Fauna Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(30 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Panthera tigris sumatran subspecies.jpg|thumbjmpl|200px250px|rightka|[[Harimau Sumatrasumatra]], subspesies harimau terkecil yang hanya ada di Indonesia]]
[[Berkas:Sumatra_Orangutan.jpg|jmpl|250px|[[Orang utan sumatra]] (''Pongo abelii'') di [[Taman Nasional Gunung Leuser]], [[Aceh]].]]
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara terbesar yang memiliki keanekaragaman floranflora dan fauna. Satwa'''Fauna Indonesia''' memiliki keanekaragaman yang tinggi karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan [[tropis]].<ref>{{cite web
| title = Indonesia’s Natural Wealth: The Right of a Nation and Her People
| publisher = Islam Online
| date = 2003-05-22
| url = http://www.islamonline.net/English/Science/2003/05/article13.shtml
| accessdate =
| accessdate = }}</ref>. Keanekaragaman yang tinggi ini disebabkan oleh [[Garis Wallace]], membagi [[Indonesia]] menjadi dua area; zona zoogeografi Asia, yang dipengaruhi oleh fauna [[Asia]], dan zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi oleh fauna [[Australia]]<ref name="Severin">{{cite book
| archive-date = 2006-10-17
| archive-url = https://web.archive.org/web/20061017034459/http://www.islamonline.net/English/Science/2003/05/article13.shtml
| dead-url = no
| accessdate = }}</ref>. Keanekaragaman yang tinggi ini disebabkan oleh [[Garis Wallace]], membagi [[Indonesia]] menjadi dua area; zona zoogeografi Asia, yang dipengaruhi oleh fauna [[fauna Asia]], dan zona zoogeografi Australasia, dipengaruhi oleh fauna [[fauna Australia]].<ref name="Severin">{{cite book
|last = Severin
|first = Tim
Baris 12 ⟶ 17:
|date = 1997
|location = Great Britain
|id = ISBN 0-349-11040-9 }}</ref>. Pencampuran fauna di Indonesia juga dipengaruhi oleh [[ekosistem]] yang beragam di antaranya: [[pantai]], [[gumuk|bukit pasir]], [[muara]], [[hutan bakau]], dan [[terumbu karang]].
 
Masalah ekologi yang muncul di Indonesia adalah proses industrialisasi dan pertumbuhan [[populasi]] yang tinggi, yang menyebabkan prioritas pemeliharaan lingkungan menjadi terpinggirkan.<ref name="forestprob">{{cite paper
| author = Jason R. Miller
| title = Deforestation in Indonesia and the Orangutan Population
Baris 20 ⟶ 25:
| date = 1997-01-30
| url = http://www.american.edu/TED/orang.htm
| accessdate = }}</ref>. Keadaan ini menjadi semakin buruk akibat aktivitas [[pembalakan liar]], yang menyebabkan berkurangnya area hutan; sedangkan masalah lain, termasuk tingginya [[urbanisasi]], [[polusi udara]], manajemen [[sampah]] dan sistem pengolahan limbah juga berperan dalam perusakan hutan.
 
== Asal fauna Indonesia ==
[[Berkas:Línea de Wallace.jpg|200px|leftkiri|thumbjmpl|Garis Wallace, membagi fauna Indonesia ke dua kategori]]
Asal mula fauna Indonesia sangat dipengaruhi oleh aspek geografi dan peristiwa geologi di benua Asia dan Australia.<ref>{{cite web
| last =
| first =
Baris 31 ⟶ 36:
| title = Indonesia - Flora and Fauna
| work = Encyclopedia of the Nations
| publisher = Encyclopedia of the Nations
| date =
| url = http://www.nationsencyclopedia.com/Asia-and-Oceania/Indonesia-FLORA-AND-FAUNA.html
| format =
| doi =
| accessdate =
| accessdate = }}</ref>. Pada zaman purba, pulau [[Irian]] (''New Guinea'') tergabung dengan benua australia.
| archive-date = 2007-01-05
| archive-url = https://web.archive.org/web/20070105005442/http://www.nationsencyclopedia.com/Asia-and-Oceania/Indonesia-FLORA-AND-FAUNA.html
| dead-url = no
| accessdate = }}</ref>. Pada zaman purba, pulau [[Irian]] (''New Guinea'') tergabung dengan benua australia.
 
=== Hughasiusilum ===
Baris 45 ⟶ 54:
Di lain pihak, pengaruh benua Asia merupakan akibat dari reformasi superbenua [[Laurasia]], yang timbul setelah pecahnya [[Rodinia]] sekitar 1 miliar tahun yang lalu. Sekitar 200 juta tahun yang lalu, superbenua Laurasia benar-benar terpisah, membentuk [[Laurentia]] (sekarang [[Benua Amerika|Amerika]]) dan [[Eurasia]]. Pada saat itu, sebagian wilayah Indonesia masih belum terpisah dari superbenua Eurasia. Akibatnya, hewan-hewan dari Eurasia dapat saling berpindah dalam wilayah kepulauan Indonesia, dan dalam ekosistem yang berbeda, terbentuklah spesies-spesies baru.
 
Pada abad ke-19, [[Alfred Russel Wallace]] mengusulkan ide tentang [[Garis Wallace]], yang merupakan suatu garis imajiner yang membagi kepulauan Indonesia ke dalam dua daerah, daerah zoogeografis Asia dan daerah zoogeografis Australasia (Wallacea).<ref name="CI"/>. Garis tersebut ditarik melalui [[kepulauan Melayu]], di antara [[Kalimantan]] (''Borneo'') dan [[Sulawesi]] (''Celebes''); dan di antara [[Bali]] dan [[Lombok]].<ref name="wallaceastarfish">{{cite web
| last = Zubi
| first = Teresa
Baris 57 ⟶ 66:
| format =
| doi =
| accessdate =
| accessdate = }}</ref> Walaupun jarak antara Bali dan Lombok relatif pendek, sekitar 35 kilometer, distribusi fauna di sini sangat dipengaruhi oleh garis ini. Sebagai contoh, sekelompok burung tidak akan mau menyeberang laut terbuka walaupun jaraknya pendek<ref name="wallaceastarfish"/>.
| archive-date = 2017-05-25
| archive-url = https://web.archive.org/web/20170525180130/http://www.starfish.ch/dive/Wallacea.html
| dead-url = no
| accessdate = }}</ref> Walaupun jarak antara Bali dan Lombok relatif pendek, sekitar 35 kilometer, distribusi fauna di sini sangat dipengaruhi oleh garis ini. Sebagai contoh, sekelompok burung tidak akan mau menyeberang laut terbuka walaupun jaraknya pendek.<ref name="wallaceastarfish"/>.
 
== Paparan Sunda ==
[[Berkas:Borneo-elephant-PLoS Biology.jpg|200px|leftkiri|thumbjmpl|[[Gajah Sumaterasumatra]], subspesies Gajah Asia]]
Hewan-hewan di daerah paparan Sunda, yang meliputi [[Sumatra]], [[Jawa]], Kalimantan dan pulau-pulau kecil yang mengelilinginya, memiliki karakteristik yang menyerupai fauna di Asia. Selama [[zaman es]], setelah Laurasia terpecah, daratan benua Asia terhubung dengan kepulauan Indonesia. Selain itu, kedalaman laut yang relatif dangkal memungkinkan hewan-hewan untuk bermigrasi ke paparan Sunda. Spesies-spesies besar seperti [[harimau]], [[badak]], [[orangutan]], [[gajah]], dan [[leopardmacan tutul]] ada di daerah ini, walaupun sebagian hewan ini sekarang dikategorikan terancam punah. [[Selat Makassar]], laut antara [[Kalimantan]] dan [[Sulawesi]], serta [[selat Lombok]], antara [[Bali]] dan [[Lombok]], yang menjadi pemisah dari Garis Wallace, menandakan akhir dari daerah paparan Sunda.
 
=== Mamalia ===
Paparan Sunda memiliki spesies berjumlah total 515. Dari jumlah itu, 173 di antaranya merupakan spesies [[endemik]] daerah ini.<ref name=>{{cite web
| last = Whitten
| first = Tony
Baris 81 ⟶ 94:
Menurut [[Konservasi International]], sebanyak 771 spesies unggas terdapat di paparan Sunda. Sebanyak 146 spesies merupakan endemik daerah ini. Pulau Jawa dan Bali memiliki paling sedikit 20 spesies endemik, termasuk Jalak Bali (''[[Leucopsar rothschildi]]'') dan Cerek Jawa (''[[Charadrius javanicus]]'').
 
Berdasarkan data dari [http://www.burung.org Burung Indonesia] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20061206081528/http://www.burung.org/ |date=2006-12-06 }}, jumlah jenis burung di Indonesia sebanyak 1598 jenis . Dengan ini membawa Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara yang memiliki jumlah jenis burung terbanyak se-Asia. Sejak tahun 2007, Burung Indonesia secara berkala memantau status keterancaman dari burung-burung terancam punah yang berada di Indonesia berdasarkan data dari [http://www.birdlife.org/worldwide/national/indonesia/index.html BirdLife International] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130925004117/http://www.birdlife.org/worldwide/national/indonesia/index.html |date=2013-09-25 }}. Tahun 2007-2009 terjadi penurunan status keterancaman burung secara berturut-turut mulai dari 119 jenis (2007), 118 jenis (2008), dan 117 jenis (2009).
 
=== Reptil dan Amfibia ===
Baris 105 ⟶ 118:
 
=== Burung ===
Lebih dari 700 jenis burung bisa ditemui di Wallacea, dan lebih dari setengahnya adalah endemik kawasan ini. Di antara 258 genus yang ada, ada 11%-nya adalah endemik kawasan Wallacea. Sejumlah 16 genus hanya dapat dijumpai di subkawasan Sulawesi. Subkawasan Sulawesi terdiri dari pulau utama Sulawesi, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, termasuk Kepulauan Talaud dan Sangihe di utara, Pulau Madu di Laut Flores di sebelah selatan, termasuk juga Kep. Togian, Kep. Banggai, Kep. Tukangbesi, dan Kep. Sula yang menjembatani kekayaan keragaman burung antara subkawasan Sulawesi dan Maluku. Banyaknya jumlah jenis endemik di subkawasan ini tidak hanya berasal dari pulau utama Sulawesi tetapi juga tersebar di banyak pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Serindit sangihe''(Loriculus catamene<ref>[http://burung.org/detail_burung.php?id=66&op=burung Loriculus catamene]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010</ref>)'', Seriwang sangihe ''(Eutrichomyias rowleyi<ref>[http://burung.org/detail_burung.php?id=101&op=burung Eutrichomyias rowleyi]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010</ref>)'', Gagak banggai ''(Corvus unicolor<ref>[http://burung.org/detail_burung.php?id=118&op=burung Corvus unicolor]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} dari Burung.org, diakses 18 Mei 2010</ref>)'', Punggok Togian ''(Ninox burhani)'', Gosong sula ''(Megapodius bernsteinii)'', Kepudang-sungu sula ''(Coracina sula)'', dan Raja-perling sula ''(Basilornis galeatus)''. Sedangkan jenis-jenis endemik pulau Sulawesi meliputi Anis sulawesi ''(Cataponera turdoides)'', Sikatan matinan ''(Cyornis sanfordi)'', Julang sulawesi ''(Aceros cassidix)'' dan Kangkareng sulawesi ''(Penelopides exarhatus)''. Banyak jenis yang hanya terdapat di subkawasan ini adalah jenis-jenis terancam punah secara global.
 
=== Reptil dan Amfibia ===
Baris 116 ⟶ 129:
 
=== Invertebrata ===
Terdapat sekitar 82 spesies kupu-kupu yang ada di daerah Wallacea, 44 spesies di antaranya adalah endemik. Sejumlah 109 spesies kumbang juga terdapat di sekitar daerah wilayah ini, 79 di antaranya adalah endemik. Satu spesies yang mengagumkan dan mungkin merupakan lebah terbesar di dunia, ([[Megachile pluto|Chalicodoma pluto]])'' terdapat di utara Maluku. Serangga yang hewan betinanya bisa tumbuh sampai 4 cm ini, membangun sarang secara komunal pada sarang rayap di pepohonan hutan dataran rendah.
 
Sekitar 50 moluska endemik, tiga spesies kepiting endemik, dan sejumlah spesies udang endemik juga diketahui berasal dari Wallacea.
 
== Konservasi ==
Walaupun 45% daerah Indonesia masih belum berpenghuni dan ditutupi [[hutan tropis]], pertumbuhan populasi Indonesia yang tinggi dengan industrialisasinya, secara perlahan memengaruhi keberadaan fauna di Indonesia. Ditambah lagi, perdagangan hewan ilegal semakin menambah parah kondisi fauna Indonesia, termasuk di antaranya badak, orangutan, harimau, dan beberapa spesies amfibia.<ref name="CI">{{cite web
| last =
| first =
Baris 133 ⟶ 145:
| format =
| doi =
| accessdate =
| accessdate = }}</ref>. Hingga 95% hewan yang dijual di pasar diambil langsung dari hutan dan bukannya melalui [[konservasi]]; dan lebih dari 20% hewan ini meninggal dalam perjalanan.<ref name="profauna">{{cite web
| archive-date = 2006-09-28
| archive-url = https://web.archive.org/web/20060928164922/http://www.conservation.org/xp/CIWEB/regions/asia/indonesia.xml
| dead-url = no
| accessdate = }}</ref>. Hingga 95% hewan yang dijual di pasar diambil langsung dari hutan dan bukannya melalui [[konservasi]]; dan lebih dari 20% hewan ini meninggal dalam perjalanan.<ref name="profauna">{{cite web
| last =
| first =
| authorlink =
| coauthors =
| title = Facts about Indonesian animals
| work =
| publisher = ProFauna Indonesia
Baris 145 ⟶ 161:
| format =
| doi =
| accessdate =
| accessdate = }}</ref>. Pada tahun [[2003]], World Conservation Union mencatat 147 spesies [[mamalia]], 114 [[burung]], 91 [[ikan]] dan 2 [[invertebrata]] termasuk dalam hewan-hewan yang terancam punah<ref name="profauna"/>.
| archive-date = 2006-11-02
| archive-url = https://web.archive.org/web/20061102003706/http://www.profauna.or.id/English/animal-fact.html
| dead-url = yes
| accessdate = }}</ref>. Pada tahun [[2003]], World Conservation Union mencatat 147 spesies [[mamalia]], 114 [[burung]], 91 [[ikan]] dan 2 [[invertebrata]] termasuk dalam hewan-hewan yang terancam punah.<ref name="profauna"/>.
 
== Lihat pula ==
* [[Flora Indonesia]]
* [[Daftar Jenis Burung Endemik Sulawesi]]
* [[Daftar fauna identitas provinsi di Indonesia]]
* [http://www.burung.org Burung Indonesia]
* [http://www.birdlife.org/worldwide/national/indonesia/index.html BirdLife International]
 
== Referensi ==
{{reflist|2}}
 
== Pranala luar ==
* [https://web.archive.org/web/20070302083919/http://www.seacology.org/projects/southeastasia_projects.htm#indonesia Seacology Indonesia Projects] [[Seacology]]
* Assem J. van den, J. Bonne-Webster, (1964), ''New Guinea Culicidae, A synopsis of vectors, pests and common species'', Zoologische Bijdragen, Vol. 6 P. 1-136 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317262 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303185032/http://www.repository.naturalis.nl/record/317262 |date=2016-03-03 }}
* Bruijning C.F.A. (1947), ''An account of the Blattidae (Orthoptera) from Celebes, the Moluccas, and new Guinea'', [[Zoologische Mededelingen]], Vol. 27 P. 205-252 [http://www.repository.naturalis.nl/record/318354 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200407041242/https://www.repository.naturalis.nl/record/318354 |date=2020-04-07 }}
* Chrysanthus Fr. (1971), ''Further notes on the spiders of New Guinea I (Argyopidae)'', Zoologische Verhandelingen, Vol. 113 P. 1-113 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317844 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303204807/http://www.repository.naturalis.nl/record/317844 |date=2016-03-03 }}
* Chrysanthus Fr. (1975), ''Further notes on the Spiders of new Guinea II (Araneae, Tetragnathidae, Theridiidae)'', [[Zoologische Verhandelingen]], Vol. 140 P. 1-50 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317610 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303184225/http://www.repository.naturalis.nl/record/317610 |date=2016-03-03 }}
* Diakonoff A. (1983) ''Tortricidae From Atjeh, Northern Sumatra (Lepidoptera)'', [[Zoologische Verhandelingen]], Vol. 204 p.&nbsp;1–129 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317758 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303170635/http://www.repository.naturalis.nl/record/317758 |date=2016-03-03 }}
* Humes A.G. (1990) ''Synopsis of lichomolgid copepods (Poecilostomatoida) associated with soft corals (Alcyonacea) in the tropical Indo-Pacific'', [[Zoologische Verhandelingen]], Vol. 266 p.&nbsp;1–201 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317742 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303175700/http://www.repository.naturalis.nl/record/317742 |date=2016-03-03 }}
* Massin C. (1999) ''Reef-dwelling Holothuroidea (Echinodermata) of the Spermonde Archipelago (South-West Sulawesi, Indonesia)'', [[Zoologische Verhandelingen]] Vol. 329 p.&nbsp;1–144 [http://www.repository.naturalis.nl/record/219432 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303165321/http://www.repository.naturalis.nl/record/219432 |date=2016-03-03 }}
* Renema W. (2003) ''Larger foraminifera on reefs around Bali (Indonesia)'', [[Zoologische Verhandelingen]], Vol. 345 p.&nbsp;337–366 [http://www.repository.naturalis.nl/record/220323 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303204311/http://www.repository.naturalis.nl/record/220323 |date=2016-03-03 }}
* Renema W., B.W. Hoeksema, J.E. van Hinte (2001) ''Larger benthic foraminifera and their distribution patterns on the Spermonde shelf, South Sulawesi'', Zoologische Verhandelingen, Vol. 334 p.&nbsp;115–149 [http://www.repository.naturalis.nl/record/219452 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303182347/http://www.repository.naturalis.nl/record/219452 |date=2016-03-03 }}
* Ris F. (1927) ''Odonaten von Sumatra, gesammelt von Edward Jacobson'', [[Zoologische Mededelingen]], Vol. 10 p.&nbsp;1–49 [http://www.repository.naturalis.nl/record/318048 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200407041734/https://www.repository.naturalis.nl/record/318048 |date=2020-04-07 }}
* Tol J. van (1987) ''The Odonata of Sulawesi and Adjacent Islands. Parts 1 and 2'', [[Zoologische Mededelingen]], Vol. 61 p.&nbsp;155–176 [http://www.repository.naturalis.nl/record/318625 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200407043210/https://www.repository.naturalis.nl/record/318625 |date=2020-04-07 }}
* Troelstra S.R., H.M. Jonkers, S. de Rijk (1996) ''Larger Foraminifera from the Spermonde Archipelago (Sulawesi, Indonesia)'' [[Scripta Geologica]], Vol. 113 p.&nbsp;93–120 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317518 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303203312/http://www.repository.naturalis.nl/record/317518 |date=2016-03-03 }}
* Vervoort W. (1995), ''Bibliography of Leptolida (non-Siphonophoran Hydrozoa, Cnidaria). Works published after 1910''', Zoologische Verhandelingen, Vol. 301 P. 1-432 [http://www.repository.naturalis.nl/record/317628 PDF] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303203254/http://www.repository.naturalis.nl/record/317628 |date=2016-03-03 }}
 
{{Topik Indonesia}}