Kesultanan Samudera Pasai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
ArfanSulaiman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(197 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Former Country
|native_name = ''Samudera DarussalamPasai''
|conventional_long_name = Kesultanan Samudera Pasai
|common_name = Samudera = Pasai<br>Pasai
|continent = Asia
|region = [[Asia Tenggara]]
|country = [[Indonesia]]
|religion = [[Islam]]
|image_flag =
|image_coat =
|symbol_type =
|p1 = Kerajaan = Jeumpa
|p2 = Kerajaan Jambu = Lipo
|s1 = ImperiumKerajaan PortugisSiguntur
|s2 = Kesultanan Aceh
|flag_p1 =
|flag_p2 =
|flag_s1 = Flag Portugalof (1640)Minang.svg
|flag_s2 = Flag of the Aceh Sultanate.png
|year_start = 1267710
|year_end = 1521
|date_start =
|date_end =
|event_start =
|event_end = Invasi Portugis
|image_map = Pasai.jpg
|capital = [[Lhokseumawe|Pasai]]
|common_languages = [[Bahasa Aceh|Aceh]], [[Bahasa Melayu =kuno|Melayu kuno]], [[Bahasa MelayuGayo|MelayuGayo]]
|government_type = Monarki
|title_leader = Sultan
|currency = Koin emas dan perak
|footnotes =
|today = {{flag|Indonesia}}
}}
{{Sejarah Indonesia|Kerajaan Islam}}
 
'''Kesultanan Pasai''', juga dikenal dengan '''Samudera Darussalam''', atau '''Samudera Pasai''', dengan sebutan singkat yaitu Pasai adalah [[kerajaan]] [[Islam]] yang terletak di pesisir pantai utara [[SumateraSumatra]], kurang lebih di sekitar [[Kota Lhokseumawe]] dan [[Kabupaten Aceh Utara|Aceh Utara]], Provinsi [[Aceh]], [[Indonesia]].Kerajaan ini didirikan oleh '''Meurah Silu''', yang bergelar [[Malik al-Saleh|Sultan Malik as-Saleh]], sekitar tahun [[1267]].<ref name=":0">Prof. Dr. Hamka (2016) "Sejarah Umat Islam" Jakarta : Gema Insani</ref>
 
BelumPara begitusejarawan banyakmenelusuri bukti arkeologis tentangkeberadaan kerajaan ini untukmenggunakan dapatsumber digunakandari sebagai[[Hikayat bahanRaja-raja kajianPasai]] sejarah.<ref>Ricklefs,serta M.C.,peninggalan (1991),[[sejarah]] ''Aadat Historyistiadat ofserta Modernbudaya Indonesiasetempat sinceyang c.1300'',masih 2ndberjalan Edition,dan Stanford:dipertahankan Stanfordoleh Universitymasyarakat Press,pesisir hlm.pantai 15, ISBN 0-333-57690-X.</ref> Namun beberapa sejarahwan memulai menelusuri keberadaan kerajaan ini bersumberkan dariutara [[Hikayat Raja-raja PasaiSumatra]],.<ref name="Hill">Hill, A. H., (1960), ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'', Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland, London. Library, MBRAS.</ref> danHal ini dikaitkandibuktikan dengan beberapa makam raja yang datang pertama kali pada tahun 710 [[Masehi]] serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama keturunan rajanya.<ref>Wicks, R. S., (1992), ''Money, markets, and trade in early Southeast Asia: the development of indigenous monetary systems to AD 1400'', SEAP Publications, ISBN 0-87727-710-9.</ref>
 
KerajaanDengan di temukannya Makam Raja (Penemuan Makam Raja Samudera Pasai Meninggal di Tahun 710 Masehi) ini didirikanmembuktikan olehsebelumnya Marahsudah Siluberdiri Kerajaan Samudera Pasai sebelum Rajanya Meninggal (Penemuan Makam Raja). Kerajaan Samudera Pasai sudah berdiri sebelum 710 Masehi dan juga bisa dikatakan Islam sudah masuk di Nusantara (Indonesia) sebelum 710 Masehi.<ref>Wicks, yangR. bergelarS., [[Malik(1992), al-Saleh|Sultan''Money, Malikmarkets, as-Saleh]]and trade in early Southeast Asia: the development of indigenous monetary systems to AD 1400'', sekitarSEAP tahunPublications, [[1267]]ISBN 0-87727-710-9.</ref> Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab ''Rihlah ila l-Masyriq'' (Pengembaraan ke Timur) karya ''[[Ibnu Batutah|Abu Abdullah ibn Batuthah]]'' (1304–1368), musafir [[Maroko]] yang singgah ke negeri ini pada tahun [[1345]]. Kesultanan Pasai akhirnya runtuh setelah serangan [[Portugal]] pada tahun [[1521]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=R63ACQAAQBAJ&pg=PA822&lpg=PA822&dq=Samudera+Pasai+Empire&source=bl&ots=b9bZRle3ra&sig=ACfU3U29_BNU5pr8VozUNmXRr7bpkbtC8Q&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjStsrs2vvpAhWbbysKHW9QDaEQ6AEwCnoECAkQAQ#v=onepage&q=Samudera%20Pasai%20Empire&f=false|title=World Monarchies and Dynasties|last=Middleton|first=John|date=2015-06-01|publisher=Routledge|isbn=978-1-317-45158-7|language=en}}</ref>
 
== Pembentukan awalSejarah ==
Berdasarkan ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'' serta tersebut dalam [[Tambo Minangkabau]] putra dari Ahlul Bait Sayyidina Hussein, menceritakan tentang pendirian Pasai oleh MarahMeurah Silu dan menyebut nama raja yang mukim dari tahun 710 Masehi hingga para anak cucu nya sebagai penyebar agama Islam di Sumatra, setelah sebelumnya ia menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser.<ref name="Hill"/> MarahMeurah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut dengan ''Semerlanga'' kemudian setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau [[12971267]] M.<ref>Moquette, Jean Pierre, (1913), ''De Oudste Vorsten van Samudra-Pase'', Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst, Batavia, hlm. 1-12.</ref> Dalam [[Hikayat Raja-raja Pasai]] maupun [[Sulalatus Salatin]] nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang berbeda, namun dalam catatan [[Tiongkok]] nama-nama tersebut tidak dibedakan sama sekali. Sementara [[Marco Polo]] dalam lawatannya mencatat beberapa daftar kerajaan yang ada di pantai timur [[Pulau Sumatera]] waktu itu, dari selatan ke utara terdapat nama ''Ferlec'' (Perlak), ''Basma'' dan ''Samara'' (Samudera).
 
Dalam [[Hikayat Raja-raja Pasai]] maupun [[Sulalatus Salatin]] nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang berbeda, tetapi dalam catatan [[Tiongkok]] nama-nama tersebut tidak dibedakan sama sekali. Sementara [[Marco Polo]] dalam lawatannya mencatat beberapa daftar kerajaan yang ada di pantai timur [[Pulau Sumatra]] waktu itu, dari selatan ke utara terdapat nama ''Ferlec'' (Perlak), ''Basma'' dan ''Samara'' (Samudera).<ref>{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/08/15/m8seqj-samudera-pasai-khilafah-islam-nusantara-3|title=Samudera Pasai, Khilafah Islam Nusantara (3)|date=2012-08-15|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-06-12}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=zFKcQ8_dS00C&pg=PA1337&lpg=PA1337&dq=Samudera+Pasai+Empire&source=bl&ots=VOLJU1094w&sig=ACfU3U3x3WEVpGS_qDyHZ5BO6QMVU-jUag&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-vKbi2_vpAhXSXisKHeKtDKY4ChDoATACegQICRAB#v=onepage&q=Samudera%20Pasai%20Empire&f=false|title=World and Its Peoples: Eastern and Southern Asia|date=2007|publisher=Marshall Cavendish|isbn=978-0-7614-7643-6|language=en}}</ref>
Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya [[Muhammad Malik az-Zahir|Sultan Muhammad Malik az-Zahir]] dari perkawinannya dengan putri [[Kesultanan Perlak|Raja Perlak]]. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama [[Islam]]. Kemudian sekitar tahun 1326 ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya [[Mahmud Malik az-Zahir|Sultan Mahmud Malik az-Zahir]] dan memerintah sampai tahun 1345. Pada masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn Batuthah, kemudian menceritakan bahwa [[sultan]] di negeri '''Samatrah''' (Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya menganut [[Mazhab Syafi'i]].<ref>Ferrand, Gabriel, (1914), ''Relations de voyages et textes geographiques : Arabes, Persan et Turks relatifs a l'Extreme-Orient du VIIIe au XVIIIe siecles'', traduits, II, hlm. 440-450.</ref>
 
Pemerintahan Sultan Malik as-Saleh kemudian dilanjutkan oleh putranya [[Muhammad Malik az-Zahir|Sultan Muhammad Malik az-Zahir]] dari perkawinannya dengan putri [[Kesultanan Perlak|Raja Perlak]]. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, koin emas sebagai mata uang telah diperkenalkan di Pasai, seiring dengan berkembangnya Pasai menjadi salah satu kawasan perdagangan sekaligus tempat pengembangan dakwah agama [[Islam]]. Kemudian sekitar tahun 1326 ia meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya [[Mahmud Malik az-Zahir|Sultan Mahmud Malik az-Zahir]] dan memerintah sampai tahun 1345. Pada masa pemerintahannya, ia dikunjungi oleh Ibn Batuthah, kemudian menceritakan bahwa [[sultan]] di negeri '''Samatrah''' (Samudera) menyambutnya dengan penuh keramahan, dan penduduknya menganut [[Mazhab Syafi'i]].<ref>Ferrand, Gabriel, (1914), ''Relations de voyages et textes geographiques: Arabes, Persan et Turks relatifs a l'Extreme-Orient du VIIIe au XVIIIe siecles'', traduits, II, hlm. 440-450.</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=Ki8COnr7H0MC&pg=PA79&lpg=PA79&dq=Samudera+Pasai+Empire&source=bl&ots=eucpWTFRdv&sig=ACfU3U1bJfVWaEn3HxavchksmN-a1KTw4w&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj-vKbi2_vpAhXSXisKHeKtDKY4ChDoATAEegQIChAB#v=onepage&q=Samudera%20Pasai%20Empire&f=false|title=Historical Atlas of Indonesia|last=Cribb|first=Robert|date=2013-02-01|publisher=Routledge|isbn=978-1-136-78057-8|language=en}}</ref>
 
=== Al Malikush Shaleh (1267-1297) ===
[[Berkas:Makam Sultan Malik As-Shalih (Malikussaleh).jpg|jmpl|ki|250px|Makam Sultan Malikussaleh]]
 
Pada saat itu, orang-orang Islam sudah mendirikan perkampungan di tepi pantai Sumatra. Mereka berasal dari pedagang-pedagang sumatera yang berdagang di arab dan persia. Hanya saja, mereka belum sanggup mendirikan kerajaan yang kuat.
 
Pada tahun 1205, telah naik takhta seorang raja Islam di Daya, Aceh yang bergelar Sri Paduka Sultan Johan Syah.<ref name=":0" /> Beliau bukan penduduk asli Aceh, melainkan keturunan pedagang-pedagang Islam yang menetap di Aceh. Prof. Dr. Hamka berpendapat bahwa jika dilihat dari namanya, ada kemungkinan bahwa beliau berasal dari Gujarat. Namun demikian, tidak ada berita mengenai kelanjutan kerajaan ini.
 
Kabar berita bahwa masyarakat Islam sudah ada di pantai Sumatra rupanya sampai juga ke Mekah. Syarif Mekah mengutus seorang ulama bernama Syekh Isma'il agar datang berkunjung ke negeri Samudra, Aceh. Sebab, di antara negeri-negeri tepi pantai Sumatra, nama Samudra Pasai lebih terkenal. Syekh Isma'il berangkat menuju Samudra Pasai. Ia melabuhkan sementara kapalnya di Malabar (Mu'tabar), lalu melanjutkan perjalanan ke Aceh. Sampai di Aceh, Syekh Isma'il bertemu dengan seorang mantan raja yang bernama Fakir Muhammad. Mantan raja itu ialah keturunan dari Abu Bakar, sahabat nabi.
 
Mereka berdua mengunjungi negeri-negeri tepi pantai Sumatra yang telah memeluk agama Islam, yaitu Fansur (Barus), Lamiri dan Haru. Setelah itu, mereka meneruskan pelayaran ke negeri Perlak. Disana mereka mendapat informasi bahwa negeri Samudra Pasai yang mereka tuju rupanya telah terlewat. Terpaksalah kapal mereka dibelokkan kembali. Akhirnya, mereka berjumpa dengan Merah Silu, kepala kampung di tempat itu.
 
Setelah mereka berdua mengadakan pertemuan dengan Merah Silu, beliau masuk islam. Beliau juga diberikan nama Islam, yaitu Sultan al-Malikush Shaleh. Kemudian, mereka memberi tanda-tanda kerajaan yang langsung dibawa dari Mekah kepada Sultan. Gelar Sultan ini langsung diberikan oleh Syarif Mekah. Pada saat itu, Syarif Mekah ada di bawah naungan kerajaan Mamalik di Mesir. Syarif Mekah, atas izin Sultan Mamalik, memberikan gelar Sultan kepada Merah Silu.<ref name=":0" /> Gelar "Al Malikush Shaleh" adalah gelar yang dipakai oleh pendiri kerajaan Mamalik yang pertama di Mesir, yaitu Al Malikush Shaleh Ayub.
 
Pada zaman pemerintahan Al Malikush Shaleh, Marco Polo, seorang pengembara bangsa Venesia, berkunjung ke Sumatera Utara. Pada saat itu, ia belum melihat banyak orang Islam di Sumatra, kecuali di Kerajaan Perlak saja. Al Malikush Shaleh menikah dengan anak perempuan Raja Perlak yang telah beragama Islam. Beliau memiliki dua orang putra.
 
=== Al Malikuzh Zhahir I (1297 - 1326) ===
Seorang putra Al Malikush Shaleh diberi gelar Al Malikush Zhahir, sedangkan putranya yang lain diberi gelar Al Malikul Mansur. Azh Zahir adalah gelar yang dipakai oleh Sultan Mamalik yang kedua di Mesir, yaitu al Malikuzh Zhair Baibars (1260 - 1277). Al Mansur adalah gelar dari Sultan Mamalik yang ketiga, yang menggantikan Baibars, yaitu al Malikul Mansur Qalawun (1279 - 1290). Sultan Al Malikuz Zhahir diangkat sebagai sultan kedua Samudra Pasai. Nama kecil sultan itu adalah Raja Muhammad.
 
=== Al Malikuszh Zhahir II (1326 - 1349) ===
Sultan ketiga Samudra Pasai bergelar Zhahir juga. Nama kecilnya adalah Raja Ahmad. [[Hamka]] berpendapat bahwa besar kemungkinan bahwa sultan inilah yang ditemui oleh Ibnu Batutah ketika ia singgah di negeri Pasai tatkala Ibnu Batutah diutus Sultan Delhi ke Tiongkok pada 1345.<ref name=":0" /> Dalam catatan Ibnu Batutah ketika berkunjung ke Kesultanan Samudera Pasai, ia mengisahkan bahwa Al Malikuszh Zhahir sebagai Sultan Pasai beserta rakyatnya menganut [[mazhab Syafi'i]].<ref>{{Cite book|last=Adan|first=Hasanuddin Yusuf|date=2013|url=https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/28825/1/Buku%20Islam%20dan%20Sistem%20pemerintahan.pdf|title=Islam dan Sistem Pemerintahan di Aceh Masa Kerajaan Aceh Darussalam|location=Banda Aceh|publisher=Lembaga Naskah Aceh (NASA) & Ar-Raniry Press|isbn=978-602-7837-64-5|pages=25|url-status=live}}</ref> Mahdzhab itu diketahui oleh Sultan secara mendalam. Sultan pun sanggup bertukar pikiran dengan para ulama ketika membicarakan masalah agama. Sultan gemar mendakwahkan agama Islam ke negeri-negeri tetangga. Sultan juga memiliki armada kapal dagang yang besar. Ketika Ibnu Batutah singgah di Tiongkok, ia melihat kapal dari Sultan Pasai sedang berdagang di sana. Sultan mengangkat ulama keturunan bangsa sayid dari Syiraz sebagai qadhi di Pasai.
 
=== Zainal Abidin (1349-1406) ===
Setelah Sultan al-Malikuzh Zhahir meninggal, naiklah putranya Zainal Abidin. Ia naik takhta ketika usianya masih kecil, sehingga untuk sementara, pemerintahan dijalankan oleh pembesar-pembesar kerajaan.
 
Kerajaan Siam mendatangi Samudra Pasai. Awalnya, mereka masuk ke negeri Pasai secara baik-baik. Mereka pun disambut dengan layak oleh Pasai. Mereka mengangkat sebuah peti besar ke dalam istana, sebagai hadiah untuk Sultan Pasai. Ketika peti itu dibuka, melompatlah empat orang pasukan Siam keluar dari peti, menangkap sultan yang masih kecil.<ref name=":0" /> Sultan Pasai diculik, dibawa ke kapal, ditawan di dalam istana Siam.
 
Orang-orang besar Samudra Pasai terpaksa datang mempersembahkan tebusan ke negeri Siam, yaitu emas. Mereka memohon agar sultan dapat dibebaskan. Raja Siam mengizinkan, dengan syarat, Pasai harus tetap rutin membayar emas. Akhirnya, pulanglah Sultan yang masih muda itu ke Pasai, hingga duduk kembali di atas singgasananya.
 
Tidak beberapa lama kemudian, tiba-tiba datang pulalah pasukan Majapahit. Diserbunya Samudra Pasai sekali lagi. Pasai takluk di bawah Majapahit. Siam pun tidak mampu melawan Majapahit untuk mempertahankan Pasai,peristiwa ini tertulis pada [[Hikayat (Aceh)]] dan [[Kakawin Nagarakretagama|Kitab negarakertagama]]
 
Maharaja Tiongkok mengutus admiral Cheng Ho untuk datang ke Pasai pada tahun 1405. Dalam riwayat Tiongkok, Raja Pasai pada saat itu ialah Tsai Nu Li A Pi Ting Ki (Zainal Abidin). Cheng Ho menganjurkan agar Pasai mengakui persahabatan dengan Maharaja Tiongkok, Kaisar Cheng Tsu. Kaisar ini baru saja merebut kekuasaan dari kaisar yang dahulu, Hwui Ti. Cheng Ho datang membawa hadiah tanda persahabatan dari Kaisar Tiongkok. Ia pun memberikan janji bahwa Tiongkok akan tetap membela Samudra Pasai, Malaka dan negeri-negeri lain, jika ada serangan dari luar, asalkan mereka mengakui perlindungan dari Tiongkok.
 
Zainal Abidin meninggal dalam satu peperangan melawan negeri Nakur di Aceh. Permaisuri Pasai menjanjikan bahwa ia sudi menjadi istri bagi siapa saja yang sudi berjuang menuntut bela kematian suaminya dalam perang itu. Tampillah ke depan, seorang nelayan, untuk mengepalai tentara yang ingin mengalahkan negeri Nakur kembali. Menurut riwayat Tiongkok, nelayan itu menang perang, sehingga langsung diangkat menjadi raja, menggantikan raja yang meninggal, pada tahun 1412.<ref name=":0" />
 
=== Akhir Samudra Pasai dan Invasi Portugis ===
Dalam catatan Tiongkok, putra Zainal Abidin, yang seharusnya berhak menduduki takhta kerajaan, tidaklah merasa senang hati karena seorang nelayan berhasil merebut takhta kerajaan. Nelayan itu dibunuhnya, ia pun naik takhta yang memang sudah menjadi haknya.
 
Raja Iskandar, anak dari Raja Semudra Pasai dibawa oleh Cheng Ho pada tahun 1412 untuk mengunjungi Tiongkok dan datang menghadap Maharaja Tiongkok. Sesampainya di Tiongkok, Raja Iskandar meninggal terbunuh. Semenjak itu, jaranglah terdengar hubungan antara Pasai dan Tiongkok. Kunjungan terakhir Pasai ke Tiongkok tercatat pada tahun 1434.
 
Sementara itu, Malaka mulai naik, sedangkan Pasai mulai turun. Pelabuhan Pasai berangsur sepi, pantainya mulai dangkal, kapal-kapal lebih banyak berlabuh di pelabuhan Malaka. Sejak saat itu, pusat kegiatan Islam pindah dari Pasai ke Malaka. {{Cn}}Pada tahun 1521, Portugis berhasil mendarat di wilayah Kesultanan Pasai lalu menyerang dan menguasai wilayahnya.<ref>{{Cite book|date=2012|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/12361/1/Album%20Nisan%20Samudera%20Pasai.pdf|title=Album Nisan Samudera Pasai|location=Jakarta|publisher=Sekretariat Direktoral Jenderal Kebudayaan|pages=16|url-status=live}}</ref> Kondisi ini membuat banyak penduduk Kesultanan Samudra Pasai meninggalkan kampung halaman dan pergi merantau ke pusat kekuasaan Majapahit di bagian timur Pulau Jawa.
 
Salah seorang warga Pasai yang datang ke Jawa adalah [[Fatahillah|Faletehan]] (Fatahillah / Syarif Hidayatullah). Ia merantau ke pulau Jawa karena negerinya diserang Portugis. Di Jawa, ia berkarir sebagai panglima perang [[Kesultanan Demak]] yang berhasil mengalahkan kerajaan [[Kerajaan Galuh|Galuh]] dan [[Pakwan Pajajaran|Pajajaran]]. Hingga akhirnya, ia sukses mendirikan kesultanan [[Kesultanan Banten|Banten]] dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]]. Fatahillah juga sukses mengalahkan pasukan Portugal di Sunda Kelapa dengan gabungan pasukan Demak-Cirebon pada 22 Juni 1527. Hari itu kemudian diperingati sebagai hari lahir Kota Jakarta.<ref>{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|title=Sejarah HUT Jakarta & Benarkah Fatahillah Membantai Rakyat Betawi?|url=https://tirto.id/sejarah-hut-jakarta-benarkah-fatahillah-membantai-rakyat-betawi-crhj|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-07-30}}</ref><ref>{{Cite web|title=Keturunan Fatahillah, Pendiri Kota Jakarta|url=https://www.historyofcirebon.id/2018/12/keturunan-fatahillah-pendiri-kota.html|website=Sejarah Cirebon|language=id|access-date=2023-07-30}}</ref>
 
 
 
 
<blockquote class="toccolours" style="text-align:justify; width:45%; float:right; padding: 10px; display:table; margin-left:10px;">"Maka titah Sang Nata akan segala tawanan orang Pasai itu, suruhlah ia duduk di tanah Jawa ini, mana kesukaan hatinya. Itulah sebabnya maka banyak keramat di tanah Jawa tatkala Pasai kalah oleh Majapahit itu".<p style="text-align: right;">— Gambaran penaklukan Pasai oleh Majapahit, kutipan dari ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]''.<ref name="Hill"/>
</blockquote>
 
== Relasi dan persaingan ==
Kesultanan Pasai kembali bangkit di bawah pimpinan [[Zainal Abidin Malik az-Zahir|Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir]] tahun 1383, dan memerintah sampai tahun 1405. Dalam [[kronik CinaTiongkok]] ia juga dikenal dengan nama ''Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki'', dan disebutkan ia tewas oleh ''Raja Nakur''. Selanjutnya pemerintahan Kesultanan Pasai dilanjutkan oleh istrinyaanaknya Sultanah Nahrasiyah.
 
Armada Cheng Ho yang memimpin sekitar 208 kapal mengunjungi Pasai berturut turut dalam tahun 1405, 1408 dan 1412. Berdasarkan laporan perjalanan [[Cheng Ho]] yang dicatat oleh para pembantunya seperti [[Ma Huan]] dan [[Fei Xin]]. Secara geografis Kesultanan Pasai dideskripsikan memiliki batas wilayah dengan pegunungan tinggi disebelah selatan dan timur, serta jika terus ke arah timur berbatasan dengan [[Kerajaan Aru]], sebelah utara dengan [[laut]], sebelah barat berbatasan dengan dua kerajaan, ''Nakur'' dan ''Lide''. Sedangkan jika terus ke arah barat berjumpa dengan kerajaan ''Lambri'' ([[Lamuri]]) yang disebutkan waktu itu berjarak 3 hari 3 malam dari Pasai. Dalam kunjungan tersebut Cheng Ho juga menyampaikan hadiah dari Kaisar CinaTiongkok, [[Lonceng Cakra Donya]].<ref name="Yuanzhi">Yuanzhi Kong, (2000), ''Muslim Tionghoa [[Cheng Ho]]: misteri perjalanan muhibah di Nusantara'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-361-4.</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=5fNjAAAAQBAJ&pg=PA65&lpg=PA65&dq=Samudera+Pasai+Empire&source=bl&ots=LGGQ_Qbs3b&sig=ACfU3U0ltr-XekE9CErbzHYo0tZRXCqhVQ&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwir8qqt3PvpAhWGbisKHSfYBro4HhDoATAGegQIChAB#v=onepage&q=Samudera%20Pasai%20Empire&f=false|title=Mapping the Acehnese Past|last=Feener|first=R. Michael|last2=Daly|first2=Patrick|last3=Reed|first3=Anthony|date=2011-01-01|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-25359-9|language=en}}</ref>
 
Sekitar tahun 1434 Sultan Pasai mengirim saudaranya yang dikenal dengan ''Ha-li-zhi-han'' namun wafat di [[Beijing]]. [[Kaisar Xuande]] dari [[Dinasti Ming]] mengutus ''Wang Jinhong'' ke Pasai untuk menyampaikan berita tersebut.<ref name="Yuanzhi"/><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=djsi3nve26MC&pg=PA419&lpg=PA419&dq=Samudera+Pasai+Empire&source=bl&ots=c5YoP9JeDp&sig=ACfU3U0j70XJz3vzuzht10E6y7C07ICXSg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjF-o-P3PvpAhXVdn0KHUaYBWU4FBDoATAEegQIChAB#v=onepage&q=Samudera%20Pasai%20Empire&f=false|title=The Sea and Civilization: A Maritime History of the World|last=Paine|first=Lincoln|date=2013-10-29|publisher=Knopf Doubleday Publishing Group|isbn=978-0-307-96225-6|language=en}}</ref>
 
== Pemerintahan ==
[[Berkas:Cakra Donya.JPG|jmpl|257x257px|Lonceng Cakra Donya yang merupakan hadiah dari [[Cheng Ho|Laksamana Cheng Ho.]]<ref>{{Cite news|url=https://travel.detik.com/domestic-destination/d-3666189/kisah-lonceng-raksasa-hadiah-laksamana-cheng-ho-di-aceh|title=Kisah Lonceng Raksasa Hadiah Laksamana Cheng Ho di Aceh|last=Setyadi|first=Agus|work=[[Detik.com|detikcom]]|language=id|access-date=2020-06-12}}</ref>]]
[[Berkas:Cakra Donya.JPG|jmpl|300px|Lonceng Cakra Donya]]
 
Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara ''Krueng Jambo Aye'' (Sungai Jambu Air) dengan ''Krueng Pase'' (Sungai Pasai), [[Aceh Utara]]. Menurut ibn Batuthah yang menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di Pasai, menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari [[batu]], namuntetapi telah memagari kotanya dengan [[kayu]], yang berjarak beberapa kilometer dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat [[masjid]], dan [[pasar]] serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan, walau muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah mengakibatkan kapal terbalik.<ref name="Yuanzhi"/> Sehingga penamaan [[Lhokseumawe]] yang dapat bermaksud ''teluk yang airnya berputar-putar'' kemungkinan berkaitan dengan ini.
 
Dalam struktur pemerintahan terdapat istilah ''[[menteri]]'', ''[[syahbandar]]'' dan ''[[kadi]]''. Sementara anak-anak sultan baik lelaki maupun perempuan digelari dengan ''[[Tun]]'', begitu juga beberapa petinggi kerajaan. Kesultanan Pasai memiliki beberapa kerajaan bawahan, dan penguasanya juga bergelar [[sultan]].
 
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, [[KerajaanKesultanan PerlakPeureulak]] telah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Pasai.<ref>{{Cite book|last=Sidiq, kemudianR., Najuah, dan Lukitoyo, P. S.|date=2020|url=http://digilib.unimed.ac.id/48966/1/Book.pdf|title=Sejarah Indonesia Periode Islam|publisher=Yayasan Kita Menulis|isbn=978-623-6761-12-0|pages=20-21|url-status=live}}</ref> Kemudian ia juga menempatkan salah seorang anaknya yaitu Sultan Mansur di Samudera. Namun pada masa Sultan Ahmad Malik az-Zahir, kawasan Samudera sudah menjadi satu kesatuan dengan nama Samudera Pasai yang tetap berpusat di Pasai. Pada masa pemerintahan Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, ''Lide'' ([[Kerajaan Pedir]]) disebutkan menjadi kerajaan bawahan dari Pasai. Sementara itu Pasai juga disebutkan memiliki hubungan yang buruk dengan ''Nakur'', puncaknya kerajaan ini menyerang Pasai dan mengakibatkan Sultan Pasai terbunuh.
 
== Perekonomian ==
Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan [[lada]] sebagai komoditikomoditas andalannya, dalam catatan [[Ma Huan]] disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga [[perak]] 1 [[tahil]]. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin [[emas]] sebagai alat transaksi pada masyarakatnya, mata uang ini disebut ''[[Deureuham]]'' ([[dirham]]) yang dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 &nbsp;mm, mutu 17 [[karat]].<ref>{{cite web|url=https://www.pubvel.com/2023/12/kejayaan-dan-kehancuran-kerajaan.html|title=Kejayaan dan Kehancuran Kerajaan Samudra Pasai: Pemerintahan dan Ekonomi|website=pubvel.com}}</ref>
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam [[padi]] di ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik, dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan.<ref name="Yuanzhi"/>
 
{{multiple image|caption_align=center|header_align=center
| align = center
 
| image1 = MUS Koin Kesultanan Samudera Pasai; 2.jpg
| width1 = 250
| caption1 = Dirham emas
 
| image2 = MUS Koin Kesultanan Samudera Pasai; 3.jpg
| width2 = 250
| caption2 = Dirham emas
 
| image3 = MUS Koin emas Samudera Pasai 1326-1345; 2.jpg
| width3 = 250
| caption3 = Koin timah
 
| image4 = MUS Koin emas Samudera Pasai 1326-1345; 3.jpg
| width4 = 250
| caption4 = Koin timah
 
}}
 
== Agama dan budaya ==
Baris 69 ⟶ 143:
 
== Akhir pemerintahan ==
Menjelang masa-masa akhir pemerintahan Kesultanan Pasai, terjadi beberapa pertikaian di Pasai yang mengakibatkan [[perang saudara]]. [[Sulalatus Salatin]]<ref name="Ahmad">Ahmad Rizal Rahim, (2000), ''[[Sulalatus Salatin]]'', Jade Green Publications, ISBN 983-9293-77-X.</ref> menceritakan Sultan Pasai meminta bantuan kepada [[Kesultanan Melaka|Sultan Melaka]] untuk meredam pemberontakan tersebut. Namun Kesultanan Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh [[Portugal]] tahun [[1521]] yang sebelumnya telah menaklukan Melaka tahun [[1511]], dan kemudian tahun [[1524]] wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan [[Kesultanan Aceh]].<ref>{{Cite web|url=http://www.jejakwisata.com/index.php/destinations/80-stately-royal-of-samudera-pasai|title=Stately Royal of Samudera Pasai|website=www.jejakwisata.com|access-date=2020-06-12|archive-date=2020-06-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20200612071702/http://www.jejakwisata.com/index.php/destinations/80-stately-royal-of-samudera-pasai|dead-url=yes}}</ref><ref>[https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/aricis/article/view/959 FROM PASEE TO SOUTHEAST ASIAN ISLAM: An archaeological semiotic study of shared symbols among Malays]</ref>
<!--
== Peninggalan ==
1.Lonceng cakra donya (dari [[CinaTiongkok]])
 
2.Makam sultan Malik Al-Saleh, letak makamnya di Desa Beuringin, Kec Samudera letaknya kurang lebih 17&nbsp;km sebelah timur kota Lhokseumawe.
Baris 81 ⟶ 155:
 
== Daftar penguasa Pasai ==
Berikut adalah daftar para sultan yang memerintah Kesultana Samudera Pasai:<ref>Muhammad, Taqiyuddin: "Daulah Shalihiyyah di SumateraSumatra", hal. 115-186. CISAH, 2011.</ref>:
{| class="wikitable"
|-
! No !! Periode !! Nama Sultan atau Gelar !! Catatan dan peristiwa penting
|-
| 1 || 1267 - 1297 || [[MalikMalikussaleh al-Salehdari Samudera Pasai|Sultan Malik as-SalehMalikussaleh]] (Meurah Silu) || PendiriTahta Selanjutnya dari Samudra Pasai
|-
| 2 || 1297 - 1326 || Sultan[[Muhammad Al-MalikMalikuzzahir azh-Zhahirdari ISamudera /Pasai|Sultan Muhammad I Malikuzzahir]]|| Koin emas mulai diperkenalkan
|-
| 3 || 1326 - 133? || Sultan AhmadMahmud IMalikuzzahir || Penyerangan keDikunjungi [[KerajaanIbnu Karang Baru]], [[TamiangBatutah]]
|-
| 4 || 133? - 1349 || Sultan Al-MalikAhmad azh-Zhahir IIMalikuzzahir || DikunjungiPenyerangan ke Kerajaan Karang Baru, [[Ibnu BatutahTamiang]]
|-
| 5 || 1349 - 1406 || Sultan Zainal Abidin I || Diserang [[Majapahit]]
|-
| 6 || 1406 - 1428 || [[RatuMalikah Nahrasiyah|Sultanah Nahrasyiyah]] || Masa kejayaan Samudra Pasai
|-
| 7 || 1428 - 1438 || [[Sultan Zainal Abidin II]] ||
Baris 124 ⟶ 198:
| 19 || 1509 - 1514 || Sultan Ahmad V || Malaka jatuh ke tangan Portugis
|-
| 20 || 1514 - 1517 || [[Sultan Zainal Abidin IV]] ||
|-
|}
 
== Warisan sejarah ==
[[Berkas:MUS Koin Kesultanan Samudera Pasai; 2.jpg|jmpl|259x259px|Koin Emas dari Kesultanan Samudera Pasai]]
Penemuan [[makam]] Sultan Malik as-Saleh yang bertarikh 696 H atau 1297 M, dirujuk oleh sejarahwan sebagai tanda telah masuknya agama [[Islam]] di [[Nusantara]] sekitar abad ke-13. Walau ada pendapat bahwa kemungkinan Islam telah datang lebih awal dari itu. [[Hikayat Raja-raja Pasai]] memang penuh dengan mitos dan legenda namun deskripsi ceritanya telah membantu dalam mengungkap sisi gelap sejarah akan keberadaan kerajaan ini. Kejayaan masa lalu kerajaan ini telah menginspirasikan masyarakatnya untuk kembali menggunakan nama pendiri kerajaan ini untuk [[Universitas Malikussaleh]] di [[Lhokseumawe]].
Penemuan [[makam]] Sultan Malik as-Saleh yang bertarikh 696 H atau 1267 M, dirujuk oleh sejarawan sebagai tanda telah masuknya agama [[Islam]] di [[Nusantara]] sekitar abad ke-13. Walau ada pendapat bahwa kemungkinan Islam telah datang lebih awal dari itu. [[Hikayat Raja-raja Pasai]] memang penuh dengan mitos dan legenda namun deskripsi ceritanya telah membantu dalam mengungkap sisi gelap sejarah akan keberadaan kerajaan ini. Kejayaan masa lalu kerajaan ini telah menginspirasikan masyarakatnya untuk kembali menggunakan nama pendiri kerajaan ini untuk [[Universitas Malikussaleh]], [[Bandar Udara Malikus Saleh|Bandara Malikussaleh]] dan Museum Islam Samudera Pasai di [[Aceh Utara]].<ref>{{Cite web|url=http://unimal.ac.id/index/page/1/sejarah-universitas-malikussaleh#:~:text=Sejarah%20Universitas%20Malikussaleh,kedinamisan,%20serta%20patriotismenya%20Sultan%20Malikussaleh.|title=Unimal|website=unimal.ac.id|language=en|access-date=2020-06-12|archive-date=2020-06-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20200612071702/http://unimal.ac.id/index/page/1/sejarah-universitas-malikussaleh#:~:text=Sejarah%20Universitas%20Malikussaleh,kedinamisan,%20serta%20patriotismenya%20Sultan%20Malikussaleh.|dead-url=yes}}</ref>
 
== Lihat pula ==
 
* [[Sultan Malikussaleh]]
* [[Hikayat Raja-raja Pasai]]
* [[Kesultanan Aceh]]
*[[Kerajaan Jambu Lipo]]
 
== Rujukan ==
{{reflist}}
 
== KepustakaanBacaan lanjutan ==
* T. Ibrahim Alfian, (1979), ''Mata Uang Emas Kerajaan-kerajaan di Aceh'', Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum, Aceh.
* {{cite journal | last=Hall | first=Kenneth R. | year=1981 | title=Trade and statecraft in the Western Archipelago at the dawn of the European age | journal=Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society | volume=54 | issue=1 | pages=21–47 | jstor=41492897 }}
* {{cite book | last=Hall | first=Kenneth R.| year=2010 | title=A History of Early Southeast Asia: Maritime Trade and Societal Development, 100–1500 | place=Plymouth, UK | publisher=Rowman & Littlefield | isbn=978-0-7425-6761-0 }}
* {{cite journal | last=Hill | first=A.H. | year=1963 | title=The coming of Islam to North Sumatra | url=https://archive.org/details/sim_journal-of-southeast-asian-history_1963-03_4_1/page/6 | journal=Journal of Southeast Asian History | volume=4 | issue=1 | pages=6–21 | jstor=20067418 }}
 
{{Kerajaan di Sumatra}}
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://misykah.com Pusat Informasi Kesultanan Samudra Pasai]
* {{id}} [http://history.melayuonline.com/?a=b28va0xRL1lYcXRCeDdraQ%3D%3D= Sejarah Kerajaan Samudera Pasai di MelayuOnline.com]
 
{{Kerajaan di Sumatera}}
{{Sejarah-stub}}
 
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Kesultanan Samudera Pasai| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Samudera Pasai]]
[[Kategori:Kerajaan di Aceh|Samudera Pasai]]
[[Kategori:Kesultanan Samudera Pasai|Kerajaan Islam]]
[[Kategori:Kerajaan di Sumatra]]
[[Kategori:Kerajaan di Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Aceh]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Kesultanan]]
[[Kategori:Kerajaan di Asia Tenggara]]
[[Kategori:Bekas kerajaan di Asia]]
[[Kategori:Negara prakolonial di Indonesia]]