Kedatuan Luwu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(56 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{pp-semi-indef|small=yes}}
{{Infobox former country
| native_name =
| conventional_long_name = Akkarungeng ri Luwu
| common_name =
|
|
|
|
|
|
|
|
| p1 =
| flag_p1 =
| s1 = Kesultanan Gowa
| flag_s1 = Flag_of_the_Sultanate_of_Gowa.svg
| s2 = Republik Indonesia
| flag_s2 = Flag of Indonesia.svg
| image_flag =Macangnge Flag of Luwu.jpg
| flag_caption =Bendera Macangnge
|
|
| image_map_caption = Kesultanan Luwu terletak di bagian utara menurut [[I La Galigo]]
| capital = [[Palopo]]
| common_languages = [[Bahasa Bugis]]; [[Bahasa Tae']]
| religion = Dari [[Tolotang]] berpindah ke [[Islam]]
| government_type = [[Monarki]], [[Akkarungeng]]
| title_leader = ''Datu Mappanjunge' ri Luwu''
| leader1 = Tumanurung
| year_leader1 = 1300-an
|
|
| currency = Tidak memiliki mata uang, menggunakan sistem [[Barter]]
| footnotes =
| today = {{flag|Indonesia}}<br /> <small>[[Berkas:Lambang Kabupaten Luwu.png|15px]] ([[Kabupaten Luwu]])</small><br /> <small>[[Berkas:Lambang Kabupaten Luwu Timur.png|15px]] ([[Kabupaten Luwu Timur]])</small><br /> <small>[[Berkas:Lambang Kabupaten Luwu-Utara.jpg|15px]] ([[Kabupaten Luwu Utara]])</small><br /> <small>[[Berkas:Lambang Kota Palopo.png|15px]] ([[Kota Palopo]])</small>
}}
'''
== Sejarah ==
Di dalam epik [[La Galigo]], terdapat versi menggambarkan sebuah wilayah pesisir dan sungai yang didefinisikan secara samar-samar yang ekonominya berbasis pada perdagangan. Pusat-pusat penting di wilayah ini adalah Luwu dan kerajaan Cina (diucapkan Cheena tapi identik dalam pengucapan bahasa Indonesia ke [[China]]), yang terletak di lembah Cenrana bagian barat, dengan pusat istananya di dekat dusun [[Sarapao]] di distrik [[Pamanna]]. Ketidakcocokan La Galigo dan ekonomi politik dengan realitas kerajaan agraris Luwu menyebabkan sejarawan Bugis mengajukan periode intervensi kekacauan untuk memisahkan keduanya secara kronologis.<ref>Pelras, C. 1996. ''The Bugis.'' Oxford: Blackwell.</ref>
Penelitian arkeologi dan tekstual yang dilakukan sejak tahun [[1980-an]] telah meruntuhkan kronologi ini.<ref>Bulbeck, D. and I. Caldwell. 2000. ''Land of iron; The historical archaeology of Luwu and the Cenrana valley.'' Hull: Centre for South East Asian Studies, University of Hull.</ref> Survei dan penggalian yang ekstensif di Luwu telah mengungkapkan bahwa Luwu tidak lebih tua dari kerajaan agraris yang berdiri paling awal di semenanjung barat daya. Pemahaman yang baru adalah bahwa orang Bugis yang berbicara dengan pemukim dari lembah [[Cénrana]] barat mulai menetap di sepanjang batas pantai sekitar tahun 1300. [[Teluk Bone]] bukanlah semata daerah yang berbahasa Bugis saja: ini adalah daerah dengan keragaman etnis yang sangat beragam. Orang [[Suku Pamona|Pamona]], [[Padoe]], [[Toala]], [[Wotu]] dan [[Lemolang]] tinggal di dataran rendah pesisir dan kaki bukit, sedangkan lembah dataran tinggi merupakan rumah bagi kelompok yang berbicara dalam berbagai bahasa Sulawesi Tengah dan Selatan lainnya. Orang-orang Bugis ditemukan hampir di sepanjang pantai, yang terbukti bahwa mereka bermigrasi untuk berdagang dengan masyarakat adat Luwu. Sudah jelas bahwa dari sumber arkeologi dan tekstual bahwa Luwu adalah koalisi Bugis dari berbagai kelompok etnis, yang dipersatukan oleh hubungan perdagangan.
Ekonomi politik Luwu didasarkan pada peleburan bijih besi yang dibawa turun, melalui pemerintahan Lémolang di [[Baebunta, Luwu Utara|Baebunta]], ke [[Malangke, Luwu Utara|Malangke]] di dataran pantai tengah. Di sini besi yang akan dilelehkan itu diolah menjadi senjata dan alat pertanian dan diekspor ke dataran rendah selatan yang memproduksi beras. Hal ini membawa kekayaan yang besar, dan pada abad [[abad ke-14|ke-14]] Luwu telah menjadi entitas yang ditakuti di bagian selatan semenanjung barat daya dan tenggara. Penguasa pertama yang diketahui secara nyata adalah [[Dewaraja]] (memerintah 1495-1520). Cerita saat ini di Sulawesi Selatan menceritakan serangan agresifnya terhadap kerajaan tetangga, [[Kerajaan Wajo|Wajo]] dan [[Kerajaan Sidenreng|Sidenreng]]. Kekuasaan Luwu mulai memudar pada abad [[abad ke-16|ke-16]] oleh meningkatnya kekuatan kerajaan agraris dari selatan, dan kekalahan militernya ditetapkan dalam [[Tawarik Bone]].
Pada tanggal 4 Februari 1605, [[Andi Pattiware'|Andi Pattiware' Daeng Parabung]] selaku Datu Luwu XV menjadi raja pertama dari wilayah [[Sulawesi Selatan]] yang memeluk agama Islam.<ref>{{Cite book|last=Amir, A., dan Utomo, B. B.|date=2016|url=http://rumahbelajar.id/Media/Dokumen/5cff5f5fb646044330d686d0/43d180873347a0b445e2c3d7f783ef51.pdf|title=Aspek-Aspek Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Indonesia Timur: Maluku dan Luwu|location=Jakarta|publisher=Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=|editor-last=Sastrodinomo, K., dan Burhanudin, J.|pages=3|url-status=live}}</ref> Ia kemudian menggunakan gelar Sultan Muhammad Wali Mu'zhir (atau Muzahir) al-din. Dia dimakamkan di Malangke dan disebut dalam kronik sebagai [[Matinroe ri Wareq]], ("Dia yang tidur di Wareq"), bekas pusat istana Luwu. Guru agamanya, [[Dato Sulaiman]], dikuburkan di dekatnya. Sekitar tahun 1620, Malangke ditinggalkan dan sebuah ibu kota baru didirikan di sebelah barat, [[Kota Palopo|Palopo]]. Tidak diketahui mengapa wilayah Malangke, yang populasinya mungkin mencapai 15.000 pada abad ke-16, tiba-tiba ditinggalkan: kemungkinan besar termasuk penurunan harga barang besi dan potensi ekonomi perdagangan dengan suku-suku dari dataran tinggi [[Suku Toraja|Toraja]].
[[Berkas:Begrafenis van de Datoe We Kambo Daeng Risompa van Loewoe zelfbestuurster te Palopo, KITLV 29807.tiff|thumb|Upacara pemakaman Datu We Kambo Daeng Risompa. Bendera Macangnge bisa dilihat.]]
Pada abad [[abad ke-19|ke-19]], Luwu telah menjadi kerajaan kecil. [[James Brooke]], yang di kemudian hari menjadi Raja [[Sarawak]], menulis pada tahun [[1830-an]] bahwa "Luwu adalah kerajaan Bugis tertua, dan yang paling rusak [...] Palopo adalah kota yang menyedihkan, yang terdiri dari sekitar 300 rumah, tersebar dan bobrok [...] Sulit dipercaya bahwa Luwu bisa menjadi negara yang kuat, kecuali dalam keadaan peradaban asli yang sangat rendah."<ref>Brooke, J. 1848. ''Narrative of events in Borneo and Celebes down to the occupation of Labuan. From the Journals of James Brooke, Esq. Rajah of Sarawak and Governor of Labuan [. . .] by Captain [[Rodney Mundy]].'' London: John Murray.</ref>
Pada tahun [[1960-an]], Luwu menjadi wilayah fokus pemberontakan [[DI/TII]] yang dipimpin oleh [[Kahar Muzakkar]]. Dewasa ini, wilayah bekas kerajaan adalah rumah bagi tambang [[nikel]] terbesar di dunia dan mengalami ledakan ekonomi yang didorong oleh migrasi ke dalam, namun masih memiliki sebagian besar atmosfer perbatasan aslinya.
== Daftar Penguasa Luwu ==
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De vorstin van Luwu Wé Kambo Daëng Risompa en haar tweede echtgenoot La Batjo To Vapilé Opoe Patoenroe eerste lid van de Andat van Luwu TMnr 10001343.jpg|thumb|Ratu Luwu, Wé Kambo Daëng Risompa, dan suami kedua, La Batjo To Vapilé Opoe Patoenroe]]
Penguasa Luwu menggunakan gelar ''Datu Mappanjunge' ri Luwu'' yang artinya "Raja yang berpayung di Luwu" atau "Raja yang menaungi Luwu", biasa disebut menjadi Datu Luwu, Pajung Luwu, atau Pajunge'.
'''Daftar Datu Luwu'''
* Mitos: Simpurusiang, Manurung ri Lompo (Sengkang, Wajo)
* Mitos: Anakaji, anak Simpurusiang
* Mitos: Wé Matengngnaémpong, anak Anakaji
* Legendaris: Tampabalusu, Tomanurung di Tompotikka (Sulteng)
* Legendaris: Tanrabalusu, anak Tampabalusu
* Semi-legendaris: To Appanangi
* Semi-legendaris: Batara Guru ''(bukan Bataraguru dari Galigo)''
* Akhir abad ke-15: To Sangkawana (= La Pasampoi, Maddanreng ri Talottenreng in Wajo - lihat Lontara Sukkuna Wajo)
* Akhir abad ke-15: La Busatana (Lontara Sukkuna Wajo)
* Awal abad ke-16: Déwaraja, Datu Sangaria, Datu Kellali
* Abad ke-16: Datu ri Saolebbi
* Abad ke-16: Maningo ri Bajo
* 1587-1615: Andi Pattiware’ Daéng Parabung atau Pati Arase, bergelar Petta Matinroé ri Malangké (Petta Luwu) "sebagai raja pertama yang menerima ajaran syariat islam yang di bawah olek Datuk Sulaiman"
* 1615-1637: Pati Pasaung, Sultan Abdullah
* 1637-1663: La Basso atau La Pakéubangan atau Sultan Ahmad Nazaruddin, bergelar Petta Matinroé ri Gowa (Lokkoé)
* 1663-1704: Settiaraja, bergelar Petta Matinroé ri Tompoq Tikkaq
* 1704-1704? Petta Matinroe’ ri Polka, memerintah ketika Settiaraja pergi membantu Gowa menghadapi VOC.
* 1704-1715: La Onro Topalaguna, bergelar Petta Matinroé ri Langkanaé
* 1706-1715: Batari Tungké, bergelar Sultan Fatimah Petta Matinroé ri Pattiro
* 1715-1748: Batari Toja, bergelar Sultan Zaenab Matinroé ri Tippulué
* 1748-1778: Wé Tenriléléang, bergelar Petta Matinroé ri Soréang
* 1760-1765: Tosibengngareng, bergelar La Kaséng Patta Matinroé ri Kaluku Bodoé
* 1778-1810: La Tenripeppang atau Daéng Paliq, bergelar Petta Matinroé ri Sabbangparu
* 1810-1825: Wé Tenriawaru atau Sultan Hawa, bergelar Petta Matinroé ri Tengngana Luwu
* 1825-1854: La Oddang Péro, bergelar Petta Matinroé Kombong Beru
* 1854-1880: Patipatau atau Abdul Karim Toapanyompa, bergelar Petta Matinroé ri Limpomajang
* 1880-1883: Wé Addi Luwu, bergelar Petta Matinroé Temmalullu
* 1883-1901: Iskandar Opu Daéng Paliq, bergelar Petta Matinroé ri Matekko
* 1901-1935: [[Andi Kambo]] atau disebut juga [[Siti Husaimah Andi Kambo Opu Daéng Risompa Sultan Zaenab]], bergelar Petta Matinroé ri Bintanna.<ref>Disebut juga [[Wé Kambo Daéng Risompa]] (1898-1935)??</ref>
* 1935-1945 & 1950-1965: [[Andi DJemma|Andi Djemma]], bergelar Petta Matinroe’ ri Amaradekanna merupakan Pajung [[Pahlawan Nasional]] Republik Indonesia dari Sulawesi Selatan
* 1945-1950: Andi Jelling, merupakan Pajung, memerintah ketika Andi Jemma ditahan dan diasingkan oleh Belanda.
* 1965-1987 : Andi Bau Alamsyah, bergelar Petta MatinroE ri Tellu Boccona
* 1987-1994 : Hj. Andi Bau Tenripadang, bergelar Opu Datu
* 1994-2012 : Wé Andi Addi Luwu, bergelar Opu Daengna Patiware
* 2012: [[Andi Maradang Mackulau]] Opu To Bau diangkat pada tahun 2012 sampai sekarang
== Dalam budaya populer ==
* Pada permainan komputer [[Age of Empires II: The Age of Kings|Age of Empires II]] ekspansi keempat ''[http://ageofempires.wikia.com/wiki/Age_of_Empires_II_HD:_Rise_of_the_Rajas Rise of Rajas]'' yang dirilis pada Desember 2016, Kerajaan Luwu menjadi lawan dari pemain pada misi keempat kampanye [http://ageofempires.wikia.com/wiki/Gajah_Mada Gajah Mada] berjudul '[http://ageofempires.wikia.com/wiki/Serving_the_New_King Serving the New King]'. Pada misi tersebut pemain memainkan kerajaan [[Majapahit]] melawan kerajaan di Timur Indonesia, diantaranya [[Kerajaan Kutai|Kutai]], [[Kesultanan Makassar|Makassar]] dan Luwu.
== Lihat juga ==
* [[Istana Luwu]]
* [[Tanah Luwu]]
* [[Sejarah Tanah Luwu]]
* [[Sawerigading]]
== Sumber ==
<references />
{{Kerajaan di Sulawesi}}{{indo-sejarah-stub}}
[[Kategori:
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Luwu]]
[[Kategori:Kerajaan di Sulawesi Selatan|Luwu]]
Baris 95 ⟶ 115:
[[Kategori:Kabupaten Luwu Timur]]
[[Kategori:Kota Palopo]]
|