Panglima Polem IX: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Wadaihangit (bicara | kontrib)
melengkapi halaman dengan foto dan infobox #WPWP
 
(47 revisi perantara oleh 33 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox orang}}
'''Panglima Polem''' bernama lengkap '''Teuku Panglima Polem Sri Muda Setia Perkasa Muhammad Daud''' adalah salah seorang pejuang kemerdekaan [[Republik Indonesia]] yang berasal dari [[Aceh]]. Sampai saat ini belum ditemukan keterangan yang jelas mengenai tanggal dan tahun kelahiran Panglima Polem, yang jelas ia berasal dari keturunan kaum bangsawan Aceh. Ayahnya bernama Panglima Polem VIII Raja Kuala anak dari Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin yang juga terkenal dengan Cut Banta (Panglima Polem VII ([[1845]]-[[1879]]). Mahmud Arifin merupakan Panglima Sagoe XXVI Mukim Aceh Besar.<ref name="polem">[http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2293&Itemid=362 Panglima Polem di situs NAD]</ref>
 
'''Panglima PolemPolim IX''' bernama lengkap '''Teuku Panglima Polem Sri Muda Setia Perkasa Muhammad Daud''' adalah salah seorang pejuang kemerdekaan [[Republik Indonesia]] yang berasal daripanglima [[Aceh]]. Sampai saat ini belum ditemukan keterangan yang jelas mengenai tanggal dan tahun kelahiran Panglima Polem, yang jelas ia berasal dari keturunan kaum bangsawan Aceh. Ayahnya bernama [[Panglima Polem VIII]] Raja Kuala anak dari Teuku Panglima Polem Sri Imam Muda Mahmud Arifin yang juga terkenal dengan Cut Banta ([[Panglima Polem VII]] ([[1845]]-[[1879]]). Mahmud Arifin merupakan Panglima Sagoe XXVIXXII [[Mukim (Aceh)|Mukim]] [[Aceh Besar]].<ref name="polem">[{{Cite web |url=http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2293&Itemid=362 |title=Panglima Polem di situs NAD] |access-date=2007-06-14 |archive-date=2007-09-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070928121429/http://www.nad.go.id/index.php?option=isi&task=view&id=2293&Itemid=362 |dead-url=yes }}</ref>
== Biografi ==
 
=== Diangkat sebagai Panglima ===
Setelah dewasa, Teuku Panglima Polem Muhammad Daud menikah dengan salah seorang puteri dari Tuanku Hasyim Bantamuda, tokoh Aceh yang seperjuangan dengan ayahnya. Dia diangkat sebagai Panglima Polem IX paadapada bulan Januari [[1891]] untuk menggantikan ayahnya Panglima Polem Raja Kuala yang telah wafat. Setelah pengangkatannya sebagai Panglima dia kemudian mempunyaimewarisi nama lengkapgelar '''Teuku Panglima Polem Sri Muda Setia Perkasa MuhammadWazirul Daud'Azmi''.<ref name="polem"/>
 
Dalam perjuangannya Panglima Polem RajaMuhammad Daud secara tidak langsung juga memperoleh dukungan dari para ulama dan syeh² Aceh. Sebagai pendukung utama, Teungku Muhammad Amin dan Teungku Beb, yang kemudian diangkat menjadi panglima besar.<ref name="polem"/><ref>{{Cite news|date=2016-10-28|title=Kisah Perjuangan Panglima Polem Melawan Belanda di Aceh|url=https://daerah.sindonews.com/berita/1150783/29/kisah-perjuangan-panglima-polem-melawan-belanda-di-aceh|work=[[Sindonews.com]]|language=id-ID|access-date=2021-01-17}}</ref>
 
== Perjuangan melawan Belanda ==
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_de_vrouw_en_zuster_van_Panglima_Polem_TMnr_10004998.jpg|jmpl|Istri dan saudari Panglima Polem]]
 
=== Bersama Teuku Umar ===
Sampai tahun [[1896]], Belanda masih sulit mencapai kubu-kubu pertahanan Aceh. [[Teuku Umar]] bersama 15 orang panglimanya pada bulan September [[1893]], pura-pura menyerah kepada Belanda, setelah terjadi penyerahan, patroli Belanda di daerah Lam Kra' VII, Mukim Ba'et Aceh Besar. Teuku Umar bersama 15 orang berbalik kembali membela rakyat Aceh. Sementara itu Teuku Panglima Polem Muhammad Daud bersama 400 orang pasukannya bergabung dengan Teuku Umar untuk menghadapi serangan Belanda. Dalam pertempuran tersebut pasukan Belanda sangat marah karena dari pihak mereka adabanyak jatuhyang korabanberjatuhan.Korban dalam penyerangan itu sebanyak 25 orang tewas dan 190 orang luka-luka.<ref name="polem"/>
 
Pada tahun 1897 Belanda terpaksa mengambil inisiatif untuk menambah pasukannya di Aceh. Sejak saat itu serangan pihak Aceh mulai menurun dan Teuku Umarpun mengambil jalan pintas mengundurkan diri ke daerah Daya Hulu. Untuk mengelabui Belanda tentang keberadaannya, Teuku Umar meninggalkan Panglima Polem bersama pasukannya di wilayah pegunungan Seulimeum.<ref name="polem"/>
Baris 16 ⟶ 20:
 
=== Bertemu dengan Sultan Aceh ===
[[Berkas:Gapura Makam Panglima Polem.jpg|jmpl|300px|Gerbang Makam Panglima Polem di [[Kuta Cot Glie, Aceh Besar|Kuta Cot Glie]], [[Aceh Besar]]]]
Pada bulan November 1897, kedatangan Panglima Polem di Pidie diterima oleh [[Sultan Aceh]] (Muhammad Daud Syah). Dia mengadakan suatu musyawarah bersama tokoh pejuang Aceh lainnya.<ref name="polem"/>
[[Berkas:Makam Panglima Polem 2.jpg|jmpl|300px|Makam Panglima Polem]]
 
Pada bulan November 1897, kedatangan Panglima Polem di Pidie diterima oleh [[Sultan Aceh]] (Muhammad Daud Syah). Dia mengadakan suatu musyawarah bersama tokoh pejuang Aceh lainnya.<ref>{{Cite nameweb|title="Melihat Makam Panglima Polem, Penentu Nasib Akhir Kesultanan Aceh|url=https://kumparan.com/acehkini/melihat-makam-panglima-polem"-penentu-nasib-akhir-kesultanan-aceh-1rp4HNHIcYG|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2021-01-17}}</ref>
 
Pada bulan Februari 1898, Teuku Umar tiba di wilayah VII Mukim Pidie bersama seluruh kekuatan pasukannya lalu bergabung dengan Panglima Polem. Pada tanggal 1 April 1898, Teuku Panglima Polem bersama Teuku Umar dan para ulama serta Uleebalang terkemuka lainnya menyatakan sumpah setianya kepada Sultan Muhammad Daud Syah.<ref name="polem"/>
Baris 24 ⟶ 31:
Karena Belanda gagal menangkap Sultan dan Panglima Polem, maka meraka menghentikan penyerangannya ke daerah Gayo. Kemudian Belanda menyusun strategi baru yang sangat licik yaitu dengan menangkap keluarga-keluarga dekat Sultan. Mereka berhasil menangkap isteri Sultan yang bernama ''Teungku Putroe'' di Glumpang Payong dan isteri sultan yang bernama ''Pocut cot Murong'' dan juga Putera Sultan di Lam Meulo. Setelah menangkap mereka, Belanda mengancam Sultan; apabila Sultan tidak menyerahkan dini dalam tempo satu bulan, maka kedua isterinya akan dibuang.<ref name="polem"/>
 
=== MenyerahBerdamai kepadaDengan Belanda ===
Menerima berita ancaman itu, pada tanggal [[10 Januari]] [[1903]] [[Muhammad Daud Syah dari Aceh|Sultan Muhammad Daud Syah]] terpaksa berdamai dengan Belanda. Pemerintah [[Hindia Belanda]] mengasingkannya ke [[Pulau Ambon|Ambon]] dan terakhir dipindahkan ke [[Batavia]] sampai Sultan wafat pada tanggal [[6 Februari]] [[1939]]. Hal ini menyebabkan Teuku Panglima Polem Sri Muda Perkasa Muhammad Daud secara terpaksa juga berdamai dengan Belanda pada tanggal [[7 September]] [[1903]].<ref name="polem"/> Selanjutnya Panglima Polem tetap diakui oleh Belanda sebagai Panglima Sagoe XXII Mukim.<ref>{{Cite web|last=tengkuputeh|date=2018-09-18|title=MEMOAR PANGLIMA POLEM|url=https://tengkuputeh.com/2018/09/19/memoar-panglima-polem/|website=Tengkuputeh|language=id-ID|access-date=2021-01-17}}</ref>
 
== Galeri ==
<gallery>
File:Stammeshaus met Polim.jpg|[[Friedrich Wilhelm Stammeshaus]] saat bertemu Panglima Polem IX
</gallery>
 
=== Referensi ===
 
=== Referensi ===
{{reflist}}
{{indo-bio-stub}}
 
{{Commonscat|Panglima Polem}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
 
[[Kategori:Tokoh Aceh]]
{{DEFAULTSORT:Polem, Panglima}}
[[Kategori:Bangsawan Aceh]]
[[Kategori:Tokoh Aceh]]
[[Kategori:Suku Aceh]]
[[Kategori:Kesultanan Aceh]]
[[Kategori:Sejarah Aceh]]