Sukarni: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
memindahkan ke Soekarni
 
(26 revisi perantara oleh 21 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
#ALIH[[Soekarni]]
[[Image:Sukarni.jpg]]
 
'''Sukarni''' adalah tokoh pejuang kemerdekaan [[Indonesia]].
 
==Kelahiran dan Masa Kecil==
 
Nama lengkapnya adalah Sukarni [[Kartodiwirjo]]. Sukarni lahir hari [[Kamis]] Wage, 14 Juli 1916 di desa [[Sumberdiran]], [[Kecamatan]] [[Garum]], [[Kabupaten]] [[Blitar]], [[Jawa]] [[Timur]].
''Su'' artinya '''lebih''', ''Karni'' artinya '''banyak memperhatikan'''. Sukarni diharapkan orangtuanya supaya lebih memperhatikan nasib bangsanya yang kala itu masih dijajah [[Belanda]].
Sukarni merupakan anak keempat dari Sembilan bersaudara.
 
===Urutan saudara===
 
*[[Hono]]
*[[Sukarmilah]]
*[[Sukardi]]
*[[Sukarni]]
*[[Suparti (Ny. Suparto)]]
*[[Endang Sarti (Ny. Muslimin)]]
*[[Endi sukarto]]
*[[Sukarjo]]
*[[Nama tidak diketahui (meninggal ketika masih kecil)]]
 
Ayahnya adalah [[Kartodiwirjo]], keturunan dari [[Eyang Onggo]], juru masak [[Pangeran]] [[Diponegoro]]. Ibunya bernama [[Supiah]], gadis [[Kediri]]. Keluarga Sukarni cukup kaya dibanding penduduk yang lain. Mereka membuka toko [[daging]] di pasar Garum dan usahanya sangat laris.
 
Sukarni masuk sekolah di [[Mardisiswo]] di [[Blitar]] (semacam Taman siswa-nya [[Ki Hajar Dewantara]]). Di sekolah ini Sukarni diajari nasionalisme oleh [[Moh. Anwar]] yang berasal dari [[Banyumas]], pendiri [[Mardidiswo]] sekaligus tokoh pergerakan [[Indonesia]].
 
Sebagai anak muda, Sukarni terkenal sebagai tukang onar. Dia sering berkelahi dan hobinya menantang orang [[Belanda]]. Dia pernah mengumpulkan 30-50 orang teman-temannya dan mengirim surat tantangan ke anak muda Belanda untuk berkelahi. Lokasinya di [[kebun raya]] Blitar, dekat sebuah kolam. Anak-anak [[Belanda]] menerima tantangan itu dan terjadilah tawuran. Kelompok Sukarni memenangkan perkelahian itu dan anak [[Belanda]] yang kalah dicemplungkan ke kolam.
 
==Menjadi Aktivis Pergerakan==
 
Perkenalan Sukarni dengan dunia [[pergerakan nasional]] yang memperjuangkan [[kemerdekaan]] Indonesia dimulai ketika usia masih remaja, 14 tahun, saat dia masuk menjadi anggota perhimpunan [[Indonesia Muda]] tahun [[1930]]. Semenjak itu dia berkembang menjadi pemuda [[militan]] dan [[revolusioner]]. Malah dia sempat mendirikan organisasi [[Persatuan Pemuda Kita]].
 
Waktu di [[MULO]], Sukarni dikeluarkan dari sekolah karena cari gara-gara dengan [[Belanda]]. Bukannya padam, semangat belajarnya malah makin membara. Dia sekolah ke [[Yogyakarta]], kemudian ke [[Jakarta]] di sekolah guru. Malah atas bantuan [[Ibu Wardoyo]] (kakak [[Bung Karno]]) Sukarni disekolahkan di [[Bandung]] jurusan [[jurnalistik]].
 
Pada masa-masa di [[Bandung inilah]], konon Sukarni pernah mengikuti kursus pengkaderan [[politik]] pimpinan [[Soekarno]]. Disinilah dia bertemu dan mengikat sahabat dengan [[Wikana]], [[Asmara Hadi]] dan [[Trimurti]].
 
Tahun 1934 Sukarni berhasil menjadi [[Ketua]] Pengurus Besar [[Indonesia Muda]], sementara itu Belanda mulai mencurigainya sebagai anak muda militan. Tahun 1936 pemerintah kolonial melakukan penggerebekan terhadap para pengurus Indonesia Muda, tapi Sukarni sendiri berhasil kabur dan hidup dalam pelarian selama beberapa tahun.
 
==Masa Jepang==
 
Tidak lama sebelum [[Jepang]] masuk, Sukarni tertangkap di [[Balikpapan]] dan kemudian dibawa ke [[Samarinda]]. Namun, setelah Jepang masuk, Sukarni berserta beberapa tokoh pergerakan lain seperti [[Adam Malik]] dan Wikana malah dibebaskan oleh Jepang. Awal-awal pendudukan Jepang, Sukarni sempat bekerja di kantor berita [[Antara]] yang didirikan oleh Adam Malik (yang kemudian berubah jadi [[Domei]]). Di masa Jepang ini, Sukarni juga bertemu dengan [[Tan Malaka]]. Tan Malaka-lah otak pembentukan partai [[Murba]] dan dia juga lah yang menyarankan kepada anggota Murba lainnya agar Sukarni yang menjadi Ketua Umum.
 
Tahun 1943, bersama [[Chairul Saleh]], dia memimpin [[Asrama Pemuda]] di [[Menteng 31]]. Disitu Sukarni makin giat menggembleng para pemuda untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Seperti diketahui, pada kurun selanjutnya, Menteng 31 dikenal sebagai salah satu pusat penting yang melahirkan tokoh [[angkatan 45]].
 
==Peristiwa Rengasdengklok==
 
Mendengar berita kekalahan Jepang, kelompok pemuda dengan kelompok bawah tanah pimpinan [[Sutan Syahrir]], bersepakat bahwa inilah saat yang tepat untuk memproklamirkan kemerdekaan. Sukarni, Wikana dan kelompok pemuda lainnya mendesak [[Soekarno]] dan [[Hatta]], tapi mereka berdua menolak. Terjadi perdebatan sengit. Akhirnya, dengan tujuan menjauhkan Soekarno-Hatta dari ''pengaruh'' Jepang, kedua pemimpin itu ''diculik'' ke Rengasdengklok oleh kelompok pemuda dengan pimpinan Sukarni.
 
==Seputar Proklamasi==
 
Untunglah semua pihak kemudian bersepakat bahwa [[proklamasi]] [[kemerdekaan]] dilakukan pada [[17 Agustus 1945]] dan itulah yang terjadi. Selanjutnya, Sukarni bekerja mengemban amanat kemerdekaan, bahu-membahu bersama kelompok pemuda lainnya. Sukarni membentuk [[Comite Van Aksi]] (semacam panitia gerak cepat) pada [[18 Agustus 1945]] yang tugasnya menyebarkan kabar kemerdekaan ke seluruh Indonesia. Khusus untuk para pemudanya dibentuk [[API]] ([[Angkatan Pemuda Indonesia]]) dan untuk buruh dibentuk [[BBI]] ([[Barisan Buruh Indonesia]]) yang kemudian melahirkan laskar buruh dan laskar buruh wanita.
 
Di zaman [[RI Yogya]], Sukarni menjabat [[sekretaris Jenderal]] [[Persatuan Perjuangan]] (PP) di bawah ketua Tan Malaka. PP beroposisi dengan pemerintah dan menolak perundingan pemerintah terhadap Belanda. Aksi PP ini membuat Sukarni dijebloskan ke penjara tahun 1946. Selanjutnya Sukarni juga mengalami penahanan di [[Solo]], [[Madiun]], [[Ponorogo]] (daerah komunis [[Muso]]) di masa pemerintahan [[Amir Syarifudin]] ([[1947/1948]])
 
==Menjadi Ketua Partai Murba==
 
Semenjak partai Murba terbentuk [[November]] [[1948]], sampai wafatnya Sukarni menjabat sebagai ketua umumnya. Dia juga duduk sebagai anggota Badan pekerja [[KNI]] Pusat. Dalam pemilihan Umum yang pertama (1955) Sukarni terpilih sebagai anggota [[Konstituante]].
 
Sejak tahun 1961 Sukarni ditunjuk sebagai [[Duta Besar]] Indonesia di [[Peking]], ibukota [[RRT]] ([[Republik Rakyat Tiongkok]]) dan kembali ke [[tanah air]] [[Maret]] [[1964]]. Konon dalam pertemuan di [[Istana Bogor]] Desember 1964, Sukarni sempat memperingatkan [[Bung Karno]] atas sepak terjang [[PKI]]. Tapi berlawanan dengan harapan, partai Murba malah dibekukan tahun 1965 dan Sukarni beserta pemimpin Murba lainnya dipenjara.
 
Di masa [[Orde Baru]], Sukarni dibebaskan dan larangan Murba dicabut (direhabilitasikan 17 Oktober 1966). Kemudian Sukarni ditunjuk sebagai anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]] (DPA, 1967) yang merupakan jabatan resmi terakhir. Tokoh yang mendapat [[Bintang Jasa Maha Putera]] kelas empat ini wafat 7 Mei 1971 dan dimakamkan di [[Taman Pahlawan Kalibata]] dengan upacara kenegaraan.
 
==Sumber==
 
* {{id}}Mustoffa, Sumono. "''Sukarni Dalam Kenangan Teman-Temannya''"
 
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]