Republik Lanfang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariandi Lie (bicara | kontrib) k Membatalkan 4 suntingan oleh 96.9.95.50 (bicara) ke revisi terakhir oleh Besitungkir(✨) Tag: Pembatalan |
|||
(46 revisi perantara oleh 33 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox former country
| native_name = Republik Lanfang<br>蘭芳共和國<br>Lánfāng Gònghéguó
----
Kongsi Lanfang<br>蘭芳公司<br>Lánfāng Gōngsī
|common_name = <!--- Used to resolve location within categories and name of flags and coat of arms --->▼
|
▲| common_name = <!--- Used to resolve location within categories and name of flags and coat of arms --->
|region = Asia Tenggara▼
|
|
|
|status_text = <!--- A free text to describe status the top of the infobox. Use sparingly. --->▼
|
▲| status_text = <!--- A free text to describe status the top of the infobox. Use sparingly. --->
| empire = <!--- The empire or country to which the entity was in a state of dependency --->
| government_type = [[Sistem presidensial|Republik Presidensial]]<br/>[[Kongsi Federasi]]
| year_start = 1777
| year_end = 1884
| year_exile_start = <!--- Year of start of exile (if dealing with exiled
| year_exile_end
| event_start = <!--- Default: "Established" --->
| date_start = <!--- Optional: Date of establishment, enter dates in this format 1 January 1801--->
| event_end
| date_end = <!--- Optional: Date of disestablishment --->
| event1
| date_event1 = 1823–1838
| event2
| date_event2 = 1884–1885
|
| date_event3 =
|
| date_event4 =
| event_pre = <!--- Optional: A crucial event that took place before before "event_start"--->
| date_pre =
| event_post = <!--- Optional: A crucial event that took place before after "event_end"--->
| date_post = <!--- Flag navigation: Preceding and succeeding entities p1 to p5 and s1 to s5 --->
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| image_map = Kongsi map.png
|
|
▲|image_map2 = <!-- If second map is needed - does not appear by default -->
|
| capital = Dōng Wàn Lǜ<br>東万律<br>([[Mandor, Landak|Mandor]] sekarang)
|
|
|
|
|
|
|
|
<!--- Titles and names of the first and last leaders and their deputies --->▼
| common_languages = [[Bahasa Hakka|Hakka]]<br>[[Bahasa Mandarin|Mandarin]]<br>[[Bahasa Dayak|Dayak]]<br>[[Bahasa Melayu|Melayu]]
|
▲| currency = <!--- Titles and names of the first and last leaders and their deputies --->
▲|leader3 =
|
|
|
|
|
|
| year_leader3 = 1799–1804
|
|
|
| year_leader5 = 1811–1823
| leader6 = [[Liu Taiji]]
| year_leader6 = 1823–1838
| year_leader7 = 1838–1842
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| deputy1 = <!--- Name of prime minister --->
|
|
|
|
|
| year_deputy3 =
| year_deputy4 =
|stat_year1 = <!--- year of the statistic, specify either area, population or both --->▼
|
<!--- Legislature --->| legislature = <!--- Name of legislature --->
|stat_pop1 = <!--- population (w/o commas or spaces), population density is calculated if area is also given --->▼
|
|
|
|
▲<!--- Area and population of a given year --->| stat_year1 = <!--- year of the statistic, specify either area, population or both --->
▲|stat_area3 =
| stat_area1 = <!--- area in square kílometres (w/o commas or spaces), area in square miles is calculated --->
▲|stat_pop3 =
▲| stat_pop1 = <!--- population (w/o commas or spaces), population density is calculated if area is also given --->
▲|stat_year4 =
|
|
|
|
|
|
| stat_year4 =
| stat_area4 =
| stat_pop4 =
| stat_year5 =
| stat_area5 =
| stat_pop5 =
| footnotes = <!--- Accepts wikilinks --->
| today = [[Kalimantan]]
* {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
* {{negara|Brunei}} [[Brunei]]
* {{negara|Malaysia}} [[Malaysia]]
}}
'''Kongsie Langfong'''/<ref name="Almanak 34"/> '''Republik Lanfang''' ([[Hanzi tradisional]]: {{lang|zh-Hant|蘭芳共和國}}, [[Hanyu Pinyin]]: Lánfāng Gònghéguó, [[Pha̍k-fa-sṳ]]: Làn-fông Khiung-fò-koet) adalah nama
Para sultan di [[Kalimantan Barat]] mendatangkan buruh yang berasal dari
== Sejarah Kongsi ==
[[Kongsi]]
Seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan pertambangan emas di wilayah kekuasaan [[Kesultanan Sambas]], pada sekitar tahun [[1764]] M terjadi gelombang besar-besaran orang-orang
Karena jumlah orang-orang
Pada tahun [[1770]] M mulai timbul semacam pembangkangan dari kongsi-kongsi
▲Karena jumlah orang-orang China yang semakin besar ini dan mereka berkelompok-kelompok berdasarkan wilayah pertambangan masing-masing, maka pada sekitar tahun [[1768]] M, kelompok-kelompok ini kemudian mendirikan semacam perkumpulan usaha tambang masing-masing yang disebut dengan nama Kongsi. Kongsi-kongsi ini (yang saat itu berjumlah sekitar 8 Kongsi) menyatakan tunduk kepada Sultan Sambas namun Kongsi-kongsi itu diberi keleluasaan secara terbatas oleh Sultan Sambas untuk mengatur Kongsinya sendiri seperti pengangkatan pemimpin Kongsi dan pengaturan kegiatan pertambangan masing-masing. Sedangkan mengenai hasil tambang emas, disepakati bahwa Kongsi-kongsi berkewajiban secara rutin menyisihkan sebagian hasil tambang emas mereka untuk diserahkan kepada Sultan Sambas bagi penghasilan Sultan Sambas sebagai pemilik Negeri. Pada saat itu Sultan Sambas menerima bagi hasil dari Kongsi-Kongsi China itu sebanyak 1 kg emas murni setiap bulannya, belum termasuk penerimaan oleh Pangeran-Pangeran penting di Kesultanan Sambas dari Kongsi-kongsi itu.
Hal ini kemudian membuat Sultan Sambas marah apalagi kemudian terjadi pembunuhan oleh orang-orang
▲Pada tahun [[1770]] M mulai timbul semacam pembangkangan dari kongsi-kongsi China yang ada di wilayah Kesultanan Sambas ini terhadap Sultan Sambas. Pembakangan ini berupa penolakan mereka untuk memberikan sebagian hasil tambang emas kepada Sultan Sambas yaitu sebesar 1 kg emas murni setiap bulannya. Para kongsi itu hanya bersedia memberikan bagi hasil tambang emas sebesar setengah kg atau separuh dari kesepakatan sebelumnya padahal saat itu kegiatan pertambangan emas di wilayah [[Kesultanan Sambas]] ini semakin berkembang.
▲Hal ini kemudian membuat Sultan Sambas marah apalagi kemudian terjadi pembunuhan oleh orang-orang China Kongsi terhadap petugas-petugas pengawas Kesultanan Sambas (yang adalah orang-orang Dayak) yang ditugaskan oleh Sultan Sambas untuk mengawasi kegiatan tambang emas Kongsi itu, sehingga kemudian Sultan Sambas saat itu yaitu Sultan Umar Aqamaddin II mengirimkan pasukan Kesultanan Sambas menuju daerah kongsi-kongsi yang melakukan makar dan pembakangan itu. Setelah gerakan pasukan Kesultanan Sambas telah berlangsung selama sekitar 8 hari dan belum sempat terjadi pertempuran besar antara pasukan Kesultanan Sambas dengan pihak kongsi, kemudian pihak kongsi itu ketakutan hingga kemudian mengakui kesalahannya dan bersedia untuk tetap membayar bagi hasil tambang emas kepada Sultan Sambas sesuai dengan kesepakatan sebelumnya yaitu sebesar 1 kg emas setiap bulannya.
== Kedatangan Lo Fang Pak ==
{{noref}}
[[Lo Fang Pak]] (1738-1795) mulai bertualang pada usia 34 tahun. Dia merantau ke [[Kalimantan Barat]] saat ramainya orang mencari emas (Gold Rush), dengan menyusuri Han Jiang menuju Shantao, sepanjang pesisir [[Vietnam]], dan akhirnya berlabuh di
Kedatangan orang-orang
Kerajaan Melayu di pesisir barat Pulau Kalimantan yang pertama mendatangkan pekerja tambang dari daratan
Setelah itu didirikanlah pertambangan emas yang dikerjakan oleh orang-orang
Sungguh di luar dugaan bahwa potensi emas di wilayah [[Kesultanan Sambas]] ini sangat melimpah ruah. Setelah Montraduk berturut-turut dibuka lagi tambang emas di Seminis, Lara, Lumar yang semuanya di wilayah Kesultanan Sambas dan memberikan hasil emas yang sangat memuaskan. Sebagai dampaknya gelombang kedatangan orang-orang
Pada sekitar tahun 1775 M datang pemuka masyarakat Hakka dari
Pada Tahun 1776 M 14 buah Kongsi yang ada di wilayah Kalimantan Barat ini yaitu 12 Kongsi di wilayah Kesultanan Sambas yang berpusat di Montraduk dan 2 buah Kongsi di wilayah Panembahan Mempawah yang berpusat di Mandor menyatukan diri dalam wadah lembaga yang bernama Hee Soon yaitu untuk memperkuat persatuan di antara mereka dari ancaman pertempuran antara sesama Kongsi seperti yang telah terjadi antara Kongsi Thai Kong dan Lan Fong pada tahun 1774 M yang lalu. Salah satu dari 14 Kongsi itu adalah Kongsi Lanfong yang dihidupkan lagi oleh Lo Fong Pak dengan Lo Fong Pak sendiri yang menjadi ketuanya.
Baris 173 ⟶ 177:
Walaupun telah mempunyai Kelompok Induk yaitu Hee Soon, Kongsi-Kongsi ini tetap menyatakan tunduk dibawah Sultan Sambas dan Panembahan Mempawah di mana 12 Kongsi tunduk dibawah naungan Sultan Sambas dan 2 Kongsi tunduk dibawah naungan Panembahan Mempawah. Namun Kongsi-Kongsi diberi kewenangan untuk mengangkat pemimpin Kongsi dan mengatur pertambangan serta wilayah sekitarnya sesuai dengan lokasi tambangnya (semacam daerah otonomi distrik).
Di Mandor, Lo Fong Pak, Ketua Kongsi Lan Fong kemudian menyatukan orang-orang Hakka yang ada di wilayah Mandor dalam organisasi yang bernama San Shin Cing Fu (karena di wilayah Mandor saat itu juga terdapat orang-orang
Pada tahun 1778 M terjadi peninggkatan derajat kekuasaan di daerah Muara Sungai Landak di mana Syarif Abdurrahman Al Qadri yang tadinya Ketua dari Kampung Pontianak (terbentuk pada tahun 1771 M) yang terletak di Muara Sungai Landak kemudian pada tahun itu mengangkat dirinya menjadi Sultan pertama dari Kesultanan Pontianak.
Baris 182 ⟶ 186:
Pada tahun 1789 M, Sultan Pontianak dengan dukungan Belanda melakukan serangan terhadap Panembahan Mempawah dengan tujuan merebut wilayah Panembahan Mempawah. Untuk mendukung serangan ini Sultan Pontianak saat itu juga mengajak Lo Fong Pak (Kongsi Lan Fong untuk ikut serta dalan serangan kepada Panembahan Mempawah ini dan Kongsi Lan Fong kemudian juga mengirimkan pasukannya membantu pasukan Sultan Pontianak. Menghadapi serangan ini, Panembahan Mempawah kalah yang kemudian Raja Panembahan Mempawah yaitu mengundurkan dirinya ke daerah Karangan dan kemudian menetap disana.
Sejak saat itu hubungan Lo Fong Pak (Kongsi Lan Fong) dengan Sultan Pontianak menjadi semakin kuat dan dekat sehingga kemudian Lo Fong Pak (Kongsi Lan Fong) diberikan kewenangan yang lebih luas lagi (semacam daerah otonomi khusus) namun tetap berada dibawah naungan [[Kesultanan Pontianak]]. Peristiwa ini terjadi ketika usia Lo Fong Pak mencapai usia
Cara Pemilihan Ketua Kongsi Lan Fan saat itu menurut pemahaman zaman sekarang ini adalah sangat demokratis yaitu Ketua Kongsi dipilih melalui pemilihan umum oleh seluruh warga Kongsi. Karena cara pemilihan ini sehingga oleh sebagian orang yang menterjemahkan tulisan Yap Siong Yoen (anak tiri dari Kapitan Kongsi Lan Fang yang terakhir)dan tulisan J.J. Groot (sejarawan Belanda).
Status Republik Lanfang memang seperti negara yang berdiri di dalam wilayah negara lain. Namun, republik pertama di Nusantara ini memperoleh kewenangan yang sangat luas untuk mengelola wilayah dan rakyatnya sendiri. Pemerintah Republik Lanfang hanya harus membayar upeti bulanan kepada dua Kesultanan Pontianak dan Sambas. Republik Lanfang juga mendapat pengakuan dari Dinasti Qing di Cina dan secara rutin mengirimkan upeti ke negeri asal mereka itu.
Lo Fang Pak kemudian terpilih kembali melalui sistem pemilihan umum untuk menjabat sebagai Ketua Daerah Otonomi Kongsi Lan Fong, dan diberi gelar dalam bahasa Mandarin "Ta Tang Chung Chang" atau Kepala Daerah Otonomi. Peraturan Kongsi Lan Fong menyebutkan bahwa posisi Ketua dan Wakil Ketua Kongsi Lan Fong harus dijabat oleh orang yang berbahasa Hakka.
Baris 190 ⟶ 196:
Pusatnya tetap di Mandor dan Ta Tang Chung Chang (Ketua Kongsi) dipilih melalui pemilihan umum. Menurut aturannya, baik Ketua maupun Wakil Ketua Kongsi harus merupakan orang Hakka yang berasal dari daerah Ka Yin Chiu atau Thai Pu. Benderanya berbentuk persegi empat berwarna kuning, dengan tulisan dalam bahasa Mandarin "Lan Fang Ta Tong Chi". Bendera Lo Fong Pak (Ketua Kongsi Lan Fong) berwarna kuning berbentuk segitiga dengan tulisan "Chuao" (Jenderal). Para pejabat tingginya memakai pakaian tradisional bergaya Tionghoa, sementara pejabat yang lebih rendah memakai pakaian gaya barat. Kongsi Lan Fong tersebut mencapai keberhasilan besar dalam ekonomi dan stabilitas keamanan selama 19 tahun kepemimpinan Lo Fang Pak.
Dalam tarikh negara
=== Kejatuhan Lan Fong Kongsi ===
Lo Fong Pak meninggal pada tahun 1795, tahun kedua dideklarasikannya Daerah Otonomi Khusus tersebut (1793). Ia telah hidup di Kalimantan lebih dari 20 tahun. Pada usia ke 47 berdirinya Kongsi Lan Fong tersebut, yaitu pada masa pemerintahan Ketua Kongsi kelima, Liu Tai Er (Hakka: Liu Thoi Nyi), Belanda mulai aktif melakukan ekspansi di Indonesia dan menduduki wilayah tenggara Kalimantan. Liu Tai Er terbujuk oleh Belanda di Batavia (kini Jakarta) untuk menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Belanda. Penandatanganan kesepakatan tersebut kemudian membuat Kongsi Lan Fong dalam pengaruh Belanda. Munculnya pemberontakan penduduk asli semakin melemahkan Kongsi Lan Fang. Kongsi Lan Fang kemudian kehilangan otonomi dan beralih dari daerah dibawah naungan Sultan Pontianak menjadi sebuah daerah protektorat Belanda. Belanda membuka perwakilan kolonialnya di Pontianak dan mengendalikan sepenuhnya Kongsi Lan Fong dengan melantik Ketua Kongsie sebagai [[regent]].
Pada tahun 1884 M Kongsi Thai Kong yang berpusat di Montraduk menolak diperintah oleh Belanda, sehingga Kongsi Thai Kong diserang oleh Belanda. Belanda berhasil menduduki Thai Kong Kongsi,
== Daftar Ketua Kongsi Lanfang ==
Daftar [[Ketua Kongsi]] yang pernah memimpin Daerah Otonomi Kongsi Lanfang (
{| class="wikitable"
Baris 270 ⟶ 276:
* [http://www.asiawind.com/hakka/lanfang.htm Info at Asiawind.com]
* {{Citation | surname=Heidhues | given=Mary Somers | year= 2001 | chapter=Chinese Settlements in Rural Southeast Asia: Unwritten Histories | editor=Anthony Reid| title=Sojourners and Settlers: Histories of Southeast Asia and the Chinese | publisher=University of Hawaii Press | place=Honolulu}}.
{{Hakka}}
{{Tionghoa Indonesia}}
[[Kategori:Pendirian tahun 1777]]
Baris 275 ⟶ 283:
[[Kategori:Sejarah Kalimantan]]
[[Kategori:Hakka]]
[[Kategori:Bekas negara dalam sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Federasi kongsi]]
[[Kategori:Negara]]
[[Kategori:Kalimantan Barat]]
[[Kategori:Negara prakolonial di Indonesia]]
|