Suku Dayak Banjar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Fdlystry memindahkan halaman Suku Banjar ke Suku Dayak Banjar: Kesultanan Banjar telah secara resmi mengakui bahwa suku Banjar adalah bagian dari etnis Dayak. Pada pertemuan organisasi organisasi adat di Banjarmasin 21 Maret 2024 bersama dengan Komisi IV DPRD Kalsel M. Lutfi Saifuddin telah disepakati bahwa suku Banjar adalah bagian dari etnis Dayak. Badan Permusyawaratan Adat Kalsel dan Majelis Adat Dayak Kalsel juga telah mengakui suku Banjar sebagai bagian dari etnis Dayak Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(607 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox ethnic group
| group = Banjar
| native_name = {{native name|bjn|Urang Banjar}}<br>اورڠ بنجر
| native_name_lang = bjn
| image = <table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
<tr>
<td>[[Berkas:Pangeran Antasari Museum Lambung Mangkurat.JPG|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Pangeran Hidayatullah Museum Lambung Mangkurat.JPG|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Deman Lehman (Soelehmah) gevangen te Bandjermasin.tif|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Ratu-zalecha.JPG |60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Pangeran Antasari]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Hidayatullah II dari Banjar|Sultan Hidayatullah II]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Demang Lehman]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Ratu Zaleha]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Idham Chalid.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Pangeran Mohammad Noor, Kami Perkenalkan (1954), p105.jpg |60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Hasan Basry.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Gusti Muhammad Hatta, 2011.jpg|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Idham Chalid]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Pangeran Mohammad Noor]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Hasan Basry]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Gusti Muhammad Hatta]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Fadjroel Rachman.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Olla Ramlan on Ini Talkshow Netmediatama.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Arul-efansyah.jpg|60x80px]]</td>
<td> [[Berkas:Kemal Palevi Semua Tutorialku Blog.jpg|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Fadjroel Rachman]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Olla Ramlan]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Arul Efansyah]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Kemal Palevi]]</small></td>
</tr>
</table>
| image_caption =
| image_alt =
| image_upright =
| total = 5,7 juta
| total_year = 2010
| total_source = Sensus
| total_ref = <ref name="BPS10">{{citation|title=Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia (Hasil Sensus Penduduk 2010)|language=id|url=https://www.bps.go.id/pressrelease/download.html?nrbvfeve=MTg1NA%3D%3D&sdfs=ldjfdifsdjkfahi&twoadfnoarfeauf=MjAyMS0wNy0xOSAxNzoyNzo0Ng%3D%3D|location=Jakarta|publisher=Central Bureau of National Statistics of the Republic of Indonesia|year=2010|ref={{sfnref|BPS|2021b}}}}</ref>
| regions = {{flag|Indonesia}} ([[Kalimantan Selatan]]) <br>{{flag|Malaysia}} ([[Semenanjung Malaysia|Semenanjung]]) ([[Sabah]])<br>{{flag|Singapura}}
| tablehdr = Rincian jumlah populasi per wilayah
| region1 = {{flag|Kalimantan Selatan}}
| pop1 = 2,686.627
| region2 = {{flag|Kalimantan Tengah}}
| pop2 = 464.260
| region3 = {{flag|Kalimantan Timur}}
| pop3 = 440.453
| region4 = {{flag|Riau}}
| pop4 = 227.239
| region5 = {{flag|Sumatera Utara}}
| pop5 = 125.707
| region6 = {{flag|Jambi}}
| pop6 = 102.237
| region7 = {{flag|Kalimantan Barat}}
| pop7 = 14.430
| region8 = {{flag|Jawa Timur}}
| pop8 = 12.405
| region9 = {{flag|Kepulauan Riau}}
| pop9 = 11.811
| region10 = {{flag|Jawa Barat}}
| pop10 = 9.383
| region11 = {{flag|Jakarta}}
| pop11 = 8.572
| region12 = {{flag|Sulawesi Selatan}}
| pop12 = 3.837
| region13 = {{flag|Sulawesi Tengah}}
| pop13 = 3.452
| region14 = {{flag|Aceh}}
| pop14 = 2.734
| region15 = {{flag|Banten}}
| pop15 = 2.572
| region16 = {{flag|Yogyakarta}}
| pop16 = 2.545
| region17 = {{flag|Jawa Tengah}}
| pop17 = 2.336
| region18 = {{flag|Sumatera Selatan}}
| pop18 = 1.442
| region19 = {{flag|Nusa Tenggara Barat}}
| pop19 = 1.083
| region20 = {{flag|Sulawesi Utara}}
| pop20 = 594
| region21 = {{flag|Sulawesi Tenggara}}
| pop21 = 499
| region22 = {{flag|Lampung}}
| pop22 = 411
| region23 = {{flag|Sumatera Barat}}
| pop23 = 355
| region24 = {{flag|Bali}}
| pop24 = 349
| languages = {{plainlist|
* '''Pribumi'''
* [[Bahasa Banjar|Banjar]]
* ''{{hlist|Banjar Baku|Banjar Batangbanyu|Banjar Kuala|Banjar Pahuluan}}''
* '''Juga'''
* {{hlist|[[Bahasa Indonesia|Indonesia]]|[[Bahasa Bukit|Meratus]]}}}}
| religions = [[Islam]] ([[Sunni]])
| related_groups = {{hlist|[[Suku Dayak Meratus|Bukit]]|[[Dayak Ngaju|Ngaju]]|[[Suku Kutai|Kutai]]|[[Suku Dayak Bakumpai|Bakumpai]]|[[Suku Maanyan|Ma'anyan]]|[[Suku Tidung|Tidung]]| [[Suku Kedayan|Kadayan]]| [[Suku Melayu]]}}
}}
'''Suku Dayak Banjar''' ({{lang-bjn|اورڠ بنجر|Urang Banjar}}) adalah suatu [[etnisitas|kelompok etnis]] yang berasal dari [[daerah Banjar|wilayah Banjar]] di [[Provinsi Kalimantan Selatan]].<ref name="BPS10"></ref> Suku Dayak Banjar merupakan penutur [[Bahasa Banjar]] (dengan berbagai macam dialeknya), dan terikat dalam persamaan sejarah atau latar belakang serta kebudayaan. Suku Dayak Banjar merupakan salah satu etnis pribumi asli [[Kalimantan]] di [[Indonesia]] yang mana berbagai elemen kebudayaannya secara resmi diakui oleh pemerintah republik Indonesia dan dianggap sebagai salah satu komponen penting warisan kebudayaan nasional.<ref>{{Cite web|last=Thor|title=|url=}}</ref>
Dikarenakan faktor historis pengislaman pribumi Kalimantan, mayoritas masyarakat etnis Banjar pada umumnya kini merupakan pemeluk agama [[Islam]] ([[Muslim]]), masyarakat ini menunjukkan karakteristik yang agak berbeda dari kebanyakan [[Tanah Dayak|Dayak]] di wilayah pedalaman Kalimantan; yang mana masyarakat etnis Banjar cenderung memiliki [[gaya hidup]] dan [[norma|norma-norma]] yang berbasis [[Islami]]. Etnis Banjar juga terkenal akan kemampuannya dalam bidang [[perniagaan]], pada masa kini populasi diaspora Banjar dapat ditemui pula secara global atau di seluruh belahan dunia; termasuk diantaranya dalam cakupan wilayah [[Asia Tenggara]] maupun hingga ke [[Timur Tengah]] (terutama di [[Arab Saudi]]).
Suku Dayak Banjar pernah tidak mau dikategorikan sebagai etnis Dayak pada Perjanjian Tumbang Anoi tahun 1894 dikarenakan istilah "Dayak" adalah penamaan yang diberikan oleh penjajah Belanda untuk pribumi asli Kalimantan. Namun saat ini, Kesultanan Banjar telah mengakui secara resmi identitas sebagai Dayak Banjar, pengakuan ini juga telah disepakati oleh organisasi-organisasi adat dalam pertemuan pada tanggal 21 Maret 2024 bersama dengan Komisi IV DPRD Kalimantan Selatan M. Lutfi Saifuddin. Badan Permusyawaratan Adat Kalimantan Selatan bersama dengan Majelis Adat Dayak Kalimantan Selatan juga telah menyepakati bahwa suku Banjar adalah bagian dari etnis Dayak.<ref>{{Cite web|last=tajuddin|date=2024-03-22|title=Organisasi Adat Dayak / Banjar dinyatakan Dayak dalam Rapat di Kafe Alung malam Jum'at|url=https://kompaspemburukeadilan.com/organisasi-adat-dayak-banjar-dinyatakan-dayak-dalam-rapat-di-kafe-alung-malam-jumat/|website=KOMPASPEMBURUKEADILAN.COM|language=id|access-date=2024-12-23}}</ref>
==
Secara [[etimologis]], kata "Banjar" dari sudut pandang komunitas Dayak sebagai etnonim mulanya berasal dari terminologi [[bahasa Ma'anyan]]. Dalam bahasa Ma'anyan sendiri istilah ini disebut Ulun Hakey, yaitu sebutan untuk komunitas yang tidak makan daging babi dan mempunyai ritual pemakaman langsung dikubur ke dalam tanah tanpa digali lagi, hal ini berbeda dari Dayak Maanyan asli (Kaharingan) yang memiliki adat pemakaman sekunder (yaitu ijambe, ritual pembakaran tulang sisa jenazah dari hasil penggalian kuburan dari pemakaman pertama, untuk selanjutnya ditempatkan pada peti jenazah berkaki dua yang disebut Tambak). Secara hakikatnya, etnonim ini digunakan untuk mengidentifikasi golongan "Dayak" dari etno-lingusitik Ma'anyan, Meratus, Ngaju dan Paku-Karau (Luangan), 'rahasia umum' dalam masyarakat Kalimantan bahwa etnis Banjar sejatinya merupakan bagian dari masyarakat Dayak yang lebih besar yang telah mengalami asimilasi (baik itu dari segi agama, budaya, dan lain sebagainya) dengan pengaruh luar.
Namun sebutan Dayak itu sendiri baru diperkenalkan di Kalimantan Selatan sesaat sebelum pendirian [[Gereja Kalimantan Evangelis|Geredja Dajak Evengelis]] pada tanggal [[10 April]] [[1839]], untuk menyatukan berbagai komunitas menjadi satu identitas kultural yang dianggap sama tapi berasal dari beragam penutur bahasa yang berbeda-beda (etno-linguistik) sebagai basis penginjilan. Komunitas yang sudah dibaptis ini disebut Ulun Ungkup. Hal tersebut didahului dengan munculnya pula istilah geografis yang disebut [[Tanah Dayak]] pada awal pembentukan [[Hindia Belanda]] pada permulaan abad ke-19.
Namun dalam [[Hikayat Banjar]], istilah Banjar itu sendiri diambil dari nama sebuah kampung di tepi [[sungai Kuin]]. Komunitas Dayak Ngaju menyebut komunitas ini dengan sebutan Oloh-Masih. Oloh-Masih ini identik dengan komunitas sub-etnis Banjar Kuala (kuala= muara).
== Sejarah ==
=== Prasejarah ===
Dirunut dari genealoginya, masyarakat etnis Banjar pada zaman dahulu merupakan satu kesatuan entitas yang sama dengan masyarakat Dayak lainnya di sekitar wilayah [[Pegunungan Meratus]] (khususnya dengan etnis Bukit atau kerap dikenali sebagai Dayak Meratus). Penelitian arkeologi pada zaman modern di kawasan Geopark Meratus mengungkapkan bahwa wilayah ini telah dihuni oleh manusia purba sejak zaman masa prasejarah.
=== Peradaban ===
==== Kerajaan Dipa ====
{{main|Kerajaan Negara Dipa}}
''Kerajaan Negara Dipa'' merupakan sebuah sebutan lokal oleh masyarakat etnis Banjar yang merujuk kepada suatu entitas [[kerajaan]] yang merupakan cikal bakal dinasti raja-raja Banjar yang didirikan seorang tokoh yang bernama Ampu Jatmaka, dianggap sebagai sumber sivilisasi atau peradaban yang memiliki pengaruh dominan bagi masyarakat Banjar. Namun kerajaan ini bukan kerajaan pertama di Tanah Banjar. Tutur lokal yang disebut Tutur Candi menyebut nama Kerajaan Kuripan dan Tanjungpuri yang terletak dilembah sungai Tabalong sebagai kerajaan orang-orang Banjar kuno (Pahuluan), sebagai pendahulu Kerajaan Negara Dipa yang dipengaruhi budaya Jawa tersebut. Kedua kerajaan ini bertetangga dengan komunitas "Dayak" Nan Sarunai.
Kerajaan ini ditengarai merupakan sebuah cabang atau ''vassal state'' dari kerajaan utamanya di pulau Jawa; yakni kerajaan Banjar Negara. Kata ''dipa'' itu sendiri diserap dari istilah ''dwipa'' dalam bahasa Jawa yang memiliki arti "pulau", merujuk kepada Banjar Negara itu sendiri yang terletak di pulau Jawa.
==== Kerajaan Banjar ====
{{main|Kerajaan Banjar}}
Kerajaan Banjar merupakan bentuk lanjutan dari kekuasaan ''Dipa Negara'' atau ''Banjar Negara'' yang mana pada masa ini pemimpin monarki atau sang [[raja]] telah dilantik dari keturunan raja yang menetap di Kalimantan, dan tidak lagi mengikuti sentralisasi Jawa dan merupakan bentuk awal desentralisasi kekuasaan kemaharajaan Jawa.
==== Kesultanan Banjar ====
{{main|Kesultanan Banjar}}
Kemunculan Banjar sebagai kerajaan berbasis Islam didukung oleh [[Kesultanan Demak]] yang merupakan kerajaan didirikan komunitas Jawa-Melayu Palembang. Pedagang Banjar berhubungan dagang dengan kota-kota pelabuhan Tedunan, Jepara, Demak, Tuban, Giri, Surabaya, Arosbaya dan Sumenep. Oleh seorang ulama yang yang datang dari negeri Arab dan komunitas Melayu, Raja Banjar diberi gelar Sultan.
Pada masa kegemilangan Mataram, seluruh kerajaan yang terkoneksi dengan Jawa mengalami pengaruh keislaman dengan disahkannya pengadopsian sistem pemerintahan ala Timur Tengah, yakni [[kesultanan]]. Sejak saat itu, kerajaan Banjar bertransformasi menjadi kesultanan Banjar; yang mana pemimpin monarkinya berupa seorang [[sultan]] (bukan lagi raja seperti sebelumnya).
== Sistem kekerabatan ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
{| style="text-align:center; float:left;"
|Waring
Baris 262 ⟶ 160:
|↑
|-
|
|-
|↑
Baris 270 ⟶ 168:
|↑
|-
|Kakak < ULUN (saya/sudut pandang pembaca)> Ading
|-
|↓
Baris 309 ⟶ 207:
Untuk memanggil orang yang seumur boleh dipanggil ''ikam'', boleh juga menggunakan kata ''aku'' untuk menunjuk diri sendiri. Sedangkan untuk menghormati atau memanggil yang lebih tua digunakan kata ''pian'', dan kata ''ulun'' untuk menunjuk diri sendiri.
Dalam sistem kekerabatan, orang Banjar menganut prinsip garis keturunan bilateral (parental), artinya menarik garis keturunan pada pihak ayah dan pihak ibu.
== Diagramatik Y-DNA suku Banjar (DNA Southern Borneo) ==
{{Pie chart
| thumb = right
| caption = [[:en:Y-DNA_haplogroups_in_populations_of_East_and_Southeast_Asia | Genetika Y-DNA suku Banjar]] dalam tabel
| label1 = [[:en:Haplogroup_C-M130 |C]]
| value1 = 13.3
| color1 = Green
| label2 = [[:en:Haplogroup_F-M89 |F]]
| value2 = 6.7
| color2 = Orange
| label3 = [[:en:Haplogroup_O-M119 |O1a]] - [[Rumpun bahasa Austro-Tai|Austronesia-Thai]]
| value3 = 26.7
| color3 = Blue
| label4 = [[:en:Haplogroup O-M268|O1b]] - [[Rumpun bahasa Austroasia| Austroasia]]
| value4 = 26.7
| color4 = Black
| label5 = [[:en:Haplogroup_O-M122 |O2]] - [[Rumpun bahasa Sino-Tibet|Sino-Tibet]]
| value5 = 26.7
| color5 = Red
}}
== Agama dan kepercayaan ==
=== Agama ===
{{main|Islam}}
[[Berkas:Masjid-baangkat.jpg|jmpl|200px|Masjid tradisional dengan gaya arsitektur rumah panggung Banjar]].
Istilah Islam Banjar menunjuk kepada sebuah proses historis dari fenomena inkulturisasi Islam di Tanah Banjar, yang secara berkesinambungan tetap hidup di dan bersama masyarakat Banjar itu sendiri.<ref name=":0">{{Id}} {{Cite book|title=Islam Banjar; Tentang Akar Kultural dan Revitalisasi Citra Masyarakat Religius|last=Haeda|first=Tim|publisher=Lekstur|year=2009|isbn=|location=Banjarmasin|pages=}}</ref> Dalam ungkapan lain, istilah Islam Banjar setara dengan istilah-istilah berikut: Islam di Tanah Banjar, Islam menurut pemahaman dan pengalaman masyarakat Banjar, Islam yang berperan dalam masyarakat dan budaya Banjar, atau istilah-istilah lain yang sejenis, tentunya dengan penekanan-penekanan tertentu yang bervariasi antara istilah yang satu dengan lainnya.
Inti dari Islam Banjar adalah terdapatnya karakteristik khas yang dimiliki agama Islam dalam proses sejarahnya di Tanah Banjar. Ciri khas itu adalah terdapatnya kombinasi pada level kepercayaan antara kepercayaan Islam, kepercayaan bubuhan, dan kepercayaan lingkungan. Kombinasi itulah yang membentuk sistem kepercayaan Islam Banjar.<ref>{{Id}} {{Cite book|title=Islam dan Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisis
Kebudayaan Banjar|last=Daud|first=Alfani|publisher=Raja Grafindo Persada|year=1997|isbn=|location=Jakarta|pages=}}</ref> Di antara ketiga sub kepercayaan itu, yang paling tua dan lebih asli dalam konteks Banjar adalah kepercayaan lingkungan, karena unsur-unsurnya lebih merujuk pada pola-pola agama pribumi pra-Hindu. Oleh karena itu, dibandingkan kepercayaan bubuhan, kepercayaan lingkungan ini tampak lebih fleksibel dan terbuka bagi upaya-upaya modifikasi ketika dihubungkan dengan kepercayaan Islam.<ref name=":0" />
Sejarah Islam Banjar dimulai seiring dengan sejarah pembentukan entitas Banjar itu sendiri. Menurut kebanyakan peneliti, Islam telah berkembang jauh sebelum berdirinya Kerajaan Banjar di Kuin Banjarmasin, meskipun dalam kondisi yang relatif lambat lantaran belum menjadi kekuatan sosial-politik. Kerajaan Banjar, dengan demikian, menjadi tonggak sejarah pertama perkembangangan Islam di wilayah Selatan pulau Kalimantan. Kehadiran Syekh Muhammad Arsyad al-Banjar lebih kurang tiga abad kemudian merupakan babak baru dalam sejarah Islam Banjar yang pengaruhnya masih sangat terasa sampai dewasa ini.
== Bahasa dan kesusastraan ==
{{main|Bahasa Banjar}}
Bahasa yang dituturkan oleh masyarakat etnis Banjar adalah [[bahasa Banjar]] yang bertetangga dengan [[rumpun bahasa Barito Raya]]. Namun secara geneaologis linguistiknya, bahasa ini merupakan salah satu [[bahasa suku|bahasa]] dalam [[rumpun bahasa Melayik]] (Dayak Laut) yang berserumpun dengan bahasa Iban, Seberuang, Kanayatn, Sambas, Keninjal, Tomun, Tamuan, Teringin, Meratus, Kutai, Berau, Kadayan, Brunei dan lain sebagainya.
==== Pengaruh linguistik ====
[[File:Majapahit Empire.svg|thumb|left|300px|Peta wilayah kekuasaan kemaharajaan Majapahit]]
Serupa dengan rumpun bahasa Dayak lainnya yang dituturkan di wilayah, bahasa Banjar memiliki pengaruh linguistik yg paling dominan dari bahasa Dayak sendiri dan sedikit dari [[bahasa Jawa]] yang diduga mengalami pemesatan pengaruh pada masa kemaharajaan [[Majapahit]]. Namun demikian, selain mendapat pengaruh sedikit dari bahasa Jawa, terdapat juga pengaruh dari [[bahasa Arab]] yang menandakan sejarah linguistik bidang religiusitas dalam masyarakat etnis Banjar.
=== Kesusastraan ===
==== Hikayat Banjar ====
{{main|Hikayat Banjar}}
== Filosofi ==
Terdapat beberapa unsur [[Filsafat|filsafat hidup]] suku Banjar, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif, antara lain:<ref>{{Id}} {{Cite book|title=Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar|last=Sahriansyah|first=|publisher=IAIN Antasari Press|year=2015|isbn=978-6020-82829-9|location=Banjarmasin|pages=}}</ref>
* ''Baiman''. Yaitu setiap Urang Banjar meyakini adanya Tuhan/Allah. Setiap individu suku Banjar selalu disuruh untuk mempelajari tentang [[rukun iman]] dan melaksanakan dengan rajin kelima [[rukun Islam]]. Bila belum mempelajari tentang keimanan dan rukun Islam ini dianggap keberagamaan orang Banjar belum sempurna.
* ''Bauntung''. Urang Banjar harus punya [[keterampilan]] hidup. Jadi Urang Banjar dari kecil sudah diajari keterampilan kejuruan, yaitu keterampilan yang dikaitkan dengan pekerjaan tertentu yang terdapat dilingkungannya. Hal ini bisa dilihat dari asal Urang Banjar tersebut misalnya orang Kelua punya keahlian menjahit, orang Amuntai punya keahlian membuat lemari, orang Alabio punya keahlian sebagai pedagang kain, Negara punya keahlian sebagai pedagang emas, membuat gerabah, membuat perahu/kapal, orang Mergasari punya keahlian sebagai pembuat anyaman, orang Martapura punya keahlian berdagang batu-batuan. Urang Banjar selalu di ajari ''life skill'' atau keterampilan agar hidup bisa mandiri. Urang Banjar harus bekerja terus menerus, karena setiap kali selesai suatu tugas, tugas lain telah menanti.
* ''Batuah''. Arti berkah atau bermanfaat bagi kehidupan orang lain. Urang Banjar sebagai pemeluk agama Islam, tentu akan mengamalkan ajaran secara baik, yaitu agar hidupnya membawa kebaikan bagi orang lain. Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Jadi Urang Banjar dalam tatanan masa lalu maupun saat ini selalu diharapkan agar hidupnya berguna bagi dirinya, keluarga dan orang banyak. Agar bisa berguna bagi masyarakat, maka Urang Banjar harus memiliki iman yang kuat, ilmu yang bermanfaat dan beramal kebajikan.
* ''Cangkal''. Yaitu ulet dan rajin dalam bekerja. Urang Banjar harus bekerja keras untuk menggapai cita-cita, sehingga di masa lalu mereka suka merantau. Sifat ''cangkal'' dalam bekerja adalah salah satu identitas orang Banjar. Dalam pandangan Urang Banjar bekerja harus maksimal, berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT, sehingga hidupnya akan bahagia di dunia dan akhirat.
* Baik Tingkah laku. Yaitu Urang Banjar dalam pergaulan sehari-hari harus menunjukkan budi pekerti yang luhur agar dia disenangi orang lain. Dengan kata lain, Urang Banjar harus pandai beradaptasi dengan lingkungan di mana dia bertempat tinggal.
* Kompetitif individual. Yaitu orang Banjar terkenal sebagai pekerja keras dalam menggapai cita-citanya tetapi bekerja sendiri-sendiri tidak secara kolektif, sehingga Urang Banjar tidak mampu membangun suatu poros kekuatan ekonomi atau politik di Pentas Nasional. Urang Banjar cenderung memiliki sifat individual dan ego yang tinggi sehingga susah diatur.
* Materialis pragmatis. Gaya hidup Urang Banjar saat ini dikarenakan pengaruh [[globalisasi]] dengan ''trend'' hidup yang materialis-pragmatis, sehingga pola hidup Urang Banjar sangat [[konsumtif]]. Disisi lain, gaya hidup anak muda Banjar dalam memilih kerja, lebih mengutamakan kerja kantoran yang berdasi atau karyawan supermarket daripada pedagang kecil dengan modal sendiri dan mandiri.
* Sikap ''qanaah'' dan pasrah. Urang Banjar selagi muda adalah pekerja keras untuk meraih cita-citanya, tapi kalau sudah berhasil dan sudah tua hidupnya santai untuk menikmati hidup dan beribadah kepada Allah untuk mengisi waktu.
* ''Haram manyarah'' dan ''waja sampai kaputing''. Yaitu pantang menyerah dan tegar pendirian. Kata hikmah di atas diungkapkan oleh [[Pangeran Antasari]] dalam rangka memperkuat motivasi pasukannya menghadapi pasukan [[penjajah]] [[Belanda]]. Urang Banjar mempunyai pendirian yang kuat untuk mempertahankan keyakinan atau yang diperjuangkannya, sehingga tidak mudah goyang atau terombang-ambing oleh situasi dan kondisi yang dihadapi. Prinsip ini dipakai dan dijadikan semboyan [[Provinsi Kalimantan Selatan]].
Nilai budaya Banjar yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri dan manusia dengan alam:<ref>{{Id}} {{Cite journal|last=Istiqomah|first=Ermina|last2=Setyobudihono|first2=Sudjatmiko|date=2014|year=2014|title=Nilai Budaya Masyarakat Banjar Kalimantan Selatan:
Studi Indigenous|url=https://journal.unesa.ac.id/index.php/jptt/article/viewFile/1622/1078|journal=Jurnal Psikologi Teori dan Terapan|location=|publisher=[[Universitas Negeri Surabaya]]|publication-place=Surabaya|volume=5|issue=1|page=1-6|doi=|issn=2597-9035|pmid=|access-date=}}</ref>
* Wujud konsepsi ''berelaan'' merupakan nilai ikhlas dan syukur dan semata-mata untuk ibadah dan mendapat keridhoan Allah SWT.
* Pada sistem kekerabatan, baik karena keturunan maupun karena status sosial dan profesi, ada konsep ''bubuhan''. Dalam konsepsi ''bubuhan'' termuat nilai ''bedingsanakan'' (persaudaraan), ''betutulungan'' (tolong menolong) dan ''mau haja bakalah bamanang'' (mau saja kalah menang) maksudnya mau saja memberi dan menerima. ''Bubuhan'' sebagai kesatuan sosial sangat kuat ikatannya dengan ke-gotongroyongan. Orang hidup harus ''betutulongan'' (tolong menolong), jangan hidup ''saurang-saurang'' (sendiri-sendiri).
* Nilai untuk pengembangan diri konsepsi ''gawi manuntung'', yaitu seseorang dalam mengerjakan sesuatu harus dapat menyelesaikannya dengan baik''.'' Serta konsepsi ''dalas balangsar dada'' artinya biarpun harus berselancar dada yang maknanya seseorang harus berjuang dengan sungguh-sungguh.
* Nilai konsepsi ''bisa-bisa maandak awak'' untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. nasihat ini biasanya diberikan agar dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat
== Kebudayaan ==
{{main|Budaya Banjar}}
[[Berkas:PengantinBanjar.jpg|jmpl|300px|3 Macam [[Busana Pengantin Banjar]], Bagajah Gamuling Baular Lulut, Babaju Kun Galung Pacinan dan Baamar Galung Pancar Matahari]]
Umumnya adat kebudayaan Banjar berakar dari ritual keagamaan [[Kaharingan]] yang setelah pengislaman massal adat kebudayaan [[Kaharingan]] ini disunting untuk disesuaikan dengan keyakinan baru mereka yaitu [[Islam]].
Salah satu contohnya adalah adat [[baayun anak]] yang pada zaman dahulu adalah ritual pemberkatan anak penganut [[Kaharingan]] dengan dibacakan mantra-mantra [[Balian]], sekarang dalam adat Banjar yang Islam [[baayun anak]] tidak lagi menggunakan mantra-mantra [[Balian]] akan tetapi dengan pembacaan ayat suci [[Al-Quran]] dan salawat kepada [[Nabi Muhammad SAW]].
=== Keterampilan Mengolah Lahan Pasang Surut ===
Kehidupan orang Banjar terutama kelompok Banjar Kuala dan Batang Banyu lekat dengan budaya sungai. Sebagai sarana transportasi, orang Banjar mengembangkan beragam jukung (perahu) sesuai dengan fungsinya yakni Jukung Pahumaan, Jukung Paiwakan, Jukung Paramuan, Jukung Palambakan, Jukung Pambarasan, Jukung Gumbili, Jukung Pamasiran, Jukung Beca Banyu, Jukung Getek, Jukung Palanjaan, Jukung Rombong, Jukung/Perahu Tambangan, Jukung Undaan, Jukung Tiung dan lain-lain.<ref>[http://travel.kompas.com/read/2013/01/26/16153269/Jukung.Urat.Nadi.Orang.Banjar
=== Rumah Banjar ===
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
{{Multiple image|direction=horizontal|align=right|image1=Kantor Gubernur Kalsel Banjarbaru.jpg|image2=Gedung DPRD Kalsel.jpg|image3=Rumah Bubungan Tinggi Anjungan Kalsel TMII Jakarta.JPG|width1=135|width2=135|width3=135|footer=Arsitektur Rumah Banjar Bubungan Tinggi di perkantoran gubernur Kalsel, gedung DPRD Kalsel dan anjungan Kalsel di TMII.}}
'''[[Rumah Banjar]]''' adalah rumah tradisional suku Banjar. Arsitektur tradisional ciri-cirinya antara lain mempunyai perlambang, mempunyai penekanan pada atap, ornamental, dekoratif dan simetris.
Baris 338 ⟶ 295:
=== Teater ===
Satu-satunya seni teater tradisional yang berkembang di [[pulau Kalimantan]] adalah '''[[Mamanda]]'''. Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari [[Kalimantan Selatan]].
Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan [[Lenong]] dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup.<ref name="Mamanda">
Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).<ref name="Mamanda"/>
Baris 347 ⟶ 304:
=== Musik ===
[[Berkas:Musik Pengiring Tari Japin Sigam.ogg|jmpl|Alunan musik Banjar sebagai pengiring tari Japin Sigam yang berasal dari [[pulau Laut]].]]
Salah satu kesenian berupa musik tradisional khas Suku Banjar adalah [[Musik Panting]]. Musik ini disebut Panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan panting, sejenis gambus yang memakai senar (panting) maka disebut musik panting. Pada awalnya musik panting berasal dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan alat musik yang dipetik yang berbentuk mirip seperti gambus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Pada waktu dulu musik panting hanya dimainkan secara perorangan atau secara solo. Karena semakin majunya perkembangan zaman dan musik panting akan lebih menarik jika dimainkan dengan beberapa alat musik lainnya, maka musik panting sekarang ini dimainkan dengan alat-alat musik seperti ''babun'' (gendang), ''agung'' (gong) dan ''piul'' (biola) dan pemainnya juga terdiri dari beberapa orang. Nama musik panting berasal dari nama alat musik itu sendiri, karena pada musik panting yang terkenal alat musik nya dan yang sangat berperan adalah panting, sehingga musik tersebut dinamai musik panting. Orang yang pertama kali memberi nama sebagai musik panting adalah A. SARBAINI. Dan sampai sekarang ini musik panting terkenal sebagai musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.<ref>{{Cite web |url=http://arsyadindradi.net/sejarah-dan-peranan-musik-panting/ |title=Musik Panting Banjar |access-date=2010-07-08 |archive-date=2010-05-15 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100515150511/http://arsyadindradi.net/sejarah-dan-peranan-musik-panting/ |dead-url=yes }}</ref>
Selain itu, ada sebuah kesenian musik tradisional Suku Banjar, yakni [[Musik Kentung]]. Musik ini berasal dari daerah [[Kabupaten Banjar]] yaitu di desa [[Sungai Alat, Astambul, Banjar|Sungai Alat, Astambul]] dan kampung [[Bincau, Martapura, Banjar|Bincau, Martapura]]. Pada masa sekarang, musik kentung ini sudah mulai langka. Masa dahulu alat musik ini dipertandingkan. Dalam pertandingan ini bukan saja pada bunyinya, tetapi juga hal-hal yang bersifat magis, seperti kalau dalam pertandingan itu alat musik ini bisa pecah atau tidak dapat berbunyi dari kepunyaan lawan bertanding.<ref>
=== Tarian ===
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Berkas:Tari Radap Rahayu.jpg|jmpl|250px|[[Tari Radap Rahayu]]]]
Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama "Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan.
===
Masakan tradisional Banjar diantaranya: sate Banjar,<ref>[http://books.google.co.id/books?id=R0qUsodMVYMC&lpg=PA94&dq=banjar&pg=PA94#v=onepage&q=banjar&f=false {{id}} Tim Dapur Demedia, Kitab masakan sepanjang masa, DeMedia, 2010 ISBN 979-1471-89-4, 9789791471893]</ref>
Terdapat 41 macam kue (''wadai'') khas Banjar.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/957057293|title=Makna simbolik dan nilai budaya kuliner "wadai Banjar 41 macam" pada masyarakat Banjar Kalsel|last=Rahmawati, Neni Puji Nur,|isbn=978-602-1228-94-4|edition=Cetakan pertama|location=Yogyakarta|oclc=957057293}}</ref>
{{Col|3}}
*[[Apam habang]]
*[[Apam putih]]
*[[Bubur habang]]
*[[Bubur putih]]
*[[Bubur baayak]]
*[[Babungku]]
*[[Babalungan halam]]
*[[Bingka]]
*[[Cingkaruk habang]]
*[[Cingkaruk putih]]
*[[Cincin (kue)|Cincin]]
*[[Cucur habang]]
*[[Cucur putih]]
*[[Cucur kuning]]
*[[Dodol habang]]
*[[Dodol putih]]
*[[Gagatas habang]]
*[[Gagatas putih]]
*[[Hintalu karuang]]
*[[Kakicak habang]]
*[[Kakicak putih]]
*[[Kakicak gumbili]]
*[[Kakulih habang]]
*[[Kakulih putih]]
*[[Kalalapun]]
*[[Lakatan putih bahinti]]
*[[Lakatan kuning bahintalu]]
*[[Lamang]]
*[[Lupis (kue)|Lupis]]
*[[Pupudak baras]]
*[[Pupudak sagu]]
*[[Papari]]
*[[Putu mayang]]
*[[Roti baras habang]]
*[[Roti baras putih]]
*[[Roti sagu]]
*[[Surabi]]
*[[Paliat]]
*[[Tapai baras]]
*[[Tapai gumbili]]
*[[Ular-ular]]
*[[Wajik (kue)|Wajik]]
{{EndDiv}}
== Populasi ==
Menurut sensus BPS tahun 2010 populasi suku Banjar berjumlah 4.127.124.<ref>demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf</ref>
Populasi suku Banjar diantaranya sebagai berikut:<ref>{{id}} {{cite book|year=2011|url=http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html|title=Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010|publisher=Badan Pusat Statistik
{| class="wikitable sortable"
Baris 587 ⟶ 582:
|}
==
=== Subetnis ===
Berdasarkan sistem sosiokultural masyarakat Banjar, etnis Banjar dapat dibagi ke dalam tiga kelompok subetnis utama, diantaranya yakni:
#Batangbanyu
Kelompok subetnis Banjar Batangbanyu secara hakikatnya merujuk kepada kelompok etnis Banjar yang mayoritas bermukim di wilayah kisaran sungai.
#Kuala/kwala
Banjar Kuala didefinisikan sebagai masyarakat etnis pribumi Banjar yang telah melakukan kawin campur dengan etnis lainnya yang berasal dari luar wilayah pulau Kalimantan, yang diantaranya mencakup etnis Bugis, etnis Jawa, dan sebagainya. Kata ''kuala'' atau ''kwala'' itu sendiri dalam bahasa Banjar bermakna "pertemuan" atau "percampuran".
#Pahuluan
Banjar Pahuluan merujuk kepada golongan etnis Banjar yang berasal dari wilayah dataran tinggi atau pegunungan, yang mana masyarakat Banjar Pahuluan masih memiliki banyak kedekatan dengan etnis serumpunnya yakni etnis Bukit (atau kerap disebut sebagai Dayak Meratus) yang mayoritas mendiami wilayah pegunungan Meratus.
=== Diaspora ===
Sebagai etnis yang gemar melakukan perniagaan, etnis Banjar telah menyebar ke seluruh belahan dunia sejak zaman lampau untuk memperoleh peruntungan di berbagai wilayah. Dalam cakupan benua [[Asia]], wilayah [[Asia Tenggara]] dan [[Timur Tengah]] merupakan dua wilayah yang memiliki populasi sebaran diaspora Banjar terbesar di dunia; dengan setidaknya ada kurang lebih sekitar 2–3 juta populasi di negara [[Brunei]] (khususnya di wilayah tenggara Brunei), Sabah, [[Hari Kemerdekaan Sarawak|Sarawak]], [[Banjar Singapura|Singapura]], maupun [[Banjar Malaysia|Malaysia]] (khususnya di Provinsi Perak).
Namun demikian, terdapat pula komunitas minoritas diaspora masyarakat Banjar di belahan benua lainnya yang mencakup [[Australia]], [[Amerika]], maupun [[Afrika]]. Bahkan, beberapa studi genetik pada masa modern mengindikasikan bahwa leluhur masyarakat etnis Malagasi di wilayah barat pulau [[Madagaskar]] dan beberapa etnis lainnya di timur Afrika (utamanya wilayah [[Komoro]]) merupakan keturunan dari diaspora masyarakat Dayak yang berasal dari [[daerah Banjar]] di selatan Kalimantan.<ref>{{cite book|title=Insight Guides Madagascar|trans-title=Wawasan Panduan Madagaskar|language=en|publisher=Apa Publications|isbn=9781789192438|quote=The latest genetic studies indicate that these pioneers almost certainly originated from the Banjar Region of Indonesian Borneo.}}</ref>
== Figur publik ==
{{main|Daftar tokoh Banjar}}
* [[A.A. Hamidhan]], anggota PPKI 1945
Baris 601 ⟶ 611:
* [[Denny Indrayana]], Wakil Menteri Hukum dan HAM 2011-2014.
* [[Djohan Effendi]], Menteri Sekretaris Kabinet 2000-2001.
* [[Fadjroel Rachman]], Juru Bicara Presiden.2019-sekarang
* Fakhriansyah, atlet gulat.
* Drs. H. [[Gusti Hasan Aman]], Gubernur Kalimantan Selatan 1995-2000.
Baris 619 ⟶ 630:
* [[Mubramsyah]], Duta Besar RI untuk Irak.
* [[Olla Ramlan]], artis.
* [[Pangeran Antasari]], [[Pahlawan Nasional Indonesia]].
* [[Pangeran Hidayatullah]], pejuang.
* [[Pangeran Muhammad Noor]], Gubernur Kalimantan 1945-1950, Menteri Pekerjaan Umum 1956-1959.
* [[Rebecca Suwignyo]], chef
* Ir. H. [[Rudy Ariffin]], Gubernur Kalimantan Selatan 2004-2014.
* Drs. [[Saadillah Mursjid]], MPA, Menteri Sekretaris Kabinet 1988-1998, Menteri Sekretaris Negara 1998.
* [[Sjachriel Darham]], Gubernur Kalimantan Selatan 2000-2005.
* Kapten [[
* [[Syamsul Mu'arif]], Menteri Negara Komunikasi dan Informatika 2001-2004.
* H. Syarifuddin, Imam Besar Masjid Istiqlal.
* Brigjen Pol Dr. H. [[Taufiq Effendi]], MBA, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2004-2009.
* [[Yulita Intan Sari]], chef
* Letjen [[Z.A. Maulani]], Kepala BIN 1998-1999.
== Lihat pula ==
* [[
* [[
== Referensi ==
{{reflist|3}}
===
{{notelist}}
==Bibliografi==
{{refbegin|indent=yes|30em}}
<!---->* {{cite book|title=Bahasa Banjar Hulu|language=id|trans-title=Pahuluan Banjar Language|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/2355|year=1978|publisher=Language Development Center of the Republic of Indonesia|location=Jakarta}}
<!---->* {{cite book|title=Inventarisasi Kosakata Populer Bahasa Kutai dan Bahasa Banjar|language=id|trans-title=Inventory of Popular Vocabulary of Kutai language and Banjarese language|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/3095|year=2007|isbn=978-979-16282-5-9|publisher=East Kalimantan Provincial Linguistic Centre, Republic of Indonesia|location=Samarinda}}
<!---->* {{cite book|title=Kamus Bahasa Banjar Dialek Hulu-Indonesia|language=id|trans-title=Pahuluan Banjarese Dictionary to Indonesian|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/2855|year=2008|isbn=978-979-685-776-0|publisher=Banjarmasin Linguistic Center, Department of National Education of the Republic of Indonesia|location=Banjarmasin}}
<!---->* {{cite book|title=Morfo Sintaksis Bahasa Banjar Kuala|language=id|trans-title=Syntactic Morphology of Kuala Banjarese|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/3150|year=1986|publisher=Language Development Center of the Republic of Indonesia|location=Jakarta}}
<!---->* {{cite book|title=Nomina Bahasa Banjar|language=id|trans-title=Nouns in Banjarese Language|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/15983|year=1998|isbn=979-459-833-X|publisher=Research and Development Agency and Bookkeeping of the Republic of Indonesia|location=Jakarta}}
<!---->* {{cite book|title=Pedoman Umum Ejaan Bahasa Banjar|language=id|trans-title=General Guidelines for Banjarese Spelling|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/3300|year=2009|edition=1|publisher=Banjarmasin Linguistic Center, Language Center, Department of National Education of the Republic of Indonesia|location=Banjarmasin}}
<!---->* {{cite book|title=Refleksi Etimon Proto-Austronesia dalam Bahasa Banjar|language=id|trans-title=Reflections of Proto-Austronesian Etimons in Banjarese Language|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/3486|year=1992|isbn=979459315X|publisher=Language Development Center of the Republic of Indonesia|location=Jakarta}}
<!---->* {{cite book|title=Struktur Bahasa Banjar Kuala|language=id|trans-title=Language Structure of Kuala Banjarese|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/id/eprint/2402|year=1981|publisher=Language Development Center of the Republic of Indonesia|location=Jakarta}}
{{refend}}
== Pranala luar ==
{{Commonscat|Banjar people|etnis Banjar}}
[[Kategori:Suku Banjar| ]]
[[Kategori:Suku bangsa di Kalimantan Selatan]]
[[Kategori:
[[Kategori:
{{suku-stub}}
|