[[Berkas:160319 Korakuen Okayama26s3872Okayama Japan04s3.jpg|thumbjmpl|260px|[[Kōraku-en]], tamanKebun bergaya ''kaiyū'' di [[Okayama, Okayama|Okayama]].]]
[[Berkas:Kyoto-Ryoan-Ji MG 4512.jpg|rightka|260px|thumbjmpl|[[TamanKebun batu Jepang]] di [[Ryōan-ji]], Kyoto.]]
{{nihongo|'''TamanKebun Jepang'''|日本庭園|Nihon teien}} adalah [[tamankebun]] yang dibangun dengan gaya tradisional [[Jepang]]. Prinsip dasar tamankebun Jepang adalah miniaturisasi dari [[lanskap]] atau pemandangan alam empat [[musim]] di Jepang. Elemen dasar seperti [[batu|batu-batu]] dan [[kolam]] dipakai untuk melambangkan lanskap alam berukuran besar.
Selain tamankebun Jepang yang dibuka untuk umum, tamankebun Jepang dibangun di [[hotel]], [[kuil Buddha]], bekas kediaman resmi [[daimyo]], dan rumah besar milik [[pejabat]] atau [[pengusaha]]. TamanKebun sempit bergaya Jepang di halaman [[rumah]] milik rakyat biasa disebut ''tsuboniwa'' (tamankebun halaman kecil) atau ''nakaniwa'' (halaman dalam).<ref>{{cite web |title=坪庭・和風自分でも出来る庭園ガイド(Tsuboniwa, Wafū Jibun Demo Dekiru Teien Guide)|url=http://www.hujutei.com/ |date= |work= |publisher= |accessdate=2009-10-10|archive-date=2010-01-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20100111140844/http://www.hujutei.com/|dead-url=yes}}</ref> Tiga tamankebun Jepang yang paling terkenal adalah [[Kenroku-en]] di [[Kanazawa, Ishikawa|Kanazawa]], [[Kōraku-en]] di [[Okayama, Okayama|Okayama]], dan [[Kairaku-en]] di [[Mito, Ibaraki|Mito]], [[Prefektur Ibaraki]].
== Model dan gaya ==
* TamanKebun ''shinden-zukuri'' (''shinden-zukuri teien'')
:Tamankebun gaya shinden-zukuri berasal dari [[Dinasti Tang]], dan diperkenalkan di Jepang pada [[zaman Heian]]. TamanKebun dibangun di halaman tengah rumah kediaman bangsawan yang dibangun dengan gaya arsitektur [[shinden-zukuri]]. TamanKebun yang mewakili gaya shindenzukuri adalah [[Shinsen-en]] dan tamankebun di [[Daikaku-ji]] di Kyoto.<ref name=teien />
* TamanKebun gaya ''jōdo'' (''jōdoshiki teien'')
:Situasi sosial yang tidak stabil pada zaman Heian menyebabkan meluasnya pemikiran Buddhisme [[Jōdo]] yang membuat orang Jepang mendambakan hidup di ''[[Sukhavati|gokuraku]]''. Ciri khas tamankebun ini adalah kolam yang ditanami [[seroja]]. Tata letak tamankebun dibuat menyerupai bentuk [[mandala]] dalam ajaran [[Jōdokyō]]. TamanKebun yang mewakili gaya ini di antaranya tamankebun di [[Byōdō-in]], [[Jōruri-ji]], dan [[Mōtsū-ji]].<ref name=teien />
* TamanKebun batu Jepang (''karesansui'')
:Di [[tamankebun batu Jepang]], batu dipakai untuk menggambarkan [[air terjun]], dan pasir berwarna putih dihamparkan untuk menggambarkan [[air]] mengalir. Air sama sekali tidak digunakan sebagai elemen tamankebun. TamanKebun batu Jepang hanya dimaksudkan untuk dilihat dari satu sudut pandang. TamanKebun jenis ini berkembang pada [[zaman Kamakura]], [[zaman Muromachi]], hingga [[zaman Sengoku]]. [[Daitoku-ji]] dan [[Ryōan-ji]] di Kyoto adalah dua tamankebun batu yang terkenal.
* TamanKebun gaya ''shoin'' (''shoinshiki teien'')
:TamanKebun gaya ini berkembang pada [[zaman Azuchi-Momoyama]], dan merupakan gaya tamankebun Jepang yang paling umum. TamanKebun dibangun menghadap atau mengelilingi ''shoin'' (bangunan atau ruangan besar tempat menerima tamu). Ciri khas berupa batu-batu ukuran besar untuk menggambarkan pemandangan [[gunung]] di pedalaman.
* TamanKebun teh (''chaniwa'' atau ''roji'')
:TamanKebun teh adalah sebutan untuk tamankebun kecil yang dilengkapi jalan-jalan setapak yang dibangun di sekeliling [[rumah teh]]. TamanKebun gaya ini berasal dari [[zaman Azuchi-Momoyama]]. Batu pijakan (''tobiishi'') adalah elemen penting yang disusun di jalan setapak yang mengelilingi rumah teh. Susunan batu pijakan dimaksudkan untuk mengatur kecepatan langkah orang yang menuju ke rumah teh. Penempatan tanaman dan batu ditentukan oleh masing-masing aliran [[upacara minum teh (Jepang)|upacara minum teh]]. TamanKebun model ini dilengkapi dengan wadah batu berisi air (''tsukubai'') dan lentera batu.
* TamanKebun gaya ''kaiyū'' (''kaiyūshiki teien'' atau ''shisen kaiyū'')
:Desain tamankebun gaya kaiyū merupakan perpaduan dari tamankebun gaya shoin dan tamankebun teh. TamanKebun gaya ini berkembang pada [[zaman Edo]]. Ciri khas tamankebun adalah ukuran tamankebun yang besar dan dilengkapi [[kolam]] dan [[batu|batu-batu]]. Di dalam tamankebun dibangun tamankebun-tamankebun teh berukuran kecil yang tersebar di beberapa tempat dan dibangun [[jembatan|jembatan-jembatan]] untuk menghubungkannya. TamanKebun yang mewakili gaya ini adalah tamankebun [[Vila Kekaisaran Katsura]] di [[Kyoto]], [[Kōraku-en]] di [[Okayama]], [[Kairaku-en]] di [[Mito, Ibaraki|Mito]], [[Prefektur Ibaraki]], [[Kenroku-en]] di [[Kanazawa, Ishikawa|Kanazawa]], [[Prefektur Ishikawa]], dan [[Suizen-ji Jōju-en]] di [[Prefektur Kumamoto]].<ref name=teien>{{cite web |title=時代と共に変化してきた日本庭園の様式(Jidai to tomo ni Henka shitekita Nihon Teien) |url=http://www.teien.co.jp/style/cntnts1.html |date= |work= |publisher= |accessdate=2009-10-10 |archive-date=2012-11-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20121120134431/http://www.teien.co.jp/style/cntnts1.html |dead-url=yes }}</ref> [[Kobori Enshū]] adalah arsitek lanskap asal zaman Edo yang dikenal dengan desain tamankebun gaya ''kaiyū''.
* TamanKebun daimyo (''daimyō niwa'')
:TamanKebun daimyo adalah sebutan untuk tamankebun-tamankebun luas yang dibangun [[daimyo]] di daerah-daerah pada [[zaman Edo]], misalnya [[Tamankebun Koishikawa Kōrakuen]] dan [[Rikugi-en]] di [[Tokyo]]. Lahan datar di kota sekeliling [[istana Jepang|istana]] dibuat sebagai miniatur pemandangan terkenal di berbagai tempat di Cina dan Jepang. Di dalam tamankebun jenis ini hampir selalu dibangun kolam. Keindahan tamankebun dinikmati orang sambil berjalan di jalan-jalan setapak yang dibangun di dalam tamankebun.
== Prinsip dasar ==
Dalam tamankebun Jepang tidak dikenal garis-garis lurus atau simetris. TamanKebun Jepang sengaja dirancang asimetris agar tidak ada satu pun elemen yang menjadi dominan. Bila ada titik fokus, maka titik fokus digeser agar tidak tepat berada di tengah.
Secara garis besar, tamankebun Jepang mengenal dua ekstremitas: sakral dan profan. Di halaman bangunan sakral seperti [[kuil Shinto]], [[kuil Buddha]], dan istana kaisar hanya disebar pasir dan kerikil. Salah satu contohnya adalah halaman [[Kuil Ise]]. Sebaliknya, tamankebun yang dilengkapi kolam besar dan ditanami pepohonan, perdu, serta tanaman bunga dibangun di halaman bangunan yang dimaksudkan sebagai tempat memuaskan estetika keduniawian, misalnya rumah peristirahatan dan kediaman resmi. TamanKebun seperti ini diperindah dengan dekorasi seperti batu-batuan, [[lentera batu]], dan gazebo. Berada di tengah-tengahnya antara sakral dan profan adalah tamankebun yang menggabungkan nilai-nilai sakral dan estetika profan, misalnya [[Vila Kekaisaran Katsura]] di Kyoto.
TamanKebun Jepang berukuran besar dilengkapi dengan bangunan kecil seperti [[rumah teh]], gazebo, dan bangunan pemujaan (kuil). Di antara gedung dan tamankebun kadang-kadang dibangun ruang transisi berupa beranda sebagai tempat orang duduk-duduk. Dari beranda, pengunjung dapat menikmati keindahan tamankebun dari kejauhan.
Tidak semua tamankebun Jepang dirancang untuk dimasuki atau diinjak orang. Sejumlah tamankebun dimaksudkan untuk dipandang dari kejauhan seperti dari dalam [[gedung]] atau [[beranda]]. Di tamankebun yang dibangun untuk dipandang dari jauh, orang dapat melihat secara sekaligus semua elemen yang ada di dalam tamankebun.
Tamankebun Jepang mengenal permainan perspektif sebagai salah satu teknik untuk membuat tamankebun terlihat lebih besar dari luas sebenarnya. Teknik pertama dari beberapa teknik yang biasa digunakan adalah penciptaan ilusi jarak. TamanKebun akan terlihat lebih luas bila di latar depan diletakkan batu-batuan dan pepohonan yang lebih besar daripada batu-batuan dan pepohonan di latar belakang. Dalam teknik kedua berupa "tersembunyi dari penglihatan" (''miegakure''), tidak semua pemandangan di dalam tamankebun dapat dilihat sekaligus. Tanaman, pagar, dan bangunan digunakan untuk menghalangi pandangan isi tamankebun seperti air terjun, lentera batu, dan gazebo. Orang harus berjalan masuk sebelum dapat melihat isi tamankebun. Dalam teknik ketiga yang disebut lanskap pinjaman (''shakkei''), pemandangan tamankebun meminjam pemandangan alam di latar belakang seperti [[pegunungan]], [[sungai]], atau [[hutan]] yang berada di kejauhan. Bangunan seperti istana di luar tamankebun juga dapat dijadikan bagian integral dari tamankebun.
== Tema ==
Walaupun elemen-elemen dasar dan prinsip yang mendasari desain tamankebun dapat berbeda-beda, tema-tema tertentu dapat dijumpai di berbagai jenis tamankebun, misalnya pulau kecil (disebut Hōraijima atau Pulau Hōrai) yang dibangun di tengah-tengah [[kolam]]. Di atas pulau kecil tersebut kadang-kadang diletakkan diletakkan sebuah batu besar yang melambangkan [[Sumeru]] dalam [[kosmologi Buddha]] atau [[Gunung Hōrai]] dalam [[Taoisme]]. Sebagai lambang utopia atau "tanah kebahagiaan", pulau kecil di tamankebun tidak untuk dimasuki orang. Antara pulau dan bagian tamankebun yang lain sengaja tidak dibangun jembatan.
Tema-tema lain yang umum adalah kombinasi dari elemen-elemen dasar seperti batu-batu, pulau kecil, dan pepohonan untuk melambangkan [[kura-kura]] dan [[burung jenjang]] yang keduanya merupakan lambang umur panjang di Jepang. Pulau kecil di tengah kolam dibangun seperti bentuk [[kura-kura]] atau diletakkan batu yang melambangkan kura-kura di tepian. Tema lain yang populer adalah [[Gunung Fuji]] atau miniatur lanskap-lanskap terkenal di Jepang.
== Elemen dasar ==
=== Air ===
Elemen dasar dalam tamankebun Jepang adalah [[air]], [[batu]], dan [[tanaman]]. Selain sebagai sumber kehidupan, air digunakan untuk menyucikan benda dari dunia profan sebelum memasuki kawasan sakral. Air dialirkan dari sungai untuk membuat [[kolam]] dan [[air terjun]].
=== Tanaman ===
Bertolak belakang dari batu yang melambangkan keabadian, [[pohon]], [[perdu]], [[bambu]], [[rumpun bambu]], [[lumut]], dan [[rumput]] adalah benda hidup yang tumbuh seiring dengan musim sebelum menjadi tua dan mati. Bertolak belakang dengan tamankebun gaya Eropa yang berfokus pada warna-warni semak dan bunga, tamankebun di kuil [[Zen]] hanya berupa hamparan [[pasir]]. TamanKebun rumah teh hanya menggunakan tanaman berdaun hijau dan pohon [[maple]] yang daunnya menjadi merah di [[musim gugur]].
Perbedaan antara [[lereng gunung]], [[padang rumput]], dan [[lembah]] dinyatakan dalam pemakaian berbagai macam spesies pohon dan perdu yang dipotong dan dipangkas hingga menyerupai berbagai bentuk. Pohon dan perdu juga dipakai sebagai penghubung antardua lokasi pemandangan di dalam tamankebun. Bukit-bukit buatan dibangun dari gundukan tanah.
=== Batu ===
Batu-batu disusun untuk menyerupai bentuk-bentuk alam seperti [[pegunungan]], [[air terjun]], dan pemandangan [[laut]], dan dipilih berdasarkan bentuk, ukuran, warna, dan tekstur. Batu adalah elemen terpenting dalam tamankebun karena dapat dipakai untuk melambangkan pegunungan, garis pantai, dan air terjun. Di tamankebun yang memiliki pulau kura-kura dan pulau burung jenjang di tengah kolam, batu-batu diletakkan untuk memberi kesan adanya kepala dan ekor.
Batu-batu berukuran sedang digunakan sebagai batu pijakan (''tobiishi'', arti harfiah ''batu loncatan'') yang dipasang bersela-sela di jalan setapak. Batu-batu yang menutup jalan setapak disebut batu ubin (''shikiishi''). Ketika berjalan di atasnya saat hari [[hujan]], [[pakaian]] dan [[alas kaki]] akan terhindar dari percikan [[air]], [[tanah]], dan [[lumpur]].
Di [[tamankebun batu Jepang]], hamparan [[pasir]] dan [[kerikil]] diratakan dengan penggaruk menjadi pola-pola yang melambangkan benda yang mengalir seperti [[awan]] dan arus [[air]]. Butiran pasir dan kerikil yang dipakai tidak berukuran terlalu halus karena mudah diterbangkan angin atau dihanyutkan oleh air hujan. Sebaliknya, butiran pasir dan kerikil yang berukuran terlalu besar akan sulit ditata dengan penggaruk. Pemilihan pasir dan kerikil juga mempertimbangkan warna. Pasir berwarna [[putih]] memberi kesan murni dan cemerlang di bawah sinar matahari, sedangkan pasir berwarna gelap mengesankan keheningan.
Batu untuk tamankebun berasal dari pegunungan, pinggir laut, atau pinggir sungai, dan digolongkan menjadi tiga jenis: [[batuan sedimen]], [[batuan beku]], dan [[batuan malihan]]. Batuan sedimen biasanya memiliki permukaan yang halus dan bulat karena terkikis air. Batuan seperti ini dipasang di pinggir kolam dan sebagai batu pijakan di jalan setapak. Batuan beku berasal dari [[gunung berapi]] dan biasanya memiliki bentuk dan tekstur yang kasar. Batu seperti ini dipakai sebagai batu pijakan atau sebagai elemen yang menonjol, misalnya diletakkan untuk melambangkan puncak gunung. Batuan malihan adalah batu keras yang biasanya dipasang di sekeliling air terjun atau aliran air. Batu potong dari batuan sedimen juga populer untuk membangun jembatan, wadah batu berisi air, dan lentera batu.
=== Pagar ===
[[Berkas:Exterior_wall_katsura.jpg|thumbjmpl|Pagar bambu di [[Vila Kekaisaran Katsura]].]]
Di tamankebun rumah teh dan tamankebun Jepang model kolam di tengah (''shisen kaiyū''), [[pagar]] dan bangunan [[gerbang]] merupakan elemen penting dalam lanskap. Pagar secara garis besar terdiri dari pagar hidup (''ikigaki'') dari tanaman [[perdu]] yang dipangkas dan pagar buatan dari [[kayu]] atau [[bambu]].<ref name=kakine />
Pagar hidup berfungsi sebagai pembatas, penghalang pandangan, pelindung dari angin, api, dan debu, serta penghambat suara. Pagar bambu tembus cahaya (''sukashigaki'') disusun dari batang-batang bambu yang lebar-lebar jaraknya hingga pemandangan di balik pagar masih terlihat. Sebaliknya, pagar pembatas (''shaheigaki'') dibangun dari susunan bambu yang rapat dan membatasi pemandangan di baliknya.
Di dalam tamankebun tidak digunakan dinding dari tanah yang dikeraskan, kayu, atau batu. Dinding hanya dipakai sebagai dinding luar pembatas tamankebun.<ref name=kakine>{{cite web |title=垣根(Kakine) |url=http://www.geocities.jp/sankyo_niwaishi/element3.htm |date= |work= |publisher=Traditional Japanese Garden Styles |accessdate=2009-10-10}}</ref>
=== Lentera ===
[[Berkas:Kenroku-en-winter-lantern.jpg|thumbjmpl|Lentera batu di [[Kenroku-en]].]]
Lentera (''tōrō'') berasal dari tradisi [[Cina]] untuk menyumbangkan [[lentera]] ke kuil Buddha. Sejak [[zaman Heian]], lentera juga disumbangkan ke [[kuil Shinto]] untuk penerangan di malam hari dan sebagai hiasan. Lentera batu mulai dijadikan dekorasi standar di tamankebun rumah teh sejak [[zaman Muromachi]].<ref>{{cite web |title=燈篭(Tōrō) |url=http://www.geocities.jp/sankyo_niwaishi/element2.htm |date= |work= |publisher=Traditional Japanese Garden Styles |accessdate=2009-10-10}}</ref> Setelah menjadi mode di tamankebun-tamankebun rumah teh, lentera batu akhirnya dipasang di berbagai tamankebun Jepang karena keindahan dan kegunaannya.
=== Wadah air ===
[[Berkas:Tsukubai_Tofukuji_01.jpg|thumbjmpl|Wadah air (''tsukubai'') di [[Tōfuku-ji]].]]
Wadah batu berisi air (''tsukubai'') adalah perlengkapan standar tamankebun rumah teh. Air dari ''tsukubai'' dipakai untuk mencuci tangan tamu sebelum mengikuti [[upacara minum teh]]. Tradisi menyediakan wadah batu berisi air di tamankebun rumah teh berasal dari tradisi menyediakan wadah batu berisi air dalam agama Buddha dan Shinto. Sebelum berdoa di kuil, orang berkumur dan membersihkan diri dengan air dari wadah batu yang disebut ''chōzubachi''. Wadah batu yang diletakkan di tanah disebut ''tsukubai chōzubachi'' (disingkat ''tsukubai'') karena orang yang mengambil air harus berjongkok (''tsukubau'').<ref>{{cite web |title=手水鉢(Chōzubachi)|url=http://www.geocities.jp/sankyo_niwaishi/element1.htm |date= |work= |publisher=Traditional Japanese Garden Styles |accessdate=2009-10-10}}</ref> Setelah banyak dipasang di tamankebun-tamankebun, ''tsukubai'' akhirnya dijadikan perlengkapan standar di tamankebun-tamankebun rumah teh.
Selain ''tsukubai'' terdapat dua bentuk lain wadah air dari batu. Wadah batu yang memungkinkan orang mengambil air sambil berdiri disebut ''tachi chōzubachi'' (''chōzubachi'' berdiri). Wadah air yang diletakkan berdekatan dengan [[beranda]] bangunan disebut ''ensaki chōzubachi'' (''chōzubachi'' beranda).
=== Jembatan ===
[[Berkas:Ritsurin_park01s3200.jpg|thumbjmpl|Jembatan di [[Tamankebun Ritsurin]], [[Takamatsu, Kagawa|Takamatsu]].]]
Dalam desain tamankebun dengan [[air]] sebagai subjek utama, jembatan adalah elemen dasar yang menambah harmoni dalam lanskap. Jembatan juga berfungsi sebagai penghubung bagian-bagian tamankebun yang dipisahkan oleh air. Di [[tamankebun batu Jepang]], jembatan batu dibangun untuk memberi kesan bahwa di bawah jembatan ada "air" yang mengalir.
Di tamankebun gaya Jōdo, jembatan melambangkan jembatan [[Sungai Sanzu]] yang harus diseberangi arwah orang yang [[meninggal]] untuk sampai ke akhirat.<ref>{{cite web |title=橋(Hashi) |url=http://www.geocities.jp/sankyo_niwaishi/element4.htm |date= |work= |publisher=Traditional Japanese Garden Styles |accessdate=2009-10-10}}</ref> Selain itu, jembatan berfungsi sebagai pemisah, seperti halnya fungsi gerbang tengah (''chūmon'') di tamankebun teh yang memisahkan tamankebun dalam (kawasan sakral) dan tamankebun luar (kawasan profan).
== Sejarah ==
Dalam [[bahasa Jepang]], istilah {{nihongo|''tamankebun''|庭園|teien}} terdiri dari dua aksara [[kanji]], {{nihongo|''niwa''|庭}} dan {{nihongo|''sono''|園}}. Istilah ''niwa'' mengacu kepada lahan berkerikil untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan upacara keagamaan, dan ''sono'' mengacu kepada lahan [[pertanian]] dan [[sawah]] berpengairan. Orang [[zaman Jōmon]] menamakan lahan tempat mereka melakukan kegiatan, upacara keagamaan, dan mengumpulkan makanan sebagai ''niwa''. Benda-benda yang ada di lahan tersebut, seperti [[pohon]], [[batu]] besar, [[air terjun]], dan [[kerikil]] di [[pantai]] sering kali dipercaya sebagai benda sakral yang dihuni oleh arwah suci. Pasir, kerikil, atau batu dipakai untuk menandai tanah yang dipercaya sebagai tempat sakral untuk berdoa. Batu-batu di laut dan gunung dipercaya dihuni atau digunakan ''[[kami]]'' ketika turun dari langit (''iwakura''). Susunan batu digunakan untuk menandai tempat suci (altar) yang disebut ''iwasaka''.
Naskah tertua yang menyebutkan tentang ''niwa'' adalah [[Manyōshū]] yang mengaitkan ''niwa'' dengan [[laut]] luas dan tempat orang [[memancing]]. Setelah orang Jepang mengenal cara bertani, ''niwa'' berarti halaman di depan rumah untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Setelah teknik pertanian dikenal orang [[zaman Yayoi]], kata ''sono'' dipakai untuk menyebut lahan beririgasi yang ditanami padi.
Elemen dasar, prinsip, dan tema-tema untuk tamankebun sudah dikenal orang Jepang sejak [[zaman Heian]]. Buku-buku klasik mengenai pertamananperkebunan hingga kini masih dijadikan pedoman sewaktu membangun tamankebun Jepang. Buku pertamananperkebunan tertua di Jepang adalah {{nihongo|''Sakuteiki''|作庭記||''Catatan Membuat Tamankebun''}} yang ditulis pada pertengahan zaman Heian. Pengarangnya diperkirakan bernama [[Tachibana no Toshitsuna]]. Dalam ''Sakuteiki'', prinsip-prinsip pertamananperkebunan dari Cina disesuaikan dengan estetika dan kondisi alam di Jepang. Konsep-konsep dalam Sakuteiki antara lain diterapkan di tamankebun [[lumut]] [[Saihō-ji (Kyoto)|Saihō-ji]] di Kyoto. Tidak seperti halnya buku [[pertamananperkebunan]] dari zaman sesudahnya, Sakuteiki hanya berisi teks dan tidak dilengkapi ilustrasi. Di antara buku pedoman pertamananperkebunan dari zaman yang lebih modern terdapat buku yang diperkirakan ditulis tahun [[1466]], {{nihongo|''Sanzui Narabi ni Nogata no Zu''|山水并野形図||''Ilustrasi untuk Merancang Lanskap Gunung dan Air''}} dan {{nihongo|''Tsukiyama Teizōden''|築山庭造伝||''Catatan Pembangunan Tamankebun Bukit Buatan''}} terbitan tahun [[1735]]. ''Tsukiyama Teizōden'' disusun dari buku pertamananperkebunan yang lebih awal, termasuk {{nihongo|''Tsukiyama Sansuiden''|築山山水伝||''Catatan Bukit Buatan, Gunung dan Air''}} dan ''Sanzui Narabi ni Nogata no Zu''.
Sepanjang [[zaman Nara]], pengaruh budaya Cina diterima Jepang dari [[Dinasti Tang]], termasuk di bidang [[arsitektur]] dan [[pertamananperkebunan]]. Dari ajaran Taoisme, orang Jepang mengenal legenda orang bijak bernama [[Sennin]] ([[Xian (Taoisme)|Xian]]). Sennin konon hidup abadi dan tinggal di seberang lautan di Gunung Hōrai ([[Gunung Penglai]]). Sejak [[zaman Kamakura]], di berbagai tempat di Jepang dibangun tamankebun dengan pulau kecil di tengah-tengah kolam. Pulau-pulau kecil tersebut dinamakan pulau [[burung jenjang]] (''tsurujima'') dan pulau [[kura-kura]] (''kamejima''). Pulau kecil di tengah kolam merupakan lambang pulau tempat tinggal Sennin, sekaligus bentuk harapan umur panjang dan hidup abadi. Di atas pulau kecil tersebut ditanam pohon [[tusam]] yang melambangkan umur panjang karena daunnya selalu hijau sepanjang tahun.
Pada [[zaman Muromachi]], biksu [[Zen]] membangun tamankebun dari batu, pasir, dan kerikil (''karesansui'') yang mencerminkan konsep Zen mengenai disiplin, mawas diri, dan pencerahan. TamanKebun batu Zen dimaksudkan untuk [[meditasi]], dan biasanya dibangun di sebelah selatan kuil. Hamparan pasir dan kerikil diatur dengan [[penggaruk]] bambu untuk membuat berbagai macam pola air seperti ombak, pusaran air, dan riak air.
TamanKebun dan gedung mewah yang terlihat agung dan mencolok merupakan ciri khas arsitektur [[zaman Azuchi-Momoyama]]. Sebagai reaksi dari kemewahan tersebut tercipta kesederhanaan dalam seni minum teh dan tamankebun rumah teh (''roji'').
== Daftar pustaka ==
* {{cite book|title=The Art of the Japanese Garden|last=Young|first=Michiko|authorlink=|coauthors=Tan Hong Yew|year=2005|publisher=Tuttle Publishing|location=|isbn=0-8048-3598-5|page=|pages=|url= https://archive.org/details/artofjapanesegar0000youn}}
* {{cite book|title=Infinite spaces: the art and wisdom of the Japanese garden
Gardening Series|last=Earle|first=Joe|authorlink=|coauthors=Sadao Hibi|year=2000|publisher=Tuttle Publishing|location=|isbn=0-8048-3259-5|page=|pages=|url= }}
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://learn.bowdoin.edu/japanesegardens/index.html TamanKebun Jepang di situs web Bowdoin College]
{{Elemen arsitektur Jepang}}
{{Topik Jepang}}
[[Kategori:Taman di Jepang]]
[[Kategori:TamanKebun di Jeрang| ]]
|