H.J. de Graaf: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(11 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{more citations needed|date=April 2022|Artikel}}
{{Infobox person
|name=Hermanus Johannes de Graaf
Baris 10 ⟶ 11:
|children=4
}}
'''Hermanus Johannes de Graaf''' ({{lahirmati||2|12|1899||24|8|1984}}) adalah seorang
== Biografi ==
=== Kehidupan awal ===
De Graaf lahir di [[Rotterdam]], Belanda, pada 2 Desember 1899, dan di sana dia juga bersekolah. Pada tahun 1919, ia melanjutkan ke [[Universitas Leiden]] untuk belajar sejarah. Sejarawan dan orientalis [[Johan Huizinga]], adalah salah seorang di antara [[profesor]] di sana. Pada tahun 1926, ia bekerja pada [[Hindia Belanda|Pemerintah Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]). Saat berlayar ke [[Batavia]], dia membaca tentang sejarah Indonesia, sehingga memicu minatnya untuk kali pertama. Dia ditempatkan di [[Kota Surabaya|Surabaya]] untuk menjadi seorang guru sejarah di ''[[Hogereburgerschool|Hogere Burgerschool]]'' (HBS, Sekolah Menengah Rakyat) selama satu tahun. Kemudian ia pindah ke Batavia, pertama untuk bekerja di kota, lalu museum, perpustakaan, dan kemudian di Inspektorat Sekolah Menengah. Sewaktu di Batavia, ia bertemu profesor Jawa [[Poerbatjaraka]], yang kemudian memberinya pelajaran mingguan dalam [[bahasa Jawa]] dan [[budaya]]. Dia mulai serius mendalami aspek ilmiah di saat masih bekerja di Inspektorat. Artikel ilmiah pertama diterbitkan pada tahun 1929.
===
Pada tahun 1931 ia meninggalkan layanan sipilnya dan menjadi kepala sekolah di [[Kota Malang|Malang]], dan kemudian [[Kota Probolinggo]]. Pada tahun 1935 ia kembali ke [[Leiden]] untuk meraih gelar doktor. Supervisornya adalah H. T. Colenbrander, yang karya-karyanya
Masih pada tahun 1935, ia kembali ke Hindia Belanda dan kembali mengajar di [[Surakarta]]. Dia mengajak siswa-siswanya dari Jawa untuk mengunjungi situs-situs bersejarah dan tempat-tempat suci Islam di seluruh pulau Jawa, meskipun sekolahnya adalah sekolah Protestan. Selama liburan sekolah, dia melanjutkan penelitian di Batavia, menerbitkan artikel tentang pemberontakan [[Pemberontakan Trunajaya|Trunajaya]] dan jatuhnya [[Kesultanan Mataram]]. Dia juga menulis untuk ''Cina Geschiedenis'' pada tahun 1941. Ketakutan akan isi pekerjaan ini yang tidak mendukung [[Jepang]] membuat penerbitnya menghancurkan sebagian besar naskahnya pada tahun 1942, tatkala [[Kampanye Hindia Belanda|Jepang mengambil alih Hindia belanda]] sebagai bagian dari Perang Dunia II.{{Sfn|Ricklefs|1985}}
Baris 24 ⟶ 25:
Dia kemudian ditahan dan menghabiskan perang di beberapa kamp dan berteman dengan ahli botani C. C. Berg. Istrinya ditahan secara terpisah di kamp wanita, dan pada tahun 1944 putri mereka Elisabeth Anna meninggal dalam usia sembilan tahun di kamp itu.{{Sfn|Ricklefs|1985}}
Perang Dunia II diikuti oleh [[Sejarah Indonesia (1945–1949)|Revolusi Nasional Indonesia]] (1945-9) membuat Indonesia yang baru merdeka melawan Belanda yang mencoba untuk mendapatkan kembali jajahannya. Dia mengajar sebentar di [[Bandung]] sebelum Berg mengundangnya ke [[Jakarta]] untuk mengajar perguruan tinggi yang sekarang bernama [[Universitas Indonesia]].{{Sfn|Ricklefs|1985}} Ia menerima undangan itu dan tinggal di Jakarta sampai tahun 1950. Selama periode ini ia menulis berbagai karya, termasuk ''Mahkota Majapahit'' ([[Bahasa Belanda|belanda]]": ''Over de kroon van Madja-Pait'', 1948) dan
Kekecewaan ini, serta khawatir akan
===
De Graaf berangkat ke Belanda pada tahun 1950, dan pada tahun 1953 ia menjadi ''privaat docent'' di [[Leiden]] untuk pengajaran sejarah Indonesia. Kuliah perdananya tentang ''[[Babad Tanah Jawi]]'' memicu perselisihan akademik dengan C. C. Berg. Pada tahun 1955, Berg mengatakan bahwa de Graaf bergantung terlalu naif dengan sumber-sumber dari Jawa, yang membawanya menerima historisitas [[Sutawijaya]]—pendiri Mataram dan kakek [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung]], yang juga dikenal sebagai Panembahan Senapati, sedangkan Berg percaya bahwa ia adalah mitos yang diciptakan untuk meningkatkan legitimasi Sultan Agung, bahwa Sultan Agung adalah pendiri sebenarnya. De Graaf, melalui tulisan yang disusun tahun 1956 menjawab, di mana ia membantah—dengan dukungan dari sumber-sumber Eropa—Tesis Berg mengatakan bahwa Agung adalah pendiri Mataram. Namun tidak semua masalah diselesaikan, dan perdebatan terus memperburuk hubungan antara de Graaf dengan Berg di ranah akademis dan pribadi.{{Sfn|Ricklefs|1985}}
Dia terus mengajar di berbagai sekolah-sekolah Belanda sampai ia pensiun pada tahun 1967.{{Sfn|Ricklefs|1985}} tahun-tahun di mana dia sangat produktif; ia menulis empat jilid tentang sejarah Jawa antara 1500-1700: satu tentang Pengadilan Mataram sebagaimana dikunjungi oleh utusan Belanda (diterbitkan tahun 1956), satu tentang masa pemerintahan Sultan Agung (1958) dan dua volume pada masa pemerintahan [[Amangkurat I]] (1961 dan 1962).{{Sfn|Ricklefs|1985}}
Baris 42 ⟶ 43:
== Kehidupan pribadi ==
== Referensi ==
|