Orang Arab Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(125 revisi perantara oleh 45 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{ethnic group||group = Orang Arab Indonesia<br>'''<big>عرب إندونيسيا</big>'''
|image = <table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
<tr>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[Tuanku Imam Bonjol]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
▲ <td><small><div style="line-height:1em">[[Raden Saleh|Raden Saleh Bustaman]]</small></td>
▲ <td><small><div style="line-height:1em">[[Abubakar bin Ali Syahab|Habib Abubakar Syahab]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Portrait of Habib Luthfi bin Yahya.jpeg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Muhammad Quraish Shihab.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Muhammad Rizieq Shihab.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Habib Munzir Al-Musawa.jpg|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Muhammad Luthfi bin Yahya]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Muhammad Quraish Shihab]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Muhammad Rizieq Shihab]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Munzir bin Fuad Al-Musawa]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
</tr>
</table>
|population = 118.866 (2010)<ref>{{cite web|author=Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono|url=https://books.google.co.id/books/about/Demography_of_Indonesia_s_Ethnicity.html?hl=id&id=crKfCgAAQBAJ&redir_esc=y|title=Demography of Indonesia's Ethnicity (Table 4.38 The 145 Ethnic Groups: Indonesia, 2010)|publisher=[[Institute of Southeast Asian Studies]] |date=14 Jul 2015|accessdate=29 Agustus 2022}}</ref>
|popplace = [[Jakarta]], [[Jawa Barat]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Timur]], [[
|langs = Terutama: [[Bahasa Arab|Arab]]
|rels = 99,99% '''Islam''' (didominasi [[Sunni]] dengan minoritas [[Syi'ah]]) <br/><br/> 0,01% '''Kekristenan''' (umumnya [[Ortodoks]] & [[Katolik]])
|related = [[Hadhrami]], [[Bangsa Arab|Arab]], [[Diaspora Arab]], [[
}}
'''
== Sejarah kedatangan ==
Baris 64 ⟶ 75:
Sejak itu berkembanglah keturunannya hingga menjadi kabilah terbesar di Hadramaut, dan dari kota Hadramaut inilah asal-mula utama dari berbagai koloni Arab yang menetap dan bercampur menjadi warganegara di [[Indonesia]] dan negara-negara [[Asia]] lainnya. Selain di Indonesia, [[Hadhrami|Orang Hadhrami]] ini juga banyak terdapat di [[Oman]], [[India]], [[Pakistan]], [[Filipina]] Selatan, [[Malaysia]], dan [[Singapura]].
== Perkembangan di Indonesia ==
[[Hadhrami|Kaum Arab Hadrami]] yang datang ke Nusantara sebelum abad ke-18 telah berasimilasi penuh dengan penduduk lokal. Sebagai produk asimilasinya, banyak anak keturunannya yang menggunakan nama-nama lokal daripada nama-nama Arab. Hal tersebut yang menyebabkan Kaum Arab Hadrami yang berimigrasi ke Nusantara sebelum abad ke-18 sulit diidentifikasi, kecuali mereka yang memang memiliki hubungan historis dengan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Sebagai contoh asimilasi antara Kaum Arab Hadrami dengan [[Pribumi-Nusantara]] adalah pernikahan antara [[Syarif Abdullah
Sedangkan mereka yang datang setelah abad ke-18, lebih sedikit yang melakukan asimilasi sehingga lebih mudah diidentifikasi dengan marga-marga yang mereka bawa, seperti Assegaf, al-Aydrus, al-Attas, dan lainnya.<ref name=":3" />
Kedatangan koloni Arab dari Hadramaut ke Indonesia diperkirakan terjadi dalam 3 gelombang utama.<ref>{{citeweb|url=http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/sejarah-kedatangan-islam-ke-nusantara.pdf|title=''Sejarah Kedatangan Islam ke Nusantara''|date=2011-01-01|accessdate=2017-4-18}}</ref>
[[Berkas:Gerard Pieter Adolfs - 1934 Nr236 Arabische Kamp-Soerabaia OOC 35 45.jpg|
=== Abad 9-11 Masehi ===
Catatan sejarah tertua adalah berdirinya [[Kesultanan Peureulak|Kerajaan Peureulak]] di [[Aceh Timur]] pada tanggal 1 Muharram 225 H (840 M).<ref>{{Cite news|url=http://misykah.com/masjid-dan-makam-raja-negeri-peureulak-aceh-timur/|title=Masjid dan Makam Raja Negeri Peureulak Aceh Timur - Dari Samudra Pasai menuju Kebudayaan Islam Asia Tenggara|date=2014-08-10|newspaper=Dari Samudra Pasai menuju Kebudayaan Islam Asia Tenggara|language=en-US|access-date=2017-04-18|archive-date=2017-04-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20170418162343/http://misykah.com/masjid-dan-makam-raja-negeri-peureulak-aceh-timur/|dead-url=yes}}</ref>
=== Abad 12-15 Masehi ===
Masa ini adalah masa kedatangan para datuk dari [[Walisongo]] yang dipelopori oleh keluarga besar [[Jamaluddin Akbar al-Husaini|Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini]] dari [[Gujarat]]<ref>{{Cite web|url=http://id.rodovid.org/wk/Orang:359642|title=1. Syaikh Maulana Jamaluddin Husein Akbar b. ~ 1310 d. ~ 1453 - Rodovid ID|website=id.rodovid.org|language=id|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://kanzunqalam.com/2010/08/31/maulana-husain-pelopor-dakwah-nusantara/|title=Maulana Husain, Pelopor Dakwah Nusantara|date=2010-08-31|website=Kanzunqalam's Blog|access-date=2017-04-18}}</ref> yang masih keturunan [[Muhammad Shahib Mirbath|Syekh Muhammad Shahib Mirbath]] dari [[Hadramaut]]. Ia besama putra-putranya berdakwah jauh ke seluruh pelosok [[Asia Tenggara]] hingga [[Nusantara]] dengan strategi utama menyebarluaskan Islam melalui pernikahan dengan penduduk setempat yang utamanya dari kalangan bangsawan Kerajaan Hindu.<ref>{{Cite web|url=http://www.kompasiana.com/heryfebriyanto/sepenggal-kisah-syeikh-jumadil-kubro_5520b124a333113a4846cf4b|title=Sepenggal Kisah Syeikh Jumadil Kubro|website=www.kompasiana.com|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://travel.detik.com/domestic-destinations/d-2963121/napak-tilas-sayyid-hussein-jumadil-kubro-bapak-wali-songo|title=Napak Tilas Sayyid Hussein Jumadil Kubro, Bapak Wali Songo|last=Budianto|first=Enggran Eko|
=== Abad 17-19 Masehi ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Arabier TMnr 3728-759.jpg|
Abad ini adalah gelombang terakhir, ditandai dengan hijrah massalnya para ''Alawiyyin'' [[Hadramaut]] yang menyebarkan Islam sambil berdagang di [[Nusantara]]. Kaum pendatang terakhir ini dapat ditandai keturunannya hingga sekarang karena berbeda dengan pendahulunya, tidak banyak melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi. Selain itu dapat ditandai dengan marga yang umum dikenal sekarang seperti ''al-Attas, Assegaf, al-Jufri, al-Aydrus, Shihab, Shahab, al-Haddad'', ''al-Habsyi'', dan lainnya.<ref name=":1">{{Cite news|url=https://tirto.id/dinamika-menelusuri-silsilah-para-habib-chda|title=Dinamika Menelusuri Silsilah Para Habib|
=== Mulai 1870 hingga setelah 1888 ===
Pada tahun 1870 [[Terusan Suez]] mulai dibuka, sehingga kapal dari [[Eropa]] ke [[Timur]] termasuk [[Hindia Belanda]] bisa langsung melalui Suez. Kemudian pelabuhan [[Tanjung Priok, Jakarta Utara]] mulai dibangun tahun 1877 secara modern. Selanjutnya [[Koninklijke Paketvaart Maatschappij]], sebuah perusahaan pelayaran Belanda dioperasikan tahun 1888 dengan rute Eropa - Hindia Belanda, sehingga memungkinkan orang-orang [[Marga Arab Hadramaut]] atau [[Arab Mesir]] datang ke Hindia Belanda, dan berangsur-angsur mulai tahun 1870 hingga setelah tahun 1888 terjadi migrasi orang Arab dan Mesir ke Hindia Belanda. Mereka tidak membawa keluarga, karena sesuai tradisi Arab, bahwa wanita tidak boleh bepergian apalagi sejauh ke Hindia Belanda naik kapal berhari-hari. Keturunan pertama yang lahir di Hindia Belanda misalnya adalah [[Abdurrahman Baswedan]] lahir di [[Surabaya]] 1908 (kakek [[Anies Baswedan]]) dan [[Syech Albar]] lahir [[Surabaya]] 1914 (ayah [[Ahmad Albar]]).
Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok ''[[Alawiyyin|Alawi]]'', dan kelompok ''Qabili''.<ref name=":1" />
== Tokoh dan peranan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee in de Arabische wijk van Semarang TMnr 60026226.jpg|
Di Indonesia, sejak zaman dahulu telah banyak kaum keturunan Arab yang menjadi pejuang, ulama dan dai. Di antara para penyebar agama yang menonjol ialah [[Walisongo]], yang diduga kuat ([[Van Den Berg]], 1886) merupakan keturunan [[Hadhrami|Arab Hadramaut]] dan atau merupakan murid-murid mereka. Kaum Arab Hadramaut yang datang sekitar abad 15 dan sebelumnya mempunyai perbedaan mendasar dengan mereka yang datang pada gelombang berikutnya (abad 18 dan sesudahnya). Sebagaimana disebutkan oleh [[Van Den Berg]], kaum pendahulu ini banyak berasimilasi dengan penduduk asli, terutama dari keluarga kerajaan Hindu. Hal ini dilakukan dalam rangka mempercepat penyebaran agama Islam, sehingga keturunan mereka sudah hampir tak bisa dikenali sebagai keturunan Arab Hadramaut.▼
▲Di Indonesia, sejak zaman dahulu telah banyak kaum keturunan Arab yang menjadi pejuang, ulama dan dai. Di antara para penyebar agama yang menonjol ialah [[Walisongo]], yang diduga kuat ([[Van Den Berg]], 1886) merupakan keturunan Arab Hadramaut dan atau merupakan murid-murid mereka. Kaum Arab Hadramaut yang datang sekitar abad 15 dan sebelumnya mempunyai perbedaan mendasar dengan mereka yang datang pada gelombang berikutnya (abad 18 dan sesudahnya). Sebagaimana disebutkan oleh [[Van Den Berg]], kaum pendahulu ini banyak berasimilasi dengan penduduk asli, terutama dari keluarga kerajaan Hindu. Hal ini dilakukan dalam rangka mempercepat penyebaran agama Islam, sehingga keturunan mereka sudah hampir tak bisa dikenali sebagai keturunan Arab Hadramaut.
Di antara marga-marga Hadramaut yang pertama-tama ke Indonesia adalah keluarga [[Basyaiban]], yaitu ''Sayyid Abdurrahman bin Abu Hafs Umar Basyaiban BaAlawi'' pada abad ke-17 Masehi.
Pada zaman kejayaan
Kaum Arab Hadramaut yang datang pada abad ke-18 dan sesudahnya, tidak banyak melakukan pernikahan dengan penduduk asli sebagaimana gelombang kedatangan yang sebelumnya. Mereka datang sudah membawa nama marga-marga yang terbentuk belakangan (sekitar abad 16-17). Keturunan kaum Arab Hadramaut yang datang belakangan ini, masih mudah dikenali melalui nama-nama khas marga mereka. Warga Arab-Indonesia sampai saat ini turut berperan aktif dalam bidang keagamaan Islam dan berbagai bidang kehidupan lainnya di Indonesia.<ref name=":5">{{Cite news|url=http://antimateri.com/kaum-arab-hadrami-di-indonesia-sejarah-dan-dimanika-diasporanya-2/|title=Kaum Arab Hadrami di Indonesia: Sejarah dan Dinamika Diasporanya #2|last=Saefullah|first=Hikmawan|date=2013-08-11|newspaper=antimateri.com|language=en-US|access-date=2017-04-18}}</ref>
== Bangsa Arab dan Kerajaan Nusantara ==
<gallery mode="packed" caption="Raja-raja Nusantara berdarah Arab-Indonesia" heights="170">
|[[Sunan Gunung Jati|Syarif Hidayatullah]], raja ke-2 [[Kesultanan Cirebon]]
Berkas:Maulana Hasanuddin of Banten.jpg|[[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]], Raja pertama [[Kesultanan Banten]]
Berkas:Sultan
Berkas:Sultan Hamid II.jpg|[[Sultan Hamid II|Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie]], Raja terakhir [[Kesultanan Pontianak]]
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Sultan van Siak TMnr 60027152.jpg|[[Syarif Kasim II|Sultan Syarif Kasim II]], Raja terakhir [[Kesultanan Siak Sri Inderapura]]
Berkas:Syarif Harun dari Pelalawan.jpg|[[Syarif Harun|Sultan Syarif Harun]], Raja terakhir [[Kesultanan Pelalawan]]
Berkas:Abdul Rahman II.jpg|[[:ms:Sultan Abdul Rahman II Muazzam Shah|Sultan Abdul Rahman II Muazzam Shah]], Raja terakhir [[Kesultanan Riau-Lingga]]
Berkas:Syarif Saleh al-Aydrus dari Kubu.jpg|[[Syarif Saleh al-Aydrus dari Kubu|Sultan Syarif Saleh al-Aydrus]], Raja ke-8 [[Kerajaan Kubu]]
Berkas:Sultan Ibrahim Chaliluddin, Sultan Paser.jpg|[[Ibrahim Chaliluddin dari Paser|Sultan Ibrahim Chaliludin]], Raja terakhir [[Kesultanan Paser]]
</gallery>Dalam sejarah pembentukan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara tidak terlepas dari pengaruh komunitas [[Alawiyyin|Ba' Alawi]] atau para [[Sayyid]] (Syihab, 2004:237-238), antara lain:<ref name=":4" />
=== Kerajaan Peureulak ===
{{main|Kesultanan Peureulak}}
[[Kesultanan Peureulak|Kerajaan Peureulak]]
=== Kesultanan
{{main|Kesultanan Demak}}[[Kesultanan Demak|Sultan Demak]] pertama adalah [[Raden Patah]], ia adalah murid dan menantu [[Sunan Ampel]]. Meski terdapat berbagai versi terkait asal usul pendiri Kerajaan Demak ini, namun menurut data sejarah dari '''al-Habib Hadi bin Abdullah al-Haddar''' dan '''al-Habib Bahruddin Azmatkhan Ba’Alawi''', Raden Patah adalah putera dari Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau [[Kerajaan Champa|Raja Champa]]) bin Ali Nurul Alam bin [[Jamaluddin Akbar al-Husaini|Maulana Husain Jumadil Kubro]] bin Ahmad Syah Jalaluddin bin Abdullah Azmatkhan bin Abdul Malik bin Alawi Amal al-Faqih bin [[Muhammad Shahib Mirbath]]. Menurutnya, terjadi pemutar balikan sejarah terkait nasab Raden Patah oleh tokoh-tokoh orientalis asing pada waktu itu yang menyimpangkan nasab Raden Patah kepada [[Brawijaya V]] atau Bhre Kertabumi, [[Kerajaan Majapahit|Raja Majapahit]] terakhir dari Dinasti Raden Wijaya, yang bahkan kekeliruan sejarah tersebut juga tercantum dalam [[Babad Tanah Jawi]] Galuh Mataram.<ref>{{Cite web|url=http://www.malaya.or.id/index.php/2015/07/24/manaqib-raden-fattah-azmatkhan-1424-1518-masehi/|title=Manaqib Raden Fattah Azmatkhan 1424–1518 Masehi – MALAYA Culture {{!}} Yayasan Alam Melayu Sriwijaya|website=www.malaya.or.id|language=id-ID|access-date=2017-04-26}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://ranji.sarkub.com/bukti-bukti-pemalsuan-nasab-raden-patah-demak-yang-tertolak-oleh-ranji-silsilah-kesultanan-cirebon-dan-kesultanan-banten/|title=BUKTI BUKTI PEMALSUAN NASAB RADEN PATAH DEMAK YANG TERTOLAK OLEH RANJI SILSILAH KESULTANAN CIREBON DAN KESULTANAN BANTEN {{!}} Ranji Sarkub|date=2015-05-10|newspaper=Ranji Sarkub|language=id-ID|access-date=2017-04-26|archive-date=2017-04-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20170427110900/http://ranji.sarkub.com/bukti-bukti-pemalsuan-nasab-raden-patah-demak-yang-tertolak-oleh-ranji-silsilah-kesultanan-cirebon-dan-kesultanan-banten/|dead-url=yes}}</ref>
[[Kesultanan Siak]] menjadi kerajaan Islam pada tahun 1723 [[Masehi]]. Sejak Sultan ke VII, tampuk pimpinan dipegang oleh anak cucu dari Sayyid Usman bin Syihabuddin. Pada zaman Sultan ke XII, [[Syarif Kasim II dari Siak|Sultan Syarif Kasim II]], selaku [[Yang Dipertuan Besar Siak|Sultan Siak]] terakhir, telah secara ikhlas mempercepat proses kemerdekaan dan kesatuan wilayah Indonesia dengan menyerahkan dan memasukkan [[Kesultanan Siak]] dalam [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]].▼
=== Kesultanan Banten ===
{{main|Kesultanan Banten}}
[[Kesultanan Banten]] didirikan pada tahun 1568 [[Masehi]] oleh [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]] atas perintah dan restu ayahnya, [[Sunan Gunung Jati|Sultan Syarif Hidayatullah bin Syarif Abdullah]] dari [[Kesultanan Cirebon]], salah seorang dari [[Walisongo]].
=== Kesultanan
{{main|Kesultanan Cirebon}}[[Kesultanan Cirebon]] didirikan oleh Raden Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana) pada tahun 1430 [[Masehi]], putera sulung [[Prabu Siliwangi|Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi]] dengan Nyai Subanglarang. Pada tahun 1479, Pangeran Walangsungsang menyerahkan kekuasaan atas [[Kesultanan Cirebon]] kepada keponakannya, [[Sunan Gunung Jati]] (Syarif Hidayatullah) dan menobatkannya sebagai raja ke-2 [[Kesultanan Cirebon]].
[[Kesultanan Pontianak]] didirikan tahun 1194 H / 1173M oleh [[Abdurrahman Alkadrie dari Pontianak|Syarif Abdurrahman bin Habib Husain al-Qadri]]. Pada tahun 1950 M, Sultan Pontianak terakhir, [[Sultan Hamid II|Sultan Hamid II al-Qadri]], menyerahkan kesultanan ke pemerintahan [[Republik Indonesia]].▼
===
{{main|Kesultanan Siak Sri Inderapura}}
[[Kerajaan Kubu]] didirikan pada tahun 1911 H / 1778M, Sultan pertamanya adalah Syarif Idrus bin Abdurrahman Alaydrus. Pada tahun 1958 M, Sultan Kubu terakhir, Syarif Hasan bin Zen ‘Alaydrus, menyerahkan kesultanan ke pemerintah [[Republik Indonesia]].▼
▲[[Kesultanan Siak]] menjadi kerajaan Islam pada tahun 1723 [[Masehi]]. Sejak Sultan ke VII, tampuk pimpinan dipegang oleh anak cucu dari [[Sayyid Usman
=== Kerajaan Pelalawan ===
{{main|Kesultanan Pelalawan}}
Raja pertama [[Kesultanan Pelalawan]] yang berdaulat adalah [[Syarif Abdurrahman|Sultan Syarif Abdurrahman]], adik dari
=== Kesultanan Pontianak ===
{{main|Kesultanan Pontianak}}
▲[[Kesultanan Pontianak]] didirikan tahun
===
{{main|Kerajaan Kubu}}
▲[[Kerajaan Kubu]] didirikan pada tahun 1911 H
===
{{main|Sabamban}}[[Sabamban|Kerajaan Sabamban]] didirikan oleh [[Pangeran Sjarif Ali Al Aidroes|Pangeran Syarif Ali bin Syarif Abdurrahman Alaydrus]], cucu dari Syarif Idrus bin Abdurrahman Alaydrus, raja pertama [[Kerajaan Kubu]]. Setelah [[Pangeran Sjarif Ali Al Aidroes|Pangeran Syarif Ali]] wafat, cucunya yang bernama Pangeran Syarif Qasim bin Syarif Hasan Alaydrus diangkat menjadi raja kedua Kerajaan Sabamban.
=== Kesultanan Riau-Lingga ===
{{main|Kesultanan Riau-Lingga}}Raja pertama [[Kesultanan Riau-Lingga]] adalah [[:ms:Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah|Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah]] (berkuasa dari tahun [[1819]] - [[1832]]) yang junga merupakan [[Sultan Johor]] ke-17, ia adalah putra dari [[:ms:Sultan Mahmud Shah III|Sultan Mahmud Shah III]], raja ke-16 [[Kesultanan Johor]]. [[:ms:Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah|Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah]] merupakan keturunan dari [[:ms:Tun Habib Abdul Majid|Tun Habib Abdul Majid]], Bendahara Kesultanan Johor yang ke-19.
=== Kesultanan Sambas ===
{{main|Kesultanan Sambas}}
Raja Islam pertama [[Kesultanan Sambas]] adalah Raden Sulaiman, yang dinobatkan pada tahun 1671 dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin I. Raden Sulaiman merupakan putera dari Sultan Sarawak pertama, Pangeran Muda Tengah bin Sultan Muhammad Hasan. Kakeknya, [[:ms:Sultan Muhammad Hasan|Sultan Muhammad Hasan]] merupakan [[Daftar Sultan Brunei|Sultan Brunei]] ke-10. Dari silsilah [[:ms:Sultan Muhammad Hasan|Sultan Muhammad Hasan]] inilah Raden Sulaiman memiliki garis keturunan kepada [[Syarif Ali dari Brunei|Sultan Syarif Ali]] dari [[Tha'if]], [[Daftar Sultan Brunei|Sultan Brunei]] ke-4 yang merupakan menantu dari Sultan Brunei ke-3 [[Ahmad (Brunei)|Sultan Ahmad]].<ref>{{Cite web|url=http://melayuonline.com/ind/history/dig/67/kesultanan-sambas|title=Kesultanan Sambas {{!}} Melayu Online|website=melayuonline.com|access-date=2017-04-26|archive-date=2017-04-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20170427101048/http://melayuonline.com/ind/history/dig/67/kesultanan-sambas|dead-url=yes}}</ref>
=== Kerajaan Aceh ===
{{main|Kesultanan Aceh}}[[Kesultanan Aceh]] didirikan oleh [[Ali Mughayat Syah dari Aceh|Ali Mughayat Syah]] dari Dinasti Meukuta Alam. Pada perkembangan selanjutnya, [[Kesultanan Aceh]] dipimpin oleh beberapa dinasti, diantaranya adalah [[Sultan Perak|Keturunan Dinasti Perak]], [[Kerajaan Inderapura|Keturunan Inderapura]], Dinasti Darul-Kamal, [[Sultan Pahang|Keturunan Dinasti Pahang]], [[Alawiyyin|Dinasti Syarif Jamalullail]], hingga yang terakhir adalah Dinasti Bugis.
[[Kesultanan Aceh]] selama 28 tahun dipimpin oleh [[Alawiyyin|Dinasti Syarif Jamalullail]], dari [[Badrul Alam dari Aceh|Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim Jamaluddin]] (berkuasa dari tahun [[1699]] - [[1702]]) hingga [[Syamsul Alam dari Aceh|Sultan Syamsul Alam]] (berkuasa dari tahun [[1726]] - [[1727]]).<ref>{{Cite web|url=http://islamidia.com/inilah-anak-cucu-nabi-muhammad-di-indonesia/|title=Inilah Anak Cucu Nabi Muhammad di Indonesia {{!}} islamidia.com|website=islamidia.com|access-date=2017-04-26}}</ref>
=== Kerajaan Pasir ===
{{main|Kerajaan Pasir}}Penguasa pertama [[Kerajaan Pasir]] adalah Putri Betung atau Putri Di Dalam Petung. Putri Betung menikah dengan seorang keturunan Arab bernama '''Pangeran Indera Jaya''' dari [[Gresik]] dan dikaruniai dua orang anak, '''Adjie Patih Indra''' dan '''Putri Adjie Meter'''. Pada perkembangan selanjutnya, Adjie Patih menggantikan kedudukan ibunya sebagai raja di [[Kerajaan Pasir]]. Sedangkan Putri Adjie Meter menikah dengan seorang Arab keturunan [[Alawiyyin|Ba' Alawi]] dari [[Kesultanan Mempawah]]. Suami dari Putri Adjie Meter inilah yang kemudian menyebarkan agama Islam di [[Kerajaan Pasir]] sekitar tahun [[1600]] [[Masehi]].<ref>{{Cite web|url=http://kesultanan_pasir.tripod.com/sadurangas/id02.html|title=KERAJAAN PASIR BALENGKONG (SADURANGAS)|website=kesultanan_pasir.tripod.com|access-date=2017-04-26}}</ref>
Pernikahan antara Putri Adjie Meter dengan seorang Arab keturunan [[Alawiyyin|Ba' Alawi]] dari Mempawah dikaruniai dua orang anak, '''Imam Mustafa''' dan '''Putri Ratna Berana'''. Putri Ratna Berana kemudian dinikahkan dengan '''Adjie Anum bin Adjie Patih Indra'''. Keturunan dari pernikahan antara Putri Ratna Berana dan Adjie Anum inilah yang nantinya akan menurunkan raja-raja di [[Kerajaan Pasir]].<ref>{{Cite web|url=http://melayuonline.com/ind/history/dig/496/kesultanan-pasir|title=Kesultanan Pasir (Sadurangas) {{!}} Melayu Online|website=melayuonline.com|access-date=2017-04-26|archive-date=2017-04-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20170427100927/http://melayuonline.com/ind/history/dig/496/kesultanan-pasir|dead-url=yes}}</ref>
=== Kerajaan
{{main|Kerajaan Sumedang Larang}}[[Pangeran Santri]] memerintah [[Kerajaan Sumedang Larang]] dari tahun [[1530]] - [[1579]], setelah sebelumnya ia menikah dengan Ratu Pucuk Umun, keturunan raja-raja Sumedang Larang kuno yang telah memeluk [[Islam]]. [[Pangeran Santri]] adalah putra [[Pangeran Pamelekaran]] bin [[Pangeran Panjunan]] bin [[Datuk Kahfi|Syekh Datuk Kahfi]] yang masih keturunan [[Muhammad Sohib Mirbath|Sayyid Muhammad Sohib Mirbath]], [[Hadramaut]]. Setelah Pangeran Santri wafat pada tahun [[1579]], putranya yang bernama [[Prabu Geusan Ulun|Pangeran Angkawijaya]] naik takhta (berkuasa dari tahun [[1579]] - [[1601]]) dan mendeklarasikan kedaulatan [[Kerajaan Sumedang Larang]] dari [[Kesultanan Cirebon]] pasca peristiwa Harisbaya pada tahun [[1585]]. Dengan begitu, [[Prabu Geusan Ulun|Pangeran Angkawijaya]] merupakan raja pertama [[Kerajaan Sumedang Larang|Sumedang Larang]] berdaulat (dengan gelar [[Prabu Geusan Ulun]]) pasca melepaskan diri dari [[Kesultanan Cirebon]].
== Galeri ==
Baris 148 ⟶ 186:
== Lihat pula ==
* [[Bahasa Arab Indonesia]]
* [[Budaya Arab-Indonesia]]
* [[Daftar tokoh Arab-Indonesia]]
* [[Marga Arab Hadramaut]]
Baris 154 ⟶ 194:
== Referensi ==
=== Sitasi ===
{{reflist}}
=== Bibliografi ===▼
* Alattas, Alwi (2005): Pan-Islamism and Islamic Resurgence in the Netherlands East Indies: The Role of Abdullah ibn Alwi Al-Attas (1840-1928). International Conference Proceeding
* Al-Kaff, Seggaff bin Ali. 1992.
== Pranala luar ==
* {{Id}} [http://www.rabithah-alawiyah.org/id/ Website resmi] [[Rabithah Alawiyah]]
* {{en}} [http://www.aiys.org/webdate/gadr.html Interview: Hamid Al-Gadri] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080618163007/http://www.aiys.org/webdate/gadr.html |date=2008-06-18 }}
▲== Bibliografi ==
▲* Alattas, Alwi (2005): Pan-Islamism and Islamic Resurgence in the Netherlands East Indies: The Role of Abdullah ibn Alwi Al-Attas (1840-1928). International Conference Proceeding ''The Yemen''–''Hadrami in Southeast Asia: Identity Maintenance or Assimilation? ''Kuala Lumpur: International Islamic Universiy Malaysia (IIUM).
▲* Al-Kaff, Seggaff bin Ali. 1992. ''Diraasat fi Nasab as-Saadat banii ‘alawii: Dzuriyyat al-Imam al-Muhajir Ahmad ibn ‘Isaa. ''Kuala Lumpur: Utusan Printcorp Sdn. Nhd.
▲* Van den Berg, L.W. C. (1886/2010) ''Orang Arab di Nusantara. ''Jakarta: Komunitas Bambu.
{{Orang Indo}}
[[Kategori:Arab-Indonesia| ]]
[[Kategori:
[[Kategori:Diaspora Arab]]
|