Sejarah Buddhisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(155 revisi perantara oleh 94 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{refimprove|date=Juni 2018}}
{{Buddhisme|sejarah}}
'''Sejarah Buddhisme''' mulai dari [abad ke-5 SM] sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha [[Siddharta Gautama]]. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan [[Helenistik]] ([[Yunani]]), [[Asia Tengah]], [[Asia Timur]] dan [[Asia Tenggara]]. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh [[benua Asia]]. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran tradisi [[Theravada]], [[Mahayana]], dan [[Vajrayana]] (Bajrayana), yang sejarahnya ditandai dengan masa pasang dan surut.
== Kehidupan Buddha ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
{{utama|Gautama Buddha}}
Menurut tradisi Buddha, tokoh historis Buddha [[Gautama Buddha|Siddharta Gautama]] dilahirkan dari suku [[Sakya]] pada awal masa [[Magadha]] ([[546 SM|546]]–[[324 SM]]), di sebuah kota, selatan pegunungan [[Himalaya]] yang bernama [[Lumbini]]. Sekarang kota ini terletak di [[Nepal]] sebelah selatan. Ia juga dikenal dengan nama ''[[Sakyamuni]]'' ([[harafiah]]: orang bijak dari kaum Sakya").
Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja [[Kapilavastu]] (kemudian hari digabungkan pada kerajaan [[Magadha]]), Siddharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Siddharta kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang per[[tapa]]. Kemudian ia berpendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencari jalan tengah (''[[majhima patipada]]''). Jalan tengah ini merupakan sebuah [[Kompromi|kompromis]] antara kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
Di bawah sebuah [[pohon bodhi]], ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan [[Kebenaran]]. Pada usia 35 tahun, ia mencapai [[Bodhi|Pencerahan]]. Pada saat itu ia dikenal sebagai [[Gautama Buddha]], atau hanya "Buddha" saja, sebuah kata dalam [[bahasa sanskerta|Sanskerta]] yang berarti "ia yang sadar" (dari kata ''budh''+''ta'').
Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri [[dataran Gangga]] di tengah [[India]] (daerah mengalirnya [[sungai Gangga]] dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda.
Keengganan Buddha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama-tama aliran-aliran mazhab [[Buddha Nikaya]], yang sekarang hanya masih tersisa [[Theravada]], dan kemudian terbentuknya mazhab [[Mahayana]], sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru.
== Tahap awal Buddhisme ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
Sebelum disebarkan di bawah perlindungan [[Asoka|maharaja Asoka]] pada [[abad ke-3 SM]], agama Buddha kelihatannya hanya sebuah fenomena kecil saja, dan sejarah peristiwa-peristiwa yang membentuk agama ini tidaklah banyak tercatat. Dua [[konsili]] (sidang umum) pembentukan dikatakan pernah terjadi, meski pengetahuan kita akan ini berdasarkan catatan-catatan dari kemudian hari. Konsili-konsili (juga disebut pasamuhan agung) ini berusaha membahas formalisasi doktrin-doktrin Buddhis, dan beberapa perpecahan dalam gerakan Buddha.
=== Sidang Buddhis Pertama (abad ke-5 SM) ===
{{Main|0=Sidang Buddhis Pertama}}{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
Konsili pertama Buddha diadakan tidak lama setelah Buddha wafat di bawah perlindungan raja [[Ajatasattu]] dari [[Kekaisaran Magadha]], dan dikepalai oleh seorang rahib bernama [[Mahakassapa]], di [[Rajagaha]](sekarang disebut [[Rajgir]]). Tujuan konsili ini adalah untuk menetapkan kutipan-kutipan Buddha ([[sutta (Buddha)]]) dan mengkodifikasikan hukum-hukum [[monastik]] ([[vinaya]]): [[Ananda]], salah seorang murid utama Buddha dan saudara sepupunya, diundang untuk meresitasikan ajaran-ajaran Buddha, dan Upali, seorang murid lainnya, meresitasikan hukum-hukum [[vinaya]]. Ini kemudian menjadi dasar [[kanon Pali]], yang telah menjadi teks Referensi dasar pada seluruh masa sejarah agama Buddha.
===
{{Main|0=Sidang Buddhis Kedua}}{{unreferenced|date=Juni 2018}}
Konsili kedua Buddha diadakan oleh raja Kalasoka di Vaisali, mengikuti konflik-konflik antara [[mazhab]] tradisionalis dan gerakan-gerakan yang lebih liberal dan menyebut diri mereka sendiri kaum [[Mahasanghika]].
Mazhab-mazhab tradisional menganggap Buddha adalah seorang manusia biasa yang mencapai pencerahan, yang juga bisa dicapai oleh para [[biksu]] yang mentaati peraturan monastik dan mempraktikkan ajaran Buddha demi mengatasi [[samsara]] dan mencapai [[arhat]]. Namun kaum [[Mahāsaṅghika|Mahasanghika]] yang ingin memisahkan diri, menganggap ini terlalu individualistis dan egois. Mereka menganggap bahwa tujuan untuk menjadi arhat tidak cukup, dan menyatakan bahwa tujuan yang sejati adalah mencapai status Buddha penuh, dalam arti membuka jalan paham [[Mahayana]] yang kelak muncul. Mereka menjadi pendukung peraturan [[monastik]] yang lebih longgar dan lebih menarik bagi sebagian besar kaum rohaniwan dan kaum awam (itulah makanya nama mereka berarti kumpulan "besar" atau "mayoritas").
Konsili ini berakhir dengan penolakan ajaran kaum Mahasanghika. Mereka meninggalkan sidang dan bertahan selama beberapa abad di Indian barat laut dan [[Asia Tengah]] menurut prasasti-[[prasasti]] [[Kharoshti]] yang ditemukan dekat [[Oxus]] dan bertarikh [[abad pertama]].
== Dakwah Asoka (
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Berkas:AshokaColumn.jpg|jmpl|kiri|150px|[[Kapital (arsitektur)|Kapital]] (pucuk pilar) sebuah pilar yang didirikan oleh maharaja [[Asoka]] di [[Sarnath]] +/- [[250 SM]]. ]]
Maharaja [[Asoka]] dari [[Kekaisaran Maurya]] ([[273 SM|273]]
Periode ini menandai penyebaran agama Buddha di luar India.
=== Sidang Buddhis Ketiga (+/- 250 SM) ===
{{Main|0=Sidang Buddhis Ketiga}}{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
Maharaja [[Asoka]] memprakarsai Konsili Buddha ketiga sekitar tahun [[250 SM]] di [[Pataliputra]] (sekarang [[Patna, India|Patna]]). Konsili ini dipimpin oleh rahib Moggaliputta. Tujuan konsili adalah rekonsiliasi mazhab-mazhab Buddha yang berbeda-beda, memurnikan gerakan Buddha, terutama dari faksi-faksi oportunistik yang tertarik dengan perlindungan kerajaan dan organisasi pengiriman misionaris-misionaris Buddha ke dunia yang dikenal.
Kanon Pali ([[Tipitaka]], atau [[Tripitaka]] dalam [[bahasa
Usaha-usaha Asoka untuk memurnikan agama Buddha juga mengakibatkan pengucilan gerakan-gerakan lain yang muncul. Terutama, setelah tahun [[250 SM]], kaum [[Sarvastidin]] (yang telah ditolak konsili ketiga, menurut tradisi [[Theravada]]) dan kaum [[Dharmaguptaka]] menjadi berpengaruh di India barat laut dan Asia Tengah, sampai masa [[Kekaisaran Kushan]] pada abad-abad pertama Masehi. Para pengikut Dharmaguptaka memiliki ciri khas kepercayaan mereka bahwa sang Buddha berada di atas dan terpisah dari anggota komunitas Buddha lainnya. Sedangkan kaum Sarvastivadin percaya bahwa masa lampau, masa kini dan masa depan terjadi pada saat yang sama.
=== Dunia Helenistik ===
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
Beberapa prasati [[Piagam Asoka]] menulis tentang usaha-usaha yang telah dilaksanakan oleh Asoka untuk mempromosikan agama Buddha di dunia Helenistik (Yunani), yang kala itu berkesinambungan tanpa putus dari India sampai Yunani. Piagam-piagam Asoka menunjukkan pengertian yang mendalam mengenai sistem politik di wilayah-wilayah Helenistik: tempat dan lokasi raja-raja Yunani penting disebutkan, dan mereka disebut sebagai penerima [[dakwah]] agama Buddha: [[Antiokhus II Theos]] dari [[Kerajaan Seleukus]] (261–246 SM), [[Ptolemeus II dari Mesir|Ptolemeus II Filadelfos]] dari [[Mesir]] (285–247 SM), [[Antigonus Gonatas]] dari Makedonia (276–239 SM), [[Magas dari Kirene]] (288–258 SM), dan [[Alexander dari Epirus]] (272–255 SM).
[[
:"
Kemudian, menurut beberapa sumber dalam [[bahasa Pali]], beberapa utusan Asoka adalah
:"Ketika sang thera (sesepuh) Moggaliputta, sang pencerah agama sang Penakluk (Asoka) telah menyelesaikan Konsili (ke-3) […],
Tidaklah jelas seberapa jauh interaksi ini berpengaruh, tetapi beberapa pakar mengatakan bahwa sampai tingkat tertentu ada [[sinkretisme]] antara falsafah Yunani dan ajaran Buddha di tanah-tanah Helenik kala itu. Mereka terutama menunjukkan keberadaan komunitas Buddha di Dunia Helenistik kala itu, terutama di [[Alexandria]] (disebut oleh [[
Mulai dari tahun [[100 SM]], simbol "bintang di tengah mahkota", juga secara alternatif disebut "cakra berruji delapan" dan kemungkinan dipengaruhi desain [[Dharmacakra]] Buddha, mulai muncul di koin-koin raja Yahudi, Raja [[Alexander Yaneus]] ([[103 SM|103]]-[[76 SM]]). Alexander Yaneus dihubungkan dengan sekte falsafi Yunani, kaum [[Saduki]] dan dengan ordo monastik [[Essenes]], yang merupakan cikal-bakal agama Kristen. Penggambaran cakra atau roda berruji delapan ini dilanjutkan oleh jandanya, Ratu Alexandra, sampai [[Kekaisaran Romawi|orang Romawi]] menginvasi [[Yudea]] pada [[63 SM]].
Batu-batu nisan Buddha dari [[era Ptolemeus]] juga ditemukan di kota Alexandria, dengan hiasan Dharmacakra (Tarn, "The Greeks in Bactria and India"). Dalam mengkomentari keberadaan orang-orang Buddha di Alexandria, beberapa pakar menyatakan bahwa “Kelak pada tempat ini juga beberapa pusat agama Kristen yang paling aktif didirikan” (Robert Linssen "Zen living").
=== Ekspansi ke Asia ===
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
Di daerah-daerah sebelah timur anak benua Hindia (sekarang [[Myanmar]]), Budaya India banyak memengaruhi sukubangsa [[suku Mon|Mon]]. Dikatakan suku Mon mulai masuk agama Buddha sekitar tahun [[200 SM]] berkat dakwah maharaja [[Asoka]] dari India, sebelum perpecahan antara aliran [[Mahayana]] dan [[Hinayana]]. Candi-candi Buddha Mon awal, seperti Peikthano di Myanmar tengah, ditarikh berasal dari [[abad ke-1|abad pertama]] sampai [[abad ke-5]] Masehi.
[[
[[Seni Buddha]] suku Mon terutama dipengaruhi seni India kaum [[Gupta]] dan periode pasca Gupta. Gaya [[mannerisme|manneris]] mereka menyebar di [[Asia Tenggara]] mengikuti ekspansi kerajaan Mon antara [[abad ke-5]] dan [[abad ke-8]]. Aliran Theravada meluas di bagian utara Asia Tenggara di bawah pengaruh Mon, sampai diganti secara bertahap dengan aliran Mahayana sejak [[abad ke-6]].
Agama Buddha konon dibawa ke [[Sri Lanka]] oleh putra Asoka [[Mahinda]] dan enam kawannya semasa [[abad ke-2 SM]]. Mereka berhasil menarik Raja Devanampiva Tissa dan banyak anggota bangsawan masuk agama Buddha. Inilah waktunya kapan wihara [[Mahavihara]], pusat aliran Ortodoks Singhala, dibangunt. [[Kanon Pali]] dimulai ditulis di Sri Lanka semasa kekuasaan Raja Vittagamani (memerintah [[29 SM|29]]
Ada pula sebuah legenda, yang tidak didukung langsung oleh bukti-bukti piagam, bahwa Asoka pernah mengirim seorang misionaris ke utara, melalui pegunungan [[Himalaya]], menuju ke [[Khotan]] di [[dataran rendah Tarim]], kala itu tanah sebuah bangsa [[Indo-Eropa]], [[bahasa Tokharia|bangsa Tokharia]].
== Penindasan oleh dinasti Sungga (abad ke-2 sampai abad ke-1 SM) ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Dinasti Sungga]] ([[185 SM|185]]–[[73 SM]]) didirikan pada tahun [[185 SM]], kurang lebih 50 tahun setelah mangkatnya maharaja [[Asoka]]. Setelah membunuh Raja [[Brhadrata]] (raja terakhir [[dinasti Maurya]]), hulubalang tentara [[Pusyamitra Sunga]] naik takhta. Ia adalah seorang [[Brahmana]] ortodoks, dan Sunga dikenal karena kebencian dan penindasannya terhadap kaum-kaum Buddha. Dicatat ia telah "merusak wihara dan membunuh para biksu" (Divyavadana, pp. 429–434): 84.000 [[stupa]] Buddha yang telah dibangun Asoka dirusak (R. Thaper), dan 100 keping koin emas ditawarkan untuk setiap kepala biksu Buddha (Indian Historical Quarterly Vol. XXII, halaman 81 dst. dikutip di Hars.407). Sejumlah besar [[wihara]] Buddha diubah menjadi kuil [[Hindu]], seperti di [[Nalanda]], [[Bodhgaya]], [[Sarnath]], dan [[Mathura]].
== Interaksi Buddha-Yunani (abad ke-2 sampai abad pertama Masehi) ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Berkas:MenanderCoin.jpg|jmpl|300px|ka|[[Drakhma]] perak [[Menander I]] (berkuasa +/- 160–135 SM).{{br}} '''Obv:''' [[huruf Yunani]], BASILEOS SOTHROS MENANDROY secara [[harafiah]] "Raja Penyelamat Menander".]]
Di wilayah-wilayah barat [[Anak benua India]], kerajaan-kerajaan Yunani yang bertetangga sudah ada di [[Baktria]] (sekarang di Afghanistan utara) semenjak
[[
Raja [[Baktria-Yunani]] [[Demetrius I dari Baktria]], menginvasi India pada tahun [[180 SM]] dan sampai sejauh [[Pataliputra]]. Kemudian sebuah [[Kerajaan Yunani-India]] didirikan yang akan lestari di India bagian utara sampai akhir [[abad pertama SM]].
Agama Buddha berkembang di bawah naungan raja-raja Yunani-India, dan pernah diutarakan bahwa maksud mereka menginvasi India adalah untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap [[Kekaisaran Maurya]] dan melindungi para penganut Buddha dari penindasan kaum Sungga ([[185 SM|185]]
Salah seorang raja Yunani-India yang termasyhur adalah Raja [[Menander I]] (yang berkuasa dari +/- [[160 SM|160]]
Interaksi antara budaya Yunani dan Buddha kemungkinan memiliki pengaruh dalam perkembangan aliran [[Mahayana]], sementara kepercayaan ini mengembangkan pendekatan falsafinya yang canggih dan perlakuan Buddha yang mirip dengan Dewa-Dewa Yunani. Kira-kira juga kala seperti ini pelukisan Buddha secara [[antropomorfis]] dilakukan,
== Berkembangnya aliran Mahayana (Abad Pertama SM-Abad ke-2) ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Berkas:Coin of Kanishka I.jpg|jmpl|300px|ka|Koin emas [[Kekaisaran Kushan]] memperlihatkan maharaja [[Kanishka|Kanishka I]] (~100–126 Masehi) dengan sebuah lukisan Helenistik [[Buddha]], dan kata "Boddo" dalam huruf Yunani.]]
Berkembangnya agama Buddha Mahayana dari [[abad ke-1 SM]] diiringi dengan perubahan kompleks politik di India barat laut. Kerajaan-kerajaan Yunani-India ini secara bertahap dikalahkan dan diasimilasi oleh kaum nomad [[bangsa Indo-Eropa|Indo-Eropa]] yang berasal dari [[Asia Tengah]], yaitu kaum Schytia India, dan lalu kaum [[Yuezhi]], yang mendirikan [[Kekaisaran Kushan]] dari kira-kira tahun [[12 SM]].
Kaum Kushan menunjang agama Buddha dan konsili keempat Buddha kemudian dibuka oleh maharaja [[Kanishka]], pada kira-kira tahun [[100|100 Masehi]] di Jalandhar atau di [[Kashmir]]. Peristiwa ini
Konon Kanishka mengumpulkan 500 [[
Konsili ini tidak berdasarkan kanon [[Pali]] yang asli ([[Tipitaka]]). Sebaliknya, sekelompok teks-teks suci diabsahkan dan juga prinsip-prinsip dasar doktrin Mahayana disusun. Teks-teks suci yang baru ini, biasanya dalam bahasa [[Gandhari]] dan [[aksara Kharosthi]] kemudian ditulis ulang dalam [[bahasa
Wujud baru Buddhisme ini ditandai dengan pelakuan Buddha yang mirip dilakukan bagaikan Dewa atau bahkan Tuhan. Gagasan yang berada di belakangnya ialah bahwa semua makhluk hidup memiliki alam dasar Buddha dan
== Penyebaran Mahayana (Abad pertama sampai abad ke-10 Masehi) ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Berkas:MahayanaMap.gif|jmpl|300px|Penyebaran aliran [[Mahayana]] antara abad pertama - abad ke-10 Masehi.]]
Dari saat itu dan dalam kurun waktu beberapa abad, Mahayana berkembang dan menyebar ke arah timur. Dari India ke [[Asia Tenggara]], lalu juga ke utara ke [[Asia Tengah]], [[Tiongkok]], [[Korea]], dan akhirnya [[Jepang]] pada tahun [[538]].
== Kelahiran kembali Theravada (abad ke-11 sampai sekarang) ==
{{unreferenced section|date=Juni 2018}}
[[Berkas:TheravadaMap2.gif|jmpl|300px|Penyebaran aliran Buddha [[Theravada]] dari [[abad ke-11]].]]
Mulai [[abad ke-11]], hancurnya agama Buddha di anak benua India oleh serbuan Islam menyebabkan kemunduran aliran Mahayana di Asia Tenggara. Rute daratan lewat anak benua India menjadi bahaya, maka arah perjalanan laut langsung di antara [[Timur Tengah]] lewat [[Sri Lanka]] dan ke [[Cina]] terjadi, menyebabkan dipeluknya aliran [[Theravada]] [[Pali kanon]], lalu diperkenalkan ke daerah sekitarnya sekitar [[abad ke-11]] dari [[Sri Lanka]].
Raja [[Anawrahta]] ([[1044]]–[[1077]]), pendiri sejarah kekaisaran [[Birma]], mempersatukan negara dan memeluk aliran Theravada. Ini memulai membangun ribuan candi Budha [[Pagan, Myanmar|Pagan]], ibu kota, di antara abad ke-11 dan [[abad ke-13]]. Sekitar 2.000 di antaranya masih berdiri. Kekuasaan orang Birma surut dengan kenaikan orang Thai, dan dengan ditaklukannya ibu kota Pagan oleh [[orang Mongolia]] pada [[1287]], tetapi aliran Buddha Theravada masih merupakan kepercayaan utama rakyat Myanmar sampai hari ini.
Kepercayaan Theravada juga dipeluk oleh kerajaan etnik [[Thailand|Thai]] [[kerajaan Sukhothai|Sukhothai]] sekitar [[1260]]. Theravada lebih jauh menjadi kuat selama masa [[kerajaan Ayutthaya|Ayutthaya]] ([[abad ke-14]] sampai [[abad ke-18]]), menjadi bagian integral masyarakat
Tetapi, mulai [[abad ke-14]], di daerah-daerah ujung pesisir dan kepulauan Asia Tenggara, pengaruh [[Islam]] ternyata lebih kuat, mengembang ke dalam [[Malaysia]], [[Indonesia]], dan kebanyakan pulau hingga ke selatan [[Filipina]].
== Bacaan lebih lanjut ==
* {{en}} "Dictionary of Buddhism" by Damien Keown (Oxford University Press, 2003) ISBN 0-19-860560-9
* {{en}} "The Diffusion of Classical Art in Antiquity" by John Boardman (Princeton University Press, 1994) ISBN 0-691-03680-2
* {{en}} "Living Zen" by Robert Linssen (Grove Press, New York, 1958) ISBN 0-8021-3136-0
* {{en}} "National Museum Arts asiatiques- Guimet" (Editions de la Reunion des Musées Nationaux, Paris, 2001) ISBN 2-7118-3897-8.
* {{en}} [[Richard Foltz]], ''Religions of the Silk Road: Premodern Patterns of Globalization'', New York: Palgrave Macmillan, 2010. ISBN 978-0-230-62125-1
* {{en}} "The Shape of Ancient Thought. Comparative studies in Greek and Indian Philosophies" by Thomas McEvilley (Allworth Press, New York, 2002) ISBN 1-58115-203-5
* {{en}} "The Times Atlas of Archeology" (Times Books Limited, London, 1991) ISBN 0-7230-0306-8
* {{en}} "Japanese Buddhism" by Sir [[Charles Eliot (diplomat)|Charles Eliot]], ISBN 0-7103-0967-8
* {{en}} "Hinduism and Buddhism: An Historical Sketch" by Sir Charles Eliot, ISBN 81-215-1093-7
{{Sejarah agama}}
[[Kategori:Sejarah agama Buddha| ]]
[[Kategori:Buddhisme]]
|