#ALIH [[Maulana Muhammad Shafiuddin dari Banten]]
{{Infobox Officeholder
|honorific-prefix =
|name = Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin
|honorific-suffix =
|image =
|imagesize =
|smallimage =
|caption =
|order = 17
|office = [[Daftar Sultan Banten|Sultan Banten]]
|term_start = [[1809]]
|term_end = [[1813]]
|vicepresident =
|viceprimeminister =
|deputy =
|lieutenant =
|monarch =
|president =
|primeminister =
|taoiseach =
|chancellor =
|governor =
|governor-general =
|governor_general =
|succeeding =
|predecessor = [[Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin II|Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin II]]
|successor = [[Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja|Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin]]
|constituency =
|majority =
|order2 =
|office2 =
|term_start2 =
|term_end2 =
|vicepresident2 =
|viceprimeminister2 =
|deputy2 =
|lieutenant2 =
|monarch2 =
|president2 =
|primeminister2 =
|governor2 =
|succeeding2 =
|predecessor2 =
|successor2 =
|constituency2 =
|majority2 =
|birth_date = [[1801]]
|birth_place = [[Berkas:Flag of the Sultanate of Banten.svg|20px]] [[Keraton Surosowan|Surosowan]], [[Kesultanan Banten]]
|death_date =
{{Death year and age|1898|1801|}}
|death_place =
{{negara|Hindia Belanda}} [[Surabaya]], [[Hindia Belanda]]
|restingplace =
Pemakaman Boto Putih, [[Surabaya]]
|restingplacecoordinates =
|birthname =
Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin
|nationality = [[Berkas:Flag of the Sultanate of Banten.svg|20px]] [[Kesultanan Banten|Banten]]
|party =
|otherparty =
|spouse =
Ratu Putri Fatimah binti Pangeran Ahmad bin Sultan Aliuddin I
|partner =
|relations =
[[Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin|Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin]] (Ayah)<br>Ratu Aisiyah (Ibu)
|children =
Pangeran Surya Kumolo<br>Pangeran Surya Kusumo<br>Ratu Ayu Kunthi<br>Pangeran Timoer Soerjaatmadja
|parents =
|residence =
|alma_mater =
|occupation =
|profession =
|religion = [[Islam]]
|signature =
|website =
|facebook =
|facebookpage =
|twitter =
}}
'''Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin''', juga dikenal dengan nama '''Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin''', merupakan seorang [[sultan]] pada [[Kesultanan Banten]] yang berkuasa di [[Banten]] dalam rentang waktu [[1809]]-[[1813]].
== Biografi ==
Sultan Muhammad Syafiuddin merupakan salah seorang putera dari [[Muhammad Muhyiddin Zainussalihin dari Banten|Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin]].<ref>Titik Pudjiastuti, (2007), ''Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-650-8</ref> Ia naik takhta menggantikan [[Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin II|Sultan Aliuddin II]] setelah sebelumnya posisi sultan diwakilkan oleh Caretaker Sultan Wakil Suramenggala, karena Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin belum cukup dewasa.
Pada masa kekuasaannya, [[Kesultanan Banten]] telah begitu lemah, akibat tekanan dari beberapa kekuatan global yang silih berganti memengaruhi Kesultanan Banten. Sebelumnya pada 22 November 1808, [[Herman Willem Daendels]] mengumumkan dari markasnya di [[Serang]] bahwa wilayah Kesultanan Banten telah diserap ke dalam wilayah [[Hindia Belanda]].
Kemudian pada masa pemerintah kolonial [[Inggris]], sekitar tahun 1813, Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh [[Thomas Stamford Raffles]],<ref>R. B. Cribb, A. Kahin, (2004), ''Historical dictionary of Indonesia'', Scarecrow Press, ISBN 0-8108-4935-6</ref> sekaligus mengakhiri riwayat Kesultanan Banten.
== Karier ==
=== Anak-Anak ===
Dengan dibuangnya [[Daftar Sultan Banten|Sultan Banten]] Aliyuddin II, maka dari keluarga besar Trah Kesultanan Banten dilantiklah pewaris tahta putra Sultan Penuh Banten ke-14 sebagai Sultan Penuh Banten ke-17 dari garis ibu yang permaisuri (Ratu Aisiyah), kembali sesuai keutamaan pakem pewaris tahta kesultanan Banten, dengan gelar Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin. Beliau adalah saudara sepupu Sultan Penuh Banten ke-15 dan ke-16. Beliaulah yang merupakan Sultan Penuh Terakhir Banten Berdaulat dari garis keturunan pewaris tahta resmi Kesultanan Banten.
Dikarenakan dianggap belum dewasa dan masih dalam tahap pendidikan dan persiapan kepemimpinan sebagai Sultan maka secara administratif diangkatlah care take Sultan Wakil Pangeran Suramenggala yang menjabat tahun 1808-1809.
Dalam sebagian penulisan sejarah Kesultanan Banten yang menyertakan para care taker Sultan Wakil sebagai Sultan Banten; caretaker Sultan Wakil Pangeran Suramenggala kerap ditulis sebagai Sultan Banten ke-19, sebelumnya Sultan Penuh Banten ke-16 diurutkan sebagai Sultan Banten ke-18 dan Sultan Penuh Banten ke-17 kerap ditulis sebagai Sultan Banten ke-20.<ref>{{citeweb|url=http://kesultananbanten.weebly.com/sejarah-banten.html|title=Sejarah Kesultanan Banten|website=kesultananbanten.weebly.com}}</ref>
=== Dewasa ===
Ketika telah dewasa Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin menikah dengan Ratu Putri Fatimah binti Pangeran Ahmad bin Sultan Aliyuddin I (Sultan Penuh Banten ke-13) sebagai penanda pengakuan keluarga dari keturunan Sultan Aliyuddin I atas hak dan sahnya Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin sebagai pewaris tunggal Kesultanan Banten.
Dikarenakan ketidak puasan rakyat terhadap Belanda yang menindas, sering terjadi perlawanan kepada Belanda, untuk melemahkan perlawanan rakyat, Banten dibagi kedalam tiga daerah yang statusnya sama dengan kabupaten yakni : Banten Hulu, Banten Hilir, dan Anyer. Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin kala itu ditunjuk Belanda untuk memimpin Banten Hulu. Sedangkan untuk kepentingan politis, Belanda juga menunjuk suami dari bibi Sultan Shafiuddin, yakni Joyo Miharjo dari Rembang suami Ratu Arsiyah bibi Sultan Shafiuddin sebagai, sebagai Bupati Banten Hilir dengan gelar Sultan Tituler Bupati Muhammad Rafiuddin.
Hal ini membuat beberapa kesalahan dalam penulisan sejarah Kesultanan Banten bahwa Sultan Terakhir Kesultanan Banten adalah Sultan Rafiuddin yang disalah kira sebagai anak Sultan Shafiuddin. Padahal Rafiuddin bukan pewaris sah keturunan para Sultan Banten melainkan orang Rembang yang diberikan pangkat (Tituler) oleh Belanda sebagai Bupati dengan Gelar Sultan Bupati.<ref>{{citeweb|url=http://id.rodovid.org/wk/Orang:1012399|title=Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin|website=id.rodovid.org}}</ref>
== Keluarga ==
Adapun anak-anak dari Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin adalah :
* Pangeran Surya Kumolo
* Pangeran Surya Kusumo
* Ratu Ayu Kunthi
* [[Pangeran Timoer Soerjaatmadja]]
Anak-anak Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin sempat disalah kira dalam beberapa penulisan sebagai anak dari Sultan Tituler Bupati Rafiuddin. Hal ini dikarenakan masyhur dikenal bahwa merekalah anak-anak Sultan Terakhir Banten, namun terjadi kesalah fahaman mengenai Sultan Terakhir Banten yang resmi dari trah Kesultanan Banten yang semestinya pada Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin, bukan pada nama Rafiuddin dari Rembang yang sekadar Sultan Tituler Bupati yang diangkat Belanda dan bukan dari keturunan para Sultan Banten. <ref>{{citeweb|url=http://id.rodovid.org/wk/Orang:1012399|title=Anak-Anak Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin|website=id.rodovid.org}}</ref>
== Pengasingan dan Kematian ==
Semenjak tahun [[1809]], Wilayah [[Kesultanan Banten]] sudah banyak diotak-atik penjajah Asing dengan pembagian-pembagian wilayah yang meminimalisir kekuatan pengaruh Kesultanan Banten dan untuk memperlemah perlawanan Rakyat Banten yang seringkali terus melawan. Pada saat terjadi peralihan kekuasaan di [[Nusantara]] dari [[Belanda]] kepada [[Inggris]], diakibatkan kekalahan [[Napoleon Bonaparte]] dari [[Perancis]] kepada Inggris. [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Hindia Belanda]], [[Thomas Stamford Raffles]] dari pemerintahan Inggris tahun [[1813]] membagi wilayah [[Banten]] menjadi 4 [[Kabupaten]] yakni '''Banten Lor''' (Banten Utara kelak menjadi [[Kabupaten Serang]]), '''Banten Kidul''' (Banten Selatan kelak menjadi [[Kabupaten Caringin]] yang pada tahun [[1907]] masuk kedalam [[Kabupaten Pandeglang]]), '''Banten Tengah''' (Kelak menjadi [[Kabupaten Pandeglang]]) dan Banten Kulon (Banten Barat kelak menjadi [[Kabupaten Lebak]]). Pada tahun [[1816]] kekuasaan dikembalikan dari [[Inggris]] kepada [[Belanda]].
Pada tahun [[1832]], dikarenakan adanya perlawanan dari rakyat Banten yang terus menerus kepada pemerintah [[Hindia Belanda]], terutama dengan adanya Bajak Laut [[Selat Sunda]]. Pemerintah Belanda menganggap adanya bantuan [[Kesultanan Banten]] dalam perlawanan tersebut, sehingga pada tahun tersebut Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin dan keluarga dibuang [[Belanda]] ke [[Surabaya]] hingga wafatnya di tahun [[1899]] dan dimakamkan di Pemakaman Boto Putih Surabaya di seberang pemakaman [[Sunan Ampel]]. <ref>{{citeweb|url=http://kesultananbanten.weebly.com/sejarah-banten.html|title=Sejarah Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin|website=kesultananbanten.weebly.com}}</ref>
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala Luar ==
Website {{URL|http://kesultananbanten.id|Kesultanan Banten}}
{{S-start}}
{{Succession box
|before = [[Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin II|Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin II]]
|title = [[Kesultanan Banten#Daftar penguasa Banten|Sultan Banten]]
|years = 1809-1813
|after = [[Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja|Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin]]
}}
{{S-end}}
{{indo-bio-stub}}
[[Kategori:Kesultanan Banten]]
[[Kategori:Tokoh Banten]]
[[Kategori:Sultan Banten]]
|