Angklung (gamelan): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k top: clean up, added underlinked tag
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Underlinked|date=Januari 2023}}
{{tanpa_referensi|date=2 Mei 2013}}
{{periksaterjemahan|en|Angklung#Balinese_Gamelan_Angklung}}
Baris 4 ⟶ 5:
{{Musik Indonesia}}
 
Di Bali , sebuah ensemble '''angklung''' disebut gamelan angklung (anklung). Sementara ensemble mendapatkan namanya dari pelopor bambu, hari ini sebagian besar komposisi Gamelan Angklung tidak menggunakannya. Sebuah ensemble dari kebanyakan perunggu metalofon digunakan sebagai gantinya, biasanya dengan sekitar 20 musisi.
 
Sementara instrumentasi gamelan angklung mirip dengan gamelan gong kebyar , ia memiliki beberapa perbedaan penting. Pertama, instrumen yang disetel ke 5-nada slendro skala, meskipun sebenarnya sebagian ansambel menggunakan modus empat-nada skala lima nada dimainkan pada instrumen dengan empat tombol. Pengecualian adalah angklung lima nada dari utara Bali. Tetapi bahkan dalam kelompok angklung empat nada, pemain seruling sesekali akan menyentuh nada tersirat kelima. Kedua, sedangkan banyak instrumen dalam gong kebyar rentang beberapa oktaf skala pentatonik nya, mosts gamelan instrumen angklung hanya mengandung satu oktaf, meskipun beberapa ansambel lima nada memiliki sekitar satu oktaf dan setengah. Instrumen yang jauh lebih kecil daripada yang dari kebyar gong.
 
Gamelan angklung terdengar di candi Bali, di mana ia memasok iringan musik untuk peringatan candi (Odalan). Hal ini juga karakteristik ritual berhubungan dengan kematian, dan karena itu terhubung dalam budaya Bali dengan dunia spiritual tak terlihat dan transisi dari hidup sampai mati dan seterusnya. Karena portabilitas, gamelan angklung dapat dibawa dalam prosesi sementara bier pemakaman dilakukan dari pemakaman sementara di pemakaman menuju tempat kremasi. Para musisi juga sering bermain musik untuk mengiringi upacara kremasi. Jadi banyak pendengar Bali mengasosiasikan musik angklung dengan emosi yang kuat membangkitkan kombinasi manis sakral dan kesedihan.