praktik Syiah Kultural di Indonesia.''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090703193629/http://www.harian-global.com/news.php?item.33236.12 |date=2009-07-03 }} Harian Global, 13 Januari 2008.
* {{id}}[http://www.indosiar.com/news/teropong/50209_tabot ''Teropong: '''Tabut.''''']{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} Indosiar, 28 Maret 2006.
* [http://musiardanis.multiply.com/journal/item/88 ''Sejarah Perayaan dan Festival Tabut di Bengkulu.''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20121118062558/http://musiardanis.multiply.com/journal/item/88 |date=2012-11-18 }} Musiardanis, 11 Januari 2001.
[[Kategori:Bengkulu]]
|