Suku Tidung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Etnik |
||
(23 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{ethnic group|
|group=Suku Tidung<br/>تيدوڠ
|image=[[Berkas:Baloyrumahkhastidung.JPG|
|poptime=kurang lebih '''
|popplace=
'''28. 750'''([[Sabah]], [[Malaysia]])
|langs= [[Bahasa Tidong|Tidung]], [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Melayu|Melayu]]
|rels=[[Islam]]
|related=[[Dayak]], [[Banjar]], [[Murut]], [[Lundayeh]] dan [[Kutai]]}}
'''Suku Tidung''' ({{lang-ms|'''Tidung'''}}; [[Aksara Jawi|Jawi]]: تيدوڠ) merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian [[utara]] Pulau Kalimantan ([[Kalimantan Utara]]) dan Sabah, Malaysia. Suku ini juga merupakan anak negeri di [[Sabah]], jadi merupakan suku bangsa yang terdapat di [[Indonesia]] maupun [[Malaysia]] (negeri Sabah).<ref>
== Bahasa ==
Baris 16 ⟶ 17:
Bahasa Tidung termasuk dalam "Kelompok Bahasa Tidung" salah satu bagian dari Kelompok Bahasa Dayak [[Murut]].
Kelompok Bahasa Tidung terdiri
# [[Bahasa Tidong|Bahasa Tidung]] (tid)
# [[Bahasa Bulungan]] (blj)
Baris 23 ⟶ 24:
# [[Bahasa Murut Serudung]] (srk)
Persamaan kosakata bahasa Tidung dengan bahasa-bahasa Kalimantan lainnya, misalnya
* ''matonandow'' dalam bahasa Tidung sama dengan ''matanandau'' ([[bahasa Ngaju]]) artinya matahari.
* ''bubuan'' dalam bahasa Tidung sama dengan ''[[bubuhan]]'' ([[bahasa Banjar]]) artinya keluarga, kerabat.
* ''taka'' dalam bahasa Tidung sama dengan ''takam'' ([[bahasa Maanyan]]), ''ta'am'' ([[bahasa Abal]]), ''taka'' ([[bahasa Pasir]]) artinya kita.
Baris 107 ⟶ 108:
Sejauh mata dan pengamatan agaknya Bahasa Tidung itu dapat dibedakan menjadi dua dialek besar, yaitu dialek Tidung Sesayap dan dialek Tidung sembakung. Dialek Tidung Sesayap terdapat di sepanjang sungai sesayap dan pulau-pulau di muaranya seperti [[Bebatu]], Pulau Tarakan, Pulau Bunyu dan pulau-pulau di Nunukan. Dialek Sembakung terdapat di sungai Sembakung sebelah utara sungai sesayap.
Dialek Sesayap meliputi Subdialek Sesayap, Malinaw dan Tarakan. Subdialek Malinaw umumnya terdapat didaerah hulu sungai sesayap yang meliputi Kabupaten Malinau dan Tideng Pale (
== Tradisi Lisan atau tertulis ==
Dahulu pernah ada cerita tentang masyarakat Tidung yang tertulis, terutama yang berhubungan dengan riwayat para raja atau cerita kepahlawanan orang Tidung. akan tetapi, kini tulisan seperti itu tidak pernah ditemukan lagi. Yang masih hidup adalah cerita rakyat Tidung yang diwariskan secara lisan dari orang tua kepada anaknya.
Beberapa cerita lisan rakyat Tidung itu, antara lain sebagai berikut
# [[Asal
# [[Lasedne sinan pagun / Tenggelamnya kampung Jelutung]]
# [[Seludon Ibenayuk / Cerita Ibenayuk]]
# [[Si Benua dan Si Sumbing]]
# [[Seludon Yaki Yamus / Cerita Raja Empat Mata]]
# [[Seludon Batu Tinagad / Cerita Batu di tebang]]
# [[Yaki Balak / Aki Balak]]
== Huruf yang dipakai ==
Orang Tidung tidak mempunyai tradisi tulisan sendiri. Untuk keperluan tulis-menulis mereka menggunakan huruf arab melayu
sebelum mengenal huruf latin seperti sekarang. Masyarakat Tidung menganut Agama Islam sekitar abad ke 18. Bersamaan dengan masuknya
agama Islam, ikut pula masuk tradisi tulisan arab melayu itu.
== Kesultanan Sulu ==
{{artikel|Kesultanan Sulu}}
Dikatakan Sultan Sulu yang bernama Sultan Salahuddin-Karamat atau Pangiran Bakhtiar telah berkahwin dengan seorang gadis Tionghoa yang berasal dari daerah Tirun (Tidung). Dan juga karena ingin mengamankan wilayah North-Borneo (Kini Sabah) selepas mendapat wilayah tersebut dari Sultan Brunei, seorang putera Sultan Salahuddin-Karamat iaitu Sultan Badaruddin-I juga telah memperisterikan seorang Puteri Tirun atau Tidung (isteri kedua) yang merupakan anak kepada pemerintah awal di wilayah Tidung. (Isteri pertama Sultan Badaruddin-I, dikatakan adalah gadis dari [[Soppeng]], [[Sulawesi Selatan]]. Maka lahirlah Datu Lagasan yang kemudianya menjadi Sultan Sulu bergelar, Sultan Alimuddin-I ibni Sultan Badaruddin-I). Dari zuriat Sultan Alimuddin-I inilah dikatakan datangnya Keluarga Kiram dan Shakiraullah di Sulu.
Maka dari darah keturunan dari '''Puteri Tidung''' ini lah seorang putera bernama '''Datu Bantilan''' dan seorang puteri bernama Dayang Meria. Datu Bantilan kemudiannya menaiki takhta Kesultanan Sulu (menggantikan abangnya Sultan Alimuddin-I) pada tahun sekitar 1748, bergelar '''Sultan Bantilan Muizzuddin'''. Adindanya '''Dayang Meria''' dikatakan berkahwin dengan seorang pedagang Tionghoa, dan kemudiannya melahirkan '''Datu Teteng''' atau '''Datu Tating'''. Dan dari '''zuriat Sultan Bantilan''' '''Muizzuddin''' inilah datangnya '''Keluarga Maharajah Adinda''', yang kini merupakan ''"Pewaris Sebenar"'' kepada Kesultanan Sulu mengikut Sistem Protokol Kesultanan yang dipanggil''' "Tartib Sulu".'''
Baris 139 ⟶ 140:
* {{id}} [http://www.bahasatidung.blogspot.com/ Bahasa Tidung]
* {{ms}} [http://www.etawau.com/Life/Gallery/Festival/TidungDancer.htm Suku Tidung di Tawau, Sabah]
*
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:Suku bangsa di Sabah|Tidung]]
[[Kategori:Suku bangsa di Kalimantan Utara|Tidung]]
|