Sejarah Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Edhaje (bicara | kontrib)
k Serangan siam ke pasai
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(30 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Aceh''' ({{lang-nl|'''Atchin''' atau '''Acheh'''}}, {{lang-en|'''Achin'''}}, {{lang-fr|'''Achen''' atau '''Acheh'''}}, {{lang-ar|'''Asyi'''}}, {{lang-pt|'''Achen''' atau '''Achem'''}}, {{lang-zh|'''A-tsi''' atau '''Ache'''}})<ref>{{en}} {{cite book|first=Leo|last=Suryadinata|coauthors=International Zheng He Society|title=Admiral Zheng He & Southeast Asia|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|year=2005|isbn=9812303294, 9789812303295|page=168|chapter=}}</ref><ref>{{id}}{{cite book|first=|last=Banda Aceh (Indonesia)|coauthors=|title=Kota Banda Aceh hampir 1000 tahun|publisher=Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh|year=1998|isbn=|page=|chapter=}}</ref> yang sekarang dikenal sebagai provinsi [[Aceh]] diperkirakan memiliki ''[[substrat]]'' (lapis bawah) dari [[rumpun bahasa Mon-Khmer]] <ref>{{en}} {{cite book|first=|last=Summer Institute of Linguistics|coauthors=|editor=|title=Mon-Khmer studies Vol.35|publisher=University Press of Hawaii|year=2005|isbn=|pages=40|page=|chapter=}}</ref> dengan pembagian daerah bahasa lain seperti bagian selatan menggunakan [[bahasa Aneuk Jame]] sedangkan bagian Tengah, Tenggara, dan Timur menggunakan [[bahasa Gayo]] untuk bagian tenggara menggunakan [[bahasa Alas]] seterusnya bagian timur lebih ke timur lagi menggunakan [[bahasa Tamiang]] demikian dengan kelompok etnis KlutKluet yang berada bagian selatan menggunakan [[Bahasabahasa Kluet|bahasa Klut]] sedangkan di [[Simeulue]] menggunakan [[bahasa Simeulue]] akan tetapi masing-masing bahasa setempat tersebut dapat dibagi pula menjadi dialek. Bahasa Aceh, misalnya, adalah berbicara dengan sedikit perbedaan di Aceh Besar, di Pidie, dan di Aceh Utara. Demikian pula, dalam bahasa Gayo ada Gayo Lut, Gayo Deret, dan dialek Gayo Lues dan kelompok etnis lainnya [[Singkil, Aceh Singkil|Singkil]] yang berada bagian tenggara (Tanoh Alas) menggunakan [[bahasa Singkil]]. sumber sejarah lainnya dapat diperoleh antara lain seperti dari ''Hikayat Aceh'', ''Hikayat Rajah Aceh'' dan ''Hikayat Prang Sabi'' yang berasal dari [[sejarah narasi]] yang kemudian umumnya ditulis dalam [[naskah|naskah-naskah]] [[aksara]] [[Jawi|Jawi (Jawoe)]]. Namun sebagaimana kelemahan dari [[sejarah narasi]] yang berdasarkan pinutur ternyata menurut Prof. Ibrahim Alfian bahwa naskah ''[[Hikayat Prang Sabi]]'' ([[bahasa Aceh|Aceh]]: Hikayat Perang Sabil) mempunyai banyak versi dan satu dengan yang lain terdapat perbedaan demikian pula dengan naskah Hikayat Perang Sabil versi tahun [[1710]] yang berada di perpustakaan [[Universitas Leiden]] di negeri [[Belanda]].<ref>{{id}}{{cite book|first=Ibrahim|last=Alfian|coauthors=|editor=|title=Sastra perang: sebuah pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil|publisher=Balai Pustaka|year=1992|isbn=9794074225, 9789794074220|page=248|chapter=}}</ref>
 
Ada yang percaya bahwa asal usul orang Aceh adalah "[[Suku Mante|suku Mantir]]" (atau dalam bahasa Aceh: ''Mantee'')<ref name="De Atjehers">{{nl}}{{cite book|first=Christiaan Snouck|last=Hurgronje|coauthors=|editor=|title=De Atjehers|publisher=Landsdrukkerij, Batavia|year=1893|isbn=|pages=|page=|chapter=}}</ref> yang dikaitkan dengan "ManteraMantra" di Malaka dan orang berbahasa Mon-Khmer.<ref>{{en}} {{cite book|first=Barbara A.|last=West|coauthors=|title=Facts on File library of world history, Encyclopedia of the peoples of Asia and Oceania, Vol. 2|publisher=Facts On File, University of California|year=2009|isbn=0816071098, 9780816071098|page=1002|chapter=}}</ref> Menurut sumber [[sejarah narasi]] lainnya disebutkan bahwa terutama penduduk Aceh Besar tempat kediamannya di kampung Seumileuk yang juga disebut kampung Rumoh Dua Blaih (desa Rumoh 12), letaknya di atas Seulimeum antara kampung Jantho dengan Tangse. Seumileuk artinya dataran yang luas dan Mantir kemudian menyebar ke seluruh lembah Aceh tiga segi dan kemudian berpindah-pindah ke tempat-tempat lain.<ref>{{id}}{{cite book|first=H. M.|last= Zainuddin|coauthors=|editor=|title=Tarich Atjeh dan Nusantara|publisher=Pustaka Iskandar Muda|year=1961|isbn=|page=|chapter=}}
[[Berkas:bahasa Mon-Khmer.jpg|thumb|200px|Rumpun bahasa Mon-Khmer: <br />Bahasa Brao, Bahasa Kreung, Bahasa Tampuan, Bahasa Bunong dan Bahasa Kui.]]
[[Berkas:bahasa Mon-Khmer1.gif|thumb|200px|[[Paleografi]] rumpun bahasa Mon-Khmer.]]
Ada yang percaya bahwa asal usul orang Aceh adalah "[[Suku Mante|suku Mantir]]" (atau dalam bahasa Aceh: ''Mantee'')<ref name="De Atjehers">{{nl}}{{cite book|first=Christiaan Snouck|last=Hurgronje|coauthors=|editor=|title=De Atjehers|publisher=Landsdrukkerij, Batavia|year=1893|isbn=|pages=|page=|chapter=}}</ref> yang dikaitkan dengan "Mantera" di Malaka dan orang berbahasa Mon-Khmer.<ref>{{en}}{{cite book|first=Barbara A.|last=West|coauthors=|title=Facts on File library of world history, Encyclopedia of the peoples of Asia and Oceania, Vol. 2|publisher=Facts On File, University of California|year=2009|isbn=0816071098, 9780816071098|page=1002|chapter=}}</ref> Menurut sumber [[sejarah narasi]] lainnya disebutkan bahwa terutama penduduk Aceh Besar tempat kediamannya di kampung Seumileuk yang juga disebut kampung Rumoh Dua Blaih (desa Rumoh 12), letaknya di atas Seulimeum antara kampung Jantho dengan Tangse. Seumileuk artinya dataran yang luas dan Mantir kemudian menyebar ke seluruh lembah Aceh tiga segi dan kemudian berpindah-pindah ke tempat-tempat lain.<ref>{{id}}{{cite book|first=H. M.|last= Zainuddin|coauthors=|editor=|title=Tarich Atjeh dan Nusantara|publisher=Pustaka Iskandar Muda|year=1961|isbn=|page=|chapter=}}
</ref>
 
== Budaya ==
Pengelompokan budaya dalam empat pembagian budaya berdasarkan kaum (kawom) atau disebut pula sebagai suku (sukee) besar mengikuti penelusuran antara lain melalui [[bahasa purba]] yakni;<ref name="De Atjehers"/><ref>{{nl}}{{cite book|first=Gerardus Willebrordus Joannes|last=Drewes|coauthors=Petrus Voorhoeve|editor=|title=Adat Atjèh Verhandelingen, Land- en Volkendunde Koninklijk Instituut voor Taal , land- en volkenkunde, Vol.24|publisher=Leiden: KITLV Press|year=1958|isbn=|pages=|page=47|chapter=}}</ref><ref>{{en}} {{cite book|first=Gerardus Willebrordus Joannes|last=Drewes|coauthors=|editor=Gerardus Willebrordus Joannes Drewes|translate=Gerardus Willebrordus Joannes Drewes|title=Hikajat Potjut Muhamat: An Achehnese Epic|publisher=The Hague : Martinus Nijhoff|year=1979|isbn=|pages=2-27|page=|chapter=}}</ref>
 
* Kaum Lhee Reutoh (kaum/sukee tiga ratus) yang berasal dari budaya [[Suku Mante|Mantee]] sebagai penduduk asli.
* Kaum Imeuem Peuet (kaum/sukee imam empat) yang berasal dari IndiaNegeri selatanArab/Timur Tengah yang beragama HinduIslam dari Ajaran Nabi Muhammad SAW.
* Kaum Tok Batee (kaum/sukee yang mencukupi batu) yang datang kemudian berasal dari berbagai etnis Eurasian, Asia Timur dan Arab.
* Kaum Ja Sandang (kaum/sukee penyandang) yaitu para imigran India yang umumnya telah memeluk agama Islam.
 
== Sejarah awal ==
[[Berkas:Locator kab aceh besar.png|thumbjmpl|205px|Lokasi [[Aceh Besar]]]]
 
Dalam sumber buku kronik kerajaan Liang <ref>({{zh|t=宋書|s=宋书|p=Sòng Shū}})Song-shu an old text compiled by Xu Yuan</ref> dan kerajaan Sui <ref>({{zh|c=北史|p=Běishǐ}}) Bei-shi which covers the period from A.D. 386 to 618, written by Li Yan-shou during the period A.D. 627-659</ref> di Tiongkok pernah disebutkan sekitar tahun [[506]] sampai [[581]] Masehi terdapat [[kerajaan Poli]] yang wilayah kekuasaannya meliputi [[Aceh Besar]] <ref>{{fr}}{{cite book|first=C. Guillot, Marie-France|last=Dupoizat|coauthors=|title=Histoire De Barus (Sumatra). Le Site De Lobu Tua. Vol. I: Etudes Et Documents|publisher=Association Archipel, MSH PARIS|year=1998|isbn=9782910513276, 2910513270|pages=|chapter=}}</ref><ref>{{en}} {{cite book|first=John|last=Crawfurd, F.R.S.|coauthors=|title=History of the Indian Archipelago Vol 3|publisher=A. Constable and Co|year=1820|isbn=|pages='''154'''|chapter=}}</ref> sedangkan dalam ''Nāgarakṛtāgama'' di sebut sebagai [[Kerajaan Lamuri]] <ref name="Hendrik Kern, Nāgarakṛtāgama">{{nl}}{{cite book|first=Hendrik|last=Kern|coauthors=|title=H. Kern: deel. De Nāgarakṛtāgama, slot. Spraakkunst van het Oudjavaansch|publisher=M. Nijhoff|year=1918|isbn=}}</ref> yang dalam sumber sejarah Arab disebut dengan Lamkrek, Lam Urik, Rami, Ramni sedangkan dan dalam sumber sejarah Tiongkok lainnya disebut pula dengan nama Lan Li, Lan-wuli atau Lan Wo Li dengan pelabuhan laut bernama [[Ilamuridesam]] sebagaimana juga pernah disingahi dan ditulis oleh Marco Polo ([[1292]]) asal Venesia dalam buku perjalanan pulang dari Tiongkok menuju ke Persia (Iran)<ref>{{en}} {{cite book|first=|last=Marco Polo|coauthors=|editor=Sir Henry Yule|title=The book of Ser Marco Polo: concerning the kingdoms and marvels of the East, Vol. 2|publisher=Murray|year=1871|isbn=|page=|chapter=}}</ref><ref>{{fr}}[http://www.polonews.info/documenti_originali/Tang%20-%20Yuan%20(907%20-%201368%20d.C.)/pelliot_notes_d.pdf Paul Pelliot, ''Notes on Marco Polo : ouvrage posthume'', Paris : Imprimerie Nationale, 1959-1963]</ref> saat itu masih berada di bawah pengaruh kedaulatan kerajaan [[Sriwijaya]] di bawah wangsa (dinasti) [[Syailendra]] dengan raja pertamanya [[Balaputradewa]], yang berpusat di Palembang, Sumatera Selatan yang kuat dan daerah kekuasaannya meluas, meliputi Tulang Bawang, Pulau Bangka, Jambi, Genting Kra dan pulau Jawa yang kemudian membangun [[Borobudur]].<ref>{{en}} {{cite book|first=A. Hamish|last=Ion|coauthors=Elizabeth Jane Errington|editor=Sir Henry Yule|title=Great powers and little wars: the limits of power|publisher=Greenwood Publishing Group|year=1993|isbn=0275939650, 9780275939656|page=|chapter=}}</ref>
 
[[Berkas:Southeast Asia trade route map XIIcentury.jpg|thumbjmpl|leftkiri|250px|Rute perdagangan di Asia Timur-Selatan pada abad kedua belas.]]
Ketika kerajaan Sriwijaya sedang mencapai puncak kejayaannya dan kemakmurannya yang memainkan peran penentu dengan menetapkan pola perdagangan terdiri atas tiga lapisan yakni pelabuhan dan pergudangan utama pada [[Palembang]] sedangkan pelabuhan dan pergudangan sub-regional seperti Ilamuridesam ([[Kerajaan Lamuri|Lamuri]]), Takuapa ([[Kedah]]), [[Jambi]] dan [[Lampung]] selanjutnya diikuti [[Banyuasin II, Banyuasin|Sungsang]] serta beberapa pelabuhah kecil lainnya menggunakan alur sungai [[Musi]] di mana dalam [[hegemoni]] alur perdagangan ini kerajaan mendapatkan upeti berkemakmuran ternyata mengundang kedatangnya ekspedisi armada dari raja [[Rajendra Chola]] dari [[Cholamandala|Chola]] India selatan pada tahun 1025 dengan melakukan serangan kepada seluruh pelabuhan-pelabuhan di Sriwijaya termasuk Ilamuridesam ([[Kerajaan Lamuri|Lamuri]]) dan Takuapa ([[Kedah]]) yang dihancurkan menjadi sunyi seperti yang diriwayatkan dalam prasasti Tanjore [[1030]] di India yang mengatakan bahwa dalam mengirimkan sejumlah kapal yang sangat besar ke tengah-tengah laut lepas yang bergelombang sekaligus menghancurkan armada gajahnya yang besar dari kerajaan melayu Sriwijaya dan merampas harta benda yang sangat banyak berikut pintu gerbang ratna mutu manikam terhias sangat permai, pintu gerbang batu-batu besar permata dan akhirnya Raja Sriwijaya yang bernama ''Sanggrama Wijayatunggawarman'' dapat ditawan kemudian dilepas setelah mengaku takluk,<ref>{{en}} {{cite book|first=Eugen|last=Hultzsch|coauthors=Hosakote Krishna Sastri, V. Venkayya|editor=|title=South Indian inscriptions, Vol.3|publisher=Director General, Archaeological Survey of India|year=1991|isbn=|asin=|page=|chapter=1-2|series= }}</ref> tak lama kemudian armada [[Cholamandala|Chola]] kembali kenegerinya sedangkan sejumlah lainnya menetap dan menjadi bagian dari penduduk, dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa penyerangan tersebut lebih ditujukan untuk mengamankan atau pengambil alihan jalur perdagangan pada selat Malaka yang pada waktu itu sudah merupakan jalur perdagangan internasional yang penting daripada melakukan sebuah pendudukan dikala kekuatan militer dan diplomasi Sriwijaya sedang melemah<ref name="Muljana">Slamet Muljana. 2006. ''Sriwijaya''. Yogyakarta: LKIS</ref> karena lebih tertuju pada perkembangan perdagangan.<ref>{{en}} {{cite book|first=Kallidaikurichi Aiyah|last=Nilakanta Sastri|coauthors=|editor=|title=The CōĻas|publisher=University of Madras|year=1955|series= Madras University historical series ; no. 9|isbn=|asin=B0006CNQCG|pages='''211–220'''|chapter= }}</ref> sejak kekalahan ini kewibawaan kerajaan Sriwijaya mulai menurun dengan dratis yang memberikan peluang bagi kerajaan-kerajaan yang dahulu berada di bawah kedaulatan Sriwijaya yang mulai memperbesar dan memperoleh kembali kedaulatan penuh. Walaupun demikian keberadaan Sriwijaya baru berakhir pada tahun [[1377]].
 
== Samudera Pasai ==
Baris 26 ⟶ 24:
kerajaan Islam Samudera-Pasai di Aceh dengan rajanya Malik Al Saleh dan diteruskan oleh cucunya Malik Al Zahir
=== Era Malik Al Saleh ===
Sebelum Dinasti Usmaniyah di Turki berdiri pada tahun 699 H-1341 H atau bersamaan dengan tahun 1385 M-1923 M, ternyata nun jauh di belahan dunia sebelah timur, di dunia bagian Asia, telah muncul Kerajaan Islam Samudera-Pasai yang berada di wilayah Aceh yang didirikan oleh [[Meurah Silu]] (Meurah berarti Maharaja dalam bahasa Aceh) yang segera berganti nama setelah masuk Islam dengan nama [[Malik al-Saleh]] yang meninggal pada tahun 1297. Di mana penggantinya tidak jelas, namun pada tahun 1345 Samudera-Pasai diperintah oleh Malik Al Zahir, cucu Malik al-Saleh. Menurut [[Hikayat Raja-raja Pasai]], kerajaan ini juga pernah diserang oleh tentara [[siam]] pada zaman pemerintahan Sultan Maliku'l-Nassar, dan serangan tersebut berhasil dihalau saat Sultan Maliku'l-Mahmud tiba dan berhasil membunuh pimpinan Pasukan Siam, Talak Sejang.<ref>Phillip L. Thomas (1978). Thai Involvement in Pasai. Journal of the Siam Society 1971-1980</ref>.
 
=== Politik Samudera Pasai bertentangan dengan Politik Gajah Mada ===
[[Gajah Mada]] yang diangkat sebagai [[patih]] di [[Kerajaan Kahuripan|Kahuripan]] ([[1319]]-[[1321]]) oleh [[Jayanagara]] dari [[Majapahit]]. Dan pada tahun [[1331]], naik pangkat Gajah Mada menjadi mahapatih Majapahit yang diangkat oleh Ratu [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]].
 
Ketika pelantikan Gajah Mada menjadi mahapatih Majapahit inilah keluar ucapannya yang disebut dengan sumpah palapa yang berisikan "dia tidak akan menikmati palapa sebelum seluruh usantara berada di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit". Menurut [[Hikayat Raja-raja Pasai]] diberitakan serangan Majapahit ke Pasai pada zaman pemerintahan Sultan Ahmad Perumudal Perumal. Kemungkinan serangan oleh Majapahit terjadi tahun 1350 atau 1361 bersamaan dengan serangan ke Jambi & Palembang,<ref>John Norman Miksic, Goh Geok Yian. Ancient Southeast Asia. Taylor & Francis.h 500</ref> Gajah Mada Mati di Manyak Pahet (Sebuah Kampung mengganti nama Gajah Mada yang Gagal Ekspedisinya ke Aceh)kampung tersebut berada di Kabupaten Aceh Tamiang Gajah Mada di Gagalkan Oleh Pasukan Kerajaan Samudera Pasai. Pada abad ke-14, Sriwijaya telah digantikan oleh kerajaan [[Dharmasraya]] di Sumatra. Hal ini dikarenakan Sriwijaya telah melemah setelah serangan Kerajaan Chola dari India pada 1025, menjadikan Dharmasraya sebagai tujuan [[Ekspedisi Pamalayu]] oleh Singasari di Pulau Sumatra pada tahun 1275 berdasarakan [[Prasasti Padang Roco]] dan Serat [[Pararaton]].
 
== Kesultanan Aceh ==
{{Utama|Kesultanan Aceh}}
=== Era Sultan Iskandar Muda ===
[[Aceh]] merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masa kejayaannya. Menurut seorang penjelajah asal [[PerancisPrancis]] yang tiba pada masa kejayaan Aceh pada zaman [[Sultan Iskandar Muda|Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam]], kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat [[Minangkabau]], [[SumateraSumatra Timur]], hingga Perak di semenanjung Malaysia.
 
[[Aceh]] merupakan salah satu bangsa di pulau [[Sumatra]] yang memiliki tradisi militer, dan pernah menjadi bangsa terkuat di [[Selat Malaka]], yang meliputi wilayah [[Sumatra]] dan [[Semenanjung Melayu]], ketika di bawah kekuasaan Iskandar Muda.
Baris 46 ⟶ 44:
 
Ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis, kembali Aceh bangkit di bawah pimpinan [[Sultan Ali Mughayat Syah]] (1514-1528). Yang diteruskan oleh Sultan Salahuddin (1528-1537). Sultan Alauddin Riayat Syahal Kahar (1537-1568). Sultan Ali Riyat Syah (1568-1573). Sultan Seri Alam (1576. Sultan Muda (1604-1607). Sultan Iskandar Muda, gelar marhum mahkota alam (1607-1636). Semua serangan yang dilancarkan pihak Portugis untuk menguasai aceh dapat ditangkis. Disisi lain Aceh juga melakukan berbagai serangan untuk menggulingkan Portugis di Malaka, yang meghambat ekspansi Portugis di asia tenggara.
 
[[Berkas:Laksamana Malahayati.jpg|thumb|250px|Laksamana [[Malahayati]] dilukis oleh Sayed Dahlan Al-Habsy.]]
 
=== Hubungan dengan Barat ===
Baris 65 ⟶ 61:
Pada masa Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengirim utusannya untuk menghadap [[Sultan Utsmaniyah]] yang berkedudukan di [[Istanbul]]. Karena saat itu Sultan Utsmaniyah sedang gering maka utusan Kerajaan Aceh terluntang-lantung demikian lamanya sehingga mereka harus menjual sedikit demi sedikit hadiah persembahan untuk kelangsungan hidup mereka. Lalu pada akhirnya ketika mereka diterima oleh sang Sultan, persembahan mereka hanya tinggal Lada Sicupak atau Lada sekarung. Namun sang Sultan menyambut baik hadiah itu dan mengirimkan sebuah meriam dan beberapa orang yang cakap dalam ilmu perang untuk membantu kerajaan Aceh. Meriam tersebut pula masih ada hingga kini dikenal dengan nama Meriam Lada Sicupak. Pada masa selanjutnya Sultan Utsmaniyah mengirimkan sebuah bintang jasa kepada Sultan Aceh.meriam tersebut menurut informasi kini berada di desa Blang Balok kecamatan peureulak (sumber MAA Atim). Pada 1565, Kesultanan Turki Usmani mengirimkan ekspedisi untuk membantu Kesultanan Aceh memerang Portugis di Malaka. Ekspedisi ini merupakan kelanjutan dari pembicaraan utusan Aceh dengan Sultan Turki Usmani, Sulaiman pada tahun 1564.<ref>The Cambridge History of Southeast Asia by Nicholas Tarling p.39</ref> Ekspedisi Usmani pertama dipimpin oleh Kurtoğlu Hızır Reis yang tediri dari 15 kapal dengan berbagai meriam artileri.<ref>Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia Josef W. Meri p.465</ref>
 
==== PerancisPrancis ====
Kerajaan Aceh juga menerima kunjungan utusan Kerajaan PerancisPrancis. Utusan Raja PerancisPrancis tersebut semula bermaksud menghadiahkan sebuah cermin yang sangat berharga bagi Sultan Aceh. Namun dalam perjalanan cermin tersebut pecah. Akhirnya mereka mempersembahkan serpihan cermin tersebut sebagai hadiah bagi sang Sultan. Dalam bukunya, [[Denys Lombard]] mengatakan bahwa Sultan Iskandar Muda amat menggemari benda-benda berharga. Pada masa itu, Kerajaan Aceh merupakan satu-satunya kerajaan Melayu yang memiliki Balee Ceureumeen atau Aula Kaca di dalam Istananya. Menurut Utusan PerancisPrancis tersebut, Istana Kesultanan Aceh luasnya tak kurang dari dua kilometer. Istana tersebut bernama Istana Dalam Darud Donya (kini Meuligo Aceh, kediaman Gubernur). Di dalamnya meliputi Medan Khayali dan Medan Khaerani yang mampu menampung 300 ekor pasukan gajah. Sultan Iskandar Muda juga memerintahkan untuk memindahkan aliran [[Sungai Krueng]] Aceh hingga mengaliri istananya (sungai ini hingga sekarang masih dapat dilihat, mengalir tenang di sekitar Meuligoe). Di sanalah sultan acap kali berenang sambil menjamu tetamu-tetamunya.
 
=== Pasca-Sultan Iskandar Thani ===
Baris 74 ⟶ 70:
Kesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal abad ke-16, pertama dengan [[Portugal]], lalu sejak [[abad ke-18]] dengan [[Britania Raya]] (Inggris) dan [[Belanda]]. Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya di [[Kedah]] dan [[Pulau Pinang]] di [[Semenanjung Melayu]] kepada Britania Raya.
 
Pada tahun [[1824]], [[Perjanjian Britania-Belanda 1824|Perjanjian Britania-Belanda]] ditandatangani: [[Britania]] menyerahkan wilayahnya di [[Sumatra]] kepada [[Belanda]]. Pihak Britania mengklaim bahwa Aceh adalah koloni mereka, meskipun hal ini tidak benar. Pada tahun [[1871]], Britania membiarkan Belanda untuk menjajah Aceh, kemungkinan untuk mencegah [[PerancisPrancis]] dari mendapatkan kekuasaan di kawasan tersebut.
 
== Perang Aceh ==
Baris 81 ⟶ 77:
Tahun 1873 pecah perang Aceh melawan Belanda. Perang Aceh disebabkan karena:
# Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari perjanjian Siak 1858. Di mana Sultan Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda, padahal daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda ada di bawah kekuasaan Aceh.
# Belanda melanggar Siak, maka berakhirlah perjanjian London (1824). Di mana isi perjanjian London adalah Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang SinagpuraSingapura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh.
# Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan Aceh. Perbuatan Aceh ini disetujui Inggris, karena memang Belanda bersalah.
# Dibukanya [[Terusan Suez]] oleh [[Ferdinand de Lesseps]] menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalulintas perdagangan.
# Dibuatnya Perjanjian SumateraSumatra 1871 antara Inggris dan Belanda, yang isinya, Inggris memberika keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat SumateraSumatra. Belanda mengizinkan Inggris bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guinea Barat kepada Inggris.
# Akibat perjanjian SumateraSumatra 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika, [[Kerajaan Italia|Italia]], Turki di Singapura. Dan mengirimkan utusan ke Turki 1871.
# Akibat hubungan diplomatik Aceh dengan Konsul Amerika, Italia dan Turki di Singapura, Belanda menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Aceh. Wakil Presiden Dewan Hindia [[Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen]] dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tengtang apa yang sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan.
 
Baris 92 ⟶ 88:
Ekspedisi kedua di bawah pimpinan Jenderal [[Jan van Swieten]] berhasil merebut istana sultan. Ketika Sultan Machmud Syah wafat pada tanggal [[26 Januari]] [[1874]], digantikan oleh [[Muhammad Daud Syah dari Aceh|Tuanku Muhammad Dawood]] yang dinobatkan sebagai sultan Aceh di mesjid Indrapuri. Pada [[13 Oktober]] [[1880]], pemerintah kolonial setelah berhasil menguasai istana, menyatakan pada dunia bahwa Aceh telah ditaklukan dan perang telah berakhir. namun pernyataan pemerintah belanda ternyata salah besar, perang Aceh terus berlanjut secara gerilya dengan semangat fisabilillah terus berkobar diseluruh Aceh. perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1942 menjelang Jepang datang.
 
Pada masa perang dengan Belanda, Kesultanan Aceh meminta bantuan kepada perwakilan Amerika Serikat di [[Singapura]] yang disinggahi Panglima Tibang Muhammad dalam perjalanannya menuju Pelantikan Kaisar [[Napoleon III dari PerancisPrancis]]. Aceh juga mengirim [[Habib Abdurrahman azh-Zhahir]] untuk meminta bantuan kepada [[KalifahKesultanan UsmaniyahUtsmaniyah]]. Namun [[Turki Utsmani]] kala itu sedang menghadapi invasi rusia yang mencaplok kawasanya seperti uzbekistan dan lain-lain. Sedangkan [[Amerika Serikat]] menolak campur tangan dalam urusan Aceh dan Belanda.
 
Perang kembali [[Perang Aceh (1883-1892)|berkobar]] pada tahun [[1883]]. Pasukan Belanda berusaha membebaskan para pelaut Britania Raya yang sedang ditawan disalah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh, dan menyerang kawasan tersebut. Sultan Aceh menyerahkan para tawanan dan menerima bayaran yang cukup besar sebagai gantinya. Sementara itu, Menteri Perang Belanda, [[August Willem Philip Weitzel]], kembali menyatakan perang terbuka melawan Aceh. Belanda kali ini meminta bantuan para pemimpin setempat, di antaranya [[Teuku Umar]]. Teuku Umar diberikan gelar ''panglima perang besar'' dan pada [[1 Januari]] [[1894]] bahkan menerima dana bantuan Belanda untuk membangun pasukannya. Ternyata dua tahun kemudian Teuku Umar malah menyerang Belanda dengan pasukan baru tersebut. Dalam perang gerilya ini Teuku Umar bersama Panglima Polem dan Sultan terus tanpa pantang mundur. Tetapi pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van Der Dussen di Meulaboh Teuku Umar gugur. Tetapi Cut NyaK Dhien, istri Teuku Umar tampil menjadi komandan perang gerilya.
Baris 113 ⟶ 109:
Taktik licik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yang dilakukan di bawah pimpinan [[G.C.E. van Daalen (1863-1930)|Van Daalen]] yang menggantikan Van Heutz. Seperti [[Perang Aceh (1904)|pembunuhan di Kuta Reh]] (14 Juni 1904) di mana 2922 orang dibunuhnya, yang terdiri dari 1773 laki-laki, 1149 perempuan dan anak-anak.
 
Taktik terakhir menangkap Cut Nyak Dhien, istri Teuku Umar yang masih melakukan perlawanan secara gerilya, walaupun kondisi fisik telah sangat lemah bahkan matapun telah buta. Cut Nyak Dhien akahirakhirnya dapat ditangkap setelah pengawal kepercayaannya melakukan perjanjian rahasia dengan belanda. Cut nyak Dhien kemudian diasingkan dan meninggal/dikemumikan di [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], [[Jawa Barat]].
 
== Surat tanda penyerahan ==
Baris 136 ⟶ 132:
# Negara Jawa Timur
# Negara Madura
# Negara SumateraSumatra Timur, termasuk daerah status quo Asahan Selatan dan Labuhan Batu
# Negara Sumatera Selatan
# Satuan-satuan kenegaraan yang tegak sendiri, seperti Jawa Tengah, Bangka-Belitung, Riau, Daerah Istimewa Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara dan Kalimantan Timur.
Baris 148 ⟶ 144:
 
=== Kembali ke Negara Kesatuan ===
Tanggal 8 Maret 1950 Pemerintah RIS dengan persetujuan Parlemen (DPR) dan Senat RIS mengeluarkan Undang-Undang Darurat No 11 tahun 1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan Kenegaraan RIS. Berdasarkan Undang-Undang Darurat itu, beberapa negara bagian menggabungkan ke RI, sehingga pada tanggal 5 April 1950 yang tinggal hanya tiga negara bagian yaitu, RI, NST (Negara SumateraSumatra Timur), dan NIT (Negara Indonesia Timur).
 
Pada tanggal 14 Agustus 1950 Parlemen dan Senat RIS mengesahkan Rancangan Undang-Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia hasil panitia bersama.
Baris 177 ⟶ 173:
Bulan Desember 1962, 7 bulan setelah Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo Imam NII tertangkap (4 Juni 1962) di atas [[Gunung Geber]] di daerah Majalaya oleh kesatuan-kesatuan Siliwangi dalam rangka Operasi Bratayudha, Daud Beureueh di Aceh menyerah kepada Penguasa Daulah Pancasila setelah dilakukan "Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel M.Jasin. (30 Tahun Indonesia Merdeka, 1950-1964, Sekretariat Negara RI, 1986)
 
=== Hasan Di Tiro mendeklarasi Negara Aceh SumateraSumatra ===
14 tahun kemudian setelah Daud Beureueh pada masa [[Hasan Tiro]] pada tanggal 4 Desember 1976 mendeklarasikan kembali (re-proklamasi) kemerdekaan Aceh Sumatra. Bunyi deklarasi kemerdekaan Negara Aceh Sumatra itu adalah:".<ref>(The Price of Freedom: the unfinished diary of Tengku Hasan di Tiro, National Liberation Front of Acheh Sumatra, 1984, p 15-17).</ref>
 
{{cquote|"Kepada rakyat di seluruh dunia:
 
Kami, rakyat Aceh, SumateraSumatra melaksanakan hak menentukan nasib sendiri, dan melindungi hak sejarah istimewa nenek moyang negara kami, dengan ini mendeklarasikan bebas dan berdiri sendiri dari semua kontrol politik pemerintah asing Jakarta dan dari orang asing Jawa.
 
Atas nama rakyat Aceh, Sumatra yang berdaulat.
Baris 199 ⟶ 195:
Di samping itu telah muncul keinginan dari beberapa wilayah Aceh, khususnya di bagian barat, selatan dan pedalaman untuk memisahkan diri yang dipelopori oleh tokoh politik seperti Tagore, cut agam, dll untuk membentuk 2 provinsi baru yang disebut dengan Provinsi Aceh Leuser Antara yang terdiri dari [[Aceh Tengah]], [[Bener Meriah]], [[Gayo Lues]], [[Aceh Tenggara]] dan [[Aceh Singkil]], serta Provinsi Aceh Barat Selatan atau ABAS yang terdiri dari [[Nagan Raya]], [[Aceh Barat Daya]], [[Aceh Selatan]], [[Simeulue]], [[Aceh Barat]] dan [[Aceh Jaya]]. Deklarasi pemekaran provinsi dilakuan secara bersama pada tanggal 4 Desember 2005 di Gelora Bung Karno, Jakarta yang dihadiri ratusan orang dan 11 bupati yang ingin dimekarkan wilayahnya, dan dilanjutkan dengan unjukrasa yang menuntut lepasnya 11 kabupaten tadi dari Aceh.
 
Pada [[15 Agustus]] [[2005]], Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan pemerintah Indonesia akhirnya sepakat untuk menandatangani persetujuan damai (MoU) dan sekaligus mengakhiri konflik antara kedua pihak yang telah berlangsung selama hampir 30 tahun. Kesepakatan yang memberikandiberikan hakadalah selfotonomi governmentkhusus kepada provinsi Aceh dibawah Pemerintah Republik Indonesia dan GAM dibubarkan dan dilucuti.
 
== Rujukan ==
{{reflist|2}}
 
== Bacaan lain ==
* {{cite book|last1=Ibrahim|first1=Muhammad|last2=Arifin|first2=Muhammad|last3=Sulaiman|first3=Nasruddin|last4=Sufi|first4=Rusdi|last5=Ahmad|first5=Zakaria|last6=Ambary|first6=Hasan Mu'arif|last7=Alfian|first7=Ibrahim|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/7508/1/SEJARAH%20DAERAH%20PROPINSI%20DAERAH%20ISTIMEWA%20ACEH.pdf|title=Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|location=Jakarta|year=1991|oclc=27323558|ref=harv}}
 
== Pranala luar ==
* [http://acehbooks.org Aceh Books], pusat pengunduhan materi tentang Aceh (termasuk sejarah Aceh)
* {{id}} International Crisis Group: [http://www.crisisgroup.org/home/index.cfm?id=4295&l=5 Sejarah Aceh dan Syariat Islam] [http://www.crisisgroup.org/library/documents/asia/indonesia/indonesian_translations/17_indonesian_s_islamic_law___criminal_justice__indonesian_version.pdf pdf]
* [http://acehtourism.info/id/sejarah-aceh/ sejarah aceh]
* [http://atjehhistory.com Atjeh History] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150425185233/http://atjehhistory.com/ |date=2015-04-25 }}
 
== Lihat pula ==