Sejarah Buddhisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
 
(156 revisi perantara oleh 95 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{refimprove|date=Juni 2018}}
'''Sejarah agama Buddha''' mulai dari [[abad ke-6 SM]] sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha [[Siddharta Gautama]]. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsure kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan [[Helenistik]] ([[Yunani]]), [[Asia Tengah]], [[Asia Timur]] dan [[Asia Tenggara]]. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran tradisi [[Theravada]] (Hinayana), [[Mahayana]], dan [[Vajrayana]] (Bajrayana), yang sejarahnya ditandai dengan masa pasang dan surut.
{{Buddhisme|sejarah}}
'''Sejarah Buddhisme''' mulai dari [abad ke-5 SM] sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha [[Siddharta Gautama]]. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan [[Helenistik]] ([[Yunani]]), [[Asia Tengah]], [[Asia Timur]] dan [[Asia Tenggara]]. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh [[benua Asia]]. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran tradisi [[Theravada]], [[Mahayana]], dan [[Vajrayana]] (Bajrayana), yang sejarahnya ditandai dengan masa pasang dan surut.
 
== Kehidupan Buddha ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
{{utama|Gautama Buddha}}
Menurut tradisi Buddha, tokoh historis Buddha [[Gautama Buddha|Siddharta Gautama]] dilahirkan dari suku [[Sakya]] pada awal masa [[Magadha]] ([[546 SM|546]]–[[324 SM]]), di sebuah kota, selatan pegunungan [[Himalaya]] yang bernama [[Lumbini]]. Sekarang kota ini terletak di [[Nepal]] sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama ''[[Sakyamuni]]'' ([[harafiah]]: orang bijak dari kaum Sakya").
 
Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja [[Kapilavastu]] (kemudian hari digabungkan pada kerajaan [[Magadha]]), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang per[[tapa]]. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (''[[majhima patipada]]''). Jalan tengah ini merupakan sebuah [[Kompromi|kompromis]] antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
==Kehidupan sang Buddha==
[[Image: Shakya.jpg|thumb|right|300px|Koin perak kaum [[Sakya]] (600–500 SM)]]
''Artikel utama: [[Gautama Buddha]]''
 
Di bawah sebuah [[pohon bodhi]], ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan [[Kebenaran]]. Pada usia 35 tahun, ia mencapai [[Bodhi|Pencerahan]]. Pada saat itu ia dikenal sebagai [[Gautama Buddha]], atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata dalam [[bahasa sanskerta|Sanskerta]] yang berarti "ia yang sadar" (dari kata ''budh''+''ta'').
Menurut tradisi Buddha, tokoh historis Buddha [[Gautama Buddha|Siddharta Gautama]] dilahirkan dari klan [[Sakya]] pada awal masa [[Magadha]] ([[546 SM|546]]–[[324 SM]]), di sebuah kota, selatan pegunungan [[Himalaya]] yang bernama [[Lumbini]]. Sekarang kota ini terletak di [[Nepal]] sebelah selatan. Beliau juga dikenal dengan nama ''Sakyamuni'' ([[harafiah]]: orang bijak dari kaum Sakya").
 
Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri [[dataran Gangga]] di tengah [[India]] (daerah mengalirnya [[sungai Gangga]] dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda.
Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilavastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan [[Magadha]]), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang per[[tapa]]. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah ([[madya marga]] ?). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
 
Keengganan Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab [[Buddha Nikaya]], yang sekarang hanya masih tersisa [[Theravada]], dan kemudian terbentuknya mazhab [[Mahayana]], sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru.
Di bawah sebuah pohon [[beringin]], sekarang dikenal sebagai [[pohon Bodhi]], ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan [[Kebenaran]]. Pada usia 35 tahun, ia mencapai [[Bodhi|Pencerahan]]. Pada saat itu ia dikenal sebagai Gautama Buddha, atau hanya "Sang Buddha" saja, sebuah kata [[bahasa Sansekerta|Sansekerta]] yang berarti "ia yang sadar" (dari kata <i>budh</i>+<i>ta</i>).
 
Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri [[dataran Gangga]] di tengah [[India]] (daerah mengalirnya [[sungai Gangga]] dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda.
 
== Tahap awal Buddhisme ==
Keengganan sang Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab [[Buddha Nikaya]], yang sekarang hanya masih tersisa [[Theravada]], dan kemudian terbentuknya mazhab [[Mahayana]], sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru.
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
Sebelum disebarkan di bawah perlindungan [[Asoka|maharaja Asoka]] pada [[abad ke-3 SM]], agama Buddha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil saja, dan sejarah peristiwa-peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat. Dua [[konsili]] (sidang umum) pembentukan dikatakan pernah terjadi, meski pengetahuan kita akan ini berdasarkan catatan-catatan dari kemudian hari. Konsili-konsili (juga disebut pasamuhan agung) ini berusaha membahas formalisasi doktrin-doktrin Buddhis, dan beberapa perpecahan dalam gerakan Buddha.
 
=== Sidang Buddhis Pertama (abad ke-5 SM) ===
==Tahap awal agama Buddha==
{{Main|0=Sidang Buddhis Pertama}}{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
Sebelum disebarkan di bawah perlindungan [[Asoka|maharaja Asoka]] pada [[abad ke-3 SM]], agama Buddha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil saja, dan sejarah peristiwa-peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat. Dua konsili (sidang umum) pembentukan dikatakan pernah terjadi, meski pengetahuan kita akan ini berdasarkan catatan-catatan dari kemudian hari. Konsili-konsili (juga disebut pasamuhan agung) ini berusaha membahas formalisasi doktrin-doktrin Buddhis, dan beberapa perpecahan dalam gerakan Buddha.
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah perlindungan raja [[Ajatasattu]] dari [[Kekaisaran Magadha]], dan dikepalai oleh seorang rahib bernama [[Mahakassapa]], di [[Rajagaha]](sekarang disebut [[Rajgir]]). Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan Buddha ([[sutta (Buddha)]]) dan mengkodifikasikan hukum-hukum [[monastik]] ([[vinaya]]): [[Ananda]], salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan ajaran-ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum-hukum [[vinaya]]. Ini kemudian menjadi dasar [[kanon Pali]], yang telah menjadi teks Referensi dasar pada seluruh masa sejarah agama Buddha.
 
===Konsili BuddhaSidang PertamaBuddhis Kedua (abad ke-5[[383 SM]]) ===
{{Main|0=Sidang Buddhis Kedua}}{{unreferenced|date=Juni 2018}}
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah sang Buddha wafat di bawah perlindungan raja [[Ajatasatru]] dari [[Kekaisaran Magadha]], dan dikepalai oleh seorang rahib bernama [[Mahakasyapa]], di Rajagrha (sekarang disebut [[Rajgir]]). Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan sang Buddha ([[sutra (Buddha)]]) dan mengkodifikasikan hukum-hukum [[monastik]] ([[vinaya]]): [[Ananda]], salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan ajaran-ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum-hukum [[vinaya]]. Ini kemudian menjadi dasar [[kanon Pali]], yang telah menjadi teks rujukan dasar pada seluruh masa sejarah agama Buddha.
Konsili kedua Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara [[mazhab]] tradisionalis dan gerakan-gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri mereka sendiri kaum [[Mahasanghika]].
 
Mazhab-mazhab tradisional menganggap Buddha adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para [[biksu]] yang mentaati peraturan monastik dan mempraktikkan ajaran Buddha demi mengatasi [[samsara]] dan mencapai [[arhat]]. Namun kaum [[Mahāsaṅghika|Mahasanghika]] yang ingin memisahkan diri, menganggap ini terlalu individualistis dan egois. Mereka menganggap bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang sejati adalah mencapai status Buddha penuh, dalam arti membuka jalan paham [[Mahayana]] yang kelak muncul. Mereka menjadi pendukung peraturan [[monastik]] yang lebih longgar dan lebih menarik bagi sebagian besar kaum rohaniwan dan kaum awam (itulah makanya nama mereka berarti kumpulan "besar" atau "mayoritas").
===Konsili Kedua Buddha ([[383 SM]])===
Konsili kedua Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara mazhab tradisionalis dan gerakan-gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri mereka sendiri kaum [[Mahasanghika]].
Mazhab-mazhab tradisional menganggap sang Buddha adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para bhiksu yang mentaati peraturan monastik dan mempraktekkan ajaran Buddha demi mengatasi [[sengsara]] dan mencapai [[arhat]]. Namun kaum Mahasanghika yang ingin memisahkan diri, menganggap ini terlalu individualistis dan egois. Mereka menganggap bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang sejati adalah mencapai status Buddha penuh, dalam arti membuka jalan faham [[Mahayana]] yang kelak muncul. Mereka menjadi pendukung peraturan monastik yang lebih longgar dan lebih menarik bagi sebagian besar kaum rohaniawan dan kaum awam (itulah makanya nama mereka berarti kumpulan "besar" atau "mayoritas").
 
Konsili ini berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika. Mereka meninggalkan sidang dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan [[Asia Tengah]] menurut prasasti-[[prasasti]] [[Kharoshti]] yang ditemukan dekat [[Oxus]] dan bertarikh [[abad pertama]].
 
''Lihat{{lihat pula: [[mazhab|Mazhab awal Buddha]]''}}
 
== Dakwah Asoka (+/-± 260 SM) ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Image: AshokaColumn.jpg|thumb|left|150px|[[Kapital (arsitektur)|Kapital]] (pucuk pilar) sebuah pilar yang didirikan oleh maharaja [[Asoka]] di [[Sarnath]] +/- [[250 SM]]. ]]
[[Berkas:AshokaColumn.jpg|jmpl|kiri|150px|[[Kapital (arsitektur)|Kapital]] (pucuk pilar) sebuah pilar yang didirikan oleh maharaja [[Asoka]] di [[Sarnath]] +/- [[250 SM]]. ]]
 
Maharaja [[Asoka]] dari [[Kekaisaran Maurya]] ([[273 SM|273]]&ndash;[[232 SM]]) masuk agama Buddha setelah menaklukkan wilayah [[Kalingga]] (sekarang [[Orissa]]) di India timur secara berdarah. Karena menyesali perbuatannya yang keji, sang maharaja ini lalu memutuskan untuk meninggalkan kekerasan dan menyebarkan ajaran Buddha dengan membangun stupa-[[stupa]] dan pilar-pilar di mana ia menghimbau untuk menghormati segala makhluk hidup dan mengajak orang-orang untuk mentaati [[Dharma]]. Asoka juga membangun jalan-jalan dan [[rumah sakit]]-rumah sakit di seluruh negeri.
 
Periode ini menandai penyebaran agama Buddha di luar India. MenurungMenurut prasasti dan pilar yang ditinggalkan Asoka ([[piagam-piagam Asoka]]), utusan dikirimkan ke pelbagaiberbagai negara untuk menyebarkan agama Buddha, sampai sejauh kerajaan-kerajaan Yunani di barat dan terutama di [[kerajaan Baktria-Yunani]] yang merupakan wilayah tetangga. Kemungkinan besar mereka juga sampai di daerah [[Laut Tengah]] menurut prasasti-prasasti Asoka.
 
=== Sidang Buddhis Ketiga (+/- 250 SM) ===
 
{{Main|0=Sidang Buddhis Ketiga}}{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
===Konsili Buddha Ketiga (+/- 250 SM)===
Maharaja [[Asoka]] memprakarsai Konsili Buddha ketiga sekitar tahun [[250 SM]] di [[Pataliputra]] (sekarang [[Patna, India|Patna]]). Konsili ini dipimpin oleh rahib Moggaliputta. Tujuan konsili adalah rekonsiliasi mazhab-mazhab Buddha yang berbeda-beda, memurnikan gerakan Buddha, terutama dari faksi-faksi oportunistik yang tertarik dengan perlindungan kerajaan dan organisasi pengiriman misionaris-misionaris Buddha ke dunia yang dikenal.
 
Kanon Pali ([[Tipitaka]], atau [[Tripitaka]] dalam [[bahasa SansekertaSanskerta]], dan secara [[harafiah]] berarti "Tiga Keranjang"), yang memuat teks-teks rujukanReferensi tradisional Buddha dan dianggap diturunkan langsung dari sang Buddha, diresmikan penggunaannya saat itu. Tipitaka terdiri dari doktrin (Sutra Pitaka), peraturan monastik ([[Vinaya]] Pitaka) dan ditambah dengan kumpulan filsafat ([[Abhidharma]] Pitaka).
 
Usaha-usaha Asoka untuk memurnikan agama Buddha juga mengakibatkan pengucilan gerakan-gerakan lain yang muncul. Terutama, setelah tahun [[250 SM]], kaum [[Sarvastidin]] (yang telah ditolak konsili ketiga, menurut tradisi [[Theravada]]) dan kaum [[Dharmaguptaka]] menjadi berpengaruh di India barat laut dan Asia Tengah, sampai masa [[Kekaisaran Kushan]] pada abad-abad pertama Masehi. Para pengikut Dharmaguptaka memiliki ciri khas kepercayaan mereka bahwa sang Buddha berada di atas dan terpisah dari anggota komunitas Buddha lainnya. Sedangkan kaum Sarvastivadin percaya bahwa masa lampau, masa kini dan masa depan terjadi pada saat yang sama.
 
=== Dunia Helenistik ===
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
Beberapa prasati [[Piagam Asoka]] menulis tentang usaha-usaha yang telah dilaksanakan oleh Asoka untuk mempromosikan agama Buddha di dunia Helenistik (Yunani), yang kala itu berkesinambungan tanpa putus dari India sampai Yunani. Piagam-piagam Asoka menunjukkan pengertian yang mendalam mengenai sistem politik di wilayah-wilayah Helenistik: tempat dan lokasi raja-raja Yunani penting disebutkan, dan mereka disebut sebagai penerima [[dakwah]] agama Buddha: [[Antiochus II Theos]] dari [[Kerajaan Seleucid]] (261&ndash;246 SM), [[Ptolemeus II dari Mesir|Ptolemeus II Philadelphos]] dari [[Mesir]] (285&ndash;247 SM), [[Antigonus Gonatas]] dari Makedonia (276&ndash;239 SM), [[Magas dari Kirene]] (288&ndash;258 SM), dan [[Alexander dari Epirus]] (272&ndash;255 SM).
Beberapa prasati [[Piagam Asoka]] menulis tentang usaha-usaha yang telah dilaksanakan oleh Asoka untuk mempromosikan agama Buddha di dunia Helenistik (Yunani), yang kala itu berkesinambungan tanpa putus dari India sampai Yunani. Piagam-piagam Asoka menunjukkan pengertian yang mendalam mengenai sistem politik di wilayah-wilayah Helenistik: tempat dan lokasi raja-raja Yunani penting disebutkan, dan mereka disebut sebagai penerima [[dakwah]] agama Buddha: [[Antiokhus II Theos]] dari [[Kerajaan Seleukus]] (261–246 SM), [[Ptolemeus II dari Mesir|Ptolemeus II Filadelfos]] dari [[Mesir]] (285–247 SM), [[Antigonus Gonatas]] dari Makedonia (276–239 SM), [[Magas dari Kirene]] (288–258 SM), dan [[Alexander dari Epirus]] (272–255 SM).
 
[[ImageBerkas:Asoka AshokaMap2Kaart.gif|thumbjmpl|300px|Dakwah agama Buddha semasa pemerintahan maharaja [[Asoka]] ([[260 SM|260]]&ndash;[[218 SM]]).]]
 
:"PenaklukkanPenaklukan [[Dharma]] telah dilaksanakan dengan berhasil, pada perbatasan dan bahkan enam ratus [[yojana]] (6.400 kilometer) jauhnya, di mana sang raja Yunani Antiochos memerintah, di sana di mana empat raja bernama Ptolemeus, Antigonos, Magas dan Alexander bertakhta, dan juga di sebelah selatan di antara kaum [[Chola]], [[Pandya]], dan sejauh Tamraparni." ([[Piagam Asoka]], Piagam Batu ke-13, S. Dhammika)
 
Kemudian, menurut beberapa sumber dalam [[bahasa Pali]], beberapa utusan Asoka adalah bhiksubiksu-bhiksubiksu Yunani, yang menunjukkan eratnya pertukaran agama antara kedua budaya ini:
 
:"Ketika sang thera (sesepuh) Moggaliputta, sang pencerah agama sang Penakluk (Asoka) telah menyelesaikan Konsili (ke-3) […], beliaudia mengirimkan thera-thera, yang satu kemari yang lain ke sana: […] dan ke Aparantaka (negeri-negeri barat yang biasanya merujuk [[Gujarat]] dan [[Sindhu]]), beliaudia mengirimkan seorang Yunani ([[Yona]]) bernama [[Dharmaraksita|Dhammarakkhita]]". ([[Mahavamsa]] XII).
 
Tidaklah jelas seberapa jauh interaksi ini berpengaruh, tetapi beberapa pakar mengatakan bahwa sampai tingkat tertentu ada [[sinkretisme]] antara falsafah Yunani dan ajaran Buddha di tanah-tanah Helenik kala itu. Mereka terutama menunjukkan keberadaan komunitas Buddha di Dunia Helenistik kala itu, terutama di [[Alexandria]] (disebut oleh [[ClementClemens dari Alexandria]]), dan keberadaan sebuah ordo-[[monastik]] pra-Kristen bernama [[Therapeutae]] (kemungkinan diambil dari kata Pali "[[Theraputta]]"), yang kemungkinan "mengambil ilham dari ajaran-ajaran dan penerapan ilmu tapa-samadi Buddha" (Robert Lissen).
 
Mulai dari tahun [[100 SM]], simbol "bintang di tengah mahkota", juga secara alternatif disebut "cakra berruji delapan" dan kemungkinan dipengaruhi desain [[Dharmacakra]] Buddha, mulai muncul di koin-koin raja Yahudi, Raja [[Alexander Yaneus]] ([[103 SM|103]]-[[76 SM]]). Alexander Yaneus dihubungkan dengan sekte falsafi Yunani, kaum [[Saduki]] dan dengan ordo monastik [[Essenes]], yang merupakan cikal-bakal agama Kristen. Penggambaran cakra atau roda berruji delapan ini dilanjutkan oleh jandanya, Ratu Alexandra, sampai [[Kekaisaran Romawi|orang Romawi]] menginvasi [[Yudea]] pada [[63 SM]].
[[Image:AlexanderJannaeus.gif|thumb|270px|left|Koin raja [[Yahudi]], Raja [[Alexander Jannaeus]] (103-76 SM), dengan sebuah cakra berisikan delapan ruji.]]
 
Mulai dari tahun [[100 SM]], simbol "bintang di tengah mahkota", juga secara alternatif disebut "cakra berruji delapan" dan kemungkinan dipengaruhi desain [[Dharmacakra]] Buddha, mulai muncul di koin-koin raja Yahudi, Raja [[Alexander Jannaeus]] ([[103 SM|103]]-[[76 SM]]). Alexander Jannaeus dihubungkan dengan sekte falsafi Yunani, kaum [[Saduki]] dan dengan ordo monastik [[Essenes]], yang merupakan cikal-bakal agama Kristen. Penggambaran cakra atau roda berruji delapan ini dilanjutkan oleh jandanya, Ratu Alexandra, sampai [[Kekaisaran Romawi|orang Romawi]] menginvasi [[Yudea]] pada [[63 SM]].
 
Batu-batu nisan Buddha dari [[era Ptolemeus]] juga ditemukan di kota Alexandria, dengan hiasan Dharmacakra (Tarn, "The Greeks in Bactria and India"). Dalam mengkomentari keberadaan orang-orang Buddha di Alexandria, beberapa pakar menyatakan bahwa “Kelak pada tempat ini juga beberapa pusat agama Kristen yang paling aktif didirikan” (Robert Linssen "Zen living").
 
=== Ekspansi ke Asia ===
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
Di daerah-daerah sebelah timur anak benua Hindia (sekarang [[Myanmar]]), Budaya India banyak mempengaruhi sukubangsa [[suku Mon|Mon]]. Dikatakan suku Mon mulai masuk agama Buddha sekitar tahun [[200 SM]] berkat dakwah maharaja [[Asoka]] dari India, sebelum perpecahan antara aliran [[Mahayana]] dan [[Hinayana]]. Candi-candi Buddha Mon awal, seperti Peikthano di Myanmar tengah, ditarikh berasal dari [[abad ke-1|abad pertama]] sampai [[abad ke-5]] Masehi.
Di daerah-daerah sebelah timur anak benua Hindia (sekarang [[Myanmar]]), Budaya India banyak memengaruhi sukubangsa [[suku Mon|Mon]]. Dikatakan suku Mon mulai masuk agama Buddha sekitar tahun [[200 SM]] berkat dakwah maharaja [[Asoka]] dari India, sebelum perpecahan antara aliran [[Mahayana]] dan [[Hinayana]]. Candi-candi Buddha Mon awal, seperti Peikthano di Myanmar tengah, ditarikh berasal dari [[abad ke-1|abad pertama]] sampai [[abad ke-5]] Masehi.
 
[[ImageBerkas:MonWheel.JPGjpg|thumbjmpl|220px|Penggambaran [[suku Mon]] mengenai ([[Dharmacakra]]), seni dari [[Dvaravati]], +/-[[abad ke-8]].]]
 
[[Seni Buddha]] suku Mon terutama dipengaruhi seni India kaum [[Gupta]] dan periode pasca Gupta. Gaya [[mannerisme|manneris]] mereka menyebar di [[Asia Tenggara]] mengikuti ekspansi kerajaan Mon antara [[abad ke-5]] dan [[abad ke-8]]. Aliran Theravada meluas di bagian utara Asia Tenggara di bawah pengaruh Mon, sampai diganti secara bertahap dengan aliran Mahayana sejak [[abad ke-6]].
 
Agama Buddha konon dibawa ke [[Sri Lanka]] oleh putra Asoka [[Mahinda]] dan enam kawannya semasa [[abad ke-2 SM]]. Mereka berhasil menarik Raja Devanampiva Tissa dan banyak anggota bangsawan masuk agama Buddha. Inilah waktunya kapan wihara [[Mahavihara]], pusat aliran Ortodoks Singhala, dibangunt. [[Kanon Pali]] dimulai ditulis di Sri Lanka semasa kekuasaan Raja Vittagamani (memerintah [[29 SM|29]]&ndash;[[17 SM]]), dan tradisi Theravada berkembang di sana. Beberapa komentator agama Buddha juga bermukim di sana seperti [[Buddhaghosa]] (abad ke-4 sampai ke-5). Meski aliran [[Mahayana]] kemudian mendapatkan pengaruh kala itu, akhirnya aliran Theravada yang berjaya dan Sri Lanka akhirnya menjadi benteng terakhir aliran Theravada, dari mana aliran ini akan disebarkan lagi ke [[Asia Tenggara]] mulai [[abad ke-11]].
 
Ada pula sebuah legenda, yang tidak didukung langsung oleh bukti-bukti piagam, bahwa Asoka pernah mengirim seorang misionaris ke utara, melalui pegunungan [[Himalaya]], menuju ke [[Khotan]] di [[dataran rendah Tarim]], kala itu tanah sebuah bangsa [[Indo-Eropa]], [[bahasa Tokharia|bangsa Tokharia]].
 
''Lihat{{lihat pula: [[|Piagam-piagam Asoka]]''}}
 
== Penindasan oleh dinasti Sungga (abad ke-2 sampai abad ke-1 SM) ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Dinasti Sungga]] ([[185 SM|185]]&ndash;[[73 SM]]) didirikan pada tahun [[185 SM]], kurang lebih 50 tahun setelah mangkatnya maharaja [[Asoka]]. Setelah membunuh Raja [[Brhadrata]] (raja terakhir [[dinasti Maurya]]), hulubalang tentara [[Pusyamitra Sunga]] naik takhta. Ia adalah seorang [[Brahmana]] ortodoks, dan Sunga dikenal karena kebencian dan penindasannya terhadap kaum-kaum Buddha. Dicatat ia telah "merusak wihara dan membunuh para bhiksu" (Divyavadana, pp. 429&ndash;434): 84.000 [[stupa]] Buddha yang telah dibangun Asoka dirusak (R. Thaper), dan 100 keping koin emas ditawarkan untuk setiap kepala bhiksu Buddha (Indian Historical Quarterly Vol. XXII, halaman 81 dst. dikutip di Hars.407). Sejumlah besar [[wihara]] Buddha dirubah menjadi kuil [[Hindu]], seperti di [[Nalanda]], [[Bodhgaya]], [[Sarnath]], dan [[Mathura]].
[[Dinasti Sungga]] ([[185 SM|185]]–[[73 SM]]) didirikan pada tahun [[185 SM]], kurang lebih 50 tahun setelah mangkatnya maharaja [[Asoka]]. Setelah membunuh Raja [[Brhadrata]] (raja terakhir [[dinasti Maurya]]), hulubalang tentara [[Pusyamitra Sunga]] naik takhta. Ia adalah seorang [[Brahmana]] ortodoks, dan Sunga dikenal karena kebencian dan penindasannya terhadap kaum-kaum Buddha. Dicatat ia telah "merusak wihara dan membunuh para biksu" (Divyavadana, pp.&nbsp;429–434): 84.000 [[stupa]] Buddha yang telah dibangun Asoka dirusak (R. Thaper), dan 100 keping koin emas ditawarkan untuk setiap kepala biksu Buddha (Indian Historical Quarterly Vol. XXII, halaman 81 dst. dikutip di Hars.407). Sejumlah besar [[wihara]] Buddha diubah menjadi kuil [[Hindu]], seperti di [[Nalanda]], [[Bodhgaya]], [[Sarnath]], dan [[Mathura]].
 
''Lihat{{lihat pula: [[Kekaisaran|Kerajaan Sungga]]''}}
 
== Interaksi Buddha-Yunani (abad ke-2 sampai abad pertama Masehi) ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Image: MenanderCoin.jpg|thumb|300px|right|[[Drakhma]] perak [[Menander I]] (berkuasa +/- 160&ndash;135 SM).<br /> '''Obv:''' [[huruf Yunani]], BASILEOS SOTHROS MENANDROY secara [[harafiah]] "Raja Penyelamat Menander".]]
[[Berkas:MenanderCoin.jpg|jmpl|300px|ka|[[Drakhma]] perak [[Menander I]] (berkuasa +/- 160–135 SM).{{br}} '''Obv:''' [[huruf Yunani]], BASILEOS SOTHROS MENANDROY secara [[harafiah]] "Raja Penyelamat Menander".]]
 
Di wilayah-wilayah barat [[Anak benua India]], kerajaan-kerajaan Yunani yang bertetangga sudah ada di [[Baktria]] (sekarang di Afghanistan utara) semenjak penaklukkanpenaklukan oleh [[Alexander yang Agung]] pada sekitar [[326 SM]]: pertama-tama kaum [[SeleucidSeleukus]] dari kurang lebih tahun [[323 SM]], lalu [[Kerajaan Baktria-Yunani]] dari kurang lebih tahun [[250 SM]].
 
[[ImageBerkas:Gandhara Buddha (tnm).jpeg|thumbjmpl|200px|leftkiri|Arca [[Seni Buddha-Yunani|Buddha-Yunani]], salah satu penggambaran [[Buddha]], abad pertama sampai abad ke-2 Masehi, [[Gandhara]].]]
 
Raja [[Baktria-Yunani]] [[Demetrius I dari Baktria]], menginvasi India pada tahun [[180 SM]] dan sampai sejauh [[Pataliputra]]. Kemudian sebuah [[Kerajaan Yunani-India]] didirikan yang akan lestari di India bagian utara sampai akhir [[abad pertama SM]].
 
Agama Buddha berkembang di bawah naungan raja-raja Yunani-India, dan pernah diutarakan bahwa maksud mereka menginvasi India adalah untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap [[Kekaisaran Maurya]] dan melindungi para penganut Buddha dari penindasan kaum Sungga ([[185 SM|185]]&ndash;[[73 SM]]).
 
Salah seorang raja Yunani-India yang termasyhur adalah Raja [[Menander I]] (yang berkuasa dari +/- [[160 SM|160]]&ndash;[[135 SM]]). Kelihatannya beliaudia masuk agama Buddha dan digambarkan dalam tradisi [[Mahayana]] sebagai salah satu sponsor agama ini, sama dengan maharaja [[Asoka]] atau seorang raja Kushan dari masa yang akan datang, raja [[Kaniska]]. Koin-koin Menander memuat tulisan "Raja Penyelamat" dalam [[bahasa Yunani]], dan "Maharaja Dharma" dalam [[aksara Kharosti]]. Pertukaran budaya secara langsung ditunjukkan dalam dialog [[Milinda Panha]] antara raja Yunani [[Menander I]] dan sang bhiksubiksu [[Nagasena]] pada sekitar tahun [[160 SM]]. Setelah mangkatnya, maka demi menghormatinya, abu pembakarannya diklaim oleh kota-kota yang dikuasainya dan ditaruh di [[stupa]]-stupa tempat pemujaannya, mirip dengan sang Buddha Gautama ([[Plutarkhus]], Praec. reip. ger. 28, 6).
 
Interaksi antara budaya Yunani dan Buddha kemungkinan memiliki pengaruh dalam perkembangan aliran [[Mahayana]], sementara kepercayaan ini mengembangkan pendekatan falsafinya yang canggih dan perlakuan Buddha yang mirip dengan Dewa-Dewa Yunani. Kira-kira juga kala seperti ini pelukisan Buddha secara [[antropomorfis]] dilakukan, seringkalisering kali dalam bentuk gaya [[seni Buddha-Yunani]]: "One might regard the classical influence as including the general idea of representing a man-god in this purely human form, which was of course well familiar in the West, and it is very likely that the example of westerner's treatment of their gods was indeed an important factor in the innovation" (Boardman, "The Diffusion of Classical Art in Antiquity").
 
''Lihat{{lihat pula: [[|Agama Buddha-Yunani]]''}}
<br clear=all>
 
== Berkembangnya aliran Mahayana (Abad Pertama SM-Abad ke-2) ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Image: KanishkaI.jpg|thumb|300px|right|Koin emas [[Kekaisaran Kushan]] memperlihatkan maharaja [[Kanishka|Kanishka I]] (~100&ndash;126 Masehi) dengan sebuah lukisan Helenistik [[Buddha]], dan kata "Boddo" dalam huruf Yunani.]]
[[Berkas:Coin of Kanishka I.jpg|jmpl|300px|ka|Koin emas [[Kekaisaran Kushan]] memperlihatkan maharaja [[Kanishka|Kanishka I]] (~100–126 Masehi) dengan sebuah lukisan Helenistik [[Buddha]], dan kata "Boddo" dalam huruf Yunani.]]
 
Berkembangnya agama Buddha Mahayana dari [[abad ke-1 SM]] diiringi dengan perubahan kompleks politik di India barat laut. Kerajaan-kerajaan Yunani-India ini secara bertahap dikalahkan dan diasimilasi oleh kaum nomad [[bangsa Indo-Eropa|Indo-Eropa]] yang berasal dari [[Asia Tengah]], yaitu kaum Schytia India, dan lalu kaum [[Yuezhi]], yang mendirikan [[Kekaisaran Kushan]] dari kira-kira tahun [[12 SM]].
 
Kaum Kushan menunjang agama Buddha dan konsili keempat Buddha kemudian dibuka oleh maharaja [[Kanishka]], pada kira-kira tahun [[100|100 Masehi]] di Jalandhar atau di [[Kashmir]]. Peristiwa ini seringkalisering kali diasosiasikan dengan munculnya aliran [[Mahayana]] secara resmi dan pecahnya aliran ini dengan aliran [[Theravada]]. Mazhab Theravada tidak mengakui keabsahan konsili ini dan seringkalisering kali menyebutnya "konsili rahib bidaah".
 
Konon Kanishka mengumpulkan 500 [[bhiksubiksu]] di Kashmir, yang dikepalai oleh Vasumitra, untuk menyunting [[Tripitaka]] dan memberikan komentar. Maka konon pada konsili ini telah dihasilkan 300.000 bait dan lebih dari 9 juta dalil-dalil. Karya ini memerlukan waktu 12 tahun untuk diselesaikan.
 
Konsili ini tidak berdasarkan kanon [[Pali]] yang asli ([[Tipitaka]]). Sebaliknya, sekelompok teks-teks suci diabsahkan dan juga prinsip-prinsip dasar doktrin Mahayana disusun. Teks-teks suci yang baru ini, biasanya dalam bahasa [[Gandhari]] dan [[aksara Kharosthi]] kemudian ditulis ulang dalam [[bahasa SansekertaSanskerta]] yang sudah menjadi bahasa klasik. Bagi banyak pakar hal ini merupakan titik balik penting dalam penyebaran pemikiran Buddha.
 
Wujud baru Buddhisme ini ditandai dengan pelakuan Buddha yang mirip dilakukan bagaikan Dewa atau bahkan Tuhan. Gagasan yang berada di belakangnya ialah bahwa semua makhluk hidup memiliki alam dasar Buddha dan seyogyanyaseyogianya bercita-cita meraih "Kebuddhaan". Ada pula sinkretisme keagamaan terjadi karena pengaruh banyak kebudayaan yang berada di India bagian barat laut dan Kekaisaran Kushan.
 
== Penyebaran Mahayana (Abad pertama sampai abad ke-10 Masehi) ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Image: MahayanaMap.gif|thumb|300px|Penyebaran aliran [[Mahayana]] antara abad pertama - abad ke-10 Masehi.]]
[[Berkas:MahayanaMap.gif|jmpl|300px|Penyebaran aliran [[Mahayana]] antara abad pertama - abad ke-10 Masehi.]]
 
Dari saat itu dan dalam kurun waktu beberapa abad, Mahayana berkembang dan menyebar ke arah timur. Dari India ke [[Asia Tenggara]], lalu juga ke utara ke [[Asia Tengah]], [[Tiongkok]], [[Korea]], dan akhirnya [[Jepang]] pada tahun [[538]].
 
== Kelahiran kembali Theravada (abad ke-11 sampai sekarang) ==
===India===
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
Setelah berakhirnya masa kaum [[Kushan]], agama Buddha berkemabng di India selama dinasti [[Gupta]] (abad ke-4 sampai ke-6). Pusat-pusat studi Mahayana didirikan, terutama di [[Nalanda]] bagian timur laut India, yang akan menjadi 'universitas' Buddha yang paling besar dan paling berpengaruh untuk abad-abad yang akan datang. Beberapa pengajarnya yang terkenal adalah [[Nagarjuna]]. Gaya seni Buddha ala Gupta menjadi sangat berpengaruh di Asia Tenggara sampai Tiongkok Kuna sementara agama ini menyebar ke sana.
[[Berkas:TheravadaMap2.gif|jmpl|300px|Penyebaran aliran Buddha [[Theravada]] dari [[abad ke-11]].]]
 
Mulai [[abad ke-11]], hancurnya agama Buddha di anak benua India oleh serbuan Islam menyebabkan kemunduran aliran Mahayana di Asia Tenggara. Rute daratan lewat anak benua India menjadi bahaya, maka arah perjalanan laut langsung di antara [[Timur Tengah]] lewat [[Sri Lanka]] dan ke [[Cina]] terjadi, menyebabkan dipeluknya aliran [[Theravada]] [[Pali kanon]], lalu diperkenalkan ke daerah sekitarnya sekitar [[abad ke-11]] dari [[Sri Lanka]].
[[Image:IndianBuddha11.JPG|thumb|left|200px|[[Buddha]] dan [[Bodhisattwa]], [[abad ke-11]], [[Kekaisaran Pala]].]]
Agama Buddha India menjadi lemah pada abad ke-7 mengikuti invasi [[Hun Putih]] dan [[Islam]]. Namun, di bawah [[Kekaisaran Pala]], mazhab Mahayana berkembang kembali antara [[abad ke-8]] dan [[abad ke-12|ke-12]]. Kaum Pala banyak mendirikan kuil-kuil dan sebuah aliran seni Buddha yang khas.
 
Sebuah tonggak bersejarah penting dalam runtuhnya agama Buddha di India terjadi pada tahun [[1193]] ketika para penakluk Islam [[bangsa Turki|Turki]] di bawah [[Muhammad Khilji]] menghancurkan Nalanda. Pada akhir [[abad ke-12]], setelah penaklukkan oleh kaum Islam atas benteng-benteng Buddha di [[Bihar (India)|Bihar]], keberadaan kaum Buddha di India menjadi langka. Selain itu pengaruh agama Buddha juga pudar akibat gerakan renaisans Hindu seperti [[Advaita]] dan munculnya [[gerakan bhakti]].
 
Meskipun lahir di India, pada awal [[abad ke-20]], agama Buddha hanya dipeluk oleh beberapa orang di daerah-daerah terpencil di India.
 
''Lihat pula: [[Agama Buddha di India]], [[Hancurnya agama Buddha di India]]''
<br clear=all>
 
===Asia Tengah dan Utara===
====Asia Tengah====
[[Asia Tengah]] telah dipengaruhi dengan agama Buddha semenjak kurang lebih masa hidup sang Siddhartha Gautama. Menurut sebuah cerita legenda dalam [[bahasa Pali]], bahasa aliran [[Theravada]], dua saudagar bersaudara dari Baktria, bernama Tapassu dan Bhallika, mengunjungi sang Buddha dan menjadi muridnya. Mereka kembali ke Baktria dan membangun kuil-kuil untuk memuja Buddha (Foltz).
 
Asia Tengah telah lama memainkan peran yang penting sebagai titik temu antara Tiongkok, India dan Persia. Semasa [[abad ke-2 SM]], ekspansi [[Dinasti Han]] ke arah barat menjadikan mereka mendapatkan kontak dengan kebudayaan-kebudayaan [[Helenistik]] Asia, terutama [[Kerajaan Baktria-Yunani]]. Setelah itu, ekspansi agama Buddha ke utara membawa pembentukan komunitas-komunitas Buddha dan bahkan kerajaan Buddha di sekitar oase-oase Asia Tengah. Beberapa kota di sepanjang Jalur Sutra terdiri dari sebagian besar stupa-stupa Buddha dan vihara, dan kelihatannya bahkan tujuan mereka ialah untuk mengurusi para musafir yang melawat dari barat dan timur.
 
Beberapa aliran Nikaya tetap bertahan di Asia Tengah dan Tiongkok sampai kurang lebih [[abad ke-7]] Masehi. Mazhab Mahayana mulai menjadi penting dalam masa ini, tetapi karena kepercayaan ini mulai mengembangkan pendekatan Nikaya, [[Sarvastivadin]] dan [[Dharmaguptaka]] tetap menjadi Vinaya pilihan di vihara-vihara Asia Tengah.
 
Agama Buddha di Asia Tengah mulai menghilang dengan munculnya ekspansi agama [[Islam]]. Kaum Muslim tidak memperlihatkan toleransi terhadap kaum Buddha yang mereka berikan kepada "ahli al-Kitab" lainnya seperti kaum [[Kristen]] dan [[Yahudi]]. Mereka berpendapat bahwa orang Buddha adalah penyembah berhala dan cenderung menindas mereka.
 
''Lihat pula: [[Jalur Sutra]], [[Penyebaran agama Buddha melalui Jalur Sutra]]''
 
====Dataran Rendah Tarim====
[[Image:CentralAsianBuddhistMonks.JPG|thumb|180px|Para rahib bermata biru dari [[Asia Tengah]] dan rahib Asia Timur, Bezaklik, Dataran Rendah Tarim Timur, abad ke-9 sampai ke-10.]]
Wilayah timur Asia Tengah, (yaitu Turkestan China, Dataran Rendah Tarim dan [[Xinjiang]]) telah membeberkan banyak sekali karya seni Buddha (lukisan-lukisan dinding dan relief-relief di banyak gua-gua, lukisan di kanvas yang bisa dibawa, patung, dan obyek-obyek ritus), menunjukkan banyak pengaruh dari budaya India dan Helenistik. Seni Serindia menurapakan peninggalan kuat gaya Gandhara dan banyak naskah dalam aksara Gandhari yaitu [[aksara Kharosthi]] ditemukan.
 
Penduduk Asia Tengah kelihatannya memegang peranan yang menentukan dalam menyebarkan agama Buddha ke Timur. Para penterjemah pertama kitab-kitab suci Buddha ke bahasa Mandarin adalah orang [[Parthia]] (Ch: Anxi) seperti [[An Shigao]] ([[148]]) atau [[An Hsuan]], orang [[Yuezhi]] seperti Zhiqian dan Zhilou Jiachen, orang [[Sogdian]] (Ch: Kangju) seperti Kang Sengkai, atau orang [[Kusha]] seperti [[Lokaksema]] (c. [[178]]). Tigapuluh tujuh penterjemah teks-teks Buddha diketahui dan mayoritas dari mereka bisa diidentifikasikan sebagai orang Asia Tengah.
 
Bhikus-bhiksu Asia Tengah dan Asia Timur kelihatannya berhubungan dengan erat sampai kira-kira [[bad ke-10]], seperti terlihat pada [[fresko]] dari dataran rendah Tarim.
 
Namun pengaruh ini secara capat diambil oleh kebudayaan Tionghoa dengan giat, dan mulai pada titik tersebut sebuah ciri khas Tionghoa muncul.
 
''Lihat pula: [[Dunhuang]], [[Kerajaan Khotan]]''
<br clear=all>
 
====[[Tiongkok]]====
[[Image: TangBuddha.jpg|thumb|180px|right|Arca Buddha duduk ([[dinasti Tang]] +/- 650 [[China]])]]
Agama Buddha kemungkinan besar muncul di Tiongkok sekitar [[abad ke-1|abad pertama]] Masehi dari [[Asia Tengah]] (meski menurut tradisi agama ini dibawa oleh seorang bhikus pada masa pemerintahan raja Asoka), sampai [[abad ke-8]] ketika negara ini menjadi pusat agama Buddha yang penting.
 
Agama Buddha tumbuh dengan subur selama awal [[dinasti Tang]]([[618]]–[[907]]).
Dinasti ini memiliki ciri keterbukaan kuat terhadap pengaruh asing, dan pertukaran unsur kebudayaan dengan India karena banyaknya perjalanan bhiksu Buddha ke India dari [[abad ke-4]] sampai [[abad ke-11]].
 
Namun pengaruh asing kembali dianggap negatif pada masa akhir dinasti Tang. Pada tahun 845, Kaisar Tang Wu-Tsung melarang semua agama "asing" (termasuk agama [[Kristen]] mazhab [[Nestorian]], [[Zoroastrianisme]], dan Buddha) untuk lebih mendukung [[Taoisme]] yang merupakan ajaran pribumi.
 
Di seluruh wilayahnya, dia menyita harta milik Buddha, biara dan kuil dirusak, dan rahib Buddha ditindas, Maka dengan ini berakhirlah kejayaan kebudayaan dan kekuasaan intelektual Buddha.
 
Namun aliran Buddha [[Tanah Murni]] dan [[Chan]] terus berkembang selama beberapa abad, dan perkembangan ini akhirnya akan menimbulkan aliran Buddha Jepang [[Zen]].
 
Di Tiongkok, Chan tumbuh dengan subur teristimewa di bawah [[dinasti Song]] ([[1127]] – [[1279]]), ketika biara-biarannya menjadi pusat kebudayaan dan tempat belajar yang agung.
 
''Lihat pula: [[Agama Buddha di Tiongkok]]''
 
====[[Korea]]====
Agama Buddha diperkenalkan di Korea sekitar tahun [[372]], ketika para duta dari Tiongkok yang berkunjung ke kerajaan [[Goguryeo]], membawa kitab-kitab dan gambar-gambar.
Lalu agama Buddha berkembang dengan pesat di Korea, dan terutama aliran Seon ([[Zen]]) mulai [[abad ke-7]].
Namun, mulai dengan Dinasti Yi yang menganut ajaran [[Konfusianisme]] pada [[Dinasti Joseon|masa Joseon]] pada tahun [[1392]], agama Buddha mulai didiskriminasi sampai hampir hilang sama sekali, kecuali gerakan Seon yang masih ada.
 
''Lihat pula: [[Agama Buddha di Korea]]''
 
====[[Jepang]]====
[[Image: BigBuddha.jpg|thumb|180px|right|Sang Mahabuddha di [[Kamakura]] ([[1252]])]]
Jepang, sekarang merupakan negara Buddha yang terbesar, menemukan agama Buddha pada [[abad ke-6]] ketika para bhiksu melakukan perjalan ke kepulauan mereka sembari membawa banyak kitab-kitab suci dan karya seni. Agama Buddha lalu dipeluk menjadi agama negara pada abad selanjutnya.
 
Karena secara geografis terletak pada ujung [[Jalur Sutra]], Jepang bisa menyimpan banyak aspek agama Buddha ketika agama ini mulai hilang dari India dan ditindak di Asia Tengah serta Tiongkok.
 
Dari kurang lebih tahun [[710]] banyak sekali kuil dan vihara dibangun di ibu kota [[Nara]], seperti [[pagoda]] lima tingkat dan Ruang Emas [[Horyuji]], atau kuil [[Kofukuji]]. Banyak sekali lukisan dan patung dibuat sampai tak terhitung dan seringkali dengan sponsor pemerintah. Pembuatan seni Buddha Jepang terutama sangat padat antara [[abad ke-8]] dan [[abad ke-13]] semasa pemerintahan di [[Nara]], [[Heian]], dan [[Kamakura]].
 
Dari [[abad ke-12]] dan [[abad ke-13]], perkembangan lebih lanjut ialah seni [[Zen]], mengikuti perkenalan aliran ini oleh [[Dogen]] dan [[Eisai]] setelah mereka pulang dari China. Seni Zen sebagian besar memiliki ciri khas lukisan asli (seperti [[sumi-E]] dan [[Enso]]) dan puisi (khususnya [[haiku]]). Seni ini berusaha keras untuk mengungkapkan intisari sejati dunia melalui gaya impressionisme dan gambaran tak terhias yang tak "dualistik". Pencarian untuk penerangan "sesaat" juga menyebabkan perkembangan penting lain sastra derivatif seperti [[Chanoyu]] (upacara minum teh) atau [[Ikebana]]; seni merangkai bunga. Perkembangan ini sampai sejauh pendapat bahwa setiap kegiatan manusia merupakan sebuah kegiatan seni sarat dengan muatan spiritual dan estetika, pertama-tama apabila aktivitas itu berhubungan dengan teknik pertempuran ([[seni beladiri]]).
 
Agama Buddha sampai sekarang tetap masih aktif di Jepang. Sekitar 80.000 kuil-kuil Buddha masih dipelihara secara teratur.
 
''Lihat pula: [[Agama Buddha di Jepang]], [[Seni Jepang]], [[Zen]]''
 
====[[Tibet]]====
[[Tantrisme Buddha]] dimulai sebagai gerakan di India Timur sekitar [[abad ke-5]] atau [[abad ke-6]].
Banyak praktek-praktek Tantrik berasal dari [[Brahmanisme]] (penggunaan [[mantra|mantra-mantra]], [[yoga]], atau pembakaran persembahan korban), dan pada hakekatnya sudah dipengaruhi oleh pemikiran Mahayana. Tantrisme, juga disebut sebagai ajaran [[Vajrayana]], dan menjadi bentuk dominan Buddhisme di Tibet dari [[abad ke-8]].
 
''Lihat pula: [[Agama Buddha di Tibet]], [[Seni Tibet]]''
 
===Asia Tenggara===
[[Image: 4ArmedAvalokiteshvara.jpg|thumb|150px|right|[[Boddhisattva]] [[Avalokiteshvara]] bertangan empat (abad ke-8, masa [[Sri Wijaya]], [[Thailand]])]]
 
Selama [[abad ke-1|abad pertama]] Masehi, perdagangan di Jalur Sutra yang melalui darat cenderung dibatasi oleh kenaikan kekaisaran [[Parthia]] di [[Timur Tengah]], sebuah bebuyutan [[Kekaisaran Romawi]] yang belum hancur. Sementara itu kala itu bersamaan dengan waktu di mana orang Roma sedang menjadi sangat kaya dan permintaan mereka untuk kemewahan Asia naik.
 
Permintaan ini menghidupkan lagi hubungan laut di antara [[Laut Tengah]] dan Tiongkok, dengan India sebagai perantara terpilih. Dari waktu itu, lewat hubungan perdagangan, koloni-koloni dagang, dan bahkan intervensi politik, India memulai dengan kuat pengaruhnya di [[Asia Tenggara]]. Rute dagang menghubungkan India dengan selatan [[Burma]], pusat dan selatan [[Siam]], [[Kamboja]] dan selatan [[Vietnam]], dan banyak pemukiman pesisir didirikan di sana.
 
Lebih dari seribu tahun, pengaruh India merupakan faktor utama yang membawa persatuan budaya di antara banyak negara yang berbeda-beda di kawasan ini. [[Bahasa Pali]] dan [[bahasa Sansekerta]] serta [[aksara Nusantara|aksara India]] bersama dengan [[Theravada]], [[Mahayana]], [[Brahmanisme]], dan agama [[Hindu]], disebarkan secara langsung melalui teks-teks [[sastra India|kesusastraan India]] seperti [[Ramayana]] dan [[Mahabharata]].
 
Dari [[abad ke-5]] sampai [[abad ke-13]], Asia Tenggara memiliki kerajaan-kerajaan dan bahkan kekaisaran yang kuat dan berkuasa dan menjadi aktif dalam pengembangan arsitektur dan seni Buddha. Pengaruh utama Buddha berasal dari [[anakbenua India]], sehingga negara-negara di sini menganut aliran [[Mahayana]]. [[Kerajaan Sriwijaya|Sri Wijaya]] di selatan dan [[kerajaan Khmer]] di utara saling berusaha menjadi yang paling berkuasa dan kesenian mereka mencermikan pantheon [[Bodhisattva]] Mahayana yang sangat kaya.
 
====Kerajaan Sri Wijaya (abad ke-5&ndash;abad ke-15)====
[[Sri Wijaya]], sebuah negara maritim yang berpusat di [[Sumatra]], memeluk aliran Mahayana dan Yajrayana. Sri Wijaya menyebarkan kedua alirannya ini ketika mereka berkuasa ke seantero Asia Tenggara. Banyak sekali patung-patung [[Bodhisattva]] Mahayana dari masa ini memiliki ciri khas kehalusan yang sangat kuat dan kecanggihan tekhnik yang unggul dan ditemukan di seantero Asia Tenggara.
 
Lalu di [[Jawa]] pada masa yang sama ditemukan peninggalan candi [[Borobudur]] (bangunan Buddha terbesar di seluruh dunia dan dibangun sekitar tahun [[780]] oleh [[dinasti Sailendra]]), yang memiliki 505 citra Buddha yang bersila. Kerajaan Buddha Sri Wijaya akhirnya binasa karena konflik dengan kaum [[Chola]] dari India selatan, [[Majapahit]] pada [[abad ke-14]] sebelum hancur sama sekali karena pengaruh penyebaran [[Islam]] setelah masa ini.
 
====Kerajaan Khmer (abad ke-9th&ndash;abad ke-13)====
[[Image: AvalokiteshvaraSeated.jpg|thumb|180px| [[Avalokiteshvara]], masa [[Angkor]] (8021431), abad ke-10&ndash;abad ke-11]]
 
Kelak, dari [[abad ke-9]] sampai [[abad ke-13]], aliran Mahayana dan Kerajaan Khmer Hindu menguasai bagian terbesar semenanjung Asia Tenggara. Di bawah Khmer, lebih dari 900 candi dibangun di Kamboja dan di negara tetangga Thailand. Angkor di pusat perkembangan ini, dengan kompleks candi dan pengaturan perkotaan dapat menyangga sekitar satu juta orang penduduk perkotaan.
 
Seorang di antara raja Khmer yang istimewa, [[Jayavarman VII]] ([[1181]]–[[1219]]), membangun bangunan terbesar Buddha di Bayon dan [[Angkor Thom]]. Mengikuti hancurnya Buddhisme di India daratan selama [[abad ke-11]], Mahayana ditolak di Asia Tenggara, diganti dengan Theravada dari Sri Langka.
 
==Kelahiran kembali Theravada (abad ke-11 sampai sekarang)==
[[Image: TheravadaMap2.gif|thumb|300px|Penyebaran aliran Buddha [[Theravada]] dari [[abad ke-11]].]]
 
Mulai [[abad ke-11]], hancurnya agama Buddha di anak benua India oleh serbuan Islam menyebabkan kemunduran aliran Mahayana di Asia Tenggara. Rute daratan lewat anak benua India menjadi bahaya, maka arah perjalanan laut langsung di antara [[Timur Tengah]] lewat [[Sri Lanka]] dan ke [[China]] terjadi, menyebabkan dipeluknya aliran [[Theravada]] [[Pali kanon]], lalu diperkenalkan ke daerah sekitarnya sekitar [[abad ke-11]] dari [[Sri Lanka]].
 
Raja [[Anawrahta]] ([[1044]]–[[1077]]), pendiri sejarah kekaisaran [[Birma]], mempersatukan negara dan memeluk aliran Theravada. Ini memulai membangun ribuan candi Budha [[Pagan, Myanmar|Pagan]], ibu kota, di antara abad ke-11 dan [[abad ke-13]]. Sekitar 2.000 di antaranya masih berdiri. Kekuasaan orang Birma surut dengan kenaikan orang Thai, dan dengan ditaklukannya ibu kota Pagan oleh [[orang Mongolia]] pada [[1287]], tetapi aliran Buddha Theravada masih merupakan kepercayaan utama rakyat Myanmar sampai hari ini.
 
Kepercayaan Theravada juga dipeluk oleh kerajaan etnik [[Thailand|Thai]] [[kerajaan Sukhothai|Sukhothai]] sekitar [[1260]]. Theravada lebih jauh menjadi kuat selama masa [[kerajaan Ayutthaya|Ayutthaya]] ([[abad ke-14]] sampai [[abad ke-18]]), menjadi bagian integral masyarakat Thai. Di daratan Asia Tenggara, Theravada terus menyebar ke [[Laos]] dan [[Kamboja]] pada [[abad ke-13]].
 
Tetapi, mulai [[abad ke-14]], di daerah-daerah ujung pesisir dan kepulauan Asia Tenggara, pengaruh [[Islam]] ternyata lebih kuat, mengembang ke dalam [[Malaysia]], [[Indonesia]], dan kebanyakan pulau hingga ke selatan [[Filipina]].
 
== Bacaan lebih lanjut ==
==Lahirnya kembali agama Buddha di Indonesia pasca Orde Lama==
* {{en}} "Dictionary of Buddhism" by Damien Keown (Oxford University Press, 2003) ISBN 0-19-860560-9
Namun, sejak [[1966]] dengan naiknya Presiden [[Soeharto]] setelah peristiwa berdarah [[Gestapu|G-30-S PKI]] yang konon katanya didalangi oleh [[Partai Komunis Indonesia]], ada renaisans luar biasa agama Buddha di Indonesia. Ini sebagian disebabkan oleh syarat Pemerintahan [[Orde Baru]] Soeharto bahwa warga [[Indonesia]] harus mengambil satu di antara lima agama resmi: [[Islam]], [[Protestan]], [[Katholik]], [[Hindu]] atau [[Buddha]]. Sekarang diperkaran ada 10 jutaan umat Buddha di Indonesia. Sebagian besar mereka adalah orang keturunan [[Tionghoa]].
* {{en}} "The Diffusion of Classical Art in Antiquity" by John Boardman (Princeton University Press, 1994) ISBN 0-691-03680-2
 
* {{en}} "Living Zen" by Robert Linssen (Grove Press, New York, 1958) ISBN 0-8021-3136-0
==Penyebaran Agama Buddha di Dunia Barat==
* {{en}} "National Museum Arts asiatiques- Guimet" (Editions de la Reunion des Musées Nationaux, Paris, 2001) ISBN 2-7118-3897-8.
Setelah pertemuan Klasik antara agama Buddha dan Kebudayaan Barat menghasilkan [[Seni Buddha-Yunani]], pertemuan pertama antara orang [[Eropa]] dan agama Buddha terjadi pada [[Abad Pertengahan]] ketika [[bruder]] [[Fransiskan]] [[Willem van Ruysbroeck]] dikirim sebagai duta ke istana [[Mongolia]] milik [[Monke]] oleh Raja [[Perancis]] [[Louis IX dari Perancis|Santo Louis]] pada tahun [[1253]]. Kontak ini terjadi di Cailac (sekarang [[Qayaliq]] di [[Kazakhstan]]), dan Willem pertama-tama mengira bahwa mereka adalah orang [[Kristen]] yang sudah mutakhir dan canggih (Foltz, "Religions of the Silk Road").
* {{en}} [[Richard Foltz]], ''Religions of the Silk Road: Premodern Patterns of Globalization'', New York: Palgrave Macmillan, 2010. ISBN 978-0-230-62125-1
 
* {{en}} "The Shape of Ancient Thought. Comparative studies in Greek and Indian Philosophies" by Thomas McEvilley (Allworth Press, New York, 2002) ISBN 1-58115-203-5
Namun ketertarikan utama bagi agama Buddha muncul selama jaman kolonial, ketika kekuasaan Barat berada di posisi untuk menyaksikan kepercayaan dan manifestasi artistiknya secara terperinci.
* {{en}} "The Times Atlas of Archeology" (Times Books Limited, London, 1991) ISBN 0-7230-0306-8
Filsafat Eropa dengan kuat dipengaruhi oleh penelitian agama Timur saat itu.
* {{en}} "Japanese Buddhism" by Sir [[Charles Eliot (diplomat)|Charles Eliot]], ISBN 0-7103-0967-8
 
* {{en}} "Hinduism and Buddhism: An Historical Sketch" by Sir Charles Eliot, ISBN 81-215-1093-7
Dibukanya [[Jepang]] untuk orang asing pada tahun [[1853]] juga membuat minat untuk meneliti sastra dan kebudayaan Jepang berkembang, dan merupakan akses yang sangat baik kepada salah satu kebudayaan Buddha yang terbesar di dunia.
 
Agama Buddha mulai menikmati minat kuat dari penduduk umum di belahan barat dunia selama [[abad ke-20]], mengikuti kegagalan utopia sosial yang terlihat, dari [[Fasisme]] ke [[Marxisme]]. Sesudah [[Perang Dunia II]], fokus kemajuan cenderung bergeser ke perkembangan pribadi, baik pada sisi rohani maupun jasmani.
 
Dalam konteks ini, agama Buddha sudah menunjukkan daya tarik kuat, karena toleransinya, ketiadaan konsep autoritas Ketuhanan dan [[determinisme]], dan fokusnya terhadap perkembangan jalan-jalan pribadi menuju penerangan (dan keselamatan).
 
''Lihat pula: [[Buddhisme di Dunia Barat]], [[Agama Buddha di Amerika]]''
 
==Referensi==
* {{en}} "Dictionary of Buddhism" by Damien Keown (Oxford University Press, 2003) ISBN 0198605609
* {{en}} "The Diffusion of Classical Art in Antiquity" by John Boardman (Princeton University Press, 1994) ISBN 0691036802
* {{en}} "Living Zen" by Robert Linssen (Grove Press, New York, 1958) ISBN 0802131360
* {{en}} "National Museum Arts asiatiques- Guimet" (Editions de la Reunion des Musées Nationaux, Paris, 2001) ISBN 2711838978.
* {{en}} "Religions of the Silk Road" by Richard Foltz (St. Martin&#8217;s Griffin, New York, 1999) ISBN 0312233388
* {{en}} "The Shape of Ancient Thought. Comparative studies in Greek and Indian Philosophies" by Thomas McEvilley (Allworth Press, New York, 2002) ISBN 1581152035
* {{en}} "The Times Atlas of Archeology" (Times Books Limited, London, 1991) ISBN 0723003068
* {{en}} "Japanese Buddhism" by Sir [[Charles Eliot (diplomat)|Charles Eliot]], ISBN 0710309678
* {{en}} "Hinduism and Buddhism: An Historical Sketch" by Sir Charles Eliot, ISBN 8121510937
 
 
[[Category:{{Buddhisme]]-topik}}
{{Sejarah agama}}
 
[[Kategori:Sejarah agama Buddha| ]]
[[en:History of Buddhism]]
[[Kategori:Buddhisme]]
[[fr:Histoire du bouddhisme]]
[[nl:Geschiedenis van het boeddhisme]]
[[ru:История буддизма]]
[[vi:Lịch sử Phật giáo]]