Tarekat Naqsyabandiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Giaramadhan03 (bicara | kontrib)
k ~
 
(75 revisi perantara oleh 43 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{terjemah|MelayuSufisme}}
'''Tarekat Naqsyabandiyah''' ({{lang-fa|نقشبندی}}){{efn|Also known as '''Naqshbandiyah''' ({{lang-ar|نقشبندية|Naqshbandīyah}}), '''Neqshebendi''' ({{lang-ku|نه‌قشه‌به‌ندی}}), and '''Nakşibendi''' (in [[Turkish language|Turkish]])}} adalah sebuah [[Tarekat (Islam)|tarekat]] utama dari ajaran [[Sufisme|tasawuf]] [[sunni]]. Namanya berasal dari [[Bahauddin al-Bukhari an-Naqsyabandi|Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi]]. Para guru Naqsyabandiyah menelusuri garis keturunan mereka hingga nabi Islam [[Muhammad]] melalui [[Abu Bakar Ash-Shiddiq|Abu Bakar]]– khalifah pertama Islam– dan [[Ali bin Abi Thalib]]–khalifah keempat Islam.<ref>{{cite book |author1=Milani, M. |author2=Possamai, A. |author3=Wajdi, F. |date=2017 |chapter=Branding of Spiritual Authenticity and Nationalism in Transnational Sufism |editor1=Michel, P. |editor2=Possamai, A. |editor3=Turner, B. |title=Religions, Nations, and Transnationalism in Multiple Modernities |publisher=Palgrave Macmillan |doi=10.1057/978-1-137-58011-5_10 |page=197-220|isbn=978-1-137-59238-5 }}</ref><ref>{{cite book|author=Reimer, D. |title=Die Welt des Islams Zeitschrift der Deutschen Gesellschaft für Islamkunde |work=Deutsche Gesellschaft für Islamkunde |date=1913 |page= 191 |url=https://books.google.com/books?id=_2JAAQAAIAAJ}}</ref><ref>{{cite book|first=Anna |last=Zelkina |title=Quest for God and Freedom: Sufi Responses to the Russian Advance in the North Caucasus |work=C. Hurst & Co. Publishers |date=2000 |page=77 |quote=Excerpt from note 11: "There are some Naqshbandi branches which trace their [[silsila]] through Ali ibn Abi Taleb." See Algar, 1972, pp. 191-3; al-Khani, 1308. pg 6 |isbn=9781850653844 |url=https://books.google.com/books?id=STZbg0WHq20C}}</ref><ref name="SufisSaintsBodies">{{cite book |last=Kugle |first=Scott Alan |title=Sufis & saints' bodies: Mysticism, Corporeality and Sacred Power in Islam |publisher=[[University of North Carolina Press]] |year=2007 |pages=143 |isbn=978-0-8078-5789-2 |url=https://books.google.com/books?id=HJ1vpC_SeLcC&pg=PA143 |access-date=12 August 2015 |archive-date=3 December 2016 |archive-url=https://web.archive.org/web/20161203035822/https://books.google.com/books?id=HJ1vpC_SeLcC&pg=PA143 |url-status=live }}</ref><ref name="SupremeCouncil">{{cite book |last=Kabbani |first=Muhammad Hisham |author-link=Hisham Kabbani |title=Classical Islam and the Naqshbandi Sufi Tradition |publisher=Islamic Supreme Council of America |year=2004 |pages=557 |isbn=1-930409-23-0 |url=https://books.google.com/books?id=64U41q5MgLYC}}</ref> Karena silsilah ganda ini melalui Ali dan Abu Bakar melalui [[Ja'far ash-Shadiq|Imam Jafar ash-Shadiq]], maka tarekat ini juga dikenal sebagai konvergensi dua samudra atau tatanan Sufi Jafar ash-Sadiq.<ref>{{cite book |last=Ziad |first=Waleed |chapter=From Yarkand to Sindh via Kabul: The Rise of Naqshbandi-Mujaddidi Sufi Networks in the Eighteenth and Nineteenth Centuries |title=The Persianate World: Rethinking a Shared Sphere |work=Brill |date=2018 |doi=10.1163/9789004387287_007 |page=165|isbn=9789004387287 |s2cid=197951160 }}</ref>
{{rapikan}}
 
[[File:خانقاه نقشبندی در مسجد خانقاه سقز 1.jpg|thumbnail|Sebuah ''Khanaqah'' Tarekat Naqsyabandiyah di [[Saqqez]], [[Iran]].]]
'''Tarekat Naqshbandiyah''' atau '''Naqsyabandiyah''' merupakan salah satu [[tarekat]] yang luas penyebarannya, umumnya di wilayah [[Asia]], [[Bosnia-Herzegovina]], dan wilayah [[Dagestan]], Russia.
 
== Sejarah ==
Tarekat ini mengutamakan pada pemahaman hakikat dan tasawuf yang mengandung unsur-unsur pemahaman rohani yang spesifik, seperti tentang rasa atau "zok". Di dalam pemahaman yang meng"isbat"kan zat ketuhanan dan "isbat" akan sifat "maanawiyah" yang maktub di dalam "roh" anak-anak adam maupun pengakuan di dalam "fanabillah" maupun berkekalan dlam "bakabillah" yang melibatkan zikir-zikir hati (hudurun kalbu).
Tarekat Naqsyabandiyah berutang banyak wawasan kepada [[Yusuf Hamadani|Yusuf Hamdani]] dan [[Abdul Khaliq Ghajadwani]] pada abad ke-12, yang terakhir dianggap sebagai penyelenggara praktik dan bertanggung jawab untuk memberi tekanan pada doa yang benar-benar hening.<ref name=Trmingham>{{cite book|last=Trimingham |first=J. Spencer |chapter=The Chief Tariqa Lines |title=The Sufi Orders in Islam |work=Oxford University Press |date=1998 |isbn=9780198028239 |url=https://books.google.com/books?id=NhXqWLd_AMQC |page=[https://books.google.ae/books?id=NhXqWLd_AMQC&pg=PA31 31]}}</ref> Kemudian dikaitkan dengan [[Bahauddin al-Bukhari an-Naqsyabandi|Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi]] pada abad ke-14, sekaligus dinobatkan menjadi nama tarekat tersebut. Nama tersebut dapat diartikan sebagai "pengukir (dari hati)", "pembuat pola", "pembaru pola", "pembuat gambar", atau "yang berhubungan dengan pembuat gambar". Jalan ini kadang-kadang disebut sebagai "jalan sufi yang agung" dan "jalan rantai emas".{{cn|date=August 2022}}
 
Setelah itu, nama cabang atau sub-tarekat ditambahkan:
Bermula di Bukhara pada akhir [[abad ke-14]], Naqsyabandiyah mulai menyebar ke daerah-daerah tetangga dunia Muslim dalam waktu seratus tahun. Perluasannya mendapat dorongan baru dengan munculnya cabang Mujaddidiyah, dinamai menurut nama [[Syekh Ahmad Sirhindi Mujaddidi Alf-i Tsani]] ("Pembaru Milenium kedua"). Pada akhir [[abad ke-18]], nama ini hampir sinonim dengan tarekat tersebut di seluruh [[Asia Selatan]], wilayah [[Utsmaniyah]], dan sebagian besar [[Asia Tengah]]. Ciri yang menonjol dari Tarekat Naqsyabandiyah adalah diikutinya syari'at secara ketat, keseriusan dalam beribadah menyebabkan penolakan terhadap [[musik]] dan [[tari]]{{fact|date=Maret 2010}}, serta lebih mengutamakan berdzikir dalam hati, dan kecenderungannya semakin kuat ke arah keterlibatan dalam [[politik]] (meskipun tidak konsisten). {{fact|date=Maret 2010}}
* dari 'Ubeydullah Ahrar hingga Imam Rabbani, disebut "Naqsyabandiyah-Ahrariyya";
* dari Imam Rabbani hingga Syamsuddin Mazhar "Naqsyabandiyah-Mujaddadiyya";
* dari Syamsuddin Mazhar ke [[Khalid al-Baghdadi]] "Naqsabandiyah-Mujaddadiyah Kholidiyah";
* dari Mawlana Khalid dan seterusnya "Naqsyabandiyah-Kholidiyah";<ref>{{cite book |first=Selçuk |last=Eraydın |title=Tasavvuf ve Tarikatlar |year=2001 |page=434 |isbn=9789755480503 |lang=tr |publisher= Marmara Üniversitesi Ilahiyat Vakfi Yayinlari}}</ref>
 
=== Asia Selatan ===
Kata ''Naqsyabandiyah/Naqsyabandi/Naqshbandi'' نقشبندی berasal dari [[Bahasa Arab]] iaitu Murakab Bina-i dua kalimah ''Naqsh'' dan ''Band'' yang berarti suatu ukiran yang terpateri, atau mungkin juga dari [[Bahasa Persia]], atau diambil dari nama pendirinya yaitu [[Baha-ud-Din Naqshband Bukhari]]. Sebagian orang menerjemahkan kata tersebut sebagai "pembuat gambar", "pembuat hiasan". Sebagian lagi menerjemahkannya sebagai "Jalan Rantai", atau "Rantai Emas". Perlu dicatat pula bahwa dalam Tarekat Naqsyabandiyah, silsilah spiritualnya kepada Nabi Muhammad adalah melalui khalifah Hadhrat Sayyidina Abu Bakar Radhiyallahu 'Anhu, sementara kebanyakan tarekat-tarekat lain silsilahnya melalui khalifah Hadhrat Sayyidina Ali bin Abu Thalib Karramallahu Wajhahu.
[[File:Imam rabani 2.jpg|thumb|300x300px|Makam [[Ahmad Sirhindi]] ([[1564]]–[[1624]]) adalah anggota terkemuka [[Tarekat (Islam)|tarekat]] Sufi Naqsyabandiyah.]]
[[File:Ziyarat Naqshband Sahab Shrine.jpg|thumb|Makam para pemimpin tertinggi tarekat di [[Kashmir]], [[India]].]]
[[Image:Shrine Of Allo Mahar sharif.jpg|thumb|right|220px|[[Kuil]] orang-orang suci Naqsyabandiyah dari Allo Mahar Sharif]]
Tarekat Naqsyabandiyah menjadi faktor yang berpengaruh dalam kehidupan Indo-Muslim dan selama dua abad ia adalah [[Tarekat (Islam)|tarekat]] spiritual utama di anak [[India|benua India]]. Baqi Billah dianggap membawa tarekat ke India pada akhir abad ke-16. Ia lahir di [[Kabul]] dan dibesarkan dan dididik di Kabul dan [[Samarkand]], di mana ia berhubungan dengan tarekat Naqsyabandiyah melalui Khawaja Amkangi.
 
Ketika dia datang ke [[India]], dia mencoba menyebarkan pengetahuannya tentang tarekat, tetapi meninggal tiga tahun kemudian.<ref name="Haq" /> Muridnya [[Ahmad Sirhindi]] (mengambil alih setelah kematiannya. Kemudian ia dikenal sebagai ''Mujaddad-i-Alf-i-Thani''. Melalui dia, tarekat ini mendapatkan popularitas dalam waktu singkat.<ref name="Haq">{{cite book |last=Haq |first=Muhammad M. |title=Some Aspects of the Principle Sufi Orders in India |location=Bangladesh |work=Islamic Foundation |date=1985 |url=https://books.google.com/books?id=n0TYAAAAMAAJ |page=20}}</ref> Syah Waliullah Dehlawi adalah anggota tarekat pada abad ke-18.
== Pendiri Tariqat Naqshabandiyah ==
 
===Suriah===
Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih telah berkata:
Naqsyabandiyah diperkenalkan ke [[Suriah]] pada akhir abad ke-17 oleh syekh Murad Ali al-Bukhari, yang dimulai di [[India]]. Kemudian, ia memantapkan dirinya di [[Damaskus]], tetapi melakukan perjalanan ke seluruh [[Arab Saudi|wilayah Arab]]. Cabangnya dikenal sebagai Muradiyyah. Setelah kematiannya pada tahun [[1720]], keturunannya membentuk keluarga ulama dan syekh Muradi yang terus memimpin Muradiyyah.
 
Pada tahun [[1820]] dan seterusnya, Khalid Syahrazuri naik sebagai pemimpin Naqsyabandiyah terkemuka di dunia [[Kesultanan Utsmaniyah|Ottoman]]. Setelah kematian Khalid pada tahun [[1827]], tarekatnya dikenal sebagai Kholidiyah, yang terus menyebar setidaknya selama dua [[Dasawarsa|dekade]]. Di [[Suriah]] dan [[Lebanon]], para pemimpin setiap kelompok Naqsyabandiyah yang aktif mengakui garis keturunan [[spiritual]]nya, yang telah mempertahankan cara asli Naqsyabandiyah. Kemudian perselisihan antara khalifah Khalid menyebabkan gangguan ketertiban, menyebabkan untuk membagi.<ref name="Jong" />
Pada suatu hari aku dan sahabatku sedang bermuraqabah, lalu pintu langit terbuka dan gambaran Musyahadah hadir kepadaku lalu aku mendengar satu suara berkata,
“Tidakkah cukup bagimu untuk meninggalkan mereka yang lain dan hadir ke Hadhrat Kami secara berseorangan?”
 
Ketika pemimpin politik Musa Bukhar meninggal pada tahun [[1973]], garis pra-Mujaddidi Naqsyabandiyah di [[Syam|Suriah Raya]] berakhir. Satu-satunya cabang yang bertahan hingga saat ini adalah yang berbasis di khanqah al-Uzbakiyya di [[Yerusalem]]. Jumlah anggotanya meningkat pada akhir abad ke-19. Cabang Farmadiyah, yang mempraktikkan doa diam dan vokal, masih ada di [[Lebanon]] dan dinamai Ali-Farmadi.<ref name="Jong" />
Suara itu menakutkan daku hingga menyebabkan daku lari keluar dari rumah. Daku berlari ke sebuah sungai dan terjun ke dalamnya. Daku membasuh pakaianku lalu mendirikan Sholat dua raka’at dalam keadaan yang tidak pernah daku alami, dengan merasakan seolah-olah daku sedang bersalat dalam kehadiranNya.
 
===Mesir===
Segala-galanya terbuka dalam hatiku secara Kashaf. Seluruh alam lenyap dan daku tidak menyadari sesuatu yang lain melainkan bersalat dalam kehadiranNya.
Selama pertengahan abad ke-19 [[Mesir]] dihuni dan dikendalikan oleh Naqsyabandi. Sebuah [[khanqah]] utama Naqsybandi dibangun pada tahun [[1851]] oleh [[Abbas I dari Mesir|Abbas I]], yang melakukan ini sebagai bantuan kepada syekh Naqsybandi Ahmad Ashiq. Ahmad Ashiq memimpin tarekat tersebut sampai kematiannya pada tahun [[1883]]. Ahmad Ashiq adalah seorang praktisi cabang Diyaiyyah dari tarekat Kholidiyah. Pada tahun [[1876]], syekh Juda Ibrahim mengubah Diyaiyyah asli, yang kemudian dikenal sebagai al-Judiyya, dan memperoleh pengikut di provinsi al-Sharqiyah di [[Sungai Nil]] timur.<ref name="Jong">{{cite book |last=De Jong |first=Frederick |title=Sufi Orders in Ottoman and Post-Ottoman Egypt and the Middle East: Collected Studies |volume=48, Analecta Isisiana |work=Isis Press |date=2000 |isbn=9789754281781 |url=https://books.google.com/books?id=iC4KAQAAMAAJ}}</ref>
 
Selama dua [[Dasawarsa|dekade]] terakhir abad ke-19, dua versi Naqsyabandiyah lainnya menyebar di [[Mesir]]. Salah satunya diperkenalkan oleh seorang [[ulama]] [[Sudan]], al-Sharif Isma'il al-Sinnari. Al-Sinnari telah diinisiasi ke dalam Kholidiyah dan Mujaddidiyah oleh berbagai [[syekh]] selama waktunya di [[Makkah]] dan [[Madinah]]. Awalnya, dia mencoba mendapatkan pengikut di [[Kairo]] tetapi tidak berhasil, oleh karena itu dia memilih pergi ke Sudan. Dari sanalah tarekat itu menyebar ke [[Mesir Hulu]] sejak tahun [[1870]] dan seterusnya dibawah Musa Mu'awwad, yang merupakan penerus al-Sinnari. Muhammad al-Laythi, putra al-Sinnari, adalah penerus setelah kematian Mu'awwad.<ref name="Jong" />
Aku telah ditanya pada permulaan penarikan tersebut,
“Mengapa kau ingin memasuki jalan ini?”
 
===Tiongkok ===
Aku menjawab,
[[File:5741-Linxia-Huasi-Gongbei.jpg|thumb|Makam [[Ma Laichi]] (Hua Si Gongbei) di [[Linxia|Kota Linxia]], adalah monumen Naqsybandi paling awal dan terpenting di [[Tiongkok]].]]
“Supaya apa saja yang aku katakan dan kehendaki akan terjadi. ”
 
[[Ma Laichi]] membawa Naqsyabandiyah ({{lang|ar|نقشبندية}}) {{lang|zh|納克什班迪}} hingga ke Tiongkok, menciptakan [[tarekat Khufiyyah]] ({{lang|ar|خفيه}}). Ma Mingxin juga membawa tarekat Naqsyabandiyah lalu menciptakan [[Tarekat Jahriyyah]] ({{lang|ar|جهرية}}). Kedua ''[[menhuan]]'' (istilah tarekat di Tiongkok) ini adalah saingan, dan saling berperang yang menyebabkan [[Pemberontakan Jahriyya]], [[Pemberontakan Dungan (1862–1877)|pemberontakan Dungan (1862)]], dan [[Pemberontakan Dungan (1895–1896)|pemberontakan Dungan (1895)]].<ref name="VersteeghEid2005">{{cite book|author1=Kees Versteegh|author2=Mushira Eid|title=Encyclopedia of Arabic Language and Linguistics: A-Ed|url=https://books.google.com/books?id=SuNiAAAAMAAJ&pg=PA380|year=2005|publisher=Brill|isbn=978-90-04-14473-6|page= 380]|access-date=24 January 2016|archive-date=3 December 2016|archive-url=https://web.archive.org/web/20161203022956/https://books.google.com/books?id=SuNiAAAAMAAJ&pg=PA380|url-status=live}}</ref>
Aku dijawab,
“Itu tidak akan berlaku. Apa saja yang Kami katakan dan apa saja yang Kami kehendaki itulah yang akan terjadi. ”
 
Beberapa Jenderal Muslim Tiongkok dari Ma Clique milik ''[[menhuan]]'' Sufi Naqsyabandiyah termasuk Ma Zhan'ao dan Ma Anliang dari ''[[menhuan]]'' Naqsyabandiyah Khufiyyah. [[Ma Shaowu]], dan [[Ma Yuanzhang]] adalah pemimpin terkemuka lainnya dari ''[[menhuan]]'' [[Tarekat Jahriyyah|Naqsyabandiyah Jahriyyah]].{{cn|date=August 2022}}
Dan aku pun berkata,
“Aku tidak dapat menerimanya, aku mesti diizinkan untuk mengatakan dan melakukan apa sahaja yang aku kehendaki, ataupun aku tidak mau jalan ini. ”
 
== Catatan kaki ==
Lalu daku menerima jawaban,
{{notelist}}
“Tidak! Apa saja yang Kami mahu ianya diperkatakan dan apa saja yang Kami mau ianya dilakukan itulah yang mesti dikatakan dan dilakukan. ”
 
== Referensi ==
Dan daku sekali lagi berkata,
{{ref-list}}
“Apa saja yang ku katakan dan apa sahaja yang ku lakukan adalah apa yang mesti berlaku. ”
 
Lalu daku ditinggalkan keseorangan selama lima belas hari sehingga daku mengalami kesedihan dan tekanan yang hebat, kemudian daku mendengar satu suara,
“Wahai Bahauddin, apa saja yang kau inginkan, Kami akan berikan. ”
 
Daku amat gembira lalu berkata,
“Aku mau diberikan suatu jalan Tariqat yang akan menerajui sesiapa jua yang menempuhnya terus ke Hadirat Yang Maha Suci. ” Dan daku telah mengalami Musyahadah yang hebat dan mendengar suara berkata,
“Dikau telah diberikan apa yang telah dikau minta. ”
 
Dia telah menerima limpahan Keruhanian dan prinsip dasar Tariqat Naqshbandiyah dari Hadhrat Khwajah ‘Abdul Khaliq Al-Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih yang terdiri dari lapan perkara iaitu:
 
[[Yad Kard]], [[Baz Gasyt]], [[Nigah Dasyat]], [[Yad Dasyat]], [[Hosh Dar Dam]], [[Nazar Bar Qadam]], [[Safar Dar Watan]], [[Khalwat Dar Anjuman]].
 
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih telah menambah tiga lagi prinsip menjadikannya sebelas iaitu:
 
[[Wuquf Qalbi]], [[Wuquf ‘Adadi]] dan [[Wuquf Zamani]].
 
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih telah berkata,
“Jalan Tariqat kami adalah sangat luarbiasa dan merupakan ‘Urwatil Wutsqa (Pegangan Kukuh), dengan berpegang teguh secara sempurna dan menuruti Sunnah Baginda Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in. Mereka telah membawa daku ke jalan ini dengan Kekurniaan. Dari awal hingga ke akhir daku hanya menyaksikan Kekurniaan Allah bukan kerana amalan. Menerusi jalan Tariqat kami, dengan amal yang sedikit, pintu-pintu Rahmat akan terbuka dengan menuruti jejak langkah Sunnah Baginda Rasulullah Sallahllu ‘Alaihi Wasallam. ”
 
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih mempunyai dua orang Khalifah besar iaitu Hadhrat Khwajah ‘Alauddin ‘Attar Rahmatullah ‘alaih dan Hadhrat Khwajah Muhammad Parsa Rahmatullah ‘alaih, pengarang kitab Risalah Qudsiyyah.
 
Dia adalah ibarat lautan ilmu yang tak bertepi dan dianugerahkan dengan mutiara-mutiara hikmah dari Ilmu Laduni. Dia menyucikan hati-hati manusia dengan lautan amal kebaikan. Dia menghilangkan haus sekelian Ruh dengan air dari pancuran Ruhaniahnya.
 
Dia amat dikenali oleh sekelian penduduk di langit dan di bumi. Dia ibarat bintang yang bergemerlapan yang dihiasi dengan mahkota petunjuk. Dia menyucikan Ruh-Ruh manusia tanpa pengecualian menerusi napasnya yang suci. Dia memikul cahaya Kenabian dan pemelihara Syari’at Muhammadiyah serta rahsia-rahsia MUHAMMADUR RASULULLAH.
 
Cahaya petunjuknya menerangi segala kegelapan kejahilan Raja-raja dan orang awam sehingga mereka pun datang berdiri di pintu rumahnya. Cahaya petunjuknya juga meliputi seluruh Timur dan Barat, Utara dan Selatan. Dia adalah Ghauts, Sultanul Auliya dan rantai bagi sekelian permata Ruhani.
 
Semoga Allah Merahmatinya Dan Mengurniakan Limpahan Fakalan Kepada Kita. Amin.
 
== KEKHUSUSAN THORIQOH NAQSYABANDIYAH ==
 
HADHRAT Imam Rabbani Mujaddid Alf Tsani Syeikh Ahmad Faruqi Sirhindi Rahmatullah ‘alaih yang merupakan salah seorang dari Para Masyaikh Akabirin THORIQOH NAQSYABANDIYAH telah berkata di dalam surat-suratnya yang terhimpun di dalam Maktubat Imam Rabbani,
“Ketahuilah bahawa thoriqoh yang paling Aqrab dan Asbaq dan Aufaq dan Autsaq dan Aslam dan Ahkam dan Asdaq dan Aula dan A’la dan Ajal dan Arfa’ dan Akmal dan Ajmal adalah Tariqah ‘Aliyah Naqshbandiyah, semoga Allah Ta’ala mensucikan roh-roh ahlinya dan mensucikan rahsia-rahsia Para Masyaikhnya. Mereka mencapai darjat yang tinggi dengan berpegang dan menuruti Sunnah Baginda Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan menjauhkan dari perkara Bida’ah serta menempuh jalan Para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum. Mereka berjaya mencapai kehadiran limpahan Allah secara berterusan dan syuhud serta mencapai maqam kesempurnaan dan mendahului mereka yang lain. ”
 
Adapun Hadhrat Imam Rabbani Mujaddid Alf Tsani Rahmatullah ‘alaih telah menerangkan kelebihan dan keunggulan THORIQOH NAQSYABANDIYAH dengan beberapa lafaz yang ringkas dan padat adalah menerusi pengalaman keruhaniannya. Ia merupakan seorang pembaharu agama (Mujaddid/Reformer) pada abad ke 11 Hijrah. Sebelum dia menerima Silsilah THORIQOH NAQSYABANDIYAH dia telah menempuh beberapa jalan Tariqat seperti Chishtiyah, Qadiriyah, Suhrawardiyah, Kubrawiyah dan beberapa Tariqat yang lain dengan cemerlang serta memperolehi Khilafah dan Sanad Ijazah. Ia telah menerima Tariqat Silsilah ‘Aliyah Khwajahganiyah Naqshbandiyah dari gurunya Hadhrat Khwajah Muhammad Baqi Billah Rahmatullah ‘alaih.
 
Dia telah berpendapat bahawa dari kesemua jalan Tariqat, yang paling mudah dan paling berfaedah adalah THORIQOH NAQSYABANDIYAH dan
 
telah memilihnya serta telah menunjukkan jalan ini kepada para penuntut kebenaran.
 
“Allahumma Ajzahu ‘Anna Jaza An Hasanan Kafiyan Muwaffiyan Li Faidhanihil Faidhi Fil Afaq”
 
Terjemahan: “Wahai Allah, kurniakanlah kepada kami kurnia yang baik, cukup lagi mencukupkan dengan limpahan faidhznya yang tersebar di Alam Maya. ”
 
Hadhrat Shah Bahauddin Naqshband Bukhari Rahmatullah ‘alaih telah bersujud selama lima belas hari di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan penuh hina dan rendah diri, berdoa memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar ditemukan dengan jalan Tariqat yang mudah dan senang bagi seseorang hamba bagi mencapai Zat Maha Esa. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengkabulkan doanya dan menganugerahkan Tariqat yang khas ini yang masyhur dengan nisbat Naqshband atau digelar Naqshbandiyah.
 
Naqsh bererti lukisan, ukiran, peta atau tanda dan Band pula bererti terpahat, terlekat, tertampal atau terpateri. Naqshband pada maknanya bererti “Ukiran yang terpahat” dan maksudnya adalah mengukirkan kalimah Allah Subhanahu Wa Ta’ala di hati sanubari sehingga ianya benar-benar terpahat di dalam pandangan mata hati yakni pandangan Basirah. Adalah dikatakan bahawa Hadhrat Shah Naqshband tekun mengukirkan Kalimah Allah di dalam hatinya sehingga ukiran kalimah tersebut telah terpahat di hatinya. Amalan zikir seumpama ini masih diamalkan dalam sebilangan besar Tariqat Naqshbandiyah iaitu dengan menggambarkan Kalimah Allah dituliskan pada hati sanubari dengan tinta emas atau perak dan membayangkan hati itu sedang menyebut Allah Allah sehingga lafaz Allah itu benar-benar terpahat di lubuk hati.
 
Silsilah ‘Aliyah Naqshbandiyah ini dinisbatkan kepada Hadhrat Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq Radhiyallahu ‘Anhu yang mana telah disepakati oleh sekalian ‘Ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sebagai sebaik-baik manusia sesudah Para Nabi ‘Alaihimus Solatu Wassalam. Asas Tariqat ini adalah seikhlas hati menuruti Sunnah Nabawiyah dan menjauhkan diri dari segala jenis Bida’ah merupakan syarat yang lazim.
 
Tariqat ini mengutamakan Jazbah Suluk yang mana dengan berkat Tawajjuh seorang Syeikh yang sempurna akan terhasillah kepada seseorang penuntut itu beberapa Ahwal dan Kaifiat yang dengannya Zauq dan Shauq penuntut itu bertambah, merasakan kelazatan khas zikir dan ibadat serta memperolehi ketenangan dan ketenteraman hati. Seseorang yang mengalami tarikan Jazbah disebut sebagai Majzub.
 
Dalam THORIQOH NAQSYABANDIYAH ini, penghasilan Faidhz dan peningkatan darjat adalah berdasarkan persahabatan dengan Syeikh dan Tawajjuh Syeikh. Bersahabat dengan Syeikh hendaklah dilakukan sebagaimana Para Sahabat berdamping dengan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Murid hendaklah bersahabat dengan Syeikh dengan penuh hormat. Sekadar mana kuatnya persahabatan dengan Syeikh, maka dengan kadar itulah cepatnya seseorang itu akan berjalan menaiki tangga peningkatan kesempurnaan Ruhaniah. Kaidah penghasilan Faidhz dalam Tariqat ini adalah sepertimana Para Sahabat menghadiri majlis Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
 
Dengan hanya duduk bersama-sama menghadiri majlis Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang berkat dengan hati yang benar dan ikhlas serta penuh cinta biarpun hanya sekali, orang yang hadir itu akan mencapai kesempurnaan iman pada maqam yang tertinggi. Begitulah keadaannya apabila seseorang itu hadir dan berkhidmat dalam majlis Hadharat Naqshbandiyah, dengan hati yang benar dan ikhlas, orang yang hadir itu akan dapat merasakan maqam Syuhud dan ‘Irfan yang hanya akan diperolehi setelah begitu lama menuruti jalan-jalan Tariqat yang lain.
 
Kerana itulah Para Akabirin THORIQOH NAQSYABANDIYAH Rahimahumullah mengatakan bahawa,
“Tariqat kami pada ‘Ain hakikatnya merupakan Tariqat Para Sahabat”.
 
Dan dikatakan juga,
“Dar Tariqah Ma Mahrumi Nest Wa Har Keh Mahrum Ast Dar Tariqah Ma Na Khwahad Aamad. ” Yang bermaksud, “Dalam Tariqat kami sesiapa pun tidak diharamkan dan barangsiapa yang telah diharamkan dalam Tariqat kami pasti tidak akan dapat datang. ”
 
Yakni barangsiapa yang menuruti THORIQOH kami, dia takkan diharamkan dari menurutinya dan barangsiapa yang Taqdir Allah semenjak azali lagi telah diharamkan dari menuruti jalan ini, mereka itu sekali-kali takkan dapat menurutinya.
 
Di dalam THORIQOH NAQSYABANDIYAH, Dawam Hudhur dan Agahi (sentiasa berjaga-jaga) menduduki maqam yang suci yang mana di sisi Para Sahabat Ridhwanullah ‘Alaihim Ajma’in dikenali sebagai Ihsan dan menurut istilah Para Sufiyah ianya disebut Musyahadah, Syuhud, Yad Dasyat atau ‘Ainul Yaqin. Ianya merupakan hakikat:
 
“Bahawa engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat Nya”.
 
Semoga Allah Mengurniakan Kita Taufiq.
 
== [[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|PERKEMBANGAN THORIQOH NAQSYABANDIYAH]] ==
 
Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|ADAPUN gelaran nama THORIQOH NAQSYABANDIYAH ini mula masyhur pada zaman Hadhrat Shah Bahauddin Naqshband Rahmatullah ‘alaih. Menurut Hadhrat Syeikh Najmuddin Amin Al-Kurdi Rahmatullah ‘alaih di dalam kitabnya Tanwirul Qulub bahawa nama Tariqat Naqshbandiyah ini berbeza-beza menurut zaman.
 
Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Di zaman Hadhrat Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq Radhiyallahu ‘Anhu sehingga ke zaman Hadhrat Syeikh Taifur Bin ‘Isa Bin Abu Yazid Bustami Rahmatullah ‘alaih dinamakan sebagai Shiddiqiyyah dan amalan khususnya adalah Zikir Khafi.
 
Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Di zaman Hadhrat Syeikh Taifur bin ‘Isa bin Abu Yazid Bustami Rahmatullah ‘alaih sehingga ke zaman Hadhrat Khwajah Khwajahgan ‘Abdul Khaliq Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih Tariqat ini dinamakan Taifuriyah dan tema khusus yang ditampilkan adalah Cinta dan Ma’rifat.
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Kemudian pada zaman Hadhrat Khwajah Khwajahgan ‘Abdul Khaliq Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih sehingga ke zaman Hadhrat Imam At-Tariqah Khwajah Shah Muhammad Bahauddin Naqshband Bukhari Rahmatullah ‘alaih Tariqat ini dinamakan sebagai Khwajahganiyah. Pada zaman tersebut Tariqat ini telah diperkuatkan dengan lapan prinsip asas Tariqat iaitu Yad Kard, Baz Gasyt, Nigah Dasyat, Yad Dasyat, Hosh Dar Dam, Nazar Bar Qadam, Safar Dar Watan dan Khalwat Dar Anjuman.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Kemudian pada zaman Hadhrat Imam At-Tariqah Khwajah Shah Muhammad Bahauddin Naqshband Bukhari Rahmatullah ‘alaih sehingga ke zaman Hadhrat Khwajah ‘Ubaidullah Ahrar Rahmatullah ‘alaih, Tariqat ini mulai masyhur dengan nama Naqshbandiyah. Hadhrat Imam At-Tariqah Khwajah Shah Muhammad Bahauddin Naqshband Rahmatullah ‘alaih telah menambah tiga asas sebagai penambahan dari Hadhrat Khwajah Khwajahgan ‘Abdul Khaliq Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih iaitu Wuquf Qalbi, Wuquf ‘Adadi dan Wuquf Zamani.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Pada zaman Hadhrat Khwajah ‘Ubaidullah Ahrar Rahmatullah ‘alaih sehingga ke zaman Hadhrat Mujaddid Alf Tsani Syeikh Ahmad Faruqi Sirhindi Rahmatullah ‘alaih Tariqat ini dikenali dengan nama Ahrariyah sehinggalah ke zaman Hadhrat Khwajah Muhammad Baqi Billah Rahmatullah ‘alaih.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Bermula dari zaman Hadhrat Mujaddid Alf Tsani Syeikh Ahmad Faruqi Sirhindi Rahmatullah ‘alaih Tariqat ini mula dikenali sebagai Mujaddidiyah dan ilmu tentang Lataif Fauqaniyah dan Daerah Muraqabah pun diperkenalkan. Semenjak itu Tariqat ini mulai dikenali dengan nama Naqshbandiyah Mujaddidiyah sehinggalah ke zaman Hadhrat Mirza Mazhar Jan Janan Syahid Rahmatullah ‘alaih.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Kemudian Tariqat ini dikenali dengan nama Mazhariyah sehingga ke zaman Hadhrat Qutub Al-Auliya Shah ‘Abdullah Ghulam ‘Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Pada zaman Hadhrat Qutub Al-Auliya Shah ‘Abdullah Ghulam ‘Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih, seorang Syeikh dari Baghdad yang bernama Hadhrat Syeikh Dhziauddin Muhammad Khalid ‘Uthmani Kurdi Al-Baghdadi Rahmatullah ‘alaih telah datang ke Delhi sekembalinya dia dari Makkah untuk berbai’ah dengan Hadhrat Qutub Al-Auliya Shah ‘Abdullah Ghulam ‘Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih setelah dia menerima isyarah dari Ruhaniah Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk mengambil Tariqat ‘Aliyah Naqshbandiyah Mujaddidiyah ini dan dia telah membawanya ke negara Timur Tengah.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Hadhrat Syeikh Dhziauddin Muhammad Khalid ‘Uthmani Kurdi Al-Baghdadi Rahmatullah ‘alaih mula memperkenalkan amalan Suluk iaitu Khalwat Saghirah dan Tariqat ini mula dikenali sebagai Naqshbandiyah Khalidiyah di Timur Tengah khususnya di Makkah dan tersebar di kalangan jemaah Haji dari rantau Nusantara dan tersebarlah ia di serata Tanah Melayu dan Indonesia. Walaubagaimanapun di Tanah Hindi, Tariqat ini masih dikenali sebagai Tariqat Naqshbandiyah Mujaddidiyah.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Adapun Para Masyaikh Mutaakhirin yang datang sesudah itu sering menambahkan nama nisbat mereka sendiri untuk membezakan Silsilah antara satu dengan yang lain seperti Naqshbandiyah Khalidiyah dan Naqshbandiyah Mujaddidiyah. Silsilah Naqshbandiyah ini telah berkembang biak dari Barat hingga ke Timur. Meskipun Silsilah ini telah dikenali dengan beberapa nama yang berbeza, namun ikatan keruhanian dari rantaian emas yang telah dipelopori oleh Hadhrat Khalifah Rasulullah Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq Radhiyallahu ‘Anhu akan tetap berjalan sehingga ke Hari Qiyamat menerusi keberkatan yang telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala kurniakan kepada sekelian Para Masyaikh yang ditugaskan menyambung Silsilah ini.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Dalam perjalanan mencapai kebenaran yang hakiki, terdapat dua kaidah jalan yang biasa diperkenalkan oleh Para Masyaikh Tariqat, iaitu sama ada sesebuah Tariqat itu menuruti Tariqat Nafsani ataupun Tariqat Ruhani.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Tariqat Nafsani mengambil jalan pendekatan dengan mentarbiyahkan Nafs dan menundukkan keakuan diri. Nafs atau keakuan diri ini adalah sifat Ego yang ada dalam diri seseorang. Nafs dididik bagi menyelamatkan Ruh dan jalan Tariqat Nafsani ini amat sukar dan berat kerana Salik perlu melakukan segala yang berlawanan dengan kehendak Nafs. Ianya merupakan suatu perang Jihad dalam diri seseorang Mukmin. Tariqat Ruhani adalah lebih mudah yang mana pada mula-mula sekali Ruh akan disucikan tanpa menghiraukan tentang keadaan Nafs. Setelah Ruh disucikan dan telah mengenali hakikat dirinya yang sebenar, maka Nafs atau Egonya dengan secara terpaksa mahupun tidak, perlu menuruti dan mentaati Ruh.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Kebanyakan jalan Tariqat yang terdahulu menggunakan pendekatan Tariqat Nafsani, namun berbeza dengan Para Masyaikh Silsilah ‘Aliyah Naqshbandiyah, mereka menggunakan pendekatan Tariqat Ruhani iaitu dengan mentarbiyah dan mensucikan Ruh Para Murid mereka terlebih dahulu, seterusnya barulah mensucikan Nafs.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memimpin kita ke jalan Tariqat yang Haq, yang akan membawa kita atas landasan Siratul Mustaqim sepertimana yang telah dikurniakanNya nikmat tersebut kepada Para Nabi, Para Siddiqin, Para Syuhada dan Para Salihin. Mudah-mudahan dengan menuruti Tariqat yang Haq itu dapat menjadikan kita insan yang bertaqwa, beriman dan menyerah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Seorang Penyair Sufi pernah berkata,]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku,
Wal Waqfu Fi Turuqil Akhyari Isyraku.]]
 
[[Al –‘Ajzu ‘An Darakil Idraki Idraku|Seseorang yang berasa lemah dari mendapat kefahaman adalah seorang yang mengerti;
Dan berhenti dalam menjalani perjalanan orang-orang yang berkebaikan adalah suatu Syirik.]]
Apa maksudnya???
ALLAH HUWA ALLAH HAQQ ALLAH HAYY
 
== Riwayat Thoriqoh ==
sdgfasda
THORIQOH merupakan intipati pelajaran Ilmu Tasawwuf yang mana dengannya seseorang itu dapat menyucikan dirinya dari segala sifat-sifat yang keji dan menggantikannya dengan sifat-sifat Akhlaq yang terpuji. Ia juga merupakan Batin bagi Syari’at yang mana dengannya seseorang itu dapat memahami hakikat amalan-amalan Salih di dalam Agama Islam.
 
Ilmu Tariqat juga merupakan suatu jalan yang khusus untuk menuju Ma’rifat dan Haqiqat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia termasuk dalam Ilmu Mukasyafah dan merupakan Ilmu Batin, Ilmu Keruhanian dan Ilmu Mengenal Diri. Ilmu Keruhanian ini adalah bersumber dari Hadhrat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang diwahyukan kepada Hadhrat Jibrail ‘Alaihissalam dan diwahyukan kepada sekelian Nabi dan Rasul khususnya Para Ulul ‘Azmi dan yang paling khusus dan sempurna adalah kepada Hadhrat Baginda Nabi Besar, Penghulu Sekelian Makhluk, Pemimpin dan Penutup Sekelian Nabi dan Rasul, Baginda Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Alihi Wa Ashabihi Wasallam.
 
Kemudian ilmu ini dikurniakan secara khusus oleh Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada dua orang Sahabatnya yang unggul iaitu Hadhrat Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq dan Hadhrat Sayyidina ‘Ali Ibni Abi Talib Radhiyallahu ‘Anhuma. Melalui mereka berdualah berkembangnya sekelian Silsilah Tariqat yang muktabar di atas muka bumi sehingga ke hari ini.
 
Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam juga mengurniakan Ilmu Keruhanian yang khas kepada Hadhrat Salman Al-Farisi Radhiyallahu ‘Anhu.
 
Di zaman Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, seorang Tabi’in yang bernama Hadhrat Uwais Al-Qarani Radhiyallahu ‘Anhu juga telah menerima limpahan Ilmu Keruhanian dari Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam meskipun dia berada dalam jarak yang jauh dan tidak pernah sampai ke Makkah dan Madinah bertemu Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, sedangkan dia hidup pada suatu zaman yang sama dengan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
 
Pada tahun 657 Masihi Hadhrat Uwais Al-Qarani Radhiyallahu ‘Anhu Wa Rahmatullah ‘Alaih telah membangunkan suatu jalan Tariqat yang mencapai ketinggian yang terkenal dengan Nisbat Uwaisiyah yang mana seseorang itu boleh menerima limpahan Keruhanian dari Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan sekelian Para Masyaikh Akabirin meskipun pada jarak dan masa yang jauh.
 
Di dalam kitab ‘Awariful Ma’arif ada dinyatakan bahawa pada zaman Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, Hadhrat Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq dan Hadhrat Sayyidina ‘Ali Ibni Abi Talib Radhiyallahu ‘Anhuma telah menghidupkan perhimpunan jemaah-jemaah [[dimana|di mana]] upacara Bai’ah dilakukan dan majlis-majlis zikir pun turut diadakan.
 
Tariqat menurut pengertian bahasa bererti jalan, aliran, cara, garis, kedudukan tokoh terkemuka, keyakinan, mazhab, sistem kepercayaan dan agama. Berasaskan tiga huruf iaitu huruf Ta, Ra dan Qaf. Ada Masyaikh yang menyatakan bahawa huruf Ta bererti Taubat, Ra bererti Redha dan Qaf bererti Qana’ah. Lafaz jamak bagi Tariqat ialah Taraiq atau Turuq yang bererti tenunan dari bulu yang berukuran 4 hingga 8 hasta dan dipertautkan sehelai demi sehelai. Tariqat juga bererti garisan pada sesuatu seperti garis-garis yang terdapat pada telur dan menurut Al-Laits Rahmatullah ‘alaih, Tariqat ialah tiap garis di atas tanah, atau pada jenis-jenis pakaian.
 
== Ijazah seorang Syekh dalam silsilah tarekat ==
 
Dalam tasawuf, seperti dalam setiap disiplin Islam yang serius seperti fiqh, tajwid, dan hadis, seorang murid harus memiliki master atau 'syekh' dari siapa mengambil pengetahuan, orang yang dirinya telah diambil dari master, dan begitu pada, dalam rantai master terus kembali kepada Nabi (sallallahu `alaihi wa sallam) yang adalah sumber segala pengetahuan Islam. Dalam tradisi Sufi, ini berarti tidak hanya bahwa Syekh ini telah bertemu dan mengambil tarekat dari master, tetapi bahwa guru selama hidupnya telah secara eksplisit dan diverifikasi diinvestasikan murid - baik secara tertulis atau di depan sejumlah saksi - untuk mengajarkan jalan spiritual sebagai master berwenang (murshid ma'dhun) untuk generasi murid penerus.
 
Silsila tersebut transmisi dari garis lurus dari master adalah salah satu kriteria yang membedakan jalan sufi yang benar 'berhubungan' (tarekat muttasila), dari jalan 'diputus' tidak otentik atau, (tarekat munqati'a). Pemimpin jalan yang diputus bisa mengklaim sebagai syekh berdasarkan izin yang diberikan oleh Syeikh dalam keadaan diverifikasi pribadi atau lainnya, atau oleh seorang tokoh yang telah meningal dunia ini, seperti salah satu dari orang soleh atau Nabi sendiri (sallallahu `alaihi wa sallam), atau dalam mimpi, dan sebagainya. Praktik ini hanya "menghangatkan hati" (biha yusta'nasu) tetapi tidak memenuhi kondisi tasawuf yang seorang Syekh harus memiliki otorisasi [[ijazah]] yang jelas menghubungkan dia dengan Nabi (sallallahu `alaihi wa sallam), salah satu yang bisa diverifikasi oleh orang lain daripada dirinya sendiri. Banyak kebohongan diberitahu oleh orang-orang, dan tanpa otorisasi atau ijazah yang bisa diverifikasi oleh publik, tarekat akan dikompromikan oleh mereka.
 
<!--
== Silsilah Tariqah ==
 
SETIAP hari sewaktu terbit dan sebelum terbenam matahari, bacalah "A'uzubillahi Minash-Syaitanir Rajim", lalu membaca "Bismillahir Rahmanir Rahim" dan "Surah Al-Fatihah" sekali dan "Surah Al-Ikhlas" sebanyak 3 kali beserta "Bismillahir Rahmanir Rahim", kemudian dihadiahkan [[pahala]] bacaan tersebut kepada sekalian Ruhaniyah Para Masyaikh Silsilah ‘Aliyah Naqshbandiyah Mujaddidiyah seperti berikut: "Ya Allah, telah ku hadiahkan seumpama pahala bacaan Fatihah dan Qul Huwa Allah kepada sekelian Arwah Muqaddasah Masyaikh Akabirin Silsilah 'Aliyah Naqshbandiyah Mujaddidiyah. " Seterusnya membaca Syajarah Tayyibah ini pada kedua-dua waktu yang tersebut.
 
'''''[[Bismillahir Rahmaanir Rahiim]]'''''
 
* [[1. Syafi'ul Muznibin Rahmatan lil 'Alamin Hadhrat Muhammad Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam.]]
* [[2. Khalifah Rasulullah Hadhrat Abu Bakar Siddiq Radhiyallahu 'Anhu.]]
* [[3. Sahibi Rasulullah Hadhrat Salman Farisi Radhiyallahu 'Anhu.]]
* [[4. Hadhrat Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar Radhiyallahu 'Anhum.]]
* [[5. Hadhrat Imam Ja'afar Sadiq Radhiyallahu 'Anhu.]]
* [[6. Hadhrat Khwajah Abu Yazid Bistami Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[7. Hadhrat Khwajah Abul Hassan Kharqani Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[8. Hadhrat Khwajah Abu 'Ali Faramadi Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[9. Hadhrat Khwajah Yusof Hamdani Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[10. Hadhrat Khwajah 'Abdul Khaliq Ghujduwani Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[11. Hadhrat Khwajah 'Arif Riwagari Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[12. Hadhrat Khwajah Mahmud Anjir Faghnawi Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[13. Hadhrat Khwajah 'Azizan 'Ali Ramitani Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[14. Hadhrat Khwajah Muhammad Baba Sammasi Rahmatullah 'alaih.]]
* [[15. Hadhrat Khwajah Sayyid Amir Kullal Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[16. Hadhrat Khwajah Shah Bahauddin Naqshband Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[17. Hadhrat Khwajah 'Alauddin 'Attar Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[18. Hadhrat Khwajah Ya'qub Carkhi Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[19. Hadhrat Khwajah 'Ubaidullah Ahrar Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[20. Hadhrat Khwajah Muhammad Zahid Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[21. Hadhrat Khwajah Darwish Muhammad Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[22. Hadhrat Maulana Khwajah Amkangi Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[23. Hadhrat Khwajah Muhammad Baqi Billah Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[24. Hadhrat Khwajah Mujaddid Alf Tsani Syeikh Ahmad Faruqi Sirhindi Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[25. Hadhrat Khwajah Muhammad Ma'sum Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[26. Hadhrat Khwajah Syeikh Saifuddin Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[27. Hadhrat Khwajah Sayyid Nur Muhammad Budayuni Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[28. Hadhrat Khwajah Mirza Mazhar Jan Janan Syahid Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[29. Hadhrat Maulana Khwajah Shah ‘Abdullah Ghulam 'Ali Dehlawi Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[30. Hadhrat Khwajah Shah Abu Sa’id Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[31. Hadhrat Khwajah Shah Ahmad Sa'id Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[32. Hadhrat Khwajah Haji Dost Muhammad Qandahari Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[33. Hadhrat Khwajah Haji Muhammad 'Utsman Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[34. Hadhrat Khwajah Haji Muhammad Sirajuddin Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[35. Hadhrat Khwajah Maulana Abu Sa'ad Ahmad Khan Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[36. Hadhrat Khwajah Maulana Muhammad 'Abdullah Rahmatullah 'alaihi.]]
* [[37. Hadhrat Maulana Khwajah Khan Muhammad Sahib Mudda Zilluhul 'Ali.]]
* [[38. Hadhrat Faqir Maulawi Jalalluddin Ahmad Ar-Rowi 'Ufiyallahu 'Anhu Wali Walidaihi.]]
* 39. Bar Faqir Haqir, Khak Paey Buzurgan, La Syai Miskin ......…………………….'Ufiya 'Anhu Par, [[Raham Farma Wa Muhabbat Wa Ma'rifat Wa Jam'iyat Zahiri Wa Batini Wa 'Afiyati Darain Wa Bahrahi Kamil Az Fuyudzi Wa Barkati In Buzurgan Rozi Ma Kun]]. Robbana Tawaffana Muslimin, Wa Alhiqna Bissolihin.
 
Kepada hamba yang faqir dan hina yang di bawah telapak kaki Para Masyaikh yang tiada apa-apa lagi miskin …….......….………………… semoga di ampunkan, Rahmatilah kami dan kurniakanlah Kasih Sayang dan Makrifat serta Jam'iyat Zahir dan Batin serta ‘Afiyat di Dunia dan Akhirat dan Lautan Kesempurnaan dari Limpahan Faidhz dan keberkatan Para Masyaikh ini.
 
Ya Tuhan kami, matikanlah kami sebagai Muslim dan sertakanlah kami bersama Para Salihin.
 
== AJARAN ASAS NAQSHBANDIYAH ==
 
TARIQAT Naqshbandiyah mempunyai prinsip asasnya yang tersendiri yang telah diasaskan oleh Hadhrat Khwajah Khwajahgan Maulana Syeikh ‘Abdul Khaliq Al-Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih. Ia telah meletakkan lapan prinsip asas ini sebagai dasar Tariqat Naqshbandiyah. Prinsip-prinsip ini dinyatakannya dalam sebutan bahasa Parsi dan mengandungi pengertian dan pangajaran yang amat tinggi nilainya. Adapun prinsip-prinsipnya adalah seperti berikut:
 
* 1. [[Yad Kard]]
* 2. [[Baz Gasht]]
* 3. [[Nigah Dasyat]]
* 4. [[Yad Dasyat]]
* 5. [[Hosh Dar Dam]]
* 6. [[Nazar Bar Qadam]]
* 7. [[Safar Dar Watan]]
* 8. [[Khalwat Dar Anjuman]]
 
Hadhrat Syeikh Muhammad Parsa Rahmatullah ‘alaih yang merupakan sahabat, khalifah dan penulis riwayat Hadhrat Maulana Shah Bahauddin Naqshband Rahmatullah ‘alaih telah menyatakan di dalam kitabnya bahawa ajaran Tariqat Hadhrat Khwajah Maulana Syeikh Abdul Khaliq Al-Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih berkenaan zikir dan ajaran lapan prinsip asas seperti yang dinyatakan di atas turut dianuti dan diamalkan oleh 40 jenis Tariqat. Tariqat lain menjadikan asas ini sebagai panduan kepada jalan kebenaran yang mulia iaitu jalan kesedaran dalam menuruti Sunnah Hadhrat Baginda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan meninggalkan sebarang bentuk Bida’ah dan bermujahadah melawan hawa nafsu.
Kerana itulah Hadhrat Khwajah Maulana Syeikh Abdul Khaliq Al-Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih mencapai ketinggian Ruhani dan menjadi seorang Mahaguru Tariqat dan penghulu pemimpin keruhanian pada zamannya.
 
== 1. [[YAD KARD]] ==
 
Yad bererti ingat yakni Zikir. Perkataan Kard pula bagi menyatakan kata kerja bagi ingat yakni pekerjaan mengingati Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan ianya merupakan zat bagi zikir. Berkata Para Masyaikh, Yad Kard bermaksud melakukan zikir mengingati Tuhan dengan menghadirkan hati. Murid yang telah melakukan Bai‘ah dan telah ditalqinkan dengan zikir hendaklah senantiasa sibuk mengingati Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan kalimah zikir yang telah ditalqinkan.
 
Zikir yang telah ditalqinkan oleh Syeikh adalah zikir yang akan membawa seseorang murid itu mencapai ketinggian darjat Ruhani. Syeikh akan mentalqinkan zikir kepada muridnya sama ada Zikir Ismu Zat ataupun Zikir Nafi Itsbat secara Lisani ataupun Qalbi. Seseorang murid hendaklah melakukan zikir yang sebanyak-banyaknya dan sentiasa menyibukkan dirinya dengan berzikir. Pada setiap hari, masa dan keadaan, sama ada dalam keadaaan berdiri atau duduk atau berbaring ataupun berjalan, hendaklah sentiasa berzikir.
 
Pada lazimnya seseorang yang baru menjalani Tariqat Naqshbandiyah ini, Syeikh akan mentalqinkan kalimah Ismu Zat iaitu lafaz Allah sebagai zikir yang perlu dilakukan pada Latifah Qalb tanpa menggerakkan lidah. Murid hendaklah berzikir Allah Allah pada latifah tersebut sebanyak 24 ribu kali sehari semalam setiap hari sehingga terhasilnya cahaya Warid.
 
Ada sebahagian Syeikh yang menetapkan jumlah permulaan sebanyak lima ribu kali sehari semalam dan ada juga yang menetapkannya sehingga tujuh puluh ribu kali sehari semalam.
 
Seterusnya murid hendaklah mengkhabarkan segala pengalaman Ruhaniahnya kepada Syeikh apabila menerima Warid tersebut. Begitulah pada setiap Latifah, murid hendaklah berzikir sebanyak-banyaknya pada kesemua Latifah seperti yang diarahkan oleh Syeikh sehingga tercapainya Warid. Mengingati Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara sempurna adalah dengan berzikir menghadirkan hati ke Hadhrat ZatNya.
 
Setelah Zikir Ismu Zat dilakukan pada setiap Latifah dengan sempurna, Syeikh akan mentalqinkan pula Zikir Nafi Itsbat iaitu kalimah LA ILAHA ILLA ALLAH yang perlu dilakukan sama ada secara Lisani iaitu menerusi lidah atau secara Qalbi iaitu berzikir menerusi lidah hati.
 
Zikir Nafi Itsbat perlu dilakukan menurut kaifiyatnya. Syeikh akan menentukan dalam bentuk apa sesuatu zikir itu perlu dilakukan. Yang penting bagi Salik adalah menyibukkan diri dengan zikir yang telah ditalqinkan oleh Syeikh sama ada ianya Zikir Ismu Zat ataupun Zikir Nafi Itsbat. Salik hendaklah memelihara zikir dengan hati dan lidah dengan menyebut Allah Allah iaitu nama bagi Zat Tuhan yang merangkumi kesemua Nama-NamaNya dan Sifat-SifatNya yang mulia serta dengan menyebut Zikir Nafi Itsbat menerusi kalimah LA ILAHA ILLA ALLAH dengan sebanyak-banyaknya. Salik hendaklah melakukan Zikir Nafi Itsbat sehingga dia mencapai kejernihan hati dan tenggelam di dalam Muraqabah. Murid hendaklah melakukan Zikir Nafi Itsbat sebanyak 5 ribu ke 10 ribu kali setiap hari bagi menanggalkan segala kekaratan hati. Zikir tersebut akan membersihkan hati dan membawa seseorang itu kepada Musyahadah.
 
Zikir Nafi Itsbat menurut Akabirin Naqshbandiyah, seseorang murid yang baru itu hendaklah menutup kedua matanya, menutup mulutnya, merapatkan giginya, menongkatkan lidahnya ke langit-langit dan menahan napasnya. Dia hendaklah mengucapkan zikir ini dengan hatinya bermula dari kalimah Nafi dan seterusnya kalimah Itsbat. Bagaimanapun, bagi murid yang telah lama hendaklah membukakan kedua matanya dan tidak perlu menahan napasnya.
 
Bermula dari kalimah Nafi iaitu LA yang bererti Tiada, dia hendaklah menarik kalimah LA ini dari bawah pusatnya ke atas hingga ke otak. Apabila kalimah LA mencapai otak, ucapkan pula kalimah ILAHA di dalam hati yang bererti Tuhan. Kemudian hendaklah digerakkan dari otak ke bahu kanan sambil menyebut ILLA yang bererti Melainkan, lalu menghentakkan kalimah Itsbat iaitu ALLAH ke arah Latifah Qalb. Sewaktu menghentakkan kalimah ALLAH ke arah Qalb, hendaklah merasakan bahawa kesan hentakan itu mengenai kesemua Lataif di dalam tubuh badan.
 
Zikir yang sebanyak-banyaknya akan membawa seseorang Salik itu mencapai kepada kehadiran Zat Allah dalam kewujudan secara Zihni yakni di dalam pikiran. Salik hendaklah berzikir dalam setiap napas yang keluar dan masuk. Yad Kard merupakan amalan dipikiran yang bertujuan pikiran hendaklah sentiasa menggesa diri supaya sentiasa ingat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan melakukan zikir bagi mengingati ZatNya. Pekerjaan berzikir mengingati Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah suatu amalan yang tiada batas dan had. Ianya boleh dikerjakan pada sebarang keadaan, masa dan tempat. Hendaklah sentiasa memperhatikan napas supaya setiap napas yang keluar dan masuk itu disertai ingatan terhadap Zat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
 
== 2. [[BAZ GASHT]] ==
 
Baz Gasht bererti kembali. Menurut Para Masyaikh, maksudnya ialah seseorang yang melakukan zikir dengan menggunakan lidah hati menyebut Allah Allah dan LA ILAHA ILLA ALLAH, begitulah juga setelah itu hendaklah mengucapkan di dalam hati dengan penuh khusyuk dan merendahkan diri akan ucapan ini:
 
“Ilahi Anta Maqsudi, Wa Ridhoka Matlubi, A’tini Mahabbataka Wa Ma’rifataka”
 
Yang bererti, “Wahai Tuhanku Engkaulah maksudku dan keredhaanMu tuntutanku, kurniakanlah Cinta dan Makrifat ZatMu. ”
 
Ianya merupakan ucapan Hadhrat Baginda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, ucapan ini akan meningkatkan tahap kesedaran kepada kewujudan dan Keesaan Zat Tuhan, sehingga dia mencapai suatu tahap [[dimana]] segala kewujudan makhluk terhapus pada pandangan matanya. Apa yang dilihatnya walau ke mana jua dia memandang, yang dilihatnya hanyalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ucapan kata-kata ini juga memberikan kita pengertian bahawa hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menjadi maksud dan matlamat kita dan tidak ada tujuan lain selain untuk mendapatkan keredhaanNya. Salik hendaklah mengucapkan kalimah ini bagi menghuraikan segala rahsia Keesaan Zat Tuhan dan supaya terbuka kepadanya keunikan hakikat Kehadiran Zat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
 
Sebagai murid, tidak boleh meninggalkan zikir kalimah ini meskipun tidak merasakan sebarang kesan pada hati. Dia hendaklah tetap meneruskan zikir kalimah tersebut sebagai menuruti anjuran Syeikhnya.
 
Makna Baz Gasht ialah kembali kepada Allah Yang Maha Tinggi Lagi Maha Mulia dengan menunjukkan penyerahan yang sempurna, mentaati segala kehendakNya dan merendahkan diri dengan sempurna dalam memuji ZatNya. Adapun lafaz Baz Gasht dalam bahasa Parsi seperti yang diamalkan oleh Para Akabirin Naqshabandiyah Mujaddidiyah adalah seperti berikut:
 
“Khudawandah, Maqsudi Man Tui Wa Ridhai Tu,
Tarak Kardam Dunya Wa Akhirat Baraey Tu,
Mahabbat Wa Ma’rifati Khud Badih. ”
 
Yang bererti, “Tuhanku, maksudku hanyalah Engkau dan keredaanMu, telahku lepaskan Dunia dan Akhirat kerana Engkau, kurniakanlah Cinta dan Makrifat ZatMu. ”
 
Pada permulaan, jika Salik sendiri tidak memahami hakikat kebenaran ucapan kata-kata ini, hendaklah dia tetap juga menyebutnya kerana menyebut kata-kata itu dengan hati yang khusyuk dan merendahkan diri akan menambahkan lagi pemahamannya dan secara sedikit demi sedikit Salik itu akan merasai hakikat kebenaran perkataan tersebut dan Insya Allah akan merasai kesannya. Hadhrat Baginda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam telah menyatakan dalam doanya,
“Ma Zakarnaka Haqqa Zikrika Ya Mazkur. ”
Yang bererti, “Kami tidak mengingatiMu dengan hak mengingatiMu secara yang sepatutnya, Wahai Zat yang sepatutnya diingati. ”
 
Seseorang Salik itu tidak akan dapat hadir ke Hadhrat Allah Subhanahu Wa Ta’ala menerusi zikirnya dan tidak akan dapat mencapai Musyahadah terhadap rahsia-rahsia dan sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta’ala menerusi zikirnya jika dia tidak berzikir dengan sokongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menerusi ingatan Allah Subhanahu Wa Ta’ala terhadap dirinya.
 
Seorang Salik itu tidak akan dapat berzikir dengan kemampuan dirinya bahkan dia hendaklah sentiasa menyedari bahawa Allah Subhanahu Wa Ta’ala lah yang sedang berzikir menerusi dirinya. Hadhrat Maulana Syeikh Abu Yazid Bistami Rahmatullah ‘alaih telah berkata,
“Apabila daku mencapai ZatNya, daku melihat bahawa ingatanNya terhadap diriku mendahului ingatanku terhadap diriNya. ”
 
== 3. [[NIGAH DASYAT]] ==
 
Nigah bererti menjaga, mengawasi, memelihara dan Dasyat pula bererti melakukannya dengan bersungguh-sungguh. Maksudnya ialah seseorang Salik itu sewaktu melakukan zikir hendaklah sentiasa memelihara hati dari sebarang khatrah lintasan hati dan was-was Syaitan dengan bersungguh-sungguh. Jangan biarkan khayalan kedukaan memberi kesan kepada hati.
 
Setiap hari hendaklah melapangkan masa selama sejam ke dua jam ataupun lebih untuk memelihara hati dari segala ingatan selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Selain DiriNya, jangan ada sebarang khayalan pada pikiran dan hati. Lakukan latihan ini sehingga segala sesuatu selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala, segala-galanya menjadi lenyap.
 
Nigah Dasyat juga bermakna seseorang Salik itu mesti memperhatikan hatinya dan menjaganya dengan menghindarkan sebarang ingatan yang buruk masuk ke dalam hati. Ingatan dan keinginan yang buruk akan menjauhkan hati dari kehadiran Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kesufian yang sebenar adalah daya untuk memelihara hati dari ingatan yang buruk dan memeliharanya dari sebarang keinginan yang rendah. Seseorang yang benar-benar mengenali hatinya akan dapat mengenali Tuhannya.
Di dalam Tariqat Naqshbandiyah ini, seseorang Salik yang dapat memelihara hatinya dari sebarang ingatan yang buruk selama 15 minit adalah merupakan suatu pencapaian yang besar dan menjadikannya layak sebagai seorang ahli Sufi yang benar.
 
Hadhrat Maulana Shah Ghulam ‘Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih menyatakan di dalam kitabnya Idhahut Tariqah bahawa,
“Nigah Dasyat adalah merupakan syarat ketika berzikir, bahawa ketika berzikir hendaklah menghentikan segala khayalan serta was-was dan apabila sebarang khayalan yang selain Allah terlintas di dalam hati maka pada waktu itu juga hendaklah dia menjauhkannya supaya khayalan Ghairullah tidak menduduki hati. ”
 
Hadhrat Maulana Syeikh Abul Hassan Kharqani Rahmatullah ‘alaih pernah berkata,
“Telah berlalu 40 tahun [[dimana]] Allah sentiasa melihat hatiku dan telah melihat tiada sesiapa pun kecuali DiriNya dan tiada ruang bilik di dalam hatiku untuk selain dari Allah. ”
 
Hadhrat Syeikh Abu Bakar Al-Qittani Rahmatullah ‘alaih pernah berkata,
“Aku menjadi penjaga di pintu hatiku selama 40 tahun dan aku tidak pernah membukanya kepada sesiapa pun kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehinggakan hatiku tidak mengenali sesiapapun kecuali Allah Subhanahu Wa Ta’ala. ”
 
Seorang Syeikh Sufi pernah berkata,
“Oleh kerana aku telah menjaga hatiku selama sepuluh malam, hatiku telah menjagaku selama dua puluh tahun. ”
 
== 4. [[YAD DASYAT]] ==
 
Yad Dasyat bererti mengingati Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan bersungguh-sungguh dengan Zauq Wijdani sehingga mencapai Dawam Hudhur yakni kehadiran Zat Allah secara kekal berterusan dan berada dalam keadaan berjaga-jaga memperhatikan limpahan Faidhz dari sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kesedaran ini diibaratkan sebagai Hudhur Bey Ghibat dan merupakan Nisbat Khassah Naqshbandiyah.
 
Yad Dasyat juga bermakna seseorang yang berzikir itu memelihara hatinya pada setiap penafian dan pengitsbatan di dalam setiap napas tanpa meninggalkan Kehadiran Zat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ianya menghendaki agar Salik memelihara hatinya di dalam Kehadiran Kesucian Zat Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara berterusan. Ini untuk membolehkannya agar dapat merasai kesedaran dan melihat Tajalli Cahaya Zat Yang Esa atau disebut sebagai Anwaruz-Zatil-Ahadiyah.
 
Menurut Hadhrat Maulana Shah Ghulam ‘Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih, Yad Dasyat merupakan istilah Para Sufi bagi menerangkan keadaan maqam Syuhud atau Musyahadah yang juga dikenali sebagai ‘Ainul Yaqin atau Dawam Hudhur dan Dawam Agahi.
 
Di zaman para Sahabat Ridhwanullah ‘Alaihim Ajma’in ianya disebut sebagai Ihsan. Ia merupakan suatu maksud di dalam Tariqah Naqshbandiyah Mujaddidiyah bagi menghasilkan Dawam Hudhur dan Dawam Agahi dengan Hadhrat Zat Ilahi Subhanahu Wa Ta’ala dan di samping itu berpegang dengan ‘Aqidah yang sahih menurut Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan melazimkan diri beramal menuruti Sunnah Nabawiyah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
 
Jika Salik tidak memiliki ketiga-tiga sifat ini iaitu tetap mengingati Zat Ilahi, beri’tiqad dengan ‘Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan menuruti Sunnah Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam ataupun meninggalkan salah satu darinya maka dia adalah terkeluar dari jalan Tariqat Naqshbandiyah, Na’uzu Billahi Minha!
 
== 5. [[HOSH DAR DAM]] ==
 
Hosh bererti sedar, Dar bererti dalam dan Dam bererti napas, yakni sedar dalam napas. Seseorang Salik itu hendaklah berada dalam kesedaran bahawa setiap napasnya yang keluar masuk mestilah beserta kesedaran terhadap Kehadiran Zat Allah Ta’ala. Jangan sampai hati menjadi lalai dan leka dari kesedaran terhadap Kehadiran Zat Allah Ta’ala. Dalam setiap napas hendaklah menyedari kehadiran ZatNya.
 
Menurut Hadhrat Khwajah Maulana Syeikh Abdul Khaliq Al-Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih bahawa,
“Seseorang Salik yang benar hendaklah menjaga dan memelihara napasnya dari kelalaian pada setiap kali masuk dan keluarnya napas serta menetapkan hatinya sentiasa berada dalam Kehadiran Kesucian ZatNya dan dia hendaklah memperbaharukan napasnya dengan ibadah dan khidmat serta membawa ibadah ini menuju kepada Tuhannya seluruh kehidupan, kerana setiap napas yang disedut dan dihembus beserta KehadiranNya adalah hidup dan berhubung dengan Kehadiran ZatNya Yang Suci. Setiap napas yang disedut dan dihembus dengan kelalaian adalah mati dan terputus hubungan dari Kehadiran ZatNya Yang Suci. ”
 
Hadhrat Khwajah Maulana Syeikh ‘Ubaidullah Ahrar Rahmatullah ‘alaih berkata,
“Maksud utama seseorang Salik di dalam Tariqah ini adalah untuk menjaga napasnya dan seseorang yang tidak dapat menjaga napasnya dengan baik maka dikatakan kepadanya bahawa dia telah kehilangan dirinya. ”
 
Hadhrat Syeikh Abul Janab Najmuddin Al-Kubra Rahmatullah ‘alaih berkta dalam kitabnya Fawatihul Jamal bahawa,
“Zikir adalah sentiasa berjalan di dalam tubuh setiap satu ciptaan Allah sebagai memenuhi keperluan napas mereka biarpun tanpa kehendak sebagai tanda ketaatan yang merupakan sebahagian dari penciptaan mereka. Menerusi pernapasan mereka, bunyi huruf ‘Ha’ dari nama Allah Yang Maha Suci berada dalam setiap napas yang keluar masuk dan ianya merupakan tanda kewujudan Zat Yang Maha Ghaib sebagai menyatakan Keunikan dan Keesaan Zat Tuhan. Maka itu amatlah perlu berada dalam kesedaran dan hadir dalam setiap napas sebagai langkah untuk mengenali Zat Yang Maha Pencipta. ”
 
Nama Allah yang mewakili kesemua Sembilan Puluh Sembilan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah dan Af’alNya adalah terdiri dari empat huruf iaitu Alif, Lam, Lam dan Ha.
 
Para Sufi berkata bahawa Zat Ghaib Mutlak adalah Allah Yang Maha Suci lagi Maha Mulia KetinggianNya dan DiriNya dinyatakan menerusi huruf yang terakhir dari Kalimah Allah iaitu huruf Ha. Huruf tersebut apabila ditemukan dengan huruf Alif akan menghasilkan sebutan Ha yang memberikan makna “Dia Yang Ghaib” sebagai kata ganti diri. Bunyi sebutan Ha itu sebagai menampilkan dan menyatakan bukti kewujudan Zat DiriNya Yang Ghaib Mutlak (Ghaibul Huwiyyatil Mutlaqa Lillahi ‘Azza Wa Jalla). Huruf Lam yang pertama adalah bermaksud Ta‘arif atau pengenalan dan huruf Lam yang kedua pula adalah bermaksud Muballaghah yakni pengkhususan. Menjaga dan memelihara hati dari kelalaian akan membawa seseorang itu kepada kesempurnaan Kehadiran Zat, dan kesempurnaan Kehadiran Zat akan membawanya kepada kesempurnaan Musyahadah dan kesempurnaan Musyahadah akan membawanya kepada kesempurnaan Tajalli Sembilan Puluh Sembilan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah. Seterusnya Allah akan membawanya kepada penzahiran kesemua Sembilan Puluh Sembilan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah dan Sifat-SifatNya yang lain kerana adalah dikatakan bahawa Sifat Allah itu adalah sebanyak napas-napas manusia.
 
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih menegaskan bahawa hendaklah mengingati Allah pada setiap kali keluar masuk napas dan di antara keduanya yakni masa di antara udara disedut masuk dan dihembus keluar dan masa di antara udara dihembus keluar dan disedut masuk. Terdapat empat ruang untuk diisikan dengan Zikrullah. Amalan ini disebut Hosh Dar Dam yakni bezikir secara sedar dalam napas. Zikir dalam pernapasan juga dikenali sebagai Paas Anfas di kalangan Ahli Tariqat Chistiyah.
 
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih berkata,
“Tariqat ini dibina berasaskan napas, maka adalah wajib bagi setiap orang untuk menjaga napasnya pada waktu menghirup napas dan menghembuskan napas dan seterusnya menjaga napasnya pada waktu di antara menghirup dan menghembuskan napas. ”
 
Udara Masuk - Allah Allah Antara - Allah Allah Udara Keluar - Allah Allah Antara - Allah Allah
 
Perlu diketahui bahawa menjaga napas dari kelalaian adalah amat sukar bagi seseorang Salik, lantaran itu mereka hendaklah menjaganya dengan memohon Istighfar yakni keampunan kerana memohon Istighfar akan menyucikan hatinya dan mensucikan napasnya dan menyediakan dirinya untuk menyaksikan Tajalli penzahiran manifestasi Allah Subhanahu Wa Ta’ala di mana-mana jua.
 
== 6. [[NAZAR BAR QADAM]] ==
 
Nazar bererti memandang, Bar bererti pada, dan Qadam pula bererti kaki. Seseorang Salik itu ketika berjalan hendaklah sentiasa memandang ke arah kakinya dan jangan melebihkan pandangannya ke tempat lain dan setiap kali ketika duduk hendaklah sentiasa memandang ke hadapan sambil merendahkan pandangan. Jangan menoleh ke kiri dan ke kanan kerana ianya akan menimbulkan fasad yang besar dalam dirinya dan akan menghalangnya dari mencapai maksud.
 
Nazar Bar Qadam bermakna ketika seseorang Salik itu sedang berjalan, dia hendaklah tetap memperhatikan langkah kakinya. Di mana jua dia hendak meletakkan kakinya, matanya juga perlu memandang ke arah tersebut. Tidak dibolehkan baginya melemparkan pandangannya ke sana sini, memandang kiri dan kanan ataupun di hadapannya kerana pandangan yang tidak baik akan menghijabkan hatinya.
 
Kebanyakan hijab-hijab di hati itu terjadi kerana bayangan gambaran yang dipindahkan dari pandangan penglihatan mata ke otak sewaktu menjalani kehidupan seharian. Ini akan mengganggu hati dan menimbulkan keinginan memenuhi berbagai kehendak hawa nafsu seperti yang telah tergambar di ruangan otak. Gambaran-gambaran ini merupakan hijab-hijab bagi hati dan ianya menyekat Cahaya Kehadiran Zat Allah Yang Maha Suci.
 
Kerana itulah Para Masyaikh melarang murid mereka yang telah menyucikan hati mereka menerusi zikir yang berterusan dari memandang ke tempat yang selain dari kaki mereka. Hati mereka ibarat cermin yang menerima dan memantulkan setiap gambaran dengan mudah. Ini akan mengganggu mereka dan akan menyebabkan kekotoran hati.
 
Maka itu, Salik diarahkan agar merendahkan pandangan supaya mereka tidak terkena panahan dari panahan Syaitan. Merendahkan pandangan juga menjadi tanda kerendahan diri. Orang yang bongkak dan sombong tidak memandang ke arah kaki mereka ketika berjalan. Ia juga merupakan tanda bagi seseorang yang menuruti jejak langkah Hadhrat Baginda Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mana Hadhrat Baginda Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika berjalan tidak menoleh ke kiri dan ke kanan tetapi Hadhrat Baginda Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam hanya melihat ke arah kakinya, bergerak dengan pantas menuju ke arah destinasinya. Pengertian batin yang dituntut dari prinsip ini ialah supaya Salik bergerak dengan laju dan pantas dalam melakukan perjalanan suluk, yang mana apa jua maqam yang terpandang olehnya maka dengan secepat yang mungkin kakinya juga segera sampai pada kedudukan maqam tersebut. Ia juga menjadi tanda ketinggian darjat seseorang yang mana dia tidak memandang kepada sesuatu pun kecuali Tuhannya. Sepertimana seseorang yang hendak lekas menuju kepada tujuannya, begitulah seorang Salik yang menuju Kehadhrat Tuhan hendaklah lekas-lekas bergerak, dengan cepat dan pantas, tidak menoleh ke kiri dan ke kanan, tidak memandang kepada hawa nafsu duniawi sebaliknya hanya memandang ke arah mencapai Kehadiran Zat Tuhan Yang Suci.
 
Hadhrat Maulana Imam Rabbani Mujaddid Alf Tsani Syeikh Ahmad Faruqi Sirhindi Rahmatullah ‘alaih telah berkata dalam suratnya yang ke-259 di dalam Maktubat,
“Pandangan mendahului langkah dan langkah menuruti pandangan. Mi’raj ke maqam yang tinggi didahului dengan pandangan Basirah kemudian diikuti dengan langkah. Apabila langkah telah mencapai Mi’raj tempat yang dipandang, maka kemudian pandangan akan diangkat ke suatu maqam yang lain yang mana langkah perlu menurutinya. Kemudian pandangan akan diangkat ke tempat yang lebih tinggi dan langkah akan menurutinya. Begitulah seterusnya sehingga pandangan mencapai maqam kesempurnaan yang mana langkahnya akan diberhentikan. Kami katakan bahawa, apabila langkah menuruti pandangan, murid telah mencapai maqam kesediaan untuk menuruti jejak langkah Hadhrat Baginda Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Jejak langkah Hadhrat Baginda Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah merupakan sumber asal bagi segala langkah. ”
 
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih berkata,
“Jika kita memandang kesalahan sahabat-sahabat, kita akan ditinggalkan tanpa sahabat kerana tiada seorang juapun yang sempurna. ”
 
== 7. [[SAFAR DAR WATAN]] ==
 
Safar bererti menjelajah, berjalan atau bersiar, Dar bererti dalam dan Watan bererti kampung. Safar Dar Watan bermakna bersiar-siar dalam kampung dirinya yakni kembali berjalan menuju Tuhan. Seseorang Salik itu hendaklah menjelajah dari dunia ciptaan kepada dunia Yang Maha Pencipta.
 
Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda yang mafhumnya,
“Daku sedang menuju Tuhanku dari suatu hal keadaan ke suatu hal keadaan yang lebih baik dan dari suatu maqam ke suatu maqam yang lebih baik. ”
 
Salik hendaklah berpindah dari kehendak hawa nafsu yang dilarang kepada kehendak untuk berada dalam Kehadiran ZatNya. Dia hendaklah berusaha meninggalkan segala sifat-sifat Basyariyah (Kemanusiawian) yang tidak baik dan meningkatkan dirinya dengan sifat-sifat Malakutiyah (Kemalaikatan) yang terdiri dari sepuluh maqam iaitu:
 
[1] Taubat [2] Inabat [3] Sabar [4] Syukur [5] Qana’ah [6] Wara’ [7] Taqwa [8] Taslim [9] Tawakkal [10] Redha.
 
Para Masyaikh membahagikan perjalanan ini kepada dua kategori iaitu Sair Afaqi yakni Perjalanan Luaran dan Sair Anfusi yakni Perjalanan Dalaman. Perjalanan Luaran adalah perjalanan dari suatu tempat ke suatu tempat mencari seorang pembimbing Ruhani yang sempurna bagi dirinya dan akan menunjukkan jalan ke tempat yang dimaksudkannya. Ini akan membolehkannya untuk memulakan Perjalanan Dalaman.
 
Seseorang Salik apabila dia sudah menemui seorang pembimbing Ruhani yang sempurna bagi dirinya adalah dilarang dari melakukan Perjalanan Luaran. Pada Perjalanan Luaran ini terdapat berbagai kesukaran yang mana seseorang yang baru menuruti jalan ini tidak dapat tidak, pasti akan terjerumus ke dalam tindakan yang dilarang, kerana mereka adalah lemah dalam menunaikan ibadah mereka.
 
Perjalanan yang bersifat dalaman pula mengkehendakkan agar seseorang Salik itu meninggalkan segala tabiat yang buruk dan membawa adab tertib yang baik ke dalam dirinya serta mengeluarkan dari hatinya segala keinginan Duniawi. Dia akan diangkat dari suatu maqam yang kotor zulmat ke suatu maqam kesucian. Pada waktu itu dia tidak perlu lagi melakukan Perjalanan Luaran. Hatinya telah dibersihkan dan menjadikannya tulin seperti air, jernih seperti kaca, bersih bagaikan cermin lalu menunjukkannya hakikat setiap segala suatu urusan yang penting dalam kehidupan sehariannya tanpa memerlukan sebarang tindakan yang bersifat luaran bagi pihak dirinya. Di dalam hatinya akan muncul segala apa yang diperlukan olehnya dalam kehidupan ini dan kehidupan mereka yang berada di sampingnya.
 
Hadhrat Maulana Shah Ghulam ‘Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih telah berkata,
“Ketahuilah bahawa apabila hati tertakluk dengan sesuatu selain Allah dan khayalan yang buruk menjadi semakin kuat maka limpahan Faidhz Ilahi menjadi sukar untuk dicapai oleh Batin. Jesteru itu dengan kalimah LA ILAHA hendaklah menafikan segala akhlak yang buruk itu sebagai contohnya bagi penyakit hasad, sewaktu mengucapkan LA ILAHA hendaklah menafikan hasad itu dan sewaktu mengucapkan ILLA ALLAH hendaklah mengikrarkan cinta dan kasih sayang di dalam hati. Begitulah ketika melakukan zikir Nafi Itsbat dengan sebanyak-banyaknya lalu menghadap kepada Allah dengan rasa hina dan rendah diri bagi menghapuskan segala keburukan diri sehinggalah keburukan dirinya itu benar-benar terhapus. Begitulah juga terhadap segala rintangan Batin, ianya perlu disingkirkan supaya terhasilnya Tasfiyah dan Tazkiyah. Latihan ini merupakan salah satu dari maksud Safar Dar Watan. ”
 
== 8. [[KHALWAT DAR ANJUMAN]] ==
 
Khalwat bererti bersendirian dan Anjuman bererti khalayak ramai, maka pengertiannya ialah bersendirian dalam keramaian. Maksudnya pada zahir, Salik bergaul dengan manusia dan pada batinnya dia kekal bersama Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
 
Terdapat dua jenis khalwat iaitu Khalwat Luaran atau disebut sebagai Khalwat Saghir yakni khalwat kecil dan Khalwat Dalaman atau disebut sebagai Khalwat Kabir yang bermaksud khalwat besar atau disebut sebagai Jalwat. Khalwat Luaran menghendaki Salik agar mengasingkan dirinya di tempat yang sunyi dan jauh dari kesibukan manusia. Secara bersendirian Salik menumpukan kepada Zikirullah dan Muraqabah untuk mencapai penyaksian Kebesaran dan Keagungan Kerajaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Apabila sudah mencapai fana menerusi zikir pikir dan semua deria luaran difanakan, pada waktu itu deria dalaman bebas meneroka ke Alam Kebesaran dan Keagungan Kerajaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ini seterusnya akan membawa kepada Khalwat Dalaman.
 
Khalwat Dalaman bermaksud berkhalwat dalam kesibukan manusia. Hati Salik hendaklah sentiasa hadir ke Hadhrat Tuhan dan hilang dari makhluk sedang jasmaninya sedang hadir bersama mereka. Dikatakan bahawa seseorang Salik yang Haq sentiasa sibuk dengan zikir khafi di dalam hatinya sehinggakan jika dia masuk ke dalam majlis keramaian manusia, dia tidak mendengar suara mereka. Kerana itu ianya dinamakan Khalwat Kabir dan Jalwat yakni berzikir dalam kesibukan manusia. Keadaan berzikir itu mengatasi dirinya dan penzahiran Hadhrat Suci Tuhan sedang menariknya membuatkannya tidak menghiraukan segala sesuatu yang lain kecuali Tuhannya. Ini merupakan tingkat khalwat yang tertinggi dan dianggap sebagai khalwat yang sebenar seperti yang dinyatakan dalam ayat Al-Quran Surah An-Nur ayat 37:
 
Para lelaki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingati Allah, dan dari mendirikan sembahyang, dan dari membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang hati dan penglihatan menjadi goncang.
 
"Rijalun La Tulhihim Tijaratun Wala Bay’un ‘An Zikrillah, " bermaksud para lelaki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingati Allah. Inilah merupakan jalan Tariqat Naqshbandiyah. Hadhrat Khwajah Shah Bahauddin Naqshband Qaddasallahu Sirrahu telah ditanyakan orang bahawa apakah yang menjadi asas bagi Tariqatnya?
 
Beliau menjawab,
“Berdasarkan Khalwat Dar Anjuman, yakni zahir berada bersama Khalaq dan batin hidup bersama Haq serta menempuh kehidupan dengan menganggap bahawa Khalaq mempunyai hubungan dengan Tuhan. Sebagai Salik dia tidak boleh berhenti dari menuju kepada maksudnya yang hakiki. ”
 
Sepertimana mafhum sabdaan Hadhrat Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam,
“Padaku terdapat dua sisi. Satu sisiku menghadap ke arah Penciptaku dan satu sisi lagi menghadap ke arah makhluk ciptaan. ”
 
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih berkata,
“Tariqatuna As-Suhbah Wal Khayru Fil Jam’iyyat. ” Yang bererti, “Jalan Tariqah kami adalah dengan cara bersahabat dan kebaikan itu dalam jemaah Jam’iyat. ”
 
Khalwat yang utama di sisi Para Masyaikh Naqshbandiyah adalah Khalwat Dalaman kerana mereka sentiasa berada bersama Tuhan mereka dan pada masa yang sama mereka berada bersama dengan manusia. Adalah dikatakan bahawa seseorang beriman yang dapat bercampur gaul dengan manusia dan menanggung berbagai masaalah dalam kehidupan adalah lebih baik dari orang beriman yang menghindarkan dirinya dari manusia.
 
Hadhrat Imam Rabbani Rahmatullah ‘alaih telah berkata,
“Perlulah diketahui bahawa Salik pada permulaan jalannya mungkin menggunakan khalwat luaran untuk mengasingkan dirinya dari manusia, beribadat dan bertawajjuh kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sehingga dia mencapai tingkat darjat yang lebih tinggi. Pada waktu itu dia akan dinasihatkan oleh Syeikhnya seperti kata-kata Sayyid Al-Kharraz Rahmatullah ‘alaih iaitu kesempurnaan bukanlah dalam mempamerkan karamah yang hebat-hebat tetapi kesempurnaan yang sebenar ialah untuk duduk bersama manusia, berjual beli, bernikah kahwin dan mendapatkan zuriat dan dalam pada itu sekali-kali tidak meninggalkan Kehadiran Allah walaupun seketika. ”
 
Hadhrat Shah ‘Abdullah Ghulam ‘Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih berkata,
“Daripada masamu, jangan ada sebarang waktu pun yang engkau tidak berzikir dan bertawajjuh serta mengharapkan Kehadiran Allah Ta’ala dan bertemulah dengan manusia dan berzikirlah walaupun berada di dalam keramaian dan sentiasa berjaga-jaga memperhatikan limpahan Allah. ”
 
Berkata Penyair,
"Limpahan Faidhz Al-Haq datang tiba-tiba tetapi hatiku memperhatikan waridnya,
Biarpun di waktu sekali kerdipan mata namun diriku sekali-kali tidak leka,
Boleh jadi Dia sedang memperhatikanmu dan dikau tidak memperhatikannya. "
 
Hal keadaan ini dinamakan Khalwat Dar Anjuman iaitu Kainun Haqiqat Wa Bainun Surat yakni hakikat dirinya berzama Zat Tuhan dan tubuh badan bersama makhluk ciptaan Tuhan. Masyaikh menggelarkannya sebagai Sufi Kain Bain. Kelapan-lapan asas Tariqat ini diperkenalkan oleh Hadhrat Khwajah Abdul Khaliq Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih dan menjadi ikutan 40 Tariqat yang lain dan sehingga ke hari ini menjadi asas yang teguh untuk seseorang hamba Allah kembali menuju kepada Tuhannya.
 
Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaihi telah menerima kelapan-lapan asas Tariqat ini dari Hadhrat Khwajah Abdul Khaliq Ghujduwani dan beliau telah menambahkan tiga asas Tariqat iaitu Wuquf Qalbi, Wuquf ‘Adadi dan Wuquf Zamani menjadikannya sebelas asas.
 
Hosh Dar Dam Khalwat Dar Anjuman;
Yad Kard Yad Dasyat.
Nazar Bar Qadam Safar Dar Watan;
Baz Gasht Nigah Dasyat.
 
Sentiasalah sedar dalam napas ketika berkhalwat bersama khalayak;
Kerjakanlah Zikir dan ingatlah ZatNya dengan bersungguh-sungguh.
Perhatikan setiap langkah ketika bersafar di dalam kampung;
Sekembalinya dari merayau, perhatikanlah limpahan Ilahi bersungguh-sungguh.
 
Wuquf Qalbi Wuquf ‘Adadi, Wuquf Zamani Bi Dawam Agahi.
 
Ingatlah Allah tetap pada hati, bilangan dan masa dengan sentiasa sedar berjaga-jaga.
 
== TAMBAHAN SHAH NAQSHBAND ==
 
HADHRAT Shah Bahauddin Naqshband Rahmatullah ‘alaih merupakan Imam bagi Tariqat Naqshbandiyah dan seorang Mahaguru Tariqat yang terkemuka. Ia telah mengukuhkan lagi jalan ini dengan tiga prinsip penting dalam Zikir Khafi sebagai tambahan kepada lapan prinsip asas yang telah dikemukakan oleh Hadhrat Khwajah Khwajahgan Syeikh ‘Abdul Khaliq Al-Ghujduwani Rahmatullah ‘alaih iaitu:
 
1. [[WUQUF QALBI]]
 
Mengarahkan penumpuan terhadap hati dan hati pula mengarahkan penumpuan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada setiap masa dan keadaan. Sama ada dalam keadaan berdiri, berbaring, berjalan mahupun duduk. Hendaklah bertawajjuh kepada hati dan hati pula tetap bertawajjuh ke Hadhrat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wuquf Qalbi merupakan syarat bagi zikir.
 
Kedudukan Qalbi ini adalah pada kedudukan dua jari di bawah tetek kiri dan kedudukan ini hendaklah sentiasa diberikan penumpuan dan Tawajjuh. Bayangan limpahan Nur dari Allah hendaklah sentiasa kelihatan melimpah pada Qalbi dalam pandangan batin.
 
Ini merupakan suatu kaidah Zikir Khafi yakni suatu bentuk zikir yang tersembunyi dan tidak diketahui oleh Para Malaikat. Ia merupakan suatu kaidah zikir yang rahsia.
 
2. [[WUQUF ‘ADADI]]
 
Sentiasa memperhatikan bilangan ganjil ketika melakukan zikir Nafi Itsbat. Zikir Nafi Itsbat ialah lafaz LA ILAHA ILLA ALLAH dan dilakukan di dalam hati menurut kaifiyatnya. Dalam melakukan zikir Nafi Itsbat ini, Salik hendaklah sentiasa mengawasi bilangan zikir Nafi Itsbatnya itu dengan memastikannya dalam jumlah bilangan yang ganjil iaitu 7 atau 9 atau 19 atau 21 atau 23 atau sebarang bilangan yang ganjil.
 
Menurut Para Masyaikh, bilangan ganjil mempunyai rahsia yang tertentu kerana Allah adalah Ganjil dan menyukai bilangan yang ganjil dan ianya akan menghasilkan ilmu tentang Rahsia Allah Ta’ala. Menurut Hadhrat Shah Naqshband Rahmatullah ‘alaih,
“Memelihara bilangan di dalam zikir adalah langkah pertama dalam menghasilkan Ilmu Laduni. ”
 
Memelihara bilangan bukanlah untuk jumlahnya semata-mata bahkan ianya untuk memelihara hati dari ingatan selain Allah dan sebagai asbab untuk memberikan lebih penumpuan dalam usahanya untuk menyempurnakan zikir yang telah diberikan oleh Guru Murshidnya.
 
3. [[WUQUF ZAMANI]]
 
Setiap kali selepas menunaikan Solat, hendaklah bertawajjuh kepada hati dan sentiasa memastikan hati dalam keadaan bertawajjuh kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Lakukan selama beberapa minit sebelum bangkit dari tempat Solat. Kemudian setelah selang beberapa jam hendaklah menyemak semula keadaan hati bagi memastikannya sentiasa dalam keadaan mengingati Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Apabila seseorang Murid itu telah naik ke peringkat menengah dalam bidang Keruhanian maka dia hendaklah selalu memeriksa keadaan hatinya sekali pada tiap-tiap satu jam untuk mengetahui sama ada dia ingat ataupun lalai kepada Allah dalam masa-masa tersebut. Jika dia lalai maka hendaklah dia beristighfar dan berazam untuk menghapuskan kelalaian itu pada masa akan datang sehinggalah dia mencapai peringkat Dawam Hudhur atau Dawam Agahi iaitu peringkat hati yang sentiasa hadir dan sedar ke Hadhrat ZatNya.
 
Ketiga-tiga prinsip ini adalah tambahan dari Hadhrat Shah Bahauddin Naqshband Rahmatullah ‘alaih dalam membimbing sekelian para murid dan pengikutnya dan terus menjadi amalan yang tetap dalam Tariqat Naqshbandiyah.
-->
 
== Beberapa Tokoh dalam Thoriqoh Naqsyabandiyah ==
 
* [[Imam Tariqah Shah Muhammad Bahauddin Naqshband Al-Uwaisi Al-Bukhari]]
* [[Hadhrat Mawlânâ Khâlid-i Baghdâdî]]
* [[Hadrat Syaikh KRM Muhammad Irfa'i Nahrawi An Naqsyabandi Al Hajj QS (Ki Ageng Atas Angin, Kasepuhan Atas Angin Ciamis)]][http://www.naqsyabandie.wordpress.com]
* [[Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini]]
* [[Syaikhul Masyaikh Khwajah Khwajahgan Pir Piran Maulana Khwajah Khan Muhammad Sahib Khanqah Sirajiah]]
* [[Akram Awan|Maulana Ameer Muhammad Akram Awan]]
* [[Imam Shamil]]
* [[Jami]]
* [[Shaykh Said Afandi al-Chirkawi]]
* [[Shaikh Abdul Wahab Babussalam Langkat]][http://naqshabandiyyah.blogspot.com/2009/10/sheikh-abdul-wahab-rokan-perintis.html]
* [[Shaikh Umar bin Muhammad Batu Pahat]][http://naqshabandiyyah.blogspot.com/2009/10/biografi-shaikh-umar-bin-muhammad-batu.html]
* [[Shaikh Imam Hj Ishaq bin Hj Muhammad 'Arif al-Jawi]]http://naqshabandiyyah.blogspot.com/2009/10/biografi-al-marhum-tuan-guru-imam-hj.html
* [[Shaikh Dr Hj Jahid bin Hj Sidek al-Khalidi An-Naqshabandi]][http://www.naqshabandiyyah.blogspot.com]
* [[Shaikh Ma'aruf Lengging]]
* [[Shaykh Nazim al-Qubrusi]]
* [[Abdullah Fa'izi ad-Daghestani]]
* [[Syaikh Al Waasi Achmad Syaechudin]]
* Shaykh Muhammad [[Hisham Kabbani]]
* Professor [[Sibghatullah Mojaddedi]]
* [[Haji Soofi Masood Ahmad Siddiqui Lasani Sarkar]]
* [[Ahmet Kayhan Dede]]
* [[Abdullah Isa Neil Dougan]]
* [[Irina Tweedie]]
* [[Idries Shah]]
* [[Muchsin Al-Hinduan]]
* [[Omar Ali Shah]]
* [[Hazrat Mujadid Abdul Wahab Siddiqi]]
* [[Shaykh Faiz-ul-Aqtab Siddiqi]]
* Shaykh Naeem Abdul Wali
* [[Syed Abdullah Shah Naqshbandi]]
* [[Mohammed Amin Kuftaro]]
* [[Khalid al-Baghdadi]]
* [[Mukhsin Bin Ali Al-Hinduan]]
* [[Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya|Prof. Dr. H. Saidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Halidi Naqsyabandi QS]]
* [[Faqir Maulawi Jalalluddin Ahmad Ar-Rowi Naqshbandi Mujaddidi]]
* [[Hazrat Nachrawi An-Naqsyabandie QS]]
* Syeikh Raja Ashman Shah an-Naqshabandi
* [[Sheikh Nursy Al-Naqsyabandiah]]
* [[Sheikh Abdul Wahab b. Abdul Manaf ALKholidi, cicit Sheikh Abdul Wahab Rokan ALKholidi (Mursyid di Jerlun, Kuala Kangsar)]]
* [[Sheikh Haji Zainuddin bin Haji Alang Ahmad Al-Kholidi]]
* [[Sheikh Haji Hashim b. Haji Hassan Al-Kholidi, Mursyid di Pekan Cendawan, Ipoh]]
* [[Sheikh Haji Suhaimi Khalis b. Haji Ishak Al-Kholidi, Mursyid di Greenwood, Gombak.]]
 
== Beberapa tokoh Thoriqoh Naqsyabandiyah Indonesia ==
 
* 1. Hadrat Syaikh KRM Nahrawi QS yang dikenal dengan karomah2nya, juga berjasa melatih Prajurit Siliwangi pada zaman kemerdekaan. Dia memiliki silsilah dari Kerajaan Mataram dan juga silsilah darah ke Nabi Muhammad saw.
* 2. [[Hadrat Syaikh KRM Muhammad Irfa'i Nahrawi An Naqsyabandi Al Hajj QS (Ki Ageng Atas Angin, Kasepuhan Atas Angin Ciamis)masih memiliki silsilah dari Kerajaan Mataram dan juga silsilah darah ke Nabi Muhammad saw]][http://www.naqsyabandie.wordpress.com]
* 3. '''Yang di muliakan Allah Tuan Guru Dr Syekh Salman Daim''' Mursyid Tareqat Naqsbandiyah Alkholidiyah Jalaliyah Bandr Tinggi Sumatera Utara Indonesia
* 4. Tn Guru SM Karimuddin, Mursyid Pondok Pesantren Darul Hikmah Bahjoga
* 5. KH Muhammad Arifin Syah MPd, Mursyid pondok pesantren Nurul Hidayah, Sibargot.
* 6. SM Andra Najmu Assyihab, Pimpinan pondok pesantren Darul Maimanah, Manuk dadali, Sibolga.
* 7. [[Kiai Hasan Genggong]] Mursyid Thoriqoh Naqsabandiyah Ali Ba Alawi [[Pesantren Zainul Hasan Genggong]] Probolinggo
 
Sedangkan Dia yang banyak dikenal di seluruh Nusantara:
Hadrat '''Syech Ahmad Shohibulwafa Tajjul Ariefin (Abah Anom) Ibni Sayyidii Syech Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh) Nulinggih di Patapan Kajembaran Rahmaniyah Suryalaya''' Pagerageung Tasikmalaya Jawa Barat Indonesia adalah Mursyid Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
 
Terkenal besarnya Naqsyabandi, sehingga banyak Thoriqoh lain menambahkan wa Naqsyabandiyah pada nama Thoriqohnya, seperti Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, dll.
 
Naqsyabandi dikenal besar dunia karena terkenalnya kejayaan Hadrat Syaikh Khalid Al Bagdadi, yang selain menjadi Mursyid juga sekaligus penguasa terbesar pada zamannya. Juga Al Fatih, Sultan Muhammad II yang juga berguru kepada Guru Mursyid Thoriqoh Naqsyabandi. Namanya telah tercatat dalam hadist sebagai sebaik-baik pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baik pasukan.
8. KH Utsman Gedang Tambakbetas Jombang, beliau adalah kekak dari Hadrotussyakh Muhammad Hasyim Asyari Pendiri NU bahkan Kyai Hasyim di lahirkan di Rumah kakeknya.
Dari Kyai Utsman ini diturunkan kepada menantu beliau yang bernama kyai Abdulloh faqih kapas.
 
== Pranala luar ==
 
[[Kategori:Tarekat Sufi|Naqsyabandiyah]]
* [http://www.youtube.com/watch?v=Kly8a-kB19U Shaykh Said Afandi al-Chirkawi]
* [http://www.naqshabandiyyah.blogspot.com] Shaikh Dr Hj Jahid bin Hj Sidek al-Khalidi an-Naqshabandi
* [http://www.naqsyabandie.org/ Tarikat Naqsyabandiyah Al Khalidiyah]
* [http://www.syaechudiniyah-bogor.com/ Tarikat Naqsyabandiyah]
* [http://www.baitulamin.org/ Surau Baitul Amin - Bojongsari Depok]
* [http://www.youtube.com/watch?v=DfyDyydQziM/ Hadrat Syaikh Muhammad Irfa'i Nahrawi An Naqsyabandie QS]
 
[[Kategori:Tarekat|Naqsyabandiyah]]