Masjid Tua Wapauwe: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Dikembalikan ke revisi 10496842 oleh Rachmat-bot (bicara). |
Ariandi Lie (bicara | kontrib) k Membatalkan 1 suntingan oleh TheLucksMan (bicara) ke revisi terakhir oleh Elijah Mahoebessy(✨) Tag: Pembatalan |
||
(15 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
|image = Masjid Tua Wapauwe.jpg
|caption = Masjid Tua Wapauwe
|building_name = مسجد واڤاووي<br />Masjid Wapauwe
|location = [[Kaitetu, Leihitu, Maluku Tengah|Kaitetu]], [[Kabupaten Maluku Tengah|Maluku Tengah]],
|religious_affiliation = [[Islam]]
|website =
Baris 20:
}}
'''Masjid Tua Wapauwe''' adalah [[masjid]]
==
Masjid Wapauwe berada di daerah yang mengandung banyak peninggalan
▲Masjid Wapauwe berada di daerah yang mengandung banyak peninggalan purbakala. Sekitar 150 meter dari masjid ke arah utara, di tepi jalan raya terdapat sebuah [[gereja]] tua peninggalan [[Portugis]] dan [[Belanda]] yang telah hancur akibat konflik [[agama]] yang meletus di [[Ambon]] pada tahun [[1999]] lalu. Selain itu, 50 meter dari gereja ke utara, berdiri dengan kokoh sebuah [[benteng]] tua "New Amsterdam". Benteng peninggalan Belanda yang mulanya adalah loji Portugis ini, terletak di bibir pantai ini dan menjadi saksi sejarah perlawanan para pejuang Tanah Hitu melalui Perang Wawane ([[1634]]-[[1643]]) serta Perang Kapahaha ([[1643]]-[[1646]]).
Mulanya
Masjid ini sempat mengalami perpindahan tempat akibat gangguan dari [[Kolonial Belanda|Belanda]] yang menginjakkan kakinya di Tanah Hitu pada tahun
Dan jika ada daun dari pepohonan di sekitar tempat itu gugur, secara ajaib tak satupun daun yang jatuh diatasnya. Tempat kedua masjid ini berada di suatu daratan di mana banyak tumbuh pepohonan mangga hutan atau mangga berabu yang dalam [[bahasa Kaitetu]] disebut ''Wapa''. Itulah sebabnya masjid ini diganti namanya dengan sebutan Masjid Wapauwe, artinya masjid yang didirikan di bawah pohon mangga berabu.
Pada tahun
== Peninggalan ==
Hal lainnya yang bernilai sejarah dari masjid tersebut yakni tersimpan dengan baiknya Mushaf Alquran yang konon termasuk tertua di Indonesia. Yang tertua adalah Mushaf Imam Muhammad Arikulapessy yang selesai ditulis (tangan) pada tahun [[1550]] dan tanpa [[naskah beriluminasi|iluminasi]] (hiasan pinggir). Sedangkan Mushaf lainnya adalah Mushaf Nur Cahya yang selesai ditulis pada tahun [[1590]], dan juga tanpa iluminasi serta ditulis tangan pada kertas produk Eropa.
Imam Muhammad Arikulapessy adalah imam pertama Masjid Wapauwe. Sedangkan Nur Cahya adalah cucu Imam Muhammad Arikulapessy. Mushaf hasil kedua orang ini pernah dipamerkan di Festival Istiqlal di Jakarta, tahun 1991 dan 1995.
Baris 45 ⟶ 44:
== Berpindah secara gaib ==
Menurut cerita rakyat setempat, dikisahkan ketika masyarakat Tehala, Atetu, dan Nukuhaly turun ke pesisir [[pantai]] dan bergabung menjadi negeri Kaitetu, Masjid Wapauwe masih berada di dataran Tehala. Namun pada suatu pagi, ketika masyarakat bangun dari tidurnya [[masjid]] secara gaib telah berada di tengah-tengah pemukiman penduduk di tanah Teon Samaiha, lengkap dengan segala kelengkapannya. "Menurut kepercayaan kami (masyarakat Kaitetu) masjid ini berpindah secara gaib. Karena menurut cerita orang tua-tua kami, saat masyarakat bangun pagi ternyata masjid sudah ada
Menurut Rahman Hatuwe, ahli waris Mushaf Nur Cahya, kerusakan tersebut akibat faktor kertasnya yang sudah tua, debu, kelembapan udara serta insek (hewan) kertas. Dia menambahkan, pihaknya pernah mendapat obat serbuk (tidak disebutkan namanya) untuk menjaga keawetan manuskrip-manuskrip tua ini, hanya saja obat tersebut sudah habis.
Baris 63 ⟶ 62:
Masjid berkali-kali mengalami renovasi sekunder setelah masa kemerdekaan Indonesia. Pada tahun [[1959]], atap [[masjid]] mulai menggunakan semen PC yang sebelumnya masih berkerikil. Setelah itu terjadi dua kali renovasi besar-besaran, yaitu pada Desember 1990-Januari 1991 dengan pergantian 12 buah tiang sebagai kolom penunjang dan balok penopang atap. Pada tahun 1993 dilakukan pergantian balok penadah kasau dan bumbungan, dengan tidak mengganti empat buah tiang sebagai kolom utama.
Pada tahun 1997, atap masjid yang
== Aksesibilitas ==
Untuk mencapai Negeri Kaitetu di mana Masjid Tua Wapauwe berada, dari pusat [[Kota Ambon]] bisa menggunakan transportasi darat dengan menempuh waktu satu jam perjalanan. Bertolak dari Kota Ambon ke arah timur menuju Negeri Passo. Di simpang tiga Passo membelok ke arah kiri melintasi jembatan, menuju arah utara dan melewati pegunungan hijau dengan jalan berbelok serta menanjak. Sepanjang perjalanan, orang yang hendak menuju Masjid Wapauwe bisa menikmati pemandangan alam pegunungan, dengan sisi jalan yang kadang-kadang memperlihatkan jurang, tebing, atau hamparan tanaman [[
Sebelum mencapai Kaitetu, terlebih dahulu bertemu Negeri Hitu, yang terletak sekitar 22 kilometer dari Ambon. Sebuah ruas jalan yang menurun, mengantarkan kita memasuki Hitu. Pada ruas jalan tersebut kita disuguhi panorama pesisir pantai Utara Pulau Ambon yang indah dengan hamparan pohon kelapa dan bakau. Dari situ juga dapat melihat dengan jelas Selat Seram dengan lautnya yang tenang.
Baris 75 ⟶ 74:
== Referensi ==
{{reflist}}
* {{id}} {{
* {{id}} {{cite web|url=http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/04/14/m2gcub-masjid-wapauwe-rumah-allah-tertua-di-indonesia-timur|title=Masjid Wapauwe: Rumah Allah Tertua di Indonesia Timur-republika.com|format=HTML|accessdate=2012-07-31}}
{{DEFAULTSORT:Wapauwe}}▼
{{Masjid di Indonesia}}
▲{{DEFAULTSORT:Wapauwe}}
[[Kategori:Masjid di Maluku]]
[[Kategori:Kota Ambon]]
|