Orang Arab Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(116 revisi perantara oleh 44 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{ethnic group||group = Orang Arab Indonesia<br>'''<big>عرب إندونيسيا</big>'''
|image = <table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
<tr>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[Tuanku Imam Bonjol]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
▲ <td><small><div style="line-height:1em">[[Raden Saleh|Raden Saleh Bustaman]]</small></td>
▲ <td><small><div style="line-height:1em">[[Abubakar bin Ali Syahab|Habib Abubakar Syahab]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
<td><small><div style="line-height:1em">[[
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Portrait of Habib Luthfi bin Yahya.jpeg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Muhammad Quraish Shihab.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Muhammad Rizieq Shihab.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Habib Munzir Al-Musawa.jpg|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Muhammad Luthfi bin Yahya]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Muhammad Quraish Shihab]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Muhammad Rizieq Shihab]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Munzir bin Fuad Al-Musawa]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
<td>[[Berkas:
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em"
<td><small><div style="line-height:1em"
<td><small><div style="line-height:1em"
<td><small><div style="line-height:1em"
</tr>
</table>
|population = 118.866 (2010)<ref>{{cite web|author=Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono|url=https://books.google.co.id/books/about/Demography_of_Indonesia_s_Ethnicity.html?hl=id&id=crKfCgAAQBAJ&redir_esc=y|title=Demography of Indonesia's Ethnicity (Table 4.38 The 145 Ethnic Groups: Indonesia, 2010)|publisher=[[Institute of Southeast Asian Studies]] |date=14 Jul 2015|accessdate=29 Agustus 2022}}</ref>
|popplace = [[Jakarta]], [[Jawa Barat]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Timur]], [[
|langs = Terutama: [[Bahasa Arab|Arab]]
|rels = 99,99% '''Islam''' (didominasi [[Sunni]] dengan minoritas [[Syi'ah]]) <br/><br/> 0,01% '''Kekristenan''' (umumnya [[Ortodoks]] & [[Katolik]])
|related = [[Hadhrami]], [[Bangsa Arab|Arab]], [[Diaspora Arab]], [[
}}
'''
== Sejarah kedatangan ==
Baris 64 ⟶ 75:
Sejak itu berkembanglah keturunannya hingga menjadi kabilah terbesar di Hadramaut, dan dari kota Hadramaut inilah asal-mula utama dari berbagai koloni Arab yang menetap dan bercampur menjadi warganegara di [[Indonesia]] dan negara-negara [[Asia]] lainnya. Selain di Indonesia, [[Hadhrami|Orang Hadhrami]] ini juga banyak terdapat di [[Oman]], [[India]], [[Pakistan]], [[Filipina]] Selatan, [[Malaysia]], dan [[Singapura]].
== Perkembangan di Indonesia ==
[[Hadhrami|Kaum Arab Hadrami]] yang datang ke Nusantara sebelum abad ke-18 telah berasimilasi penuh dengan penduduk lokal. Sebagai produk asimilasinya, banyak anak keturunannya yang menggunakan nama-nama lokal daripada nama-nama Arab. Hal tersebut yang menyebabkan Kaum Arab Hadrami yang berimigrasi ke Nusantara sebelum abad ke-18 sulit diidentifikasi, kecuali mereka yang memang memiliki hubungan historis dengan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Sebagai contoh asimilasi antara Kaum Arab Hadrami dengan [[Pribumi-Nusantara]] adalah pernikahan antara [[Syarif Abdullah Umdatuddin|Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan]] ([[Kerajaan Champa|Raja Champa]] 1471 - 1478)<ref>{{Cite web|url=http://www.royalark.net/Malaysia/kelant2.htm|title=KELANT2|website=www.royalark.net|access-date=2017-04-29}}</ref> dengan Rara Santang (puteri [[Prabu Siliwangi]]) yang kemudian berputera [[Sunan Gunung Jati|Syarif Hidayatullah]], dan menghasilkan anak keturunan dari [[Daftar Sultan Banten|Raja-raja Banten]] di ujung barat [[Pulau Jawa]], umumnya mereka dapat diidentifikasi dengan gelar kebangsawanannya seperti [[Tubagus]] atau [[Ratu]].<ref name=":5" /><ref>{{Cite news|url=https://www.bantenurban.com/cerita-gelar-tubagus-dan-ratu-di-banten/|title=Cerita gelar Tubagus dan Ratu di Banten - Bantenurban.com|last=Urbaner|date=2015-07-29|newspaper=Bantenurban.com|language=en-US|access-date=2017-04-18|archive-date=2017-04-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20170418164137/https://www.bantenurban.com/cerita-gelar-tubagus-dan-ratu-di-banten/|dead-url=yes}}</ref>
Sedangkan mereka yang datang setelah abad ke-18, lebih sedikit yang melakukan asimilasi sehingga lebih mudah diidentifikasi dengan marga-marga yang mereka bawa, seperti Assegaf, al-Aydrus, al-Attas, dan lainnya.<ref name=":3" />
Kedatangan koloni Arab dari Hadramaut ke Indonesia diperkirakan terjadi dalam 3 gelombang utama.<ref>{{citeweb|url=http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/sejarah-kedatangan-islam-ke-nusantara.pdf|title=''Sejarah Kedatangan Islam ke Nusantara''|date=2011-01-01|accessdate=2017-4-18}}</ref>
[[Berkas:Gerard Pieter Adolfs - 1934 Nr236 Arabische Kamp-Soerabaia OOC 35 45.jpg|
=== Abad 9-11 Masehi ===
Catatan sejarah tertua adalah berdirinya [[Kesultanan Peureulak|Kerajaan Peureulak]] di [[Aceh Timur]] pada tanggal 1 Muharram 225 H (840 M).<ref>{{Cite news|url=http://misykah.com/masjid-dan-makam-raja-negeri-peureulak-aceh-timur/|title=Masjid dan Makam Raja Negeri Peureulak Aceh Timur - Dari Samudra Pasai menuju Kebudayaan Islam Asia Tenggara|date=2014-08-10|newspaper=Dari Samudra Pasai menuju Kebudayaan Islam Asia Tenggara|language=en-US|access-date=2017-04-18|archive-date=2017-04-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20170418162343/http://misykah.com/masjid-dan-makam-raja-negeri-peureulak-aceh-timur/|dead-url=yes}}</ref>
=== Abad 12-15 Masehi ===
Masa ini adalah masa kedatangan para datuk dari [[Walisongo]] yang dipelopori oleh keluarga besar [[Jamaluddin Akbar al-Husaini|Syekh Jamaluddin Akbar al-Husaini]] dari [[Gujarat]]<ref>{{Cite web|url=http://id.rodovid.org/wk/Orang:359642|title=1. Syaikh Maulana Jamaluddin Husein Akbar b. ~ 1310 d. ~ 1453 - Rodovid ID|website=id.rodovid.org|language=id|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://kanzunqalam.com/2010/08/31/maulana-husain-pelopor-dakwah-nusantara/|title=Maulana Husain, Pelopor Dakwah Nusantara|date=2010-08-31|website=Kanzunqalam's Blog|access-date=2017-04-18}}</ref> yang masih keturunan [[Muhammad Shahib Mirbath|Syekh Muhammad Shahib Mirbath]] dari [[Hadramaut]]. Ia besama putra-putranya berdakwah jauh ke seluruh pelosok [[Asia Tenggara]] hingga [[Nusantara]] dengan strategi utama menyebarluaskan Islam melalui pernikahan dengan penduduk setempat yang utamanya dari kalangan bangsawan Kerajaan Hindu.<ref>{{Cite web|url=http://www.kompasiana.com/heryfebriyanto/sepenggal-kisah-syeikh-jumadil-kubro_5520b124a333113a4846cf4b|title=Sepenggal Kisah Syeikh Jumadil Kubro|website=www.kompasiana.com|language=en|access-date=2017-04-18}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://travel.detik.com/domestic-destinations/d-2963121/napak-tilas-sayyid-hussein-jumadil-kubro-bapak-wali-songo|title=Napak Tilas Sayyid Hussein Jumadil Kubro, Bapak Wali Songo|last=Budianto|first=Enggran Eko|
=== Abad 17-19 Masehi ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Arabier TMnr 3728-759.jpg|
Abad ini adalah gelombang terakhir, ditandai dengan hijrah massalnya para ''Alawiyyin'' [[Hadramaut]] yang menyebarkan Islam sambil berdagang di [[Nusantara]]. Kaum pendatang terakhir ini dapat ditandai keturunannya hingga sekarang karena berbeda dengan pendahulunya, tidak banyak melakukan kawin campur dengan penduduk pribumi. Selain itu dapat ditandai dengan marga yang umum dikenal sekarang seperti ''al-Attas, Assegaf, al-Jufri, al-Aydrus, Shihab, Shahab, al-Haddad'', ''al-Habsyi'', dan lainnya.<ref name=":1">{{Cite news|url=https://tirto.id/dinamika-menelusuri-silsilah-para-habib-chda|title=Dinamika Menelusuri Silsilah Para Habib|
=== Mulai 1870 hingga setelah 1888 ===
Pada tahun 1870 [[Terusan Suez]] mulai dibuka, sehingga kapal dari [[Eropa]] ke [[Timur]] termasuk [[Hindia Belanda]] bisa langsung melalui Suez. Kemudian pelabuhan [[Tanjung Priok, Jakarta Utara]] mulai dibangun tahun 1877 secara modern. Selanjutnya [[Koninklijke Paketvaart Maatschappij]], sebuah perusahaan pelayaran Belanda dioperasikan tahun 1888 dengan rute Eropa - Hindia Belanda, sehingga memungkinkan orang-orang [[Marga Arab Hadramaut]] atau [[Arab Mesir]] datang ke Hindia Belanda, dan berangsur-angsur mulai tahun 1870 hingga setelah tahun 1888 terjadi migrasi orang Arab dan Mesir ke Hindia Belanda. Mereka tidak membawa keluarga, karena sesuai tradisi Arab, bahwa wanita tidak boleh bepergian apalagi sejauh ke Hindia Belanda naik kapal berhari-hari. Keturunan pertama yang lahir di Hindia Belanda misalnya adalah [[Abdurrahman Baswedan]] lahir di [[Surabaya]] 1908 (kakek [[Anies Baswedan]]) dan [[Syech Albar]] lahir [[Surabaya]] 1914 (ayah [[Ahmad Albar]]).
Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok ''[[Alawiyyin|Alawi]]'', dan kelompok ''Qabili''.<ref name=":1" />
== Tokoh dan peranan ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee in de Arabische wijk van Semarang TMnr 60026226.jpg|
Di Indonesia, sejak zaman dahulu telah banyak kaum keturunan Arab yang menjadi pejuang, ulama dan dai. Di antara para penyebar agama yang menonjol ialah [[Walisongo]], yang diduga kuat ([[Van Den Berg]], 1886) merupakan keturunan [[Hadhrami|Arab Hadramaut]] dan atau merupakan murid-murid mereka. Kaum Arab Hadramaut yang datang sekitar abad 15 dan sebelumnya mempunyai perbedaan mendasar dengan mereka yang datang pada gelombang berikutnya (abad 18 dan sesudahnya). Sebagaimana disebutkan oleh [[Van Den Berg]], kaum pendahulu ini banyak berasimilasi dengan penduduk asli, terutama dari keluarga kerajaan Hindu. Hal ini dilakukan dalam rangka mempercepat penyebaran agama Islam, sehingga keturunan mereka sudah hampir tak bisa dikenali sebagai keturunan Arab Hadramaut.
Di antara marga-marga Hadramaut yang pertama-tama ke Indonesia adalah keluarga [[Basyaiban]], yaitu ''Sayyid Abdurrahman bin Abu Hafs Umar Basyaiban BaAlawi'' pada abad ke-17 Masehi.
Pada zaman kejayaan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, beberapa keturunan Arab dirajakan oleh masyarakat setempat, antara lain di Jawa ([[Kesultanan Demak|Demak]], [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], [[Kesultanan Banten|Banten]], dan [[Kerajaan Sumedang Larang|Sumedang Larang]]),
Kaum Arab Hadramaut yang datang pada abad ke-18 dan sesudahnya, tidak banyak melakukan pernikahan dengan penduduk asli sebagaimana gelombang kedatangan yang sebelumnya. Mereka datang sudah membawa nama marga-marga yang terbentuk belakangan (sekitar abad 16-17). Keturunan kaum Arab Hadramaut yang datang belakangan ini, masih mudah dikenali melalui nama-nama khas marga mereka. Warga Arab-Indonesia sampai saat ini turut berperan aktif dalam bidang keagamaan Islam dan berbagai bidang kehidupan lainnya di Indonesia.<ref name=":5">{{Cite news|url=http://antimateri.com/kaum-arab-hadrami-di-indonesia-sejarah-dan-dimanika-diasporanya-2/|title=Kaum Arab Hadrami di Indonesia: Sejarah dan Dinamika Diasporanya #2|last=Saefullah|first=Hikmawan|date=2013-08-11|newspaper=antimateri.com|language=en-US|access-date=2017-04-18}}</ref>
Baris 102 ⟶ 113:
== Bangsa Arab dan Kerajaan Nusantara ==
<gallery mode="packed" caption="Raja-raja Nusantara berdarah Arab-Indonesia" heights="170">
Berkas:Maulana Hasanuddin of Banten.jpg|[[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]], Raja pertama [[Kesultanan Banten]]
Berkas:Sultan Muhammad Syafiuddin II.jpg|[[Muhammad Syafiuddin II dari Sambas|Sultan Muhammad Syafiuddin II]],
Berkas:Sultan Hamid II.jpg|[[Sultan Hamid II|Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie]], Raja terakhir [[Kesultanan Pontianak]]
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Sultan van Siak TMnr 60027152.jpg|[[Syarif Kasim II|Sultan Syarif Kasim II]], Raja terakhir [[Kesultanan Siak Sri Inderapura]]
Berkas:Syarif Harun dari Pelalawan.jpg|[[Syarif Harun|Sultan Syarif Harun]], Raja terakhir [[Kesultanan Pelalawan]]
Berkas:Abdul Rahman II.jpg|[[:ms:Sultan Abdul Rahman II Muazzam Shah|Sultan Abdul Rahman II Muazzam Shah]],
Berkas:Syarif Saleh al-Aydrus dari Kubu.jpg|[[Syarif Saleh al-Aydrus dari Kubu|Sultan Syarif Saleh al-Aydrus]], Raja ke-8 [[Kerajaan Kubu]]
Berkas:Sultan Ibrahim Chaliluddin, Sultan Paser.jpg|[[Ibrahim Chaliluddin dari Paser|Sultan Ibrahim Chaliludin]],
</gallery>Dalam sejarah pembentukan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara tidak terlepas dari pengaruh komunitas [[Alawiyyin|Ba' Alawi]] atau para [[Sayyid]] (Syihab, 2004:237-238), antara lain:<ref name=":4" />
=== Kerajaan Peureulak ===
{{main|Kesultanan Peureulak}}
[[Kesultanan Peureulak|Kerajaan Peureulak]]
=== Kesultanan Demak ===
{{main|Kesultanan Demak}}[[Kesultanan Demak|Sultan Demak]] pertama adalah [[Raden Patah]], ia adalah murid dan menantu [[Sunan Ampel]]. Meski terdapat berbagai versi terkait asal usul pendiri
=== Kesultanan Banten ===
Baris 128 ⟶ 139:
=== Kesultanan Siak Sri Inderapura ===
{{main|Kesultanan Siak Sri Inderapura}}
[[Kesultanan Siak]] menjadi kerajaan Islam pada tahun 1723 [[Masehi]]. Sejak Sultan ke VII, tampuk pimpinan dipegang oleh anak cucu dari [[Sayyid Usman
=== Kerajaan Pelalawan ===
{{main|Kesultanan Pelalawan}}
Raja pertama [[Kesultanan Pelalawan]] yang berdaulat adalah [[Syarif Abdurrahman|Sultan Syarif Abdurrahman]], adik dari
=== Kesultanan Pontianak ===
{{main|Kesultanan Pontianak}}
[[Kesultanan Pontianak]] didirikan tahun
=== Kerajaan Kubu ===
{{main|Kerajaan Kubu}}
[[Kerajaan Kubu]] didirikan pada tahun 1911 H
=== Kerajaan Sabamban ===
Baris 149 ⟶ 161:
=== Kesultanan Sambas ===
{{main|Kesultanan Sambas}}
Raja Islam pertama [[Kesultanan Sambas]] adalah Raden Sulaiman, yang dinobatkan pada tahun 1671 dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin I. Raden Sulaiman merupakan putera dari Sultan Sarawak pertama, Pangeran Muda Tengah bin Sultan Muhammad Hasan. Kakeknya, [[:ms:Sultan Muhammad Hasan|Sultan Muhammad Hasan]] merupakan [[Daftar Sultan Brunei|Sultan Brunei]] ke-10. Dari silsilah [[:ms:Sultan Muhammad Hasan|Sultan Muhammad Hasan]] inilah Raden Sulaiman memiliki garis keturunan kepada [[Syarif Ali dari Brunei|Sultan Syarif Ali]] dari [[Tha'if]], [[Daftar Sultan Brunei|Sultan Brunei]] ke-4 yang merupakan menantu dari Sultan Brunei ke-3 [[Ahmad (Brunei)|Sultan Ahmad]].<ref>{{Cite web|url=http://melayuonline.com/ind/history/dig/67/kesultanan-sambas|title=Kesultanan Sambas {{!}} Melayu Online|website=melayuonline.com|access-date=2017-04-26|archive-date=2017-04-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20170427101048/http://melayuonline.com/ind/history/dig/67/kesultanan-sambas|dead-url=yes}}</ref>
=== Kerajaan Aceh ===
Baris 157 ⟶ 169:
=== Kerajaan Pasir ===
{{main|Kerajaan Pasir}}Penguasa pertama [[Kerajaan Pasir]] adalah Putri Betung atau Putri Di Dalam Petung. Putri Betung menikah dengan seorang keturunan Arab
Pernikahan antara Putri Adjie Meter dengan seorang Arab keturunan [[Alawiyyin|Ba' Alawi]] dari Mempawah dikaruniai dua orang anak, '''Imam Mustafa''' dan '''Putri Ratna
=== Kerajaan Sumedang Larang ===
{{main|Kerajaan Sumedang Larang}}[[Pangeran Santri]] memerintah [[Kerajaan Sumedang Larang]] dari tahun [[1530]] - [[1579]], setelah sebelumnya ia menikah dengan Ratu Pucuk Umun, keturunan raja-raja Sumedang Larang kuno yang telah memeluk [[Islam]]. [[Pangeran Santri]] adalah putra [[Pangeran Pamelekaran]] bin [[Pangeran Panjunan]] bin [[Datuk Kahfi|Syekh Datuk Kahfi]] yang masih keturunan [[Muhammad Sohib Mirbath|Sayyid Muhammad Sohib Mirbath]], [[Hadramaut]]. Setelah Pangeran Santri wafat pada tahun [[1579]], putranya yang bernama [[Prabu Geusan Ulun|Pangeran Angkawijaya]] naik takhta (berkuasa dari tahun [[1579]]
== Galeri ==
Baris 174 ⟶ 186:
== Lihat pula ==
* [[Bahasa Arab Indonesia]]
* [[Budaya Arab-Indonesia]]
* [[Daftar tokoh Arab-Indonesia]]
* [[Marga Arab Hadramaut]]
Baris 180 ⟶ 194:
== Referensi ==
=== Sitasi ===
{{reflist}}
=== Bibliografi ===▼
* Alattas, Alwi (2005): Pan-Islamism and Islamic Resurgence in the Netherlands East Indies: The Role of Abdullah ibn Alwi Al-Attas (1840-1928). International Conference Proceeding
* Al-Kaff, Seggaff bin Ali. 1992.
== Pranala luar ==
* {{Id}} [http://www.rabithah-alawiyah.org/id/ Website resmi] [[Rabithah Alawiyah]]
* {{en}} [http://www.aiys.org/webdate/gadr.html Interview: Hamid Al-Gadri] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080618163007/http://www.aiys.org/webdate/gadr.html |date=2008-06-18 }}
▲== Bibliografi ==
▲* Alattas, Alwi (2005): Pan-Islamism and Islamic Resurgence in the Netherlands East Indies: The Role of Abdullah ibn Alwi Al-Attas (1840-1928). International Conference Proceeding ''The Yemen''–''Hadrami in Southeast Asia: Identity Maintenance or Assimilation? ''Kuala Lumpur: International Islamic Universiy Malaysia (IIUM).
▲* Al-Kaff, Seggaff bin Ali. 1992. ''Diraasat fi Nasab as-Saadat banii ‘alawii: Dzuriyyat al-Imam al-Muhajir Ahmad ibn ‘Isaa. ''Kuala Lumpur: Utusan Printcorp Sdn. Nhd.
▲* Van den Berg, L.W. C. (1886/2010) ''Orang Arab di Nusantara. ''Jakarta: Komunitas Bambu.
{{Orang Indo}}
[[Kategori:Arab-Indonesia| ]]
[[Kategori:
[[Kategori:Diaspora Arab]]
|