Saparman Sodimejo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambahkan Kategori:Tokoh Jawa menggunakan HotCat |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(58 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Indonesian name}}
{{Infobox person
| name = Mbah Gotho
| image = Mbah Gotho.png
| caption = Foto Mbah Gotho
|birth_date = {{birth date|1870|12|31|df=yes}} (klaim)▼
| birth_name = Saparman Sodimejo<ref name="solopos2014">{{cite web |url=http://www.solopos.com/2014/08/25/kisah-unik-inilah-mbah-gotho-manusia-tertua-asal-sragen-yang-kini-berusia-144-tahun-529901 |title=Inilah Mbah Gotho, Manusia Tertua Asal Sragen yang Kini Berusia 144 Tahun |author=Taufiq Sidik Prakoso |date=25 Agustus 2014 |work=[[Solopos]] |publisher=Aksara Solopos |location=[[Surakarta]], Indonesia}}</ref><ref name=liputan6 />
|death_date = {{death date|2017|04|30|df=yes}}<br>(umur {{age in years and days|1870|12|31|2017|04|30}})▼
|
▲| death_date = {{death date|2017|04|30|df=yes}}<br>(umur {{age in years and days|1870|12|31|2017|04|30}})
| death_place = [[Sragen]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]]
| nationality = <!-- Hanya untuk warga negara asing -->
|spouse = ▼
| other_names = Mbah Gotho
|children = 5▼
| known_for = <!-- Hanya diisi oleh hasil karya atau pencapaian biografi yang signifikan -->
|parents = Setrodikromo dan Saliyem▼
▲| spouse =
▲| children = 5
▲| parents = Setrodikromo dan Saliyem
| religion = <!-- Kosongkan bagian ini; kolom terkait Suku, Agama dan Ras telah dinonaktifkan -->
}}
'''Saparman Sodimejo'''
== Kehidupan ==
'''Masa Muda'''
Lahir di [[Klaten (kota)|Klaten]] pada tanggal 31 Desember tahun 1870 dengan nama Saparman Orangtuanya menamai demikian karena Mbah Gotho lahir pada Hari Kamis Legi, 31 Desember 1870 yang bertepatan dengan bulan Sapar (Bulan dalam kalender Jawa).
Namun karena sesuatu sebab nama itu kemudian berubah menjadi Sodimejo.
dia pertama kali dipanggil Gotho oleh bibinya, Waktu itu, bibinya mengajaknya ke sebuah hajatan. Karena suka akan ketampanan Saparman, Bibinya memujinya dengan mengucapkan kata glontho (ganteng) yang kemudian berubah menjadi gotho.
Waktu muda, Gotho sering membantu ayahnya membajak sawah. Tapi momennya yang sangat berkesan waktu itu adalah saat dia menghadiri peresmian Pabrik Gula Kedungbanteng. Kini, keberadaan pabrik itu hanya menyisakan lapangan kosong.
'''Zaman Penjajahan'''
Gotho dan penduduk lainnya diperintahkan mengumpulkan kayu untuk membangun proyek jembatan. Ia melihat [[TNI|Tentara Indonesia]] ditembak [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda|Tentara Belanda]], dia diminta untuk menggotong jenazah yang ia tak tahu siapa,
'''Perang Dunia I'''
Mbah Gotho sudah berusia 43 tahun pada awal [[Perang Dunia I]], Dampak [[Perang Dunia I]] yang dilecut pembunuhan putra mahkota [[Austria-Hungaria]] [[Franz Ferdinand dari Austria|Archduke Franz Ferdinand]] di [[Sarajevo]], ibu kota [[Bosnia dan Herzegovina|Bosnia]] pada 28 Juni 1914 tak begitu signifikan untuk [[Indonesia]].
Meski begitu, dampak krisis ekonomi yang diakibatkan Perang Besar membuat hidup para buruh di [[Nusantara]] kala itu kian sulit.
Ingatan Mbah Gotho sudah kabur. Apalagi untuk mengisahkan apa yang disaksikannya pada [[Perang Dunia I]]. Kala itu, ia mungkin bahkan tak tahu perihal gonjang-ganjing zaman yang terjadi di [[Eropa]].
Namun, masih ada ingatan yang masih tersisa soal penjajahan [[Imperium kolonial Belanda|Belanda]].
'''Perang Dunia II'''
Mbah Gotho sudah berusia 70 tahun pada [[Perang Dunia II]], [[Perang Dunia II]] berdampak luar biasa bagi [[Indonesia]]. Persaingan dua kekuatan, Sekutu dan [[Poros (Perang Dunia II)|Poros]] (Axis) mengubah sejarah RI. Kala itu terjadi pergantian [[penjajah]] dari [[Imperium kolonial Belanda|Belanda]] ke [[Kekaisaran Jepang|Jepang]], Ketika [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] di ambang kekalahan dalam [[Perang Dunia II]], momentum kekosongan kekuasaan dimanfaatkan para pejuang untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
'''Rahasia Panjang Umur'''
Rahasia panjang umurnya sebenarnya cukup sederhana, yaitu sabar dan ikhlas. Selain itu, Mbah Gotho selama hidupnya tidak pernah memukul anak dan istrinya, karena ia pernah merasakan sendiri bagaimana sakitnya dipukul.
Walaupun umurnya panjang, Mbah Gotho merasa kesepian. Oleh karena itulah, Ia hanya berharap satu hal di hari tuanya yaitu kematian. Bahkan Mbah Gotho telah menyiapkan nisan untuk kematiannya sejak tahun 1993.
'''Belum Diakui sebagai Manusia Tertua di Dunia'''
Pada Minggu, 30 April 2017 silam, Mbah Gotho menghembuskan napas terakhir di usia 146 tahun. Saat itu, pemegang manusia tertua adalah seorang perempuan Prancis bernama [[Jeanne Calment|Jeanne Calmet]] yang meninggal pada tahun 1997 pada usia 122 tahun. Mbah Gotho belum diakui secara resmi sebagai manusia tertua karena tak terverifikasi secara independen.
== Referensi ==
Baris 20 ⟶ 63:
{{DEFAULTSORT:Gotho, Mbah}}
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
|