Kerajaan Salakanagara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Added {{Undue weight}} tag()
 
(132 revisi perantara oleh 62 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Undue weight|date=Desember 2024}}
{{pemastian}}
'''Kerajaan Salakanagara''' atau '''Kerajaan Rajatapura''' adalah kerajaan yang terletak di bagian barat Pulau [[Jawa]].<ref>{{Cite web|title=Sejarah Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Tertua Intisari|url=https://intisari.grid.id/read/033981767/sejarah-kerajaan-salakanagara-kerajaan-tertua-di-pulau-jawa-yang-keberadaannya-misterius|website=intisari.grid.id|language=id|access-date=2024-02-11}}</ref> Kerajaan ini diklaim sebagai kerajaan tertua di [[Nusantara]]. Menurut [[Naskah Wangsakerta]], tokoh awal yang berkuasa disini adalah Aki Tirem. Ibu kota dari kerajaan ini yaitu Rajatapura yang disamakan dengan '''''Argyre''''' dalam catatan [[Klaudius Ptolemaeus|Ptolemaeus]] di tahun 150 M.<ref>{{Cite web|title=Disebut-sebut Sebagai Kerajaan Hindu Tertua Di Jawa, Benarkah Kerajaan Salakanagara Fiktif Belaka? - Halaman 2 - Intisari|url=https://intisari.grid.id/read/033796716/disebut-sebut-sebagai-kerajaan-hindu-tertua-di-jawa-benarkah-kerajaan-salakanagara-fiktif-belaka|website=intisari.grid.id|language=id|access-date=2024-02-11}}</ref> Pusat kerajaan ini hingga sekarang masih diperdebatkan. Namun, sebagian besar pendapat merujuk pusat Kerajaan Salakanagara terletak di daerah [[Teluk Lada]], [[Kabupaten Pandeglang|Pandeglang]], di mana ibu kotanya telah menjadi pusat pemerintahan dinasti Dewawarman (dari '''Dewawarman I - VIII''') sejak dari tahun 150 M.<ref>{{Cite web|date=2023-11-14|title=Kerajaan Salakanagara (130-???) - Abhiseva.id|url=https://abhiseva.id/kerajaan-salakanagara/|language=id|access-date=2024-09-24}}</ref>
{{Sejarah Indonesia}}
'''Salakanagara''', berdasarkan Naskah [[Wangsakerta]] - ''[[Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara]]'' (yang disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara. Salakanagara diyakini sebagai leluhur [[Suku Sunda]], hal dikarenakan wilayah peradaban Salakanagara sama persis dengan wilayah peradaban orang Sunda selama berabad-abad. Dan yang memperkuat lagi adalah kesamaan kosakata antara Sunda dan Salakanagara. Disamping itu ditemukan bukti lain berupa Jam Sunda atau Jam Salakanagara, suatu cara penyebutan Waktu/Jam yang juga berbahasa Sunda.
[[Berkas:Peninggalan kerajaan salakanagara.jpg|al=http://harianbanten.blogspot.co.id/2013/11/salakanagara-s-alakanagara-berdasarkan.html|jmpl|300x300px|situs peninggalan kerajaan salakanagara di Cihunjuran, Jawa Barat]]
 
[[Jayasingawarman]], pendiri [[Tarumanagara|Kerajaan Tarumanagara]], adalah menantu dari raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang maharesi dari wangsa Salankayana di [[Pesisir Andhra]], [[India]] yang melarikan diri ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan oleh Maharaja [[Samudragupta]] dari [[Kemaharajaan Gupta]].<ref>{{Cite book|last=Mulyono|first=Otto Sukatno, CR dan Untung|date=2021-05-01|url=https://books.google.com/books?id=0KNsEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA24&dq=Jayasingawarman+Gupta&hl=en|title=Pararaton: Para Raja dalam Lintasan Genealogi Sejarah Wangsa Jawa, dari Tarumanegara, Medang Mataram dan Majapahit|publisher=Nusamedia|language=id}}</ref> Di era kekuasaannya, setelah Jayasingawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan Salakanagara beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian berlanjut sebagai suatu kerajaan daerah dari Tarumanagara.<ref>{{Cite book|last=Rokhimaturrizki|first=Oktavia|date=2022-01-10|url=https://books.google.com/books?id=D3vREAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA71&dq=Jayasingawarman+Salakanagara&hl=en|title=Kerajaan-Kerajaan Hindu yang pernah ada di Indonesia|publisher=Cv Media Edukasi Creative|isbn=978-623-5620-74-9|language=id}}</ref>
== Sejarah ==
 
== Bukti artefak dan candi ==
Nama ahli dan sejarawan yang membuktikan bahwa tatar Pasundan memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi, antara lain adalah [[Husein Djajadiningrat]], [[Tubagus H. Achmad]], [[Hasan Mu’arif Ambary]], [[Halwany Michrob]] dan lain-lainnya. Banyak sudah temuan-temuan mereka disusun dalam tulisan-tulisan, ulasan-ulasan maupun dalam buku. Belum lagi nama-nama seperti [[John Miksic]], Takashi, [[Atja]], [[Saleh Danasasmita]], [[Yoseph Iskandar]], [[Claude Guillot]], [[Ayatrohaedi]], Wishnu Handoko dan lain-lain yang menambah wawasan mengenai Banten menjadi tambah luas dan terbuka dengan karya-karyanya dibuat baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Kerajaan Salakanagara meninggalkan arca, prasasti, maupun candi-candi sebagaimana [[Kerajaan Tarumanagara]] dan [[Kerajaan Sunda]].
 
Bukti utama keberadaan Salakanagara adalah penemuan '''kompleks candi tertua dan terluas di Indonesia''', yaitu Percandian [[Batujaya, Karawang|Batujaya - Karawang]]. Dari uji karbon, batuan yang membangun candi-candi tertua berusia dari abad 2 (dua) masehi. Sementara yang termuda dari abad 12 masehi.
Pendiri Salakanagara, Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan pendiri [[Tarumanagara]] adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain.
 
Seumur dengan keberadaan Salakanagara, sebagaimana tertulis naskah tertulis Wangsakerta.
Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah [[Aki Tirem]]. Konon, kota inilah yang disebut ''Argyre'' oleh [[Ptolemeus]] dalam tahun [[150]], terletak di daerah '''Teluk Lada [[Pandeglang]]'''. Adalah Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya.
 
Adanya candi Budha di Tanah Sunda ini fakta kebenaran hubungan pelayaran, perdagangan, diplomasi dengan Tiongkok. Jauh sebelum lahirnya kerajaan Sriwjaya, karena Sriwjaya lahir 500 tahun kemudian yaitu pada abad ke-7 masehi.
Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa (Negeri Api) yang berada di Pulau Krakatau.
 
'''Kompleks percandian di Karawang seluas 5 km2 / 500 ha''' yang sedang dilakukan ekskavasi secara bertahap dan berlanjut
[[Rajatapura]] adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun [[362]] menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari '''Dewawarman I - VIII'''). Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi. Raja Dewawarman I sendiri hanya berkuasa selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. Prabu Dharmawirya tercatat sebagai Raja Dewawarman VIII atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363 karena sejak itu Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Tarumanagara yang didirikan tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal dari Calankayana, India bernama Jayasinghawarman. Pada masa kekuasaan Dewawarman VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik, makmur dan sentosa, sedangkan kehidupan beragama sangat harmonis.
 
Situs Kerajaan Salakanagara lainnya terletak di Cihunjuran, Desa Cikoneng Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, terdapat tiga menhir dan tujuh mata air yang dikenal sebagai Sumur Tujuh.
Sementara [[Jayasinghawarman]] pendiri [[Tarumanagara]] adalah menantu Raja [[Dewawarman VIII]]. Ia sendiri seorang Maharesi dari Calankayana di [[India]] yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Maurya.
 
Yang pertama terletak di wilayah Desa Cikoneng. Menhir kedua terletak di Kecamatan Mandalawangi lereng Utara Gunung Pulosari. Menhir ketiga terletak di Kecamatan Saketi lereng Gunung Pulosari, Kabupaten Pandeglang. Ada tiga lokasi yang diyakini sebagai pusat Kerajaan Salakanagara. Yaitu Teluk Lada (Pandeglang, Banten), Condet (Jakarta) dan Gunung Salak (Bogor).
Di kemudian hari setelah Jayasinghawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah.
 
Temuan Situs Batujaya - Karawang, Situs Buni di Bekasi hingga Situs Pasir Angin di Bogor mengindikasikan wilayah Salakanagara secara berkesinambungan melanjutkan peradaban awal teknologi, pelayaran hingga perdagangan antara Sunda khususnya, Nusantara umumnya dengan dunia luas.
Memang banyak para ahli yang masih memperdebatkan masalah institusi kerajaan sebelum [[Tarumanegara]] melalui berbagai sumber sejarah seperti
berita Cina dan bangsa Eropa atau naskah-naskah Kuna. [[Claudius Ptolemaeus]], seorang ahli bumi masa Yunani Kuno menyebutkan sebuah negeri bernama ''[[Argyrè]]'' yang terletak di wilayah Timur Jauh. Negeri ini terletak di ujung barat Pulau ''Iabodio'' yang selalu dikaitkan dengan ''[[Yawadwipa]]'' yang kemudian diasumsikan sebagai Jawa. ''Argyrè'' sendiri berarti perak yang kemudian ”diterjemahkan” oleh para ahli sebagai Merak.
 
Dewawarman I ("Tiao-Pien"") meninggal pada tahun 168 Masehi. Digantikan oleh Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra (tahun 168-195 Masehi) sebagai raja kedua. Berikutnya adalah raja ketiga pada tahun 195-238 M Dewawarman III (Prabu Singasagara Bimayasawirya).
Kemudian sebuah berita Cina yang berasal dari tahun 132 Mmenyebutkan wilayah ''Ye-tiao''  yang sering diartikan sebagai ''Yawadwipa'' dengan rajanya ''Pien'' yang merupakan lafal Cina dari bahasa ''[[Sangsakerta]]'' Dewawarman. Namun tidak ada bukti lain yang dapat mengungkap kebenaran dari dua berita asing tersebut.
 
Raja ke-4.tahun 238-252 M Dewawarman IV. Raja ke-5 tahun 252-276 M Dewawarman V, yang juga sebagai Senapati Sarwajala (panglima angkatan laut Salakanagara). Dalam menjalankan tugasnya sebagai panglima angkatan laut, gugur di saat perang menghadapi bajak laut.
== Raja-raja Salakanagara ==
[[Berkas:Monumen situs.jpg|al=http://harianbanten.blogspot.co.id/2013/11/salakanagara-s-alakanagara-berdasarkan.html|jmpl|283x283px|monumen situs di Cihunjuran, Jawa Barat]]
Daftar nama-nama raja yang memerintah Kerajaan Salakanagara adalah:<ref>Ayatrohaedi: '''''Sundakala''', Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon''. Pustaka Jaya, [[2005]].</ref>
 
Raja ke-6 pada tahun 276-289 M Mahisa Suramardini Warmandewi, sang ratu ini tercatat sebagai wanita pertama yang memegang tampuk kekuasaan tertinggi di suatu kerajaan yang ada di Indonesia.
{| class="wikitable"
|-
! Tahun berkuasa
! Nama raja
! Julukan
! Keterangan
|-
| 130-168 M
| Dewawarman I
| Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara
| Pedagang asal Bharata (India)
|-
| 168-195 M
| Dewawarman II
| Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra
| Putera tertua Dewawarman I
|-
| 195-238 M
| Dewawarman III
| Prabu Singasagara Bimayasawirya
| Putera Dewawarman II
|-
| 238-252 M
| Dewawarman IV
|
| Menantu Dewawarman II, Raja Ujung Kulon
|-
| 252-276 M
| Dewawarman V
|
| Menantu Dewawarman IV
|-
| 276-289 M
| Mahisa Suramardini Warmandewi
|
| Puteri tertua Dewawarman IV & isteri Dewawarman V, karena Dewawarman V gugur melawan bajak laut
|-
| 289-308 M
| Dewawarman VI
| Sang Mokteng Samudera
| Putera tertua Dewawarman V
|-
| 308-340 M
| Dewawarman VII
| Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati
| Putera tertua Dewawarman VI
|-
| 340-348 M
| Sphatikarnawa Warmandewi
|
| Puteri sulung Dewawarman VII
|-
| 348-362 M
| Dewawarman VIII
| Prabu Darmawirya Dewawarman
| Cucu Dewawarman VI yang menikahi Sphatikarnawa, raja terakhir Salakanagara
|-
| Mulai 362 M
| Dewawarman IX
|
| Salakanagara telah menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara
|}
 
Raja ke-7 tahun 289-308 M Dewawarman VI  (Prabu Ganayanadewa Linggabumi). Memiliki permaisuri yang berasal dari India. Dari pernikahannya itu lahir 3 orang putera dan 3 orang puteri, antara lain :
== Bacaan lanjut ==
{{Col|2}}
* Darsa, Undang A. 2004. “Kropak 406; Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan“, Makalah disampaikan dalam Kegiatan Bedah Naskah Kuna yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga. Bandung-Jatinangor: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran: hlm. 1 – 23.
* Ekadjati, Edi S. 1995. Sunda, Nusantara, dan Indonesia; Suatu Tinjauan Sejarah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran pada Hari Sabtu, 16 Desember `1995. Bandung: Universitas Padjadjaran.
* Ekadjati, Edi S. 1981. Historiografi Priangan. Bandung: Lembaga Kebudayaan Universitas Padjadjaran.
* Ekadjati, Edi S. (Koordinator). 1993. Sejarah Pemerintahan di Jawa Barat. Bandung: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
* Raffles, Thomas Stamford. 1817. The History of Java, 2 vol. London: Block Parbury and Allen and John Murry.
* Raffles, Thomas Stamford. 2008. The History of Java (Terjemahan Eko Prasetaningrum, Nuryati Agustin, dan Idda Qoryati Mahbubah). Yogyakarta: Narasi.
* Z., Mumuh Muhsin. ''Sunda, Priangan, dan Jawa Barat''. Makalah disampaikan dalam Diskusi ''Hari Jadi Jawa Barat'', diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada Selasa, 3 November 2009 di Aula Redaksi HU Pikiran Rakyat.
* Uka Tjandrasasmita. (2009).  ''Arkeologi Islam Nusantara.'' Kepustakaan Populer Gramedia.
* E. Rokajat Asura. (September 2011). ''Harisbaya bersuami 2 raja - Kemelut cinta di antara dua kerajaan Sumedang Larang dan Cirebon''. Penerbit Edelweiss.
* Atja, Drs. (1970). ''Ratu Pakuan.'' Lembaga Bahasa dan Sedjarah Unpad. Bandung.
* Atmamihardja, Mamun, Drs. Raden. (1958). ''Sadjarah Sunda.'' Bandung. Ganaco Nv.
* Joedawikarta (1933). ''Sadjarah Soekapoera, Parakan Moencang sareng Gadjah.'' Pengharepan''.'' Bandoeng,
* Lubis, Nina Herlina., Dr. MSi, dkk. (2003). ''Sejarah Tatar Sunda jilid I dan II''. CV. Satya Historica. Bandung.
* Herman Soemantri Emuch. (1979). ''Sajarah Sukapura, sebuah telaah filologis''. Universitas Indonesia. Jakarta.
{{Col-2}}
* Zamhir, Drs. (1996). ''Mengenal Museum Prabu Geusan Ulun serta Riwayat Leluhur Sumedang.'' Yayasan Pangeran Sumedang. Sumedang.
* Sukardja, Djadja. (2003). ''Kanjeng Prebu R.A.A. Kusumadiningrat Bupati Galuh Ciamis th. 1839 s / d 1886.'' Sanggar SGB. Ciamis.
* Sulendraningrat P.S. (1975). ''Sejarah Cirebon dan Silsilah Sunan Gunung Jati Maulana Syarif Hidayatullah.'' Lembaga Kebudayaan Wilayah III Cirebon. Cirebon.
* Sunardjo, Unang, R. H., Drs. (1983). ''Kerajaan Carbon 1479-1809''. PT. Tarsito. Bandung.
* Suparman, Tjetje, R. H., (1981). ''Sajarah Sukapura''. Bandung
* Surianingrat, Bayu., Drs. (1983). ''Sajarah Kabupatian I Bhumi Sumedang 1550-1950.'' CV.Rapico. Bandung.
* Soekardi, Yuliadi. (2004). ''Kian Santang''. CV Pustaka Setia.
* Soekardi, Yuliadi. (2004). ''Prabu Siliwangi''. CV Pustaka Setia.
* Tjangker Soedradjat, Ade. (1996). ''Silsilah Wargi Pangeran Sumedang Turunan Pangeran Santri alias Pangeran Koesoemadinata I Penguasa Sumedang Larang 1530-1578''. Yayasan Pangeran Sumedang. Sumedang.
* Widjajakusuma, Djenal Asikin., Raden Dr. (1960). ''Babad Pasundan, Riwajat Kamerdikaan Bangsa Sunda Saruntagna Karadjaan Pdjadjaran Dina Taun 1580''. Kujang. Bandung.
* Winarno, F. G. (1990). ''Bogor Hari Esok Masa Lampau.'' PT. Bina Hati. Bogor.
* Olthof, W.L. (cetakan IV 2008). ''Babad Tanah Jawi - mulai dari Nabi Adam sampai tahun 1647.'' PT. Buku Kita. Yogyakarta Bagikan.
* A. Sobana Hardjasaputra, H.D. Bastaman, Edi S. Ekadjati, Ajip Rosidi, Wim van Zanten, Undang A. Darsa. (2004). ''Bupati di Priangan dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda.'' Pusat Studi Sunda.
* A. Sobana Hardjasaputra (Ed.). (2008). ''Sejarah Purwakarta.''
* Nina H. Lubis, Kunto Sofianto, Taufik Abdullah (pengantar), Ietje Marlina, A. Sobana Hardjasaputra, Reiza D. Dienaputra, Mumuh Muhsin Z. (2000). ''Sejarah Kota-kota Lama di di Jawa Barat''. Alqaprint. ISBN 979-95652-4-3.
* {{cite web|url=|title=Sejarah Propinsi Jawa Barat|authors=Nina Lubis et al.|publisher=|isbn=987-602-98118-8-9|date=|accessdate=}}
{{EndDiv}}
 
#    Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati, menjadi raja Salakanagara berikutnya
== Pranala ==
#    Salaka Kancana Warmandewi, puteri ini menikah dengan menteri Kerajaan Gaudi (Benggala, India Timur).
* {{cite web|url=https://ranabudaya.wordpress.com/2012/02/27/tarumanagara-dan-institusi-kerajaan-sebelumya|title= Tarumanagara dan Institusi Kerajaan Sebelumya|author=|publisher=Rana Budaya|date=27 Februari 2012|accessdate=27 Agustus 2015}}
#    Kartika Candra Warmandewi, puteri ini menikah dengan raja-muda dari negeri Yawana (daerah di daratan Asia Tenggara).
#    Gopala Jayangrana, kelak menjadi menteri di Kerajaan Calankayana (India).
#    Sri Gandari Lengkaradewi, puteri ini menikah dengan menteri-panglima angkatan laut Kerajaan Palawa (India).
#    Skandamuka Dewawarman Jayasastru,  Kelak menjadi senapati Salakanagara.
 
Raja ke-8 Salakanagara yang berkuasa pada tahun 308-340 Masehi adalah Dewawarman VII (Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati). Kakak permaisuri dari Dewawarman VII menikah dengan Atwangga (raja Bakulapura - Kutai, Kalimantan Timur). Pernikahan antara kakak ipar Dewawarman dengan raja Bakulapura itu, lahirlah Kudungga. Kudungga kelak menjadi raja pertama Kerajaan Kutai.
== Lihat pula ==
<div class="references-small">
{{Col-begin}}
{{Col-2}}
* [[Kerajaan Kendan]]
* [[Kerajaan Galuh]]
* [[Kerajaan Salakanagara]]
* [[Kerajaan Tarumanagara]]
* [[Kerajaan Sunda]]
* [[Kerajaan Talaga Manggung]]
* [[Kerajaan Galunggung]]
* [[Kerajaan Sunda Galuh]]
* [[Kerajaan Pajajaran]]
{{Col-2}}
* [[Kerajaan Sumedang Larang]]
* [[Prabu Geusan Ulun]]
* [[Kesultanan Cirebon]]
* [[Kesultanan Banten]]
* [[Provinsi Pasundan]]
* [[Daftar provinsi Indonesia]]
* [[Daftar tokoh Sunda|Daftar Tokoh Sunda]]
* [[:Kategori:Tokoh Sunda|Tokoh Sunda]]
* [[:Kategori:Sunda|Sunda]]
{{Col-end}}
</div>
 
Ratu/raja ke-9 pada tahun 340-348 M adalah Sphatikarnawa Warmandewi
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
 
Raja ke-10 pada tahun 348-362 Masehi adalah Dewawarman VIII (Prabu Darmawirya Dewawarman). Memiliki Putra-putri sebagai berikut  :
== Linimasa Kerajaan Sunda ==
{{Kerajaan Sunda}}
 
# Iswari Tunggal Pertiwi Warmadewi (Dewi Minawati), puteri ini kelak menikah dengan Sang Maharesi Jayasingawarman (pendiri Kerajaan Tarumanagara).
{{Kerajaan di Jawa}}
# Aswawarman, putera ini diangkat anak sejak kecil oleh Kudungga (raja pertama Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur), kemudian dijodohkan dengan puterinya dan akhirnya meneruskan kekuasaan di Kutai.
# Dewi Indari, kelak puteri ini menikah dengan Maharesi Santanu (Raja Kerajaan Indraprahasta yang pertama).
 
Putera-puterinya yang lain tinggal di Yawana dan Semenanjung. Sementara yang hijrah ke pulau Sumatera, kelak akan menurunkn keturunan raja-raja disana.
[[Kategori:Kerajaan di Parahyangan]]
 
Raja ke-11 mulai tahun 362 M yaitu Dewawarman IX, namun Salakanagara menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara
 
'''Lima Mandala di Salakanagara :'''
 
#   Kerajaan Agrynusa di P. Krakatau
#    Kerajaan Hujung Kulwan (Ujung Kulon)
#    Kerajaan Tanjung Kidul beribu kota Ciracap (Sekarang wilayah Sukabumi).
#    Kerajaan Mandalanusa di P. Sangiang
#    Kerajaan Aghrabintapura  di P. Panaitan
 
 
Temuan Arkeologi Peninggalan Salakanagara
 
Selain menhir-manhir  di Desa Cikoneng, Cihunjuran, Saketi dan Mandalawangi Pandeglang, maka ditemukan pula :
 
*   Situs di Pulosari
*    Situs di Ujung kulon
*    Situs Cihunjuran, Pandeglang
*    Kolam Pemandian Purba
*    Situs Batu dakon
*    Situs batu dolmen
*    Situs batu magnit
*    Situs Batu peta
*    Patung Ganesha dan patung  Shiwa di gunung Raksa – Panaitan
 
== Polemik ==
Bagi sebagian orang konon sejarah mengenai kerajaan ini sangat diragukan karena tidak adanya bukti-bukti fisik yang mendukung keberadaannya tersebut. Karena keterbatasan biaya dan ekonomi sehingga belum sempat menjelajahi temuan arkeologi Salakanagara, juga akibat keterbatasan transportasi dan sebagainya. Sehingga karya tulis yang ada mengenai kerajaan ini dianggap sebagai cerita dongeng tanpa bukti, fiksi, mitos, atau hanya sebatas legenda.<ref>{{Cite book|date=2001|url=https://books.google.com/books?id=uuhWAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Kontroversi+Salakanagara&q=Kontroversi+Salakanagara&hl=en|title=Panji: majalah berita nasional|publisher=PT Panji Media Nusantara|language=id}}</ref>
 
== Rujukan ==
{{Reflist}}
[[Kategori:Kekaisaran, kerajaan, dan negara mitologis|S]]
[[Kategori:Sejarah Banten]]
[[Kategori:Sejarah Jawa Barat]]