Sejarah Mesir Kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Ghersyd (bicara | kontrib)
menambahkan pranala dalam
 
(30 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Sejarah Mesir}}
'''Sejarah [[Mesir Kuno]]''' meliputi kurun waktu sejakyang berdirinyabermula sejak permukiman-permukiman [[Prasejarah Mesir|pradinastiZaman Prawangsa]] didirikan di kawasan utara [[Sungai Nil|Lembah Sungai Nil]] hinggadan berakhir dengan [[Aegyptus (provinsi Romawi)|Mesirditaklukkannya ditaklukkanMesir oleh Bangsabangsa Romawi]] pada tahun 30 SM. Zaman pemerintahan para firaun diperkirakan bermula sekitar tahun 3200 SM, yaknidengan sejak kawasandipersatukannya [[Mesir Hulu|Hulu]] dan [[Mesir Hilir|Hilir]], [[Mesir]]sampai bergabungtanah menjadiMesir satuditaklukkan negarabangsa sampai[[Makedonia jatuh ke tangan Bangsa(kerajaan kuno)|Makedonia]] pada tahun 332 SM.
 
== Kronologi ==
{{Main|Kronologi Mesir}}
Sejarah Mesir Kuno dibagi-bagi menjadi beberapa kurun waktu berdasarkan masa kekuasaanzaman [[dinasti|wangsa-wangsa]] [[firaun]]. Penetapan waktu terjadinyatarikh peristiwa-peristiwa penting masih terus diteliti. Penetapan waktu[[tarikh]] yang konservatif samauntuk sekalikurun tidakwaktu didukungtiga tanggalmilenia pastitidak yangdidukung dapatsatu dipercayapun untuktarikh kurunmutlak waktuyang tiga mileniaandal. Berikut ini adalah pembagian kurun waktu sejarah Mesir Kuno menurut [[Kronologi Mesir|Kronologi Mesirkronologi konvensional]].
 
* [[Prasejarah Mesir|Zaman PradinastiPrawangsa]] (Sebelumsebelum tahun 3100 SM)
* [[Naqada III|Zaman ProtodinastiProtowangsa]] (Diperkirakankira-kira 3100–3000tahun 3100 sampai tahun 3000 SM)
* [[Periode Dinasti Awal Mesir|Zaman Dinasti Awal]] (zaman wangsa pertama sampai zaman wangsa ke–2)
* [[Kerajaan Lama Mesir|Zaman Kerajaan Lama]] (zaman wangsa ke-3 sampai zaman wangsa ke-6)
* [[Periode Menengah Pertama Mesir|Zaman Antara Pertama]] (zaman wangsa ke-7 sampai zaman wangsa ke-11)
* [[Kerajaan Pertengahan Mesir|Zaman Kerajaan Pertengahan]] (zaman wangsa ke-12 sampai zaman wangsa ke-13)
* [[Periode Menengah Kedua Mesir|Zaman Antara Kedua]] (zaman wangsa ke-14 sampai zaman wangsa ke-17)
* [[Kerajaan Baru Mesir|Zaman Kerajaan Baru]] (zaman wangsa ke-18 sampai zaman wangsa ke-20)
* [[Periode Menengah Ketiga Mesir|Zaman Antara Ketiga]] (zaman wangsa ke-21 sampai zaman wangsa ke-25), (disebut pula PeriodeZaman Libya)
* [[Periode Akhir Mesir Kuno|Zaman Akhir]] (zaman wangsa ke-26 sampai zaman wangsa ke–31)
 
== Zaman NeolitikumBatu Muda di Mesir ==
 
=== Zaman NeolitikumBatu Muda ===
[[Sungai Nil]] telah menjadi urat nadi peradaban Mesir sejaksemenjak paramasyarakat pemburu-peramu yang hidup berpindah-pindah mulai menempati tepiannya pada zaman [[Pleistosen]]. Jejak-jejak peradabanPeradaban bangsa Mesir perdana ini berwujudmeninggalkan jejak-jejak berupa [[artefak]]-artefak dan ukiran-ukiran pada batu yang ditemukan di sepanjang teras Sungai Nil dan di oasiswahah-oasiswahah Mesir. Bagi bangsa Mesir, Sungai Nil berarti kehidupan dan gurun berarti kematian, walaupunkendati justru gurunlah yang membentengi mereka dari para penginvasiinvasi.
 
SepanjangDi sepanjang tepian Sungai Nil pada milenium ke-12 SM, muncul suatu kebudayaan masyarakat yang hidup dari mengirik biji-bijian dan telah memanfaatkan peralatan berupa bilah arit jenis terawal. Kebudayaan ini menggantikan kebudayaan masyarakat pengguna [[alat batu|peralatan batu]], yang hidupmencari darinafkah dengan [[perburuan|berburu]], [[penangkapan ikan|menangkap ikan]], dan [[pemburu-pengumpul|meramu]]. yangAda masihpula memanfaatkan [[alat batu|peralatan batu]]. Buktibukti-bukti menunjukkan pula keberadaan permukiman manusia serta kegiatan penggembalaan ternak sebelum tahun 8000 SM di penjuru barat daya Mesir, dekat perbatasandari dengantapal batas [[Sudan]]. AkanMeskipun tetapidemikian, menurut Barbara Barich, teori yang menyatakan bahwa penjinakan satwa jenis [[bovinae]] terjadiberlangsung di [[Afrika]] sudah harus ditinggalkan karena bukti-bukti lebih lanjut untuk kurun waktu sepanjang tiga puluh tahun yang terkumpul telah gagal mendukung teori itu.<ref>Barich, B. E. (1998) People, Water and Grain: The Beginnings of Domestication in the Sahara and the Nile Valley. Roma: L' Erma di Bretschneider (Studia archaeologica 98).</ref> Sehubungan dengan pendapat Barbara Barich ini, bekas-bekas penjinakan bovinae tertua di Afrika yang telah diketahui adalah bukti-bukti yang berasalditemukan daridi [[Al Fayyum]] dan diperkirakan berasal dari sekitar tahun 4400 SM.<ref>Barich et al. (1984) Ecological and Cultural Relevance of the Recent New Radiocabon dates from Libyan Sahara. In: L. Krzyzaniak and M. Kobusiewicz [eds.], Origin and Early Development of Food-Producing Cultures in Northeastern Africa, Poznan, Poznan Archaeological Museum, pp. 411–17.</ref> Bukti-bukti geologi dan studi percontohan iklim berbasis komputer menunjukkan bahwa perubahan iklim sekitar 8000 SM mengakibatkan kekeringan mulai melanda lahan penggembalaan ternak yang terbentang luas di kawasan utara Afrika dan pada akhirnya menciptakan [[Gurun Sahara]] (sekitar 2500 SM).
 
Kemarau panjang memaksa leluhur-leluhur bangsa Mesir perdana untuk berpindah dan tinggal lebih lama di sekitar Sungai Nil. Kemarau panjang juga memaksa mereka untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih menetap.
 
=== Zaman PradinastiPrawangsa ===
{{Main|Prasejarah Mesir}}
{{Further|Naqada}}
[[Berkas:Vase with gazelles-E 28023- Egypte louvre 316.jpg|thumbjmpl|rightka|Sebuah jambangan Naqada II dihiasi lukisan kawanan kijang, dipamerkan di [[Louvre]].]]
 
Daerah Lembah Sungai Nil di Mesir pada hakikatnya tidak dapat didiami sebelum dimulainya kegiatan penerabasanpenerokaan dan pengairan lahan di sepanjang tepian sungai.<ref>Carl Roebuck, ''The World of Ancient Times'' (Charles Schribner's Sons Publishing: New York, 1966) phlm. 51.</ref> Namun tampaknya sebagian besar dari kegiatan penerabasanpenerokaan dan pengairan lahan ini sudah rampung sekitar tahun 6000 SM. SekitarKala waktu iniitu, masyarakat Lembah Sungai Nil sudah terbiasa bertanibercocok tanam secara teratur dan mendirikan bangunan-bangunan besar di daerah Lembah Sungai Nil.<ref name="Redford 6">Redford, Donald B. ''Egypt, Canaan, and Israel in Ancient Times.'' (Princeton: University Press, 1992), phlm. 6.</ref> Pada waktumasa ituyang sama, bangsa Mesir di penjuru tenggara tanah Mesir hidupmencari darinafkah dengan menggembalakan ternak, dan mendirikanjuga pulamendirikan bangunan-bangunan besar. [[Mortar]] dipergunakan sekitar tahun 4000 SM. Penduduk kawasandaerah lembah dan muara Sungai Nil adalah masyarakat swasembada. Mereka telah membudidayakan jelai dan [[gandum emmer]] (sejenis gandum awalkuno) serta menyimpannya dalam cerukliang-cerukliang beralaskanberalas tikar gelagah.<ref name="Carl Roebuck p. 52">Carl Roebuck, ''The World of Ancient Times'', phlm. 52.</ref> Mereka beternakmembiakkan lembu, kambing, dan babi, menenun lenankain linen, dan menganyam keranjang.<ref name="Carl Roebuck p. 52"/> Zaman PradinastiPrawangsa, yang oleh berbagai pihak diyakini bermula dengan peradaban [[Naqada]], berlangsung pada masa ini.
 
Antara 5500 sampai 3100 SM, pada Zaman PradinastiPrawangsa Mesir, permukiman-permukiman kecil tumbuh subur di sepanjang tepian Sungai Nil yang bermuara ke [[Laut Tengah]]. Sekitar 3300 SM, menjelang berkuasanya [[Wangsa]] Mesir yang pertama, negeri Mesir terbagi atas dua kerajaan yang dikenal sebagai [[Mesir Hulu]] atau ''Ta Syemau'' di selatan, dan [[Mesir Hilir]] atau ''Ta Mehu'' di utara.<ref name = "Adkinsp155">Adkins, L. and Adkins, R. (2001) ''The Little Book of Egyptian Hieroglyphics'', p155. London: Hodder and Stoughton. ISBN .</ref> Garis perbatasan antara dua kerajaan ini terletak kira-kira di wilayah [[Kairo]] sekarang ini.
 
Peradaban Tasa adalah bentuk peradaban berikutnya yang muncul di [[Mesir Hulu]]. Peradaban ini dinamakan menurut nama situs Deir Tasa, tempat ditemukannya sekumpulan makam kuno. Deir Tasa terletak di tepi timur Sungai Nil, di antara [[Asyut]] dan [[Akhmim]]. Peradaban Tasa dikenal dengan tembikar bermulut hitam terawal yang dihasilkannya, yakni jenis gerabah merah dan cokelat yang bagian mulut dan dalam wadahnya diwarnai hitam<ref name="Gardiner 388">Gardiner (1964), p.388</ref>
 
[[Peradaban Badari]] yang dinamakan menurut nama situs [[Badari]], tidak jauh dari Deir Tasa, muncul setelah Peradaban Tasa. Kemiripan antara Peradaban Tasa dan Peradaban Badari membuat banyak pihak enggan membeda-bedakan keduanya. Peradaban Badari meneruskan pembuatan tembikar bermulut hitam (dengan mutu yang jauh lebih baik dibanding jenis sebelumnya), dan diberi nomor penanggalan sekuensi antara 21 dan 29.<ref name="Gardiner 389"/> Meskipun demikian, ada perbedaan penting antara Peradaban Tasa dan Peradaban Badari yang mencegah para cendekiawan untuk menggabungkan saja keduanya, yaitu bahwasanya situs-situs Badari telah mempergunakan alat-alat tembaga selain alat-alat batu, dan oleh karena itu merupakan pemukiman-pemukiman [[zaman tembaga|Zaman Tembaga]], sementara situs-situs Tasa masih bercorak [[neolitikum]], dan secara teknis dianggap masih tergolong [[Zaman Batu]].<ref name="Gardiner 389">Gardiner (1964), p.389</ref>
 
[[Peradaban Amra]] dinamakan menurut nama situs [[el-Amra]], sekitar 120&nbsp;km di selatan [[Badari]]. El-Amra adalah situs pertama tempat peradaban ini didapati tidak bercampur dengan Peradaban Gerza yang muncul sesudahnya. Meskipun demikian, karena peradaban ini lebih banyak didukung oleh temuan-temuan dari situs Naqada, maka disebut pula dengan nama Peradaban Naqada I.<ref name="Grimal 24">Grimal (1988) p.24</ref> Pembuatan tembikar bermulut hitam masih diteruskan, tetapi Peradaban ini mulai pula menghasilkan tembikar garis silang, yakni sejenis gerabah yang dihiasi barisan garis-garis putih, rapat dan paralel, yang kemudian disilangi barisan garis-garis putih, rapat dan paralel lainnya. Kurun waktu Peradaban Amra ditempatkan antara 30 dan 39 dalam sistem [[penanggalan sekuensi]] yang disusun Sir William Matthew [[Flinders Petrie]].<ref name="Gardiner 390">Gardiner (1964), 390.</ref> Perniagaan antara Mesir Hulu dan Mesir Hilir berlangsung pada kurun waktu peradaban ini, sebagaimana disiratkan oleh temuan-temuan dari hasil penggalian. Sebuah jambangan batu dari daerah utara ditemukan di el-Amra, dan tembaga, yang tidak terdapat di Mesir, tampaknya didatangkan dari Sinai atau mungkin pula dari Nubia. [[Obsidian]]<ref name="Grimal 28">Grimal (1988) p.28</ref> dan [[emas]] dalam jumlah yang sangat sedikit<ref name="Gardiner 390"/> sudah pasti didatangkan dari Nubia pada zaman ini. Perniagaan dengan oasiswahah-oasiswahah pun demikian.<ref name="Grimal 28"/>
 
Peradaban Gerza yang dinamakan menurut nama situs Gerza adalah babak berikutnya dalam perkembangan peradaban bangsa Mesir. Pada kurun waktu inilah terbentuk landasan bagi zaman kekuasaan wangsa-wangsa Mesir. Peradaban Gerza, yang lebih merupakan perkembangan tak terputus dari Peradaban Amra ini, bermula di daerah muara dan bergerak ke wilayah selatan melewati Mesir Hulu; Meskipun demikian, kedatangan peradaban ini tidak berhasil menyingkirkan Peradaban Amra di Nubia.<ref name="Redford 16">Redford, Donald B. ''Egypt, Canaan, and Israel in Ancient Times.'' (Princeton: University Press, 1992), p. 16.</ref> Zaman Peradaban Gerza bertepatan dengan zaman menurunnya tingkat curah hujan secara drastis,<ref name="Redford 16"/> yang menyebabkan pertanian diandalkan sebagai sumber utama bahan pangan.<ref name="Redford 16"/> Seiring meningkatnya ketersediaan pangan, masyarakat pun mengadopsi gaya hidup yang lebih menetap, dan pemukiman-pemukiman besar bertumbuh menjadi kota-kota yang berpenghuni sekitar 5.000 jiwa.<ref name="Redford 16"/> Pada kurun waktu inilah warga kota mulai mempergunakan bata lumpur dalam pembangunan kota-kota mereka.<ref name="Redford 16"/> Tembaga semakin menggeser pemanfaatan batu sebagai bahan baku pembuatan peralatan<ref name="Redford 16"/> dan persenjataan.<ref name="Gardiner 391"/> Perak, emas, [[lapis lazuli]], juga [[tembikar glasir bening]] digunakan sebagai hiasan,<ref name="Redford 17">Redford, Donald B. ''Egypt, Canaan, and Israel in Ancient Times.'' (Princeton: University Press, 1992), p. 17.</ref> dan penggilasan untuk membuat celak mata mulai dihiasi ukiran-ukiran timbul sejak kurun waktu Peradaban Badari.<ref name="Gardiner 391">Gardiner (1694), p.391</ref>
 
== Zaman DinastiWangsa ==
{{Daftar Dinasti Mesir Kuno}}
 
=== Zaman Dinasti Awal ===
{{Main|Periode Dinasti Awal Mesir}}
[[Berkas:Raneb-Stela MetropolitanMuseum.png|thumbjmpl|150px|leftkiri|Tugu batu Firaun [[Nebra|Raneb]] dari Wangsa Kedua, memuat [[Hieroglif Mesir|hieroglif]] namanya dalam sebuah [[serekh]] yang pada puncaknya bertengger [[Horus]]. Dipamerkan di [[Metropolitan Museum of Art]].]]
Catatan-catatan sejarah Mesir Kuno diawali dengan menyebut Mesir sebagai suatu negara kesatuan yang terwujud sekitar 3150 SM. Menurut tradisi Mesir, [[Menes]], yang diyakini sebagai tokoh pemersatu Mesir Hulu dan Mesir Hilir, adalah raja Mesir yang pertama. Budaya, adat-istiadat, seni rupa, rancang bangun, dan susunan kemasyarakatan Mesir berkaitan erat dengan agama, luar biasa stabilnya, dan sedikit demi sedikit mengalami perubahan dalam kurun waktu hampir 3000 tahun.
 
Baris 55:
Sebelum penyatuan Mesir, wilayah negeri ini terbagi-bagi atas desa-desa mandiri. Sejak kemunculan wangsa-wangsa perdana, dan untuk sebagian besar dari sejarah Mesir selanjutnya, negeri ini dikenal sebagai ''Dua Negeri''. Para [[Firaun|pemimpin]] membentuk administrasi nasional dan melantik gubernur-gubernur kerajaan.
 
Menurut [[Manetho]], [[Firaun|raja]] Mesir yang pertama adalah [[Menes]], namun temuan-temuan arkeologi mendukung pandangan bahwa firaun pertama yang menyatakan telah mempersatukan Dua Negeri adalah [[Narmer]], (raja terakhir dari [[Naqada III|Zaman ProtodinastiProtowangsa]]). Namanya terutama dikenal karena prasasti [[Pelat Narmer|Lempengan Narmer]] yang termasyhur itu. Gambar-gambar yang ditatah pada Lempengan Narmer ditafsirkan sebagai tindak penyatuan Mesir Hulu dan Mesir Hilir.
 
Tata-cara pemakaman golongan elit menghasilkan pembangunan makam-makam [[mastaba]], yang kelak menjadi contoh bagi karya-karya bangunan pada Zaman Kerajaan Lama, misalnya [[Piramida bertingkat|Piramida Berundak]].
Baris 61:
=== Zaman Kerajaan Lama ===
{{Main|Kerajaan Lama Mesir}}
[[Berkas:MenkauraAndQueen MuseumOfFineArtsBoston.png|thumbjmpl|rightka|Patung [[Batupasir|Batupasir Kelabu]] Firaun [[Menkaura]] beserta permaisurinya, Ratu Khamerernebty II. Berasal dari kuilnya di Lembah Giza, kini dipamerkan di [[Museum of Fine Arts, Boston]].]]
Zaman Kerajaan Lama lazimnya dianggap sebagai kurun waktu semenjak Mesir diperintah oleh [[Dinasti ketiga Mesir|Wangsa Ketiga]] sampai [[Dinasti keenam Mesir|Wangsa Keenam]] (2686–2181 SM). IbukotaIbu kota Kerajaan Mesir pada Zaman Kerajaan Lama adalah [[Memphis, Mesir|Memphis]], yang ditetapkan [[Djoser]] sebagai pusat pemerintahannya. Akan tetapi Zaman Kerajaan Lama mungkin lebih dikenal karena banyaknya [[piramida]] yang dibangun pada zaman ini sebagai makam firaun. Inilah sebabnya Zaman Kerajaan Lama kerap dijuluki "Zaman Piramida." Firaun pertama yang menonjol pada kurun waktu ini adalah [[Djoser]] (2630–2611 SM) dari Wangsa Ketiga, yang memerintahkan pembangunan sebuah [[Piramida Djoser|Piramida Berundak]] di [[Saqqara]], nekropolis Kota Memphis.
 
Pada zaman inilah negara-negara kecil Mesir Kuno yang sebelumnya merdeka berubah menjadi satuan-satuan administratif yang disebut [[Nome (Mesir)|Nome]] dan yang diperintah oleh firaun semata. Para pemimpin sebelumnya dipaksa menduduki jabatan kepala daerah atau jabatan pemungut cukai. [[Bangsa Mesir]] pada zaman ini menyembah firaun sebagai dewa yang mereka yakini sebagai penjamin keberlangsungan banjir tahunan yang diperlukan tanaman-tanaman mereka.
Baris 71:
Makin besarnya minat bangsa Mesir akan barang-barang dagangan semisal [[kayu hitam]], wewangian seperti [[mur]] dan [[Kemenyan arab|kemenyan]], emas, tembaga dan bermacam-macam logam berguna, telah mendorong orang-orang Mesir Kuno untuk mengarungi laut lepas. Bukti dari [[Piramida Sahure]], raja kedua dari Wangsa Kelima, menunjukkan adanya perniagaan secara teratur dengan daerah pesisir [[Suriah]] untuk mendapatkan kayu Aras. Para firaun juga melepas ekspedisi-ekspedisi ke [[Negeri Punt]] yang termasyhur itu, yang kemungkinan besar terletak di Ethiopia dan Somalia sekarang ini, untuk mendapatkan kayu hitam, gading, dan damar wangi.
 
Pada masa kekuasaan [[Dinasti keenam Mesir|Wangsa Keenam]] (2345–2181 SM), kekuasaan para firaun sedikit demi sedikit melemah seiring peningkatan kekuasaan para [[nomark]] (kepala-kepala daerah). Jabatan-jabatan ini tidak lagi dipegang oleh keluarga kerajaan dan mulai diwariskan turun-temurun, sehingga menciptakan wangsa-wangsa daerah yang agak merdeka dari kewenangan pusat yang dipegang firaun. Kekacauan internal mulai timbul pada masa pemerintahan [[Pepi II]] (2278–2184 SM) yang memerintah cukup lama itu sampai pada akhir kekuasaan Wangsa Keenam. Pepi II mangkat sesudah orang-orang yang dipersiapkan menjadi penggantinya meninggal dunia. Keadaan ini agaknya memicu perselisihan seputar suksesi yang menjerumuskan Mesir ke dalam kancah perang saudara hanya beberapa dasawarsa setelah berakhirnya pemerintahan Pepi II. Pukulan terakhir tiba tatkala Mesir dilanda [[Kekeringan|kemarau panjang]] pada abad ke-22 SM yang menyebabkan tingkat ketinggian banjir [[Sungai Nil]] rendah secara konsisten.<ref>[http://www.bbc.co.uk/history/ancient/egyptians/apocalypse_egypt_04.shtml The Fall of the Old Kingdom] by Fekri Hassan</ref> Akibatnya adalah keruntuhan Kerajaan Lama disusul bencana kelaparan dan pertikaian selama beberapa dasawarsa.
 
=== Zaman Antara Pertama ===
{{Main|Periode Menengah Pertama Mesir}}
[[Berkas:AncientEgyptianModelOfAHouse-ROM.png|thumbjmpl|rightka|Sebuah model rumah dari tanah liat yang digunakan dalam pemakaman dari Zaman Antara Pertama, dipamerkan di [[Royal Ontario Museum]].]]
Setelah keruntuhan Kerajaan Lama, tibalah kurun waktu sekitar 200 tahun yang dikenal sebagai Zaman Antara Pertama, yang lazimnya diperkirakan meliputi tahun-tahun pemerintahan serentet firaun tak dikenal semenjak akhir masa kekuasaan [[Dinasti keenam Mesir|Wangsa Keenam]] sampai dengan [[Dinasti kesepuluh Mesir|Wangsa Kesepuluh]], serta sebagian besar masa kekuasaan [[Dinasti kesebelas Mesir|Wangsa Kesebelas]].
Sebagian besar firaun-firaun ini adalah raja-raja daerah yang berkuasa sebatas luas nome mereka. Ada beberapa naskah fiksi, yang dikenal sebagai Ratapan, berasal dari permulaan Zaman Kerajaan Pertengahan yang memberi sedikit gambaran mengenai apa saja yang berlangsung pada Periode Menengah Pertama. Beberapa naskah memuat renungan akan hancurnya tata pemerintahan, sementara naskah-naskah lain menyiratkan invasi "para pemanah dari Asia". Pada umumnya isi naskah-naskah tersebut menyoroti suatu masyarakat yang mengalami hilangnya tata-tertib kemasyarakatan maupun keseimbangan alam.
 
Sangat mungkin pula pada zaman ini terjadi perampokan atas semua piramida dan gugus-gugus makam. Naskah-naskah Ratapan selanjutnya menyiratkan kenyataan ini, dan menjelang permulaan Zaman Kerajaan Pertengahan mumi-mumi mulai dihias dengan manteramantra-manteramantra sihir yang sebelumnya dikhususkan bagi piramida raja-raja Wangsa Keenam.
 
Menjelang 2160 SM sebuah rentetan baru para firaun dari ([[Dinasti kesembilan Mesir|Wangsa Kesembilan]] dan [[Dinasti kesepuluh Mesir|Wangsa Kesepuluh]]) mempersatukan dan memerintah atas [[Mesir Hilir]] dari ibukotaibu kota mereka di [[Herakleopolis Magna|Herakleopolis Agung]]. Sebuah wangsa tandingan ([[Dinasti kesebelas Mesir|Wangsa Kesebelas]]) yang berpangkalan di [[Thebes, Mesir|Thebes]] mempersatukan kembali [[Mesir Hulu]], dan tanpa dapat dicegah lagi timbullah pertentangan di antara dua wangsa yang saling bersaing itu. Sekitar 2055 SM bala tentara Thebes mengalahkan para firaun Herakleopolis dan mempersatukan kembali Dua Negeri. Pemerintahan firaun pertamanya, [[Mentuhotep II]], menandai permulaan Zaman Kerajaan Pertengahan.
 
=== Zaman Kerajaan Pertengahan ===
{{Main|Kerajaan Pertengahan Mesir}}
[[Berkas:Mentuhotep Seated edit.jpg|thumbjmpl|rightka|Sebuah arca Mentuhotep II (pendiri Kerajaan Pertengahan) sebagai [[Osiris|Dewa Osiris]].]]
Zaman Kerajaan Pertengahan adalah kurun waktu dalam sejarah [[Mesir Kuno]] yang merentang sejak tahun ke-39 pemerintahan [[Mentuhotep II]] dari [[Dinasti kesebelas Mesir|Wangsa Kesebelas]] sampai pada akhir masa kekuasaan [[Dinasti ketiga belas Mesir|Wangsa Ketiga Belas]], kira-kira antara 2030 SM dan 1650 SM.
 
Zaman ini terdiri atas dua tahap. Yang pertama adalah masa kekuasaan [[Dinasti kesebelas Mesir|Wangsa Kesebelas]] yang memerintah di [[Thebes, Mesir|Thebes]] dan yang kedua adalah masa kekuasaan [[Dinasti kedua belas Mesir|Wangsa Kedua Belas]] yang beribukotaberibu kota di [[el-Lisht]]. Masa kekuasaan dua wangsa ini mula-mula dianggap sebagai keseluruhan dari rentang waktu zaman kerajaan persatuan ini, namun beberapa sejarawan kini<ref>Callender, Gae. ''The Middle Kingdom Renasissance'' from <cite>The Oxford History of Ancient Egypt</cite>, Oxford, 2000</ref> beranggapan bahwa paruh pertama dari [[Dinasti ketiga belas Mesir|Wangsa Ketiga Belas]] tergolong pula dalam Zaman Kerajaan Pertengahan.
 
Firaun-firaun terawal dari Zaman Kerajaan Pertengahan menisbatkan asal-usulnya pada dua [[nomark]] dari Thebes, yakni [[Intef Tua|Intef Agung, putera Iku]] yang mengabdi pada seorang firaun [[Herakleopolis Magna|Herakleopolis]] dari [[Dinasti kesepuluh Mesir|Wangsa Kesepuluh]], dan penggantinya [[Mentuhotep I]]. Firaun yang menggantikan Mentuhotep I, [[Intef I]] adalah penguasa Thebes pertama yang menggelari dirinya dengan [[Nama Horus]], dan oleh karena itu menyatakan diri berhak atas tahta Mesir. Ia dianggap sebagai firaun pertama dari [[Dinasti kesebelas Mesir|Wangsa Kesebelas]]. Pernyataan diri itu mengakibatkan rakyat Thebes bertikai dengan para penguasa dari Dinasti Kesepuluh. Intef I dan saudaranya, [[Intef II]], beberapa kali melancarkan peperangan ke wilayah utara dan pada akhirnya merebut nome penting, [[Abydos, Mesir|Abydos]].
Baris 96:
Mentuhotep II digantikan oleh puteranya, [[Mentuhotep III]], yang mengatur sebuah ekspedisi ke negeri Punt. Pada masa pemerintahannya dihasilkan beberapa karya ukir Mesir yang paling halus. Mentuhotep III digantikan oleh [[Mentuhotep IV]], firaun terakhir wangsa ini. Meskipun namanya tidak tercantum dalam banyak daftar firaun, keberadaan masa pemerintahannya dapat dibuktikan melalui sejumlah prasasti di [[Wadi Hammamat]] yang berisi riwayat ekspedisi ke pesisir [[Laut Merah]] dan ekspedisi penambangan batu untuk pembuatan monumen-monumen kerajaan. Pemimpin ekspedisi ini adalah wazirnya, Amenemhet, yang oleh banyak pihak diduga kelak menjadi Firaun [[Amenemhet I]], raja pertama [[Dinasti kedua belas Mesir|Wangsa Kedua Belas]]. Oleh karena itu beberapa egiptolog menduga Amenemhet merebut tahta ataupun mengambil alih kekuasaan setelah Mentuhotep IV mangkat tanpa keturunan.
 
Amenemhet I mendirikan sebuah ibukotaibu kota baru bagi Mesir dengan nama [[Itjtawy]] yang diduga tak jauh letaknya dari [[el-Lisht]] sekarang ini, walaupun [[Manetho]] mencatat bahwa Thebes tetap menjadi ibukotaibu kota Mesir. Amenemhet meredakan kekacauan internal dengan ketegasan, membatasi hak-hak para [[nomark]], dan diketahui pernah melancarkan peperangan setidaknya satu kali ke [[Nubia]]. Puteranya [[Senusret I]] melanjutkan kebijakan ayahnya untuk menguasai kembali [[Nubia]] serta wilayah-wilayah yang memerdekakan diri dari Mesir pada Zaman Antara Pertama. Bangsa Libya ditaklukan pada tahun ke-45 masa pemerintahannya, dan kemakmuran serta keamanan Mesir kembali pulih seperti sediakala.
 
[[Senusret III]] (1878–1839 SM) adalah seorang raja yang gemar berperang. Ia memimpin bala tentara Mesir menerobos ke pelosok Nubia, dan mendirikan benteng-benteng besar di seluruh wilayah Mesir sebagai penanda garis-garis perbatasan resmi yang memisahkan wilayah Mesir dari wilayah yang belum ditaklukkan. [[Amenemhat III]] (1860–1815 SM) dianggap sebagai firaun besar terakhir dari Zaman Kerajaan Pertengahan.
Baris 104:
=== Zaman Antara Kedua dan Kekuasaan Bangsa Hyksos ===
{{Main|Periode Menengah Kedua Mesir|Hyksos}}
[[Berkas:Mentuhotep VI.jpg|thumbjmpl|rightka|x400px|Arca kecil [[Merankhre Mentuhotep|Merankhre Mentuhotep VI]], seorang raja kecil dari [[Dinasti keenam belas Mesir|Wangsa Keenam Belas]], memerintah atas wilayah kekuasaan Thebes ''[[circa|ca.]]'' 1585 SM.]]
Periode Antara Kedua merupakan kurun waktu dalam sejarah [[Mesir Kuno]] di antara akhir [[Kerajaan Pertengahan Mesir|Zaman Kerajaan Pertengahan]] dan awal [[Kerajaan Baru Mesir|Zaman Kerajaan Baru]] tatkala negeri itu sekali lagi tercerai-berai. Zaman ini dikenal sebagai zaman ketika bangsa [[Hyksos]] (salah satu suku di Asia) menunjukkan keberadaannya di Mesir. Tahun-tahun pemerintahan raja-raja bangsa Hyksos inilah yang merupakan masa kekuasaan [[Dinasti kelima belas Mesir|Wangsa Kelima Belas]].
 
Baris 111:
Rangkuman riwayat-riwayat tradisional mengenai "invasi" bangsa Hyksos atas Mesir terdapat dalam ''Aegyptiaca'' karya [[Manetho]], yang menulis bahwa pada masa itu bangsa Hyksos menguasai Mesir di bawah pimpinan [[Salitis]], pendiri Wangsa Kelima Belas. Meskipun demikian, sekarang ini telah muncul teori baru yang mendapat banyak dukungan bahwa sesungguhnya yang terjadi hanyalah migrasi sederhana yang melibatkan sedikit atau tanpa kekerasan sama sekali.<ref>Booth, Charlotte. <cite>The Hyksos Period in Egypt</cite>. p.10. Shire Egyptology. 2005. ISBN 0-7478-0638-1</ref> Menurut teori ini, para penguasa Mesir dari Wangsa Ketiga Belas dan Wangsa Keempat Belas tidak sanggup membendung masuknya para pendatang dari kawasan [[Levant]] setelah meninggalkan kerajaan-kerajaan mereka yang tengah dibelit berbagai permasalahan internal yang kemungkinan besar juga meliputi bencana kelaparan dan wabah penyakit.<ref>Manfred Bietak: ''Egypt and Canaan During the Middle Bronze Age'', BASOR 281 (1991), pp. 21–72 see in particular p. 38</ref> Baik dengan kekuatan senjata maupun secara damai, melemahnya kerajaan-kerajaan yang dikuasai Wangsa Ketiga Belas dan Wangsa Keempat Belas sudah cukup untuk menjelaskan mengapa kedua wangsa itu lekas jatuh seiring bangkitnya kekuasaan bangsa Hyksos.
 
Para penguasa dan petinggi yang berkebangsaan Hyksos berkuasa di daerah muara timur Sungai Nil bersama-sama dengan para bawahan mereka yang berkebangsaan Mesir. Para penguasa Hyksos dari Wangsa Kelima Belas menetapkan [[Memphis, Mesir|Memphis]] sebagai ibukotaibu kota dan pusat pemerintahan mereka, serta menjadikan [[Avaris]] sebagai tempat tinggal mereka selama musim panas.
Kerajaan bangsa Hyksos ini berpusat di bagian timur [[Delta Nil]] dan di [[Kerajaan Pertengahan Mesir|Mesir tengah]] tetapi dengan gigih mereka menerobos ke selatan untuk merebut kendali atas wilayah tengah dan wilayah hulu negeri Mesir. Kira-kira bersamaan waktunya dengan kejatuhan Memphis ke tangan bangsa Hyksos, keluarga Mesir yang menguasai [[Thebes, Mesir|Thebes]] menyatakan kemerdekaannya dan menjadikan dirinya sebagai [[Dinasti keenam belas Mesir|Wangsa Keenam Belas]]. Ada pula keluarga penguasa lain di Mesir tengah yang melakukan hal yang sama, yakni memanfaatkan kekosongan pemerintahan akibat keruntuhan Wangsa Ketiga Belas untuk membentuk wangsa baru. Wangsa yang berumur pendek ini dikenal sebagai [[Dinasti Abydos|Wangsa Abydos]].<ref name="ryholt">[[Kim Ryholt]]: ''The Political Situation in Egypt during the Second Intermediate Period'', Museum Tusculanum Press, (1997)</ref>
 
Baris 123:
 
==== Wangsa Kedelapan Belas ====
[[Berkas:Tuthankhamun Egyptian Museum.jpg|thumbjmpl|rightka|200px|Topeng emas dari mumi [[Tutankhamun]]]]
 
Pada zaman inilah Mesir mengalami kemakmuran dan kekuasaaan yang besar. Beberapa firaun yang paling penting dan ternama memerintah pada zaman ini. [[Hatshepsut]] adalah salah seorang di antara firaun-firaun tersebut. Hatshepsut sendiri merupakan suatu keluarbiasaan karena ia adalah seorang firaun perempuan, suatu peristiwa langka dalam sejarah Mesir. Ia adalah seorang pemimpin yang penuh ambisi dan cakap, yang menambah jangkauan perniagaan Mesir sampai ke Somalia di selatan dan Mediterania di utara. Ia memerintah selama dua puluh tahun dengan jalan memadukan propaganda luas tersebar dan kepiawaian dalam berpolitik. Firaun sepemerintahan sekaligus penggantinya [[Thutmose III]] (" [[Napoleon Bonaparte|Napoleon]] dari Mesir") memperbesar angkatan perang Mesir dan memanfaatkannya dengan hasil yang besar. Menjelang akhir masa pemerintahannya ia memerintahkan penghapusan nama Hatshepsut dari monumen-monumen yang dibangun firaun perempuan itu. Ia berperang melawan orang-orang Asia dan merupakan Firaun Mesir yang paling sukses. [[Amenhotep III]] mendirikan kuil [[Karnak]] secara besar-besaran, termasuk [[Kuil Luxor]], yang terdiri atas dua [[Pilon]], sebuah selasar bertiang dua baris di belakang pintu masuk kuil baru itu, dan sebuah kuil baru untuk Dewi [[Maat]].
 
==== Wangsa Kesembilan Belas ====
[[Berkas:NE 1300bc.jpg|thumbjmpl|300px|leftkiri|Mesir dan dunia yang dikenalnya pada 1300 SM.]]
[[Berkas:SFEC EGYPT ABUSIMBEL 2006-003.JPG|thumbjmpl|leftkiri|Patung raksasa [[Ramesses II]] di kuil yang dibangun baginya di [[Abu Simbel]].]]
[[Ramesses I]] memerintah selama dua tahun dan digantikan oleh puteranya, [[Seti I]]. Seti I melanjutkan upaya Horemheb untuk memulihkan kekuatan, kekuasaan, dan kehormatan Mesir. Ia pula yang berjasa atas pendirian kumpulan kuil di [[Abydos, Egypt|Abydos]].
Boleh dikata kekuatan Mesir Kuno sebagai sebuah negara-bangsa mencapai puncaknya pada masa pemerintahan [[Ramesses II]] ("yang Agung") dari Wangsa Kesembilan Belas. Ia memerintah selama 67 tahun sejak berusia 18 tahun, melanjutkan usaha pendahulunya, dan mendirikan lebih banyak lagi kuil megah, seperti kuil [[Abu Simbel]] di perbatasan dengan Nubia. Ia mencoba merebut kembali wilayah-wilayah di [[Levant]] yang pernah dikuasai Wangsa Kedelapan Belas. Perang-perang penaklukan kembali yang dilancarkannya mencapai puncaknya dalam [[Pertempuran Kadesh]] pada 1274 SM, tatkala ia memimpin bala tentara Mesir menghadapi pasukan Raja Het [[Muwatalli II]]. Catatan riwayat pertempuran ini kelak terkenal sebagai catatan pertama dalam sejarah mengenai serangan militer. Ramesses II termasyhur karena menjadi ayah dari banyak anak yang dilahirkan isteri-isteri dan [[pergundikan|selir-selirnya]]; makam yang ia bangun bagi putera-puteranya (banyak dari anak-anaknya yang meninggal dunia mendahuluinya) di [[Lembah Raja-Raja]] merupakan kompleks pemakaman terbesar di Mesir.
Baris 138:
Menurut anggapan banyak pihak, firaun "agung" terakhir dari zaman Kerajaan Baru adalah [[Ramses III|Ramesses III]], putera Setnakhte, yang memerintah tiga dasawarsa sesudah masa pemerintahan [[Ramesses II]]. Pada tahun ke-8 masa pemerintahannya, [[Bangsa Laut|Orang Laut]] menginvasi Mesir melalui jalan darat dan laut. Ramesses III mengalahkan mereka dalam dua pertempuran besar di darat dan laut. Ia menyatakan telah menjadikan mereka bangsa taklukan serta menempatkan mereka di Kanaan Selatan, meskipun ada bukti bahwa mereka memasuki Kanaan dengan kekuatan senjata. Kehadiran mereka di Kanaan boleh jadi turut berkontribusi atas pembentukan negara-negara baru di kawasan ini seperti Filistia seusai runtuhnya Kekaisaran Mesir. Ramesses III harus pula melawan invasi suku-suku Libya dalam dua kali peperangan di kawasan barat muara Sungai Nil, yakni pada tahun ke-6 dan tahun ke-11 masa pemerintahannya.<ref>Nicolas Grimal, A History of Ancient Egypt, Blackwell Books, 1992. p.271</ref>
 
Besarnya pembiayaan pertempuran-pertempuran ini terus menguras perbendaharaan Mesir dan ikut menjadi penyebab kemerosotan perlahan Kekaisaran Mesir di Asia. Gentingnya situasi terbuktikan oleh kenyataan bahwa peristiwa pemogokan buruh yang pertama kali tercatat dalam sejarah terjadi pada tahun ke-29 masa pemerintahan Ramesses III, di saat-saat makanan harus dijatah dan keperluan pokok para undagi elit pembangun makam kerajaan beserta para tukang dan pandai di desa [[Deir el Medina]] tidak dapat dipasok.<ref>William F. abbey , The Strikes in Ramses III's Twenty-Ninth Year, JNES 10, No. 3 (July 1951), pp. 137–145</ref> Udara dipenuhi sesuatu yang menghalangi sinar matahari mencapai permukaan tanah sekaligus membatasi pertumbuhan pohon secara global selama hampir dua dasawarsa penuh sampai 1140 SM.<ref>Frank J. Yurco, "End of the Late Bronze Age and Other Crisis Periods: A Volcanic Cause" in ''Gold of Praise: Studies on Ancient Egypt in Honor of Edward F. Wente'', ed: Emily Teeter & John Larson, (SAOC 58) 1999, pp.456–458</ref> Diduga penyebabnya adalah erupsi kali ketiga dari gunung api Hekla di Islandia, namun penetapan waktu ini masih diperdebatkan.
 
Segera setelah Ramesses III mangkat, timbul pertikaian berlarut-larut di antara para ahli warisnya. Tiga dari putera-puteranya kelak berturut-turut menduduki tahta, yakni [[Ramesses IV]], [[Ramesses VI]], dan [[Ramesses VIII]]. Akan tetapi, pada zaman ini pula Mesir mulai mengalami serangkaian bencana kemarau, tingkat ketinggian banjir [[Sungai Nil]] yang di bawah normal, bencana kelaparan, kerusuhan, dan korupsi pejabat negara. Kekuasaan firaun terakhir, [[Ramesses XI]], sedemikian melemahnya sampai-sampai di daerah selatan para [[Imam Besar Dewa Amun di Thebes]] bertindak selaku pemimpin de facto [[Mesir Hulu]], sementara [[Smendes]] sudah memegang kendali penuh atas [[Mesir Hilir]] bahkan sebelum Ramesses XI mangkat. Smendes kelak mendirikan [[Dinasti kedua puluh satu Mesir|Wangsa Kedua Puluh Satu]] di [[Tanis, Mesir|Tanis]].
Baris 144:
=== Zaman Antara Ketiga ===
{{Main|Periode Menengah Ketiga Mesir}}
[[Berkas:Bm taharqa.jpg|thumbjmpl|rightka|Sfinks dari firaun berkebangsaan Nubia, [[Taharqa]].]]
[[Berkas:NubianPharoahs.jpg|thumbjmpl|rightka|220px|uprightlurus|Wangsa ke-25]]
Setelah [[Ramesses XI]] mangkat, penggantinya [[Smendes]] memerintah dari kota [[Tanis, Mesir|Tanis]] di utara, sementara [[Imam Besar Dewa Amun di Thebes]] secara efektif berkuasa di selatan meskipun masih mengakui Smendes sebagai Raja.<ref>Cerny, p.645</ref> Pada kenyataannya, terbelahnya kekuasaan ini tidaklah seberapa penting karena baik imam besar maupun firaun berasal dari satu keluarga yang sama. [[Piankh]], memegang kendali atas Mesir Hulu, memerintah dari [[Thebes, Mesir|Thebes]], dengan batas utara daerah kekuasaan yang berakhir di [[Al-Hibah]]. (Imam Besar [[Herihor]] meninggal dunia mendahului Ramesses XI, namun semasa hidupnya ia adalah seorang pemimpin yang berkuasa penuh dalam segala hal kecuali dalam hal kemandirian, menjelang akhir masa pemerintahan raja.) Negeri Mesir sekali lagi terbagi dua dengan para imam yang memerintah dari Thebes dan para firaun yang memerintah dari Tanis. Tidak ada yang luar biasa dari masa pemerintahan mereka, dan mereka pun dilengserkan tanpa banyak gejolak oleh para raja berkebangsaan Libya dari [[Dinasti kedua puluh dua Mesir|Wangsa Kedua Puluh Dua]].
 
Baris 151:
Mesir dipersatukan kembali oleh Wangsa Kedua Puluh Dua yang didirikan oleh [[Shoshenq I]] pada 945 SM (atau 943 SM), keturunan pendatang [[Meshwesh]] dari [[Libya Kuno]]. Penyatuan kembali Mesir menjadikan negeri ini tenteram selama satu abad. Setelah berakhirnya masa pemerintahan [[Osorkon II]], Mesir kembali terbagi dua dengan [[Shoshenq III]] dari Wangsa Kedua Puluh Dua memegang kendali atas Mesir Hilir sekitar 818 SM sementara [[Takelot II]] dan puteranya (kelak menjadi [[Osorkon III]]) memerintah kawasan tengah Mesir dan Mesir Hulu.
 
Setelah Mesir undur dari [[Nubia]] pada akhir Zaman Kerajaan Baru, sebuah wangsa pribumi mengambil alih kendali atas Nubia. Di bawah kekuasaan Raja [[Piye]], orang Nubia pendiri [[Dinasti kedua puluh lima Mesir|Wangsa Kedua Puluh Lima]], bangsa Nubia menyerbu ke utara dengan maksud menghancurkan lawan-lawan Libya mereka yang memerintah di daerah muara. Piye berhasil merebut kekuasaan sejauh [[Memphis, Mesir|Memphis]]. Lawannya [[Tefnakht]] akhirnya bertekuk lutut namun diizinkan tetap berkuasa di Mesir Hilir dan mendirikan [[Dinasti kedua puluh empat Mesir|Wangsa Kedua Puluh Empat]] yang berumur pendek di [[Sais, Mesir|Sais]]. Kerajaan [[Kerajaan Kush|bangsa Kusy]] di selatan memanfaatkan keterpecahan Mesir dan kekacauan politik dan mengalahkan gabungan kekuatan beberapa pemimpin Mesir seperti [[Peftjaubast]], [[Osorkon IV]] dari Tanis, dan [[Tefnakht]] dari Sais. Piye mendirikan [[Dinasti kedua puluh lima Mesir|Wangsa Kedua Puluh Lima]] yang berkebangsaan Libya dan menjadikan para pemimpin taklukan sebagai kepala-kepala pemerintahan daerah. Ia pertama-tama digantikan oleh saudaranya, [[Shabaka]], dan kemudian oleh kedua puteranya [[Shebitku]] dan [[Taharqa]]. [[Taharqa]] mempersatukan kembali "Dua Negeri " di utara dan selatan Mesir serta menciptakan suatu kekaisaran yang sama besarnya dengan keadaannya dulu pada zaman [[Kerajaan Baru Mesir|Kerajaan Baru]]. [[Dinasti kedua puluh lima Mesir|Wangsa Kedua Puluh Lima]] menghadirkan suatu zaman pencerahan bagi Mesir Kuno.<ref>{{cite book|last=Diop|first=Cheikh Anta|title=The African Origin of Civilization|url=https://archive.org/details/africanoriginciv00diop|year=1974|publisher=Lawrence Hill Books|location=Chicago, Illinois|isbn=1-55652-072-7|pages=219–221[https://archive.org/details/africanoriginciv00diop/page/n252 219]–221}}</ref> Agama, seni rupa, dan rancang bangun dipulihkan kembali kejayaannya seperti sediakala yakni sebagaimana adanya pada zaman Kerajaan Lama, Kerajaan Pertengahan, dan Kerajaan Baru. Para firaun, seperti Taharqa, membangun atau memugar kuil-kuil dan monumen-monumen di seantero lembah Sungai Nil, termasuk di Memphis, Karnak, Kawa, [[Jebel Barkal]], dan lain-lain.<ref>{{cite book|last=Bonnet|first=Charles|title=The Nubian Pharaohs|url=https://archive.org/details/nubianpharaohsbl00unse|year=2006|publisher=The American University in Cairo Press|location=New York|isbn=978-977-416-010-3|pages=142–154[https://archive.org/details/nubianpharaohsbl00unse/page/142 142]–154}}</ref> Pada masa kekuasaan Wangsa Kedua Puluh Lima inilah, untuk pertama kalinya sejak zaman Kerajaan Pertengahan, Mesir menyaksikan pembangunan [[Piramida Nubia|piramida-piramida (sebagian besar terdapat di wilayah Sudan sekarang ini)]] secara besar-besaran.<ref>{{cite book|last=Mokhtar|first=G.|title=General History of Africa|year=1990|publisher=University of California Press|location=California, USA|isbn=0-520-06697-9|pages=161–163}}</ref><ref>{{cite book|last=Emberling|first=Geoff|title=Nubia: Ancient Kingdoms of Africa|year=2011|publisher=Institute for the Study of the Ancient World|location=New York|isbn=978-0-615-48102-9 |pages=9–11}}</ref><ref>{{cite book|last=Silverman|first=David|title=Ancient Egypt|url=https://archive.org/details/ancientegypt00davi_0|year=1997|publisher=Oxford University Press|location=New York|isbn=0-19-521270-3|pages=36–37[https://archive.org/details/ancientegypt00davi_0/page/36 36]–37}}</ref>
 
Wibawa Mesir di mata bangsa-bangsa lain merosot tajam pada zaman ini. Sekutu-sekutu asing Mesir telah jatuh ke dalam lingkup pengaruh [[Asyur]] dan sejak sekitar 700 SM pertanyaannya bukan lagi “bagaimana jika”, melainkan “bilamana” kedua negeri itu saling berperang. Masa pemerintahan [[Taharqa]] dan penggantinya, [[Tantamani]], dipenuhi pententangan terus-menerus dengan bangsa Asyur yang banyak kali dimenangi pihak Mesir, namun pada akhirnya Thebes diduduki dan [[Memphis, Mesir|Memphis]] dijarah rayah oleh bangsa Asyur.
Baris 157:
=== Zaman Akhir ===
{{Main|Periode Akhir Mesir Kuno}}
Sejak 671 SM sampai seterusnya, Memphis dan kawasan muara menjadi sasaran penyerbuan-penyerbuan bangsa [[Asyur]] yang akhirnya menghalau bangsa Nubia dan menyerahkan kekuasaan kepada raja-raja sekutu mereka dari [[Dinasti kedua puluh enam Mesir|Wangsa Kedua Puluh Enam]]. [[Psamtik I]] adalah orang pertama yang diakui sebagai raja atas seluruh tanah Mesir, dan ia berhasil menjadikan Mesir semakin kokoh selama 54 tahun memerintah dari ibukotaibu kota baru di [[Sais, Mesir|Sais]]. Empat raja Sais berturut-turut berhasil menuntun Mesir dalam damai mulai 610–526 SM, dengan memanfaatkan tenaga prajurit-prajurit upahan dari [[Yunani]] untuk menghalangi bangsa [[Babilonia]] memasuki wilayah Mesir.
 
Menjelang penghujung zaman ini tumbuh suatu kekuatan baru di Timur Dekat yaktu [[Persia]]. Firaun [[Psamtik III]] harus menghadapi kekuatan Persia di [[Pelusium]]; ia dikalahkan, dan meskipun sempat melarikan diri ke Memphis, dalam waktu yang singkat ia tertangkap dan kemudian dihukum mati.
Baris 175:
=== Wangsa Ptolemaios ===
{{Main|Dinasti Ptolemaik }}
Pada 332 SM [[Aleksander Agung|Aleksander III]] dari [[Kekaisaran Makedonia|Makedonia]] menaklukkan Mesir tanpa perlawanan berarti dari pihak [[Kekaisaran Akhemeniyah|Persia]]. Ia disambut [[Bangsa Mesir|rakyat Mesir]] sebagai Tokoh Pembebas. Ia mengunjungi [[Memphis, Mesir|Memphis]], dan berziarah ke kediaman juru tenung [[Amun]] di [[OasisWahat SiwaSiwah]]. Juru tenung itu menyatakan bahwa Aleksander adalah putera [[Amun]]. Ia mampu mengambil hati rakyat Mesir karena sikap hormat yang ditunjukkannya pada agama mereka, tetapi ia menempatkan orang-orang Yunani pada semua jabatan tinggi di negeri itu, dan mendirikan sebuah kota baru yang bercorak Yunani, [[Iskandariyah|Aleksandria]], untuk dijadikan ibukotaibu kota Mesir yang baru. Kemakmuran Mesir dimanfaatkan untuk mendanai rencana penaklukan Aleksander atas seluruh [[Kekaisaran Persia]]. Pada permulaan 331 SM ia siap untuk bertolak, dan kemudian memimpin bala tentaranya menuju Fenisia. Ia meninggalkan [[Cleomenes dari Naucratis|Kleomenes]] sebagai [[nomark]] yang berkuasa selama ia berada di luar Mesir. Aleksander tidak pernah kembali lagi ke Mesir.
 
Setelah Aleksander mangkat di [[Babilon]] pada 323 SM, timbul [[Diadokhoi|krisis suksesi]] di antara para panglimanya. Mula-mula [[Perdikkas]] memerintah Kekaisaran Makedonia selaku wali dari saudara tiri Aleksander [[Arridaios]], yang kelak menjadi [[Filipus III dari Makedonia]], dan kemudian selaku wali dari Philip III dan putera Aleksander yang masih bayi [[Aleksander IV dari Makedonia]], yang belum lahir tatkala ayahnya mangkat. Perdikkas menunjuk [[Ptolemaios I Soter|Ptolemaios]], salah seorang pengiring terdekat Aleksander, menjadi [[satrap]] di Mesir. Ptolemaios memerintah Mesir sejak 323 SM atas nama raja-bersama [[Filipus III dari Makedonia|Filipus III]] dan [[Aleksander IV dari Makedonia|Aleksander IV]]. Akan tetapi begitu kekaisaran yang dibangun [[Aleksander Agung]] mulai terpecah-belah, Ptolemaios segera menjadikan dirinya sebagai penguasa mesir yang mandiri. Ptolemaios berhasil mempertahankan Mesir dari invasi Perdikkas pada 321 SM, dan memperkokoh kedudukannya di Mesir dan sekitarnya selama [[Perang Diadokhoi]] (322–301 SM). Pada 305 SM, Ptolemaios mulai mempergunakan gelar raja-raja. Sebagai [[Ptolemaios I Soter]] ("Sang Juru Selamat"), ia mendirikan [[Dinasti Ptolemaik|Wangsa Ptolemaios]] yang berkuasa atas Mesir selama hampir 300 tahun.
 
Anak-cucu Ptolemaios di kemudian hari mengikuti tradisi Mesir dengan menikahi saudara kandung mereka, memerintahkan gambar diri mereka ditatahkan pada monumen-monumen umum dalam gaya seni dan busana Mesir, serta menganut keyakinan bangsa Mesir.<ref>Bowman (1996) pp25-26</ref><ref>Stanwick (2003)</ref> Peradaban hellenistikHelenistik terus tumbuh subur di Mesir bahkan sesudah [[Penaklukan Muslim di Mesir|ditaklukkan oleh kaum Muslim]]. Wangsa Ptolemaios harus menghadapi pemberontakan-pemberontakan pribumi Mesir dan terlibat dalam peperangan melawan bangsa asing maupun perang saudara yang mengakibatkan kemerosotan dan aneksasi kerajaan itu oleh [[Aegyptus (provinsi Romawi)|bangsa Romawi]].
 
== Referensi ==