Sejarah Buton (Wolio): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Murbaut (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 114.124.24.129 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Sarlis Timotius
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(20 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{gabungkepadagabung ke|Kesultanan Buton}}
'''[[Buton]]''' adalah sebuah [[pulau]] yang terletak di sebelah tenggara Pulau [[Sulawesi]]. Pada zaman dahulu di daerah ini pernah berdiri [[kerajaan]] Buton yang kemudian berkembang menjadi [[Kesultanan Buton]].
 
[[Buton]] dikenal dalam [[Sejarah Indonesia]] karena telah tercatat dalam naskah [[Nagarakertagama]] karya [[Prapanca]] pada Tahun [[1365]] Masehi dengan menyebut [[Buton]] atau Butuni sebagai Negeri (Desa) Keresian atau tempat tinggal para resi dimana terbentang taman dan didirikan lingga serta saluran air. Rajanya bergelar Yang Mulia Mahaguru. Nama [[Pulau Buton]] juga telah dikenal sejak zaman pemerintahan [[Majapahit]]. Patih [[Gajah Mada]] dalam [[Sumpah Palapa]], menyebut nama [[Pulau Buton]].
 
== Sejarah Awal ==
Cikal bakal negeri [[Buton]] untuk menjadi sebuah [[Kerajaan]] pertama kali dirintis oleh kelompok [[Mia Patamiana]] (si empat orang) yaitu '''Sipanjonga''', '''Simalui''', '''Sitamanajo''', '''Sijawangkati''' yang oleh sumber lisan mereka berasal dari Semenanjung Tanah [[Melayu]] pada akhir abad ke – 13.
 
Mereka mulai membangun perkampungan yang dinamakan '''Wolio''' (saat ini berada dalam wilayah [[Kota Bau-Bau]] serta membentuk sistem pemerintahan tradisional dengan menetapkan 4 '''Limbo''' (Empat Wilayah Kecil) yaitu '''Gundu-gundu''', '''Barangkatopa''', '''Peropa''' dan '''Baluwu''' yang masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang '''Bonto ''' sehingga lebih dikenal dengan '''Patalimbona'''. Keempat orang Bonto tersebut disamping sebagai kepala wilayah juga bertugas sebagai pelaksana dalam mengangkat dan menetapkan seorang Raja. Selain empat Limbo yang disebutkan di atas, di Buton telah berdiri beberapa kerajaan kecil seperti '''Tobe-tobe''', '''Kamaru''', '''Wabula''', '''Todanga''' dan '''Batauga'''. Maka atas jasa Patalimbona, kerajaan-kerajaan tersebut kemudian bergabung dan membentuk kerajaan baru yaitu '''kerajaan Buton''' dan menetapkan [[Wa Kaa Kaa]] (seorang wanita bersuamikan Si Batara seorang turunan bangsawan [[Kerajaan Majapahit]]) menjadi Raja I pada tahun [[1332]] setelah mendapat persetujuan dari keempat orang bonto/patalimbona (saat ini hampir sama dengan lembaga legislatif).
Baris 12:
 
== Bidang Hukum ==
Dibidang [[hukum]] dijalankan sangat tegas dengan tidak membedakan baik aparat [[pemerintahan]] maupun [[masyarakat]] umum. Hal ini terlihat dari ke 38 orang [[sultan]] yang memerintah di [[Buton]] , 12 orang menyalahgunakan [[kekuasaan]] dan melanggar sumpah jabatan dan satu diantaranya yaitu Sultan ke - VIII [[Mardan Ali]], diadili dan diputuskan untuk dihukum mati dengan cara leher dililit dengan tali sampai meninggal yang dalam bahasa [[wolio]] dikenal dengan istilah ''digogoli'' .
 
== Bidang Perekonomian ==
Baris 18:
 
== Bidang Pertahanan ==
Bidang Pertahanan Keamanan ditetapkannya Sistem Pertahanan Rakyat Semesta dengan [[falsafah]] perjuangan yaitu :
 
'''“Yinda Yindamo Arata somanamo Karo”''' ''(Harta rela dikorbankan demi keselamatan diri)''
Baris 28:
'''“Yinda Yindamo Sara somanamo Agama”''' ''(Pemerintah rela dikorbankan demi keselamatan agama)''
 
Disamping itu juga dibentuk sistem pertahanan berlapis yaitu empat '''Barata''' (Wuna, Tiworo, Kulisusu dan Kaledupa), empat '''matana sorumba''' (Wabula, Lapandewa, Watumotobe dan Mawasangka) serta empat orang Bhisa Patamiana (pertahanan kebatinan).
 
Selain bentuk pertahanan tersebut maka oleh pemerintah [[kesultanan]], juga mulai membangun [[benteng]] dan kubu–kubu pertahanan dalam rangka melindungi keutuhan [[masyarakat]] dan [[pemerintah]] dari segala gangguan dan ancaman. Kejayaan masa [[Kerajaan]]/[[Kesultanan Buton]] (sejak berdiri tahun [[1332]] dan berakhir tahun [[1960]]) berlangsung ± 600 tahun lamanya telah banyak meninggalkan warisan masa lalu yang sangat gemilang, sampai saat ini masih dapat kita saksikan berupa peninggalan [[sejarah]], [[budaya]] dan [[arkeologi]]. Wilayah bekas [[Kesultanan Buton]] telah berdiri beberapa daerah kabupaten dan kota yaitu : [[Kabupaten Buton]], [[Kabupaten Muna]], [[Kabupaten Wakatobi]], [[Kabupaten Bombana]], [[Kabupaten Buton Utara]], [[Kabupaten Buton Tengah]] dan [[Kota Bau-Bau]].
 
== Raja-raja Buton ==
# RajaRatu ke I [[Wa Kaa Kaa]] [[1311]]
# RajaRatu ke II [[Bulawambona]]
# Raja ke III [[bataraguruBataraguru]]
# Raja ke IV [[tua rade|Tua Rade]]
# Raja ke V [[Mulae]]
# Raja ke VI La Kilaponto / Timbang Timbaga / Halu Oleo / [[Murhum]]
 
== Sultan-Sultan Buton ==
# Sultan ke-1 [[Murhum]] dengan gelar |Sultan Murhum]] Kaimuddin Khalifatul KhamisLa Kilaponto([[1491]]-[[1537]]),dengan gelar Sultan Kaimuddin
# Sultan ke-2 [[La Tumparasi|Sultan La Tumparasi]] ([[1545]]-[[1552]]) dengan gelar Sultan Kaimuddin,
# Sultan ke-3 [[La Sangaji|Sultan La Sangaji]] ([[1566]]-[[1570]]) dengan gelar Sultan Kaimuddin,
# Sultan ke-4 [[La Elangi|Sultan La Elangi]] ([[15781597]]-[[16151633]]) dengan gelar Sultan Dayanu Iksanuddin,
# Sultan ke-5La Balawo (1617-1619)
# Sultan ke-6 [[La Buke|Sultan La Buke]] (1632-1645)
# Sultan keLa Saparagau (1645-71646)
# Sultan keLa Cila (1647-81654)
# Sultan ke-9 [[La Awu|Sultan La Awu]] ([[1654]]-[[1664]]) dengan gelar Sultan Malik Sirullah,
# Sultan ke-10 [[La Simbata|Sultan La Simbata]] ([[1664]]-[[1669]]) dengan gelar Sultan Adilil Rakhiya,
# Sultan ke-11 [[La Tangkaraja|Sultan La Tangkaraja]] ([[1669]]-[[1680]]) dengan gelar Sultan Kaimuddin,
# Sultan ke-12 [[La Tumpamana|Sultan La Tumpamana]] ([[1680]]-[[1689]]) dengan gelar Sultan Zainuddin,
# Sultan keLa Umati (1689-131697)
# Sultan ke-14 [[La Dini]] ([[1697]]-[[1704]]) dengan gelar Sultan Syaifuddin,
# Sultan ke-15La Rabaenga (1702)
# Sultan ke-16 [[La Sadaha|Sultan La Sadaha]] ([[1704]]-[[1709]]) dengan gelar Sultan Syamsuddin,
# Sultan ke-17 [[La Ibi]] ([[1709]]-[[1711]]) dengan gelar Sultan Nasraruddin,
# Sultan ke-18 [[La Tumparasi|Sultan La Tumparasi]] ([[1711]]-[[712]]) dengan gelar Sultan Muluhiruddin Abdul Rasyid,
# Sultan ke-19 [[La Ngkarieri|Sultan La Ngkarieri]] ([[1712]]-[[1750]]) dengan gelar Sultan Sakiyuddin Duurul Aalam,
# Sultan ke-20 [[La Karambau|Sultan La Karambau]] ([[1750]]-[[1752]])Sultan Himayatuddin Ibnu Sultaani Liyaauddin Ismail
# [[Hamim|Sultan ke-21 [[Hamim]] ([[1752]]-[[1759]]) dengan gelar Sultan Sakiyuddin,
# Sultan ke-22 [[La Seha|Sultan La Seha]] ([[1759]]-[[1760]]) dengan gelar Sultan Rafiuddin,
# Sultan ke-23 [[La Karambau|Sultan La Karambau]] ([[1760]]-[[1763]])Sultan Himayatuddin Ibnu Sultaani Liyaauddin Ismail
# Sultan ke-24 [[La Jampi|Sultan La Jampi]] ([[1763]]-[[1788]]) dengan gelar Sultan Kaimuddin,
# Sultan La Masalalamu dengan gelar Sultan Alimuddin (1788-1791)
# Sultan ke-25
# Sultan ke-26 [[La Kaporu|Sultan La Kaporu]] ([[1791]]-[[1799]]) dengan gelar Sultan Muhuyuddien Abdul Gafur,
# Sultan ke-27 [[La Badaru|Sultan La Badaru]] ([[1799]]-[[1822]]) dengan gelar Sultan Dayanu Asraruddin.
# Sultan La Dani (1823-1824)
# Sultan Muh. Idrus Kaimuddin (1824-1851)
# Sultan Muh. Isa (1851-1861)
# Sultan Muh. Salihi (1871-1886)
# Sultan Muh. Umar (1886-1906)
# Sultan Muh. Asikin (1906-1911)
# Sultan Muh. Husain (1914)
# Sultan Muh. Ali (1918-1921)
# Sultan Muh. Saifu (1922-1924)
# Sultan La Ode Muh. Hamidi (1928-1937)
# Sultan La Ode Falihi Qaimuddin (1937-1960)
# Sultan Drs. H. La Ode Manarfa (Putra Sultan La Ode Falihi Qaimuddin, Pelaksana Sultan Buton sejak Sultan Falihi Qaimuddin mangkat) (1960 - 2002)
# Sultan La Ode Muhammad Jafar (Mei 2012-19 Juli 2013)
# Sultan dr. H. La Ode Muhammad Izat Manarfa, M.Sc (13 Des. 2013 – Sekarang)
 
== Referensi ==
# '''^'''  Drs. R. Soekmono, (1973 edisi cetak ulang ke-5 1988). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2'', 2nd ed''. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm.  37.
# '''^'''  Munoz, Paul Michel (2006).  ''Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula''. Singapore: Editions Didier Millet. hlm.  pages 171.  ISBN 981-4155-67-5.
# '''^'''  http://regional.kompas.com/read/2008/12/28/08593188/Puncak.Sanga.Likur.Tempat.Ritual.1.Sura
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://www.baubau.go.id Situs web resmi Pemerintah Kota Bau-Bau] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090727203651/http://www.baubau.go.id/ |date=2009-07-27 }}
* {{id}} [http://www.sultra.go.id/id/?mod=statik&show=wisata_bau2_1 Potensi Wisata Kota Bau-Bau] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081222041048/http://www.sultra.go.id/id/?mod=statik&show=wisata_bau2_1 |date=2008-12-22 }}
 
{{sejarah-stub}}
 
[[Kategori:Sejarah Sulawesi Tenggara|Buton]]
[[Kategori:Sulawesi Tenggara| ]]