Nafsul Mutmainnah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k Membatalkan 1 suntingan by Zall-ahmad1705 (bicara): Spam pranala(Tw)
Tag: Pembatalan
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moslimmannen tijdens het gebed op vrijdag in de moskee Tulehu TMnr 20017952.jpg|thumbjmpl|300px|Beribadah merupakan salah satu karakter yang dipunyai oleh orang yang memiliki nafsu mutmainnah]]
 
'''Nafsul Mutmainnah''' adalah [[jiwa]] yang telah mendapat ketenangan; telah sanggup untuk menerima [[cahaya]] [[kebenaran]] [[sang]] [[Ilahi]].<ref name=a>Shadily, Hassan (1980).Ensiklopedia Indonesia.Jakarta:Ichtiar Baru van Hoeve. Hal 2325</ref> Juga jiwa yang telah mampu menolak menikmati [[kemewahan]] [[dunia]] dan tidak bisa dipengaruhi oleh hal tersebut.<ref name=a/> [[Nafsu]] ini memuat pemiliknya merasa ber[[puas]] diri dalam pengabdiannya kepada Tuhan.<ref name=a/> Dia juga akan selalu berbuat [[amal saleh]] ([[kebajikan]] kepada sesama [[makhluk]]).<ref name=a/>
Baris 5:
Nafsu Mutmainnah dapat di[[arti]]kan sebagai [[nafsu]] yang disinari [[cahaya]], sehingga dapat mengosongkan [[hati]] dari [[sikap tercela]] dan terhiasi dengan [[sifat]] terpuji.<ref name=e>Yasid, Abu.''Fiqh Today:Fatwa Traisional untuk Orang Modern''.Jakarta:PT Gelora Aksara Pratama. Hal 28</ref> Nafsu ini dapat menciptakan [[ketenangan]] [[jiwa]] bagi sese[[orang]].<ref name=e/> Orang yeang berada di [[tingkatan]] ini adalah orang yang sedang menuju ke [[taman]] [[Ilahi]].<ref name=e/> Dapat ditemukan [[sifat]]-sifat yang terpuji dalam nafsu mutmainnah seperti [[dermawan]], [[tawakal]], [[ibadah]], [[syukur]], [[ridho]], dan takut kepada [[Tuhan]].<ref name=e/> Dalam [[agama]] [[Islam]], hal ini teah disebutkan dalam [[AlQur'an]] surat [[Al-Fajr]] [[ayat]] [[27]]-[[28]] sebagaimana ber[[bunyi]]:''Hai jiwa yang tenang, kembalilah kamu kepada Tuhanmu dengan [[ridho]] dan diridhoi.''<ref name=e/>
 
Nafsu ini dimiliki oleh orang yang [[beriman]] pada [[tingkatan khusus ([[Arab]]:''khawas'') atau orang-orang yang telah dekat dengan Tuhan.<ref name=d> Mujieb, Abdul (2009).''Enseklopedi Tasawuf Imam al-Ghazali''.Jakarta:Mizan.Hal 327</ref>
 
== Referensi ==